25 Ditinjau dari sudut wilayahnya, tanah Simalungun dapat dibagi menjadi 4 bagian
yaitu dataran seperti dataran rendah, berawa, dan landai, bergelombang, berbukit, dan bergunung.
2.1.2. Keadaan Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang ada di Simalungun dimulai sejak masa penjajahan Belanda, yang didominasi oleh orang-orang sub-etnik Simalungun sendiri.
Baru setelah masuknya Belanda ke Simalungun sub-sub etnik semakin ramai. Penduduk yang menetap di Simalungun merupakan orang-orang pendatang, seperti
yang datang dari Toba, Sidikalang, Pematangsiantar, maupun dari daerah lain yang ada di Sumatera Utara. Kehadiran penduduk ini merupakan suatu penunjang
pertumbuhan di Kabupaten Simalungun. Hal tersebut bisa dilihat dari sistem perekonomiannya, dimana penduduk di Simalungun mayoritas bermata pencaharian
bertani, seperti menanam padi, sayur, dan buah-buahan. Selain bermata pencaharian sebagai petani, penduduk di Simalungun juga ada
yang bermata pencaharian sebagai pedagang, supir, dan pegawai. Walaupun mereka memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, supir, maupun pegawai, penduduk juga
melakukan pekerjaan sampingan agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga, seperti menanam sayur, padi, dan buah-buahan. Hasil dari pertanian penduduk dijual ke luar
daerah Simalungun seperti Pematangsiantar. Selain dijual, hasil pertanian tersebut juga dikonsumsi oleh sebagian penduduk Simalungun. Penjualan dari pertanian
penduduk dapat menambah income bagi daerah Siamlungun.
Universitas Sumatera Utara
26 Pada masa penjajahan Belanda di Simalungun, masyarakatnya masih
homogen jika dilihat dari arti kata Simou yang artinya samar-samar atau antara kelihatan dan tidak kelihatan, tetapi ada, dan Lungun yang artinya sunyi atau sepi
karena wilayah ini dulunya terdiri dari hutan belantara yang sunyi, dimana penduduknya sangat sedikit. Jumlah penduduknya relatif sedikit dibanding dengan
luas wilayahnya. Setelah masa penjajahan Belanda, masyarakat Kabupaten Simalungun merupakan masyarakat yang heterogen, yang terdiri dari beranekaragam
etnik seperti etnik Batak yang terdiri dari beberapa sub-etnik seperti Simalungun, Karo, Toba, selain itu terdapat juga beberapa etnik lain seperti etnik Jawa, dan Cina.
Persentase jumlah dari masing-masing suku tersebut dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 1. Penduduk Menurut Suku di Kabupaten Simalungun berdasarkan Ratio terhadap Jumlah Penduduk Tahun 1999.
NO SUKU 1987
1995 1996
1999
1 Simalungun
45,5 50
65,3 75
2 Karo
13 16,3
16,9 17
3 Toba
20 15,6
9,6 6,5
4 Jawa
15,5 10,3
2 1,2
5 Lain-lain
6 4,2
0,2 0,3
Sumber: Kabupaten Simalungun dalam Angka Tahun 1999.
Universitas Sumatera Utara
27 Dari tabel di atas terlihat bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten
Simalungun adalah dari sub-etnik Simalungun. Selain itu juga sub-etnik Karo dan Toba merupakan bagian etnik yang lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan etnik
lain yang ada di Simalungun. Suku Batak Toba, Jawa, dan suku lain pada tahun 1987- 1999 semakin lama semakin berkurang, dikarenakan suku-suku tersebut pindah ke
daerah asalnya ataupun pindah ke daerah yang mayoritas suku masing-masing misalnya ke Pematangsiantar, Toba, dengan maksud mencari kehidupan yang lebih
maju. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk Kabupaten Simalungun
adalah cukup lambat. Biasanya tipe pertumbuhan penduduk demikian merupakan ciri-ciri pertumbuhan di daerah pertanian yang belum berkembang atau jauh dari
pusat-pusat perkembangan kota. Daerah-daerah yang menjadi pusat pertumbuhan di daerah pertanian dapat digolongkan ke dalam tipe pertanian agropolitan.
Ciri-ciri kota pertanian dapat ditandai dengan kegiatan perkotaan yang masih bercampur dengan kegiatan pertanian, industri-industri yang berkembang masih
dalam taraf pengelolaan hasil pertanian dari daerah yang belum berkembang dan pelayannya diperuntukkan bagi kebutuhan daerah setempat dan sektor pelayanan jasa
bersifat perorangan dengan skala kecil. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Simalungun adalah masyarakat agraris
yang kehidupannya bertumpu pada pertanian. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila mayoritas penduduk hidup sebagai petani. Selain pertanian, masyarakat
Simalungun memiliki mata pencaharian lain, seperti pedagang, pegawai, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
28 Kabupaten Simalungun memiliki sarana ibadah, seperti mesjid dan gereja
yang terdapat di seluruh kecamatan. Mesjid berjumlah 808 buah, Gereja Protestan berjumlah 941 buah, dan Gereja Katolik berjumlah 171 buah. Penduduk Kabupaten
Simalungun memeluk berbagai agama. Ada beberapa agama yang dianut oleh penduduk di Kabupaten Simalungun, yaitu Agama Kristen Protestan, Katolik, Islam,
Hindu dan Budha. Adapun persentase masyarakat yang menganut agama tertera pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Penduduk Menurut Agama yang Dianut di Kabupaten Simalungun Tahun 1999.
No Agama
Jumlah
1 Kristen Protestan
918139 2
Islam 721375
3 Katolik
299042 4
Lainnya 4283
Sumber: Kabupaten Simalungun dalam Angka Tahun 1999.
Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa mayoritas masyarakat Kabupaten Simalungun menganut agama Kristen Protestan, yaitu sekitar 74 ,
agama Islam adalah agama mayoritas kedua setelah Kristen Protestan, yaitu sekitar 20 , agama Katolik sekitar 4 , yang lainnya seperti Hindu dan Budha sekitar 2 .
Sumber daya manusia merupakan faktor penentu dalam pelaksanaan pembangunan, apakah sebagai perencana, pengambil kebijakan atau sebagai
pelaksana. Peranan sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat menentukan
Universitas Sumatera Utara
29 arah dan mempercepat proses pembangunan untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Pada tahun 1999, di lingkungan pemerintah Kabupaten Simalungun,
komposisi dari SDM yang dimiliki menurut pendidikannya yang tersebar pada KantorBadan dan dinas-dinas adalah tamat SD 461 orang, SLTP 251 orang, SLTA
7.985 orang, D3 2.564 orang, dan S1 1.353 orang. Sedangkan tamatan S1 yang terbanyak terdapat di Dinas Pendidikan dan Pengajaran yakni sebanyak 909 orang
79.32 . Sementara untuk SDM yang terdapat di kantor-kantor kecamatan, tamatan SD 22 orang, SLTP 53 orang, SLTA 349 orang, D3 31 orang, dan S1 sebanyak 86
orang. Masalah kependudukan selalu berhubungan erat dengan masalah
pembangunan sebab penduduk merupakan subyek sekaligus obyek pembangunan. Sebagai subyek, penduduk merupakan modal dasar pembangunan sebagaimana
tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dan sebagai obyek, penduduk merupakan beban pembangunan, karenanya
perlu dikendalikan jumlahnya pada tingkat tertentu. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cepat dapat menghambat laju pembangunan yang serius.
Berdasarkan data dari Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, pada tahun 1987, jumlah penduduk Simalungun 788.149 jiwa yang tersebar di 17
kecamatan, dengan jumlah penduduk laki-laki 385.052 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 403.097 jiwa.
16
16
Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, Simalungun Dalam Angka Tahun 1987, hal.3.
Universitas Sumatera Utara
30 Pada tahun 1999, penduduk Simalungun berjumlah 827.541 jiwa yang
tersebar di 21 kecamatan, dengan jumlah penduduk laki-laki 405.849 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 421.692 jiwa dan merupakan daerah Kabupatenkota
dengan penduduk terbanyak kelima di Sumatera Utara. Jumlah tersebut meningkat rata-rata 1,25 per tahunnya dibanding dengan jumlah tahun-tahun sebelumnya.
Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Siantar yaitu sebesar 60.771 jiwa dan terkecil berada di Kecamatan Haranggaol Horison yang hanya sebesar 5.689 jiwa.
Kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar terdapat di Kecamatan Silau Kahean dengan luas 324.08 Km² dan wilayah terkecil di Kecamatan Haranggaol
Horison 34.50 Km², wilayah yang paling padat penduduknya terdapat di Kecamatan Bandar 577.67 jiwaKm, disusul Kecamatan Siantar 449.16 jiwaKm dan Raya
424.58 jiwaKm. Penduduk wanita pada tahun 1999 sedikit lebih banyak dari penduduk laki-
laki seperti tampak dari rasio jenis kelamin yang lebih kecil dari angka 100. Pada tahun 1999 penduduk Kabupaten Simalungun masih berkelompok pada usia 5-14
tahun yaitu sebesar 29,20 , menyusul kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 20,17 , kemudian kelompok usia 25-34 tahun yaitu sebesar 14,26 , sedangkan
yang terendah adalah kelompok usia 65 tahun ke atas yaitu sebesar 4,41 .
17
17
Badan Pusat Statistik Kabupaten Simalungun, Simalungun Dalam Angka Tahun 1999, hal.39.
Universitas Sumatera Utara
31
2.1.3. Struktur Sosial Budaya Masyarakat Simalungun