Sejarah Kabupaten Simalungun Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Lihou Kabupaten Simalungun (1987-2000)

33

2.2. Sejarah Kabupaten Simalungun

Daerah Simalungun merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Propinsi Sumatera Utara. Pada mulanya kata Simalungun tidak begitu dikenal oleh masyarakat sebelumnya. Orang hanya mengenal daerah Tano Jau atau Batak Timur, karena wilayahnya yang terletak di sebelah paling timur dari sub-sub suku Batak lainnya. Daerah ini dulunya dikenal sebagai wilayah dari kerajaan Nagur dan Silo yang menurut legenda adalah asal muasal keturunan kerajaan-kerajaan yang ada di Simalungun. Menurut T.B.A. Purba Tambak kata Simalungun berasal dari dua kata yaitu Simou dan Lungun. Simou artinya samar-samar atau antara kelihatan dan tidak kelihatan, tetapi ada. Sedangkan Lungun artinya sunyi atau sepi karena wilayah ini dulunya terdiri dari hutan belantara yang sunyi, dimana penduduknya sangat sedikit. Melalui proses penyebaran bahasa, kata simou dan lungun kemudian disebut dengan ucapan Simalungun. Meskipun demikian tidak diketahui secara pasti sejak kapan orang mulai menggunakan kata Simalungun tersebut. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda Simalungun terbagi dua, yakni Simalungun Atas dan Simalungun Bawah. Simalungun Atas terdiri dari Kerajaan Tanah Jawa, Pane, dan Raya. Sedangkan Simalungun Bawah terdiri dari Kerajaan Dolok Silo, Silimakuta, dan Purba. 18 Pada awal abad ke V 570-620 Kerajaan Nagur sudah ada, yang sudah mempunyai hubungan dagang dengan bangsa-bangsa lain terutama Tiongkok China. Sebelum berdirinya Kerajaan Naopat Kerajaan Berempat di Simalungun 18 T.B.A. Purba Tamba, Sejarah Daerah Simalungun, Pematangsiantar: T.B.A. Purba Tamba, 1982, hal. 14. Universitas Sumatera Utara 34 telah berdiri Kerajaan Nagur. Para ahli menyatakan pusat pemerintahan Kerajaan Nagur terletak di sekitar Kampung Tongko yaitu Nagaraya Nagur Raya. Kerajaan diperintah oleh raja secara turun temurun yang bermarga Damamim Rappogos. Kerajaan Nagur meliputi daerah Simalungun, Serdang Hulu dan Padang Bedagai. Kerajaan ini lemah dan hancur karena kalah perang terhadap Pasei serta serangan Sultan Aceh Alauddin Riayatsyah Al Khabar, sehingga Kerajaan Nagur hancur. 19 Tanah Simalungun merupakan suatu daerah yang subur, sangat baik digunakan untuk perkebunan dan persawahan. Hal ini yang mengundang pihak kolonial Belanda untuk menanamkan modalnya, dengan membuka beberapa perkebunan di daerah ini. Sehingga pada tahun 1900 dibuka perkebunan teh, perkebunan kelapa sawit, dan coklat. Pada mulanya masyarakat Simalungun mengenal sistem kerajaan, sehingga tata kehidupan masyarakatnya pun masih bersifat feodal. 20 Dalam bidang pertahanan raja berfungsi sebagai Panglima Tertinggi dan sebagai Pimpinan Tentera diangkat “Raja Goraha” Panglima Perang. Untuk mengelola harta kekayaan dan perbendaharaan diangkat salah seorang Tungkat Kerajaan Nagur dan Kerajaan Purba Deisa Naualuh yang merupakan kerajaan pertama di Simalungun. Kerajaan Nagur berbentuk “Dewan” yang disebut “Harajaan”. Di samping Raja sebagai kepala pemerintahan, masih ada perangkat-perangkat kerajaan. Ada yang disebut “Tungkat” Urang Kaya, “Gamot” Datuk Pamogang dan “Pangulu Dusun”. Selain itu ada lagi Penasehat yang disebut “Guru Bolon”. Walaupun kekuasaan berada ditangan Raja, sebelum memutuskan sesuatu harus dimusyawarahkan oleh Harajaan. Oleh sebab itu raja juga disebut Partongah yang menengahi. 19 Batara Sangti Simanjuntak, Sejarah Batak, Balige: Karl Sianipar Company, 1977, hal.156. 20 Feodal adalah sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan. Universitas Sumatera Utara 35 Urang Kaya sebagai Bendahara Kerajaan Sijolom Ranjut. Agama yang dianut Kerajaan Nagur adalah Animisme yang mendapat pengaruh kuat dari agama Hindu. Sejak permulaan abad ke XIII bekas wilayah Kerajaan Nagur telah berdiri beberapa kerajaan, antara lain Kerajaan Silou tua, Harou aru dan Batagiou. Keempat kerajaan ini masih memiliki hubungan kekeluargaan yang terikat dalam perkawinan. Oleh karena itu mereka mulai menyadari betapa pentingnya kesatuan dan persatuan di antara sesame mereka terutama untuk menghadapi ancaman yang datang dari luar. Pada tahun 1367 Kerajaan Nan Empat ini mengadakan Harungguan Bolon musyawarah besar dengan membawa Partuanan dan pengetua-pengetua adat masing-masing. Dalam musyawarah itu mereka sepakat untuk membentuk satu perserikatan di antara mereka yaitu terutama menghadapi dunia luar. Atas kesepakatan keempat raja yang bermusyawarah, telah disepakati nama kumpulan kerajaan yaitu “Purba Deisa Naualuh” atau Batak Timur Raya. 21 21 Purba Deisa Nawaluh atau Batak Timur Raya artinya wilayah daerah sebelah timur meliputi delapan penjuru angin. Mata angin menurut budaya Nagur terdiri dari 8, yaitu: Purba, Anggoni, Dangsina, Nariti, Pastima, Mangabia, Utara, dan Irisanna. Dalam kurun waktu 1367-1833 tidak ada pembangunan yang berarti, karena adanya pergolakan baik peperangan di antara sesama kerajaan dan perpecahan yang timbul di di dalam kerajaan-kerajaan akibat perebutan kekuasaan. Perubahan yang terjadi di dalam kerajaan yaitu sikap dan tingkah laku yang penuh dengan kehati-hatian dan merendah diri tidak lancing atau gegabah untuk bertindak. Selain itu perubahan yang terjadi adalah adanya latihan-latihan perang, olahraga bela diri, ilmu kebal dan tenaga dalam ilmu kebatinan. Universitas Sumatera Utara 36 Pada tahun 1833 sejak hancurnya Kerajaan Nagur dan Kerajaan Purba Deisa Naualuh Batak Timur Raya di Simalungun terdapat empat kerajaan yang disebut “Raja Maropat”. Keempat kerajaan tersebut adalah Kerajaan Dolok Silou marga Purba Tambak dengan wilayah bagian Utara Pantai Timur Sumatera sampai ke pegunungan terus ke laut Tawar sekitar daerah Tongging Haranggaol, Kerajaan Panei marga Purba SuhaSidasuha dengan wilayah bagian pedalaman sampai ke pegunungan Simanuk-manuk terus ke Laut Tawar sekitar daerah Salbe Tigaras. Kerajaan Siantar marga Damanik dengan wilayah bagian tengah dari Pantai Timur Sumatera sampai ke pegunungan Simanuk-manuk terus ke Laut Tawar sekitar Tambun Raya Sipolha sedangkan bagian Timur pesisir pantai masuk kepada wilayah Kesultanan Asahan dan Kerajaan Tanah Jawa marga Sinaga dengan wilayah bagian hilir dari pesisir pantai Timur sampai ke pegunungan Simanuk-manuk terus ke Laut Tawar sekitar daerah Panahatan, sedangkan daerah pesisir pantai timur masuk wilayah Kesultanan Asahan. Setiap kerajaan mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadap tanah-tanah yang termasuk ke dalam wilayah kerajaannya, bahkan raja juga berkuasa atas penduduk yang bertempat tinggal di wilayah kekuasaan raja. Sistem kemasyarakatan yang feodal di Simalungun terdapat pembagian kelas masyarakat yaitu: 1. Raja beserta keluarganya yang bergelar Rajanami Tuhanta. 2. Para bangsawan beserta keluarganya yang disebut dengan Partuanon atau Gamot. 3. Rakyat biasa yang disebut Paruma. Universitas Sumatera Utara 37 4. Budak dan orang-orang yang ditawan disebut Jabolon. Dengan masuknya Belanda, Kerajaan Maropat dipecah menjadi tujuh yang disebut Kerajaan Marpitu Raja Nan Tujuh yaitu, kerajaan Tanah Jawa, kerajaan Siantar, kerajaan Dolok Silau, kerajaan Pane yang ditambah dengan kerajaan Silimakuta, kerajaan Raya, dan kerajaan Purba yang ditandai dengan adanya kontrak pendek Korte Verklaring yang dibuat pada tahun 1907 dengan pemerintah Belanda yang isinya tentang: 1. Raja harus mematuhi semua perintah dan peraturan Gubernemen. 2. Raja harus mengakui bahwa kerajaannya menjadi bahagian daripada kerajaan Hindia Belanda. 3. Raja tidak mengadakan hubungan dengan pemerintah asing. 4. Rajakerajaan tidak mempunyai kekuasaan wilayah laut. 5. Struktur pemerintahan berlaku hokum adat sepanjang tidak bertentangan dengan peradaban Belanda. 6. Segala sesuatu harus dengan persetujuan residen atau wakilnya. Akibat dari perjanjian pendek yang ditandatangani, maka salah satu isinya bahwa seorang raja tidak mempunyai wilayah laut dan pantai, otomatis wilayah Simalungun dibagian pantai beralih ke wilayah lain, yaitu: 1. Tanjung Kasou, Tanjung Bolon Tanjung Balai, Pagurawan Pargurouan masuk ke Asahan yang beralih dari Kerajaan Siantar. 2. Padang Bedagei masuk ke Deli dan Serdang yang dulunya Kerajaan Raya. 3. Sappeniou, Panipahan dan Labuhan Bilik masuk ke Deli dan Serdang yang mulanya dari Kerajaan Panei. Universitas Sumatera Utara 38 4. Serdang, Bahungan dan Deli menjadi wilayah Deli dan Serdang yang pada mulanya Kerajaan Dolok Silou. 5. Lima Laras, Bagoh, Batubara, Pasir Mandogei dan Habakkou masuk Asahan yang pada mulanya Kerajaan Tanah Jawa. Perjanjian ini merupakan langkah awal keberhasilan Belanda dalam usaha menanamkan pengaruhnya di kalangan raja-raja di Simalungun. Setelah raja-raja Simalungun dapat ditundukkan oleh Belanda dengan perjanjian pendek tersebut, kemudian mereka mengambil alih kekuasaan raja-raja. Kebijakan yang dilakukan pemerintah Belanda terhadap Simalungun dengan maksud untuk memecah belah kekuasaan di antara raja-raja. Masuknya pengaruh bangsa asing ke daerah Simalungun terjadi pada saat adanya pertentangan-pertentangan di antara penduduk dalam satu kerajaan. Di samping itu di antara masing-masing kerajaan tidak terdapat kerukunan dikarenakan adanya perebutan kekuasaan, sehingga Belanda mudah untuk menaklukkannya. Sampai dengan tahun 1907 Belanda merasa aman menjalankan pemerintahannya di Simalungun setelah ditandatanganinya Korte Verklaring. Menjelang penandatanganan Korte Verklaring tersebut yaitu sejak akhir tahun 1890 Kerajaan Siantar, Tanah Jawa dan Panei telah berhasil dipengaruhinya. Belanda pada saat itu berkedudukan di Labuhan Ruku dan Batubara. Pada tahun 1904 kerajaan- kerajaan Dolok Silau, Raya, Purba, dan Silimakuta sudah dikuasai Belanda yang dipimpin oleh Kontroleur V.C.J. Westenberg berkedudukan di bangun Purba. Setelah ditandatanganinya Korte Verklaring antara pemerintah Belanda dengan raja-raja Simalungun maka kekuasaan raja-raja semakin berkurang. Pada tahun 1914 Universitas Sumatera Utara 39 pemerintah Belanda mengeluarkan surat keputusan Nomor 24 yang memuat tentang hak-hak serta wewenang para raja. Untuk daerah Simalungun hal ini baru berlaku tahun 1917 yakni dengan dimulainya pemerintahan swapraja. Sejak tahun 1917 didirikan kantor raja disetiap kerajaan untuk melaksanakan administrasi pemerintahan. Pada setiap kantor diangkat seorang kepala kantor dengan nama “Penghulu Balai”. Tugasnya merangkap jaksa penuntut umum untuk perkara pidana pada pengadilan swapraja tingkat “kerapatan Urung”. Pemerintahan swapraja di Simalungun terhenti sejak masuknya Jepang di Indonesia pada tahun 1942. Selama tiga setengah tahun pemerintahnnya, yang berlaku adalah pemerintahan militer Jepang yang bernama Kempetai polisi militer Jepang. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, kerajaan-kerajaan di Simalungun masih berusaha bangkit untuk tetap menjalankan sistem lama, akan tetapi terhambat oleh pecahnya revolusi sosial. Dalam revolusi sosial yang terjadi hampir serentak di wilayah Sumatera Timur dilakukan oleh barisan-barisan para pemuda RI yang memang sudah bertekad ingin menghapuskan sistem kerajaan yang dianggap tidak sesuai lagi dengan kondisi Indonesia yang telah merdeka. Barisan pemuda memiliki cabang di Pematangsiantar di bawah pimpinan Sumarno Hasibuan dan G. Hutapea. Barisan bersenjata yang pertama kali dipimpin Ricardo Siahaan yaitu seorang bekas Letnan Huda Gyu Gun. Para pemuda tidak mau ketinggalan memenuhi panggilan tanah air saat terjadinya peristiwa Siantar Hotel. Peristiwa Siantar Hotel terjadi pada tanggal 15 Oktober 1945 merupakan suatu Universitas Sumatera Utara 40 insiden yang antara para pemuda dengan tentara sekutuInggris dan Belanda di Kompleks Siantar Hotel. 22

2.3. Sejarah Berdirinya PDAM Tirta Lihou