Alat Pengumpulan Data Analisis data

34 Nomor 2388KEPDIR tanggal 18 Maret 1991, tentang pemberian bank garansi, dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 235UKU, tanggal 28 Februari 1991, Undang-undang Jabatan Notaris Nomor 30 tahun 2004 dan peraturan-peraturan lainnya. 2 Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer yaitu karya ilmiah, buku referensi yang berkaitan dengan yang diteliti, pendapat para ahli hukum, seminar-seminar dan karya ilmiah lainnya. 3 Bahan hukum tertier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti, kamus hukum, jurnal ilmiah, majalah, surat kabar, dan bahan dari internet yang masih relevan yang berkaitan dengan penelitian ini. b. Penelitian lapangan Field Research, dilakukan untuk memperoleh data primer yang diperoleh langsung kepada narasumber yaitu dengan Pemimpin cabang dan legal officer yang menangani tentang bank garansi untuk mendapatkan gambaran mengenai bank garansi.

4. Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara : a. Studi dokumen Universitas Sumatera Utara 35 Pembahasan mengenai studi dokumen atau bahan pustaka, akan mengawali pembicaraan mengenai alat-alat pengumpul data dalam penelitian, karena bahan bacaan dalam penelitian sangat diperlukan. Untuk memperoleh data sekunder, perlu dilakukan studi dokumentasi yaitu dengan cara mempelajari peraturan-peraturan, teori, buku-buku, hasil penelitian, buletin- buletin dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. b. Wawancara Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan tanya jawab secara langsung kepada Pemimpin cabang bank dan legal officer bank yang akan diteliti, dimana semua pertanyaan disusun secara sistematik, wawancara langsung ini dimaksud untuk memperoleh informan yang benar dan akurat dari sumber yang ditetapkan dalam penelitian ini. 42 Agar memperoleh data yang relevan dengan objek yang akan diteliti, maka peneliti akan melakukan wawancara dengan narasumber yaitu dengan pemimpin cabang bank dan legal officer yang menangani tentang pemberian bank garansi,dan wawancara kepada pengguna bank garansi yaitu dengan Direktur Utama PT.Bella Prayatama dan Direktur Utama PT.Palma Inti Indah Raya yang digunakan adalah wawancara bebas terpimpin, disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat wawancara. 42 Bahder Johan Nasution,op.cit.,hlm.167. Universitas Sumatera Utara 36

5. Analisis data

a. Mengumpulkan data, merupakan kegiatan dalam penelitian untuk melakukan kajian terhadap hasil pengolahan data yang dibantu dengan teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya, secara sederhana analisis data ini disebut sebagai kegiatan memberikan telaah, yang dapat berarti menentang, mengkritik, mendukung, menambah, atau memberi komentar dan kemudian membuat suatu kesimpulan terhadap hasil penelitian dengan pikiran sendiri dan bantuan teori yang dikuasainya. 43 b. Mensistemasi data Dalam hal ini peneliti harus memeriksa kembali informasi yang diperoleh dari responden atau informan dan narasumber, terutama kelengkapan jawaban yang diterima dan memperhatikan adanya keterhubungan antara data primer dengan data sekunder dan diantara bahan-bahan hukum yang dikumpulkan dan satu hal yang perlu diperhatikan adalah data harus diklasifikasikan secara sitematis. 44 Setelah dikumpulkan data-data, maka diperlukan penyusunan data secara sitematis agar dalam penelitian ini dapat menelaah pengertian-pengertian dasar dari sistim hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan tersebut. 45 43 Ibid,hlm.183. 44 Mukti Fajar Nurdewata,op.cit.,hlm.181. 45 Soerjono Soekanto,op.cit.,hlm.255. Universitas Sumatera Utara 37 c. Menganalisis data kualitatif Dalam penelitian ini pemaparan fakta-fakta dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif . Metode kualitatif adalah metode yang mengungkapkan fakta-fakta secara mendalam berdasar karakteristik ilmiah dari individu atau kelompok untuk memahami dan mengungkapkan sesuatu. 46 Maka peneliti harus dapat menentukan data mana atau bahan hukum mana yang memiliki kualitas sebagai data atau bahan hukum yang diharapkan atau diperlukan dan data atau hukum mana yang tidak relevan dan tidak ada hubungannya dengan materi penelitian, sehingga dalam analisis dengan pendekatan kualitatif ini yang dipentingkan adalah kualitas data. 47 d. Penarikan Kesimpulan Dalam pengolahan data, peneliti menarik kesimpulan bahwa peneliti menggunakan cara berpikir deduktif, yaitu cara berpikir yang bertolak dari pengertian bahwa sesuatu yang berlaku bagi keseluruhan peristiwa atau kelompokjenis, berlaku juga bagi tiap-tiap unsur dalam peristiwa kelompok jenis tersebut. 48 Dengan demikian semua data yang diperoleh akan dianalisa dengan metode logika deduktif yaitu berangkat dari hal-hal yang umum kemudian menuju yang bersifat khusus, sehingga dapat memberikan jawaban yang jelas atas permasalahan objek yang diteliti. 46 Mukti Fajar Nurdewata,loc.cit.,hlm.53. 47 Ibid, hlm.192. 48 Ibid, hlm.109. Universitas Sumatera Utara 25

BAB II PERAN ATAU FUNGSI BANK GARANSI DALAM PRAKTEK PERBANKAN

DIHUBUNGKAN DENGAN PERJANJIAN KREDIT Bahwa dalam pemberian bank garansi dapat menimbulkan kewajiban bagi bank untuk membayar kepada pihak ketiga penerima jaminan, tentunya keadaan ini nantinya akan mempengaruhi likuiditas dan sovabilitas, oleh karena itu pemberian bank garansi dikenakan ketentuan tentang batas maksimum pemberian kredit BMPK dan kewajiban pemenuhan modal minimum KPMM penghitungan pemberian bank garansi berlaku baik bagi kantor bank didalam negeri maupun diluar negeri. 49 Sehubungan dengan itu pihak bank sebelum memberikan bank garansi terlebih dahulu melakukan penelitian dan penelaahan yang pada hakekatnya sama dengan penelaahan yang dilakukan dalam pemberian kredit yaitu antara lain mengenai hal- hal sebagai berikut : 1. Meneliti bonafiditas dan reputasi pihak yang dijamin. 2. Meneliti sifat dan nilai transaksi yang akan dijamin sehingga dapat diberikan garansi yang sesuai. 3. Menilai jumlah bank garansi yang akan diberikan menurut kemampuan bank. 4. Menilai kemampuan pihak yang akan dijamin untuk memberikan kontra garansi sesuai dengan kemungkinan terjadinya risiko 50 . Bank garansi adalah surat jaminan yang diterbitkan oleh bank yang berfungsi sebagai alat pembayayaran, tentunya dalam penerbitan bank garansi tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai yang ditetapkan oleh ketentuan yang berlaku, dalam hal ini dasar hukum surat jaminan bank tersebut diatur dalam Pasal 1820 sampai dengan 49 SE.BI., Nomor 235UKU, tanggal 28 Februari 1991, Tentang Pemberian Bank Garansi. 50 Irwansyah Lubis, Branch Manager, Cimb Niaga Cabang Bukit Barisan Medan, Wawancara, 25 Februari 2011. Universitas Sumatera Utara 26 Pasal 1850 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, namun yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak diatur secara lengkap karena hanya mengatur tentang penanggungan utang secara umum, sedangkan mengenai syarat-syarat umum dalam pemberian bank garansi tidak diatur secara lengkap, untuk itu akan dijelaskan sebagaimana tersebut dibawah ini : A. Tinjauan Umum Pemberian Bank Garansi 1. Prosedur pemberian bank garansi yang lazim dilakukan oleh bank Dalam praktek perbankan pemberian bank garansi, yang dilakukan oleh bank- bank sesuai dengan penelitian dari beberapa bank di Kotamadya Medan, prosedur yang lazim dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pemohon telah menjadi nasabah bank Artinya pemohon bank garansi terlebih dahulu harus memiliki rekening pada bank dimana ia mengajukan permohonan bank garansi yang diinginkannya atau disyaratkan oleh bouwheer pemberi kerja. Pada prakteknya pemberi kerja kadang kala menentukan sendiri bank garansi yang diterbitkan oleh bank-bank yang dapat diterima sebagai jaminan bank. b. Nasabah bank mengajukan permohonan bank garansi Pemohon bank garansi memohon jenis dan besarnya bank garansi sesuai yang dipersyaratkan oleh pemberi kerja proyek, jika dimungkinkan permohonan bank garansi ini harus disertai dengan dokumen rencana proyek. c. Bank melakukan analisis atas permohonan bank garansi Universitas Sumatera Utara 27 Adapun yang dianalisis yang dilakukan terhadap beberapa faktor yaitu mengenai kredibilitas, bonafiditas dan ferformance pihak yang dijamin dan penerima jaminan, selanjutnya meneliti sifat dan nilai transaksi yang akan dijamin dan melakukan analisis sebagaimana dalam pemberian kredit pada umumnya. d. Nasabahpemohon bank garansi menyediakan kontra bank garansi Kontra bank garansi adalah syarat yang selalu diminta oleh bank sebagai lawan bank garansi, artinya bank garansi sebagai produk bank yang juga memiliki resiko bagi bank, untuk itu perlu kiranya didukung oleh suatu jaminan, maka bank memiliki jaminan atas dana yang dikeluarkan untuk membayar klaim tersebut. Mengingat kontra jaminan yang tersebut diatas merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh pihak bank dalam hubungannya sebelum diterbitkannya bank garansi, perlu kiranya untuk mengetahui mengenai penggolongan mengenai lembaga jaminan dengan harapan nantinya bank dapat terhindar dari resiko dalam pemberian bank garansi, adapun penggolongan dari lembaga jaminan yang dikenal dalam tata hukum Indonesia, dapat digolongkan menurut cara terjadinya, menurut sifatnya, menurut objeknya, menurut kewenangan menguasainya dan lain-lain sebagai berikut : 1 Jaminan yang lahir karena ditentukan oleh undang-undang dan jaminan yang lahir karena perjanjian maksudnya adalah bahwa jaminan itu lahir karena ditunjuk oleh undang-undang tanpa adanya perjanjian dari para pihak, hal ini disebutkan dalam pasal 1131 kitab undang-undang hukum perdata : segala kebendaan siberutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik Universitas Sumatera Utara 28 yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya. Disamping itu juga ada benda-benda dari debitor dimana undang-undang menentukan bahwa kreditor sama sekali tidak mempunyai hak untuk meminta pemenuhan piutangnya verhaal terhadapnya. Juga oleh undang-undang ditentukan bahwa seluruh benda kepunyaan dari debitor tersebut menjadi jaminan bagi semua kreditor, dalam Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua kreditor yang mana hasil penjualan benda-benda tersebut harus dibagi antara kreditor secara seimbang dengan besarnya piutang masing-masing. 2 Jaminan yang tegolong jaminan umum dan jaminan khusus Untuk kepentingan kreditor yang mana undang-undang memberikan jaminan yang tertuju kepada semua kreditor dan semua harta benda debitor baik mengenai benda bergerak maupun benda yang tidak bergerak, baik yang ada maupun yang akan ada merupakan jaminan hutang debitor kepada semua kreditor, hasil penjualannya tersebut dibagi-bagi secara seimbang, hal ini disebut sebagai jaminan umum yang maksudnya adalah jaminan yang timbul dari undang-undang, dengan kata lain tanpa adanya perjanjian yang diadakan oleh para pihak terlebih dahulu Pasal 1131, 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dengan demikian dalam prakteknya jaminan seperti ini tidak memuaskan bagi kreditor karena kurang aman dan terjamin bagi kreditbank garansi yang telah diberikan, dengan demikian kreditor membutuhkan Universitas Sumatera Utara 29 terhadap jaminan yang ditunjuk secara khusus sebagai jaminan piutangnya dan itu hanya berlaku kepada kreditor dan memerlukan adanya jaminan yang dikhususkan baginya baik yang bersifat kebendaan maupun perorangan adapun yang dimaksud dengan jaminan kebendaan adalah adanya benda tertentu yang dipakai sebagai jaminan sedangkan jaminan perorangan adalah adanya orang tertentu yang sanggup membayarmemenuhi prestasi manakala debitor wanprestasi. 51 3 Jaminan yang bersifat kebendaan dan Hak Perorangan Jaminan yang bersifat kebendaan ialah jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda, yang mempunyai ciri-ciri 52 : a Mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitor; b Dapat dipertahankan terhadap siapapun; c Selalu mengikuti bendanya droit de suite d Dapat dipindah tangankan. Mengingat hak jaminan kebendaan adalah hak yang memberikan kepada seorang kreditor kedudukan yang lebih baik, karena : 1 Kreditor didahulukan dan dimudahkan dalam mengambil pelunasan atas tagihannya atas hasil penjualan benda tertentu atau sekelompok benda tertentu milik debitor danatau. 51 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,1980,Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan Dan Jaminan Perorangan, Yokyakarta,CV.Bina Nusa,hlm.46. 52 Ibid,hlm.47. Universitas Sumatera Utara 30 2 Ada benda tertentu milik debitor yang dipegang oleh kreditor atau terikat kepada hak kreditor, yang berharga bagi debitor dan dapat memberikan suatu tekanan psikologis terhadap debitor untuk memenuhi kewajibannya dengan baik terhadap kreditor. Disini adanya semacam tekanan psikologis kepada debitor untuk melunasi hutang-hutangnya adalah karena benda yang dipakai sebagai jaminan umumnya merupakan barang berharga baginya. Sifat manusia untuk berusaha mempertahankan apa yang berharga dan telah dianggap atau diakui telah menjadi miliknya, menjadi dasar hukum jaminan. 53 Sedangkan untuk jaminan yang bersifat perorangan ialah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitor tertentu, terhadap harta kekayaan debitor seumumnya borgtocht. Pada jaminan perorangan kreditor mempunyai hak menuntut pemenuhan piutang yang selain kepada debitor utama juga kepada penanggung. 4 Jaminan atas benda bergerak dan tidak bergerak Menurut sistem hukum perdata di Indonesia pembedaan benda bergerak dan benda tidak bergerak mempunyai arti penting dalam berbagai bidang yang berhubungan dengan penyerahan, daluwarsa, kedudukan berkuasa, pembebananjaminan, hal ini terlihat bahwa jika benda jaminan itu berupa benda bergerak dapat dipasang dengan lembaga jaminan yang berbentuk gadai 53 J.Satrio,2007, Hukum Jaminan Hak-Hak Jaminan Kebendaan, Bandung,PT.Citra Aditya Bakti, hlm.12. Universitas Sumatera Utara 31 atau fidusia, sedangkan jika benda jaminan itu berbentuk benda tetap, maka lembaga jaminan dapat dipasang hak tanggungan, sehubungan dengan itu terhahap lembaga jaminan berbentuk gadai, yang dimaksud dengan gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor atas suatu benda bergerak, yang diberikan kepadanya oleh debitor atau orang lain atas debitor sebagai jaminan pembayaran dan memberikan kepada kreditor untuk mendapat pembayaran lebih dahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya atas hasil penjualan benda jaminan Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang menjadi objek gadai adalah benda bergerak, yang berwujud lichamelijke zaken dan benda bergerak yang tidak berwujud onlichamelijke zaken berupa hak untuk mendapatkan pembayaran uang yang berujud surat-surat berharga, dapat berupa atas bawa aan toonder atas perintah aan order dan atas nama op naam. 54 Terhadap lembaga jaminan fidusia diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tanggal 30 september 1999 tentang jaminan fidusia, adapun objek jaminan fidusia adalah ketentuannya tercantum dalam Pasal 1 ayat 4, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 20, benda-benda objek jaminan fidusia adalah 55 : a Benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum. b Dapat atas benda berwujud. c Benda bergerak. d Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikat dengan hak tanggungan. 54 Riduan Syahrani,2006,Seluk Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata,Bandung,PT.Alumni Bandung, hlm.142-143. 55 Munir Fuady,2000,Jaminan Fidusia, Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, hlm.22-23. Universitas Sumatera Utara 32 e Benda bergerak yang tidak dapat diikat dengan hipotik. f Baik atas benda yang sudah ada maupun terhadap benda yang akan diperoleh kemudian. Dalam hal benda yang akan diperoleh kemudian, tidak diperlukan suatu akta pembebanan fidusia tersendiri. g Dapat atas satu satuan atau jenis benda. h Dapat juga atas lebih dari satu jenis atau satuan benda. i Termasuk hasil dari benda yang menjadi objek fidusia. j Termasuk juga hasil klaim asuransi dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia. k Benda persediaan inventory, Stock perdagangan dapat juga menjadi objek jaminan fidusia.Sedangkan untuk lembaga jaminan hak tanggungan dasar hukumnya terdapat dalam Pasal 51 UUPA jo.Pasal 57, 25, 33 dan 39 UUPA, ketentuan pelaksanaannya diterbitkan Undang- Undang Nomor 4 tahun 1996 Lembaran Negara Nomor 42 tanggal 9 April 1996. 56 5 Jaminan dengan menguasai bendanya dan tanpa menguasai bendanya Jaminan yang merupakan cara menurut hukum untuk pengamanan pembayaran kembali kredit yang diberikan dapat juga dibedakan atas jaminan dengan menguasai bendanya dan jaminan tanpa menguasai bendanya, jaminan yang menguasai bendanya misalnya pada gadai, sedangkan jaminan yang diberikan tanpa menguasai bendanya pada hak tanggungan, fidusia. Berdasarkan uraian tentang jaminan tersebut pada intinya menurut hukum jaminan adalah ketentuan hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberi jaminan debitor dan penerima jaminan kreditor sebagai akibat pembebanan suatu hutang tertentu kredit dengan suatu jaminan benda atau orang tertentu Dalam hukum jaminan tidak hanya mengatur perlindungan hukum terhadap kreditor sebagai pihak pemberi hutang saja, melainkan juga mengatur perlindungan hukum terhadap 56 Mhd.Yamin, 2008, Hukum Pendaftaran Tanah, Bandung, CV.Mandar Maju, hlm.334. Universitas Sumatera Utara 33 debitor sebagai penerima hutang. Dengan kata lain, hukum jaminan tidak hanya mengatur hak-hak kreditor yang berkaitan dengan jaminan pelunasan hutang tertentu, namun sama-sama mengatur hak-hak kreditor dan hak-hak debitor berkaitan dengan jaminan pelunasan hutang tertentu tersebut. Sehubungan dengan hukum jaminan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang terkandung didalam perumusan hukum jaminan tersebut yaitu sebagai berikut : a Serangkaian ketentuan hukum, baik yang bersumber kepada ketentuan hukum yang tertulis dan ketentuan yang tidak tertulis. Ketentuan hukum jaminan yang tertulis adalah ketentuan hukum yang berasal dari peraturan perundang-undangan, termasuk yurisprudensi, adapun ketentuan yang tidak tertulis adalah ketentuan hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan pembebanan hutang suatu jaminan. b Ketentuan hukum jaminan tersebut mengatur mengenai hubungan hukum antara pemberi jaminan debitor dan penerima jaminan kreditor. Pemberi jaminan, lazimnya dinamakan debitor, yaitu pihak yang berhutang dalam suatu hubungan utang piutang tertentu, yang menyerahkan suatu kebendaan tertentu sebagai benda jaminan kepada penerima jaminan kreditor. Dalam hal ini yang dapat menjadi pemberi jaminan bisa orang perseorangan atau badan hukum yang mendapat fasilitas hutang kredit tertentu, atau pemilik benda yang menjadi objek jaminan hutang tertentu. Adapun penerima jaminan, lazimnya dinamakan kreditor, yaitu pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan hutang piutang tertentu, yang menerima penyerahan suatu Universitas Sumatera Utara 34 kebendaan tertentu sebagai benda jaminan dari pemberi jaminan debitor. Dalam hal ini yang dapat menjadi penerima jaminan bisa orang perorangan atau badan hukum yang mempunyai piutang yang pelunasannya dijamin dengan suatu benda tertentu sebagai jaminan. c Adapun jaminan yang diserahkan oleh debitor kepada kreditor. Karena hutang yang dijamin itu berupa uang, maka jaminan disini sedapat mungkin harus dapat dinilai dengan uang. Jaminan disini bisa jaminan kebendaan maupun jaminan perseorangan. d Pemberian jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan dimaksudkan sebagai jaminan tanggungan bagi pelunasan hutang tertentu, artinya pembebanan kebendaan jaminan dilakukan dengan maksud untuk mendapat hutang, pinjamanan atau kredit, yang diberikan oleh seseorang atau badan hukum kepada seseorang atau badan hukum berdasarkan kepercayaan, yang dipergunakan sebagai modal atau investasi usaha, Dengan kata lain pembebanan kebendaan jaminan dimaksudkan untuk menjamin pengamanan pelunasan hutang tertentu terhadap kreditor bila debitor mengalami wanprestasi. 57 e Apabila permohonan bank garansi disetujui, maka bank memberikan surat persetujuan prinsip pemberian bank garansi kepada pemohon. 57 Rachmadi Usman, 2008, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta, Sinar Grafika, hlm.1-3 Universitas Sumatera Utara 35 f Selanjutnya setelah disetujui oleh bank atas permohonan bank garansi tersebut, maka dilakukan perjanjian pemberian bank garansi. g Setelah dianalisis oleh bank dengan memperhatikan prinsip kepercayaan, prinsip kehati-hatian, prinsip 5-C, prinsip 5-P, dan prinsip 3-R. 1 Prinsip kepercayaan Savelberg mengemukakan prinsip kepercayaan, bahwa debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk memenuhi perikatannya, hal ini menuju kepada arti hukum kredit pada umumnya. 58 2 Prinsip Kehati-hatian Prinsip kehati-hatian prudent adalah salah satu konkretisasi dari prinsip kepercayaan dalam suatu pemberian bank garansi, hal ini merupakan perwujudan dari prinsip prudent banking prinsip kehati-hatian bank dari seluruh kegiatan perbankan, untuk dapat berjalan dengan baik atas prinsip tersebut bank melakukan berbagai usaha pengawasan baik internal maupun ekternal. 3 Prinsip 5-C Dalam dunia perbankan 5-C merupakan singkatan dari unsur-unsur, character, capacity, Capital, condition of economy, dan collateral. 58 Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, PT. Refika Aditama, 2010, hlm 143. Universitas Sumatera Utara 36 a. Character adalah watakkepribadianprilaku calon debitor yang harus menjadi perhatian bank sebelum perjanjian pemberian bank garansi ditandatangani. b. Capacity adalah kemampuan calon debitor diprediksi tentang kemampuan untuk memenuhi kewajiban yang ada pada bank. c. Capital adalah modal debitor yang harus diketahui oleh calon kreditor, karena dengan kemampuan modal yang ada dan keuntungan dari debitor dapat dianalisa tingkat kemampuan debitor untuk membayar pelunasan kredit yang ada pada bank. d. Condition of economy adalah suatu kondisi perekonomian baik secara mikro mapun makro yang harus dianalisis sebelum bank garansi diberikan, terutama yang berkaitan dengan bisnis calon debitor. e. Collateral adalah agunan atau jaminan dalam pemberian garansi yang mana fungsi agunan dalam setiap pemberian garansi berfungsi untuk direalisasi atau dieksekusi, jika benar-benar suatu kewajiban debitor dalam keadaan macet. 4. Prinsip 5-P a. Party atau para pihak adalah merupakan yang harus diperhatikan dalam setiap pemberian bank garansi, karena menyangkut karakter dan kemampuan calon debitor untuk memenuhi kewajiban yang ada pada bank. Universitas Sumatera Utara 37 b. Purpose yaitu tujuan pemberian bank garansi dapat digunakan untuk hal-hal yang positif sehingga dapat menaikkan pendapatan perusahaan. c. Payment atau pembayaran, oleh karena itu harus diperhatikan apakah sumber pembayaran calon debitor cukup aman dan tersedia, sehingga mampu untuk membayar segala kewajiban yang dijanjikan kepada bank. d. Profitability yaitu penilaian terhadap kemampuan calon debitor untuk memperoleh keuntungan dalam menjalankan usahanya. e. Protection yaitu perlindungan dari kelompok perusahaan atau jaminan pribadi dari pemilik perusahaan, untuk menjaga hal-hal yang terjadi diluar yang diprediksikan. 5. 3-R a. Returns yaitu hasil yang akan diperoleh debitor mencukupi untuk membayar kembali kreditnya. b. Repayment yaitu kemampuan membayar dari pihak debitor. c. Risk bearing ability yaitu kemampuan menanggung resiko , sejauh mana kemampuan debitor untuk menanggung resiko dalam hal-hal diluar antisipasi kedua belah pihak. Jika melihat dari beberapa prinsip yang tersebut diatas, bahwa 5-C tersebut telah mewakili prinsip 5-P dan 3-R, sedangkan dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998, tampak telah mencantumkan prinsip 5-C. Universitas Sumatera Utara 38 Setelah dilakukan analisis oleh bank, pada umumnya bank-bank apabila layak untuk diberikan bank garansi sesuai dengan permohonannya, bank akan memberikan surat persetujuan dan dikirimkan kepada calon debitor yang mana diminta oleh bank, bahwa foto copy surat persetujuan tersebut ditandatangani oleh debitor yang menyetujui atas syarat-syarat yang ditentukan oleh bank tersebut. Adapun isi surat persetujuan tersebut adalah merupakan syarat-syarat umum yang diberikan bank kepada nasabahnya, antara lain : 1. Besarnya plafond bank garansi yang disetujui; 2. Jenis dan jangka waktu penggunaan bank garansi; 3. Biaya-biaya yang harus dibayar; 4. Tata cara klaim; 5. Barang-barang jaminan yang diminta. Selanjutnya setelah disetujui isi surat pertujuan bank oleh pemohon, maka surat tersebut foto copynya ditandatanganinya, kemudian dikirimkan kembali kepada bank tersebut. Namun demikian dalam pelaksanaan pemberian bank garansi dalam prakteknya bank-bank harus memenuhi syarat-syarat minimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia, berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor:2372KepDir, tanggal 28 Februari 1991, yang telah diedarkan dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 235UKU, tanggal 28 Februari 1991 tentang pemberian bank garansi oleh bank yaitu sebagai berikut : 1. Judul “garansi bank” atau “bank garansi”. Universitas Sumatera Utara 39 2. Nama dan alamat bank pemberi garansi bank. 3. Tanggal penerbitan bank garansi. 4. Jenis transaksi antara pihak yang dijamin dengan penerima jaminan bank. 5. Jumlah nominal uang yang dijamin oleh bank. 6. Tanggal mulai berlaku dan berakhirnya bank garansi. 7. Penegasan batas waktu pengajuan klaim. 8. Pernyataan bahwa penjamin bank akan memenuhi pembayaran dengan terlebih dahulu menyita dan menjual benda-benda siberutang untuk melunasi hutangnya sesuai dengan pasal 1831 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, atau pernyataan bahwa penjamin bank melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda siberutang lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutang- hutangnya sesuai dengan Pasal 1832 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2. Jenis-jenis bank garansi