76
BAB III PELAKSAAN PENCAIRAN BANK GARANSI JIKA DEBITOR
WANPRESTASI A. Tinjauan Secara Umum Tentang Wanprestasi
1. Wanprestasi dalam perjanjian
Suatu perjanjian pemberian bank garansi pada umumnya bersifat timbal balik senantiasa menimbulkan sisi aktif dan sisi pasif, sisi aktif menimbulkan hak bagi
kreditor untuk menuntut pemenuhan prestasi, sedangkan sisi pasif menimbulkan beban kewajiban bagi debitor untuk melaksanakan prestasinya. Pada situasi normal
antara prestasi dan kontra prestasi akan saling bertukar, namun pada kondisi tertentu pertukaran prestasi tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga muncul peristiwa
yang disebut wanprestasi. Pelanggaran hak-hak kontraktual tersebut menimbulkan kewajiban ganti rugi, dalam Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
menyatakan bahwa : Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan,
barulah mulai diwajibkan, apabila siberutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus
diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampauinya.
101
Debitor dinyatakan lalai apabila : i tidak memenuhi prestasi; ii terlambat berprestasi iii berprestasi tetapi tidak sebagaimana mestinya.
102
Sehubungan dengan
101
Agus Yudha Hernoko, 2010, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Jakarta,Kencana Prenada Media Group, hlm.261.
102
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
77
itu Mariam Darus Badrulzaman menyatakan bahwa ingkar janji wanprestasi wujud dari tidak memenuhi perikatan ada 3tiga macam yaitu :
a. Debitur sama sekali tidak memenuhi perikatan
b. Debitur terlambat memenuhi perikatan
c. Debitur keliru atau tidak pantas memenuhi perikatan.
103
Namun demikian untuk adanya kewajiban ganti rugi bagi debitor maka undang-undang menentukan
bahwa debitor harus terlebih dahulu dinyatakan berada dalam keadaan lalai. Hal ini disebutkan dalam Pasal 1238 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu :
Siberutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah jika
menetapkan, bahwa siberutang akan harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan.
Jadi pernyataan
lalai adalah
upaya hukum
dengan mana
kreditor memberitahukan, menegur, memperingatkan debitor selambat-lambatnya ia wajib
memenuhi prestasi dan apabila saat itu dilampaui, maka debitor dinyatakan ingkar janji wanprestasi.
104
Sehubungan dengan itu menurut M.Yahya Harahap yang dimaksud dengan wanprestasi adalah :
“Pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Seorang debitor disebutkan dan berada dalam keadaan
wanprestasi , apabila dia dalam melakukan pelaksanaan perjanjian telah lalai
103
Mariam Darus Badrulzaman, et al., 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung, PT.Citra
Aditya Bakti. hlm.19-20.
104
Johannes Ibrahim, 2004, Cross Default Cross Collateral Dalam Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah, Bandung, PT.Refika Aditama, hlm.53.
Universitas Sumatera Utara
78
sehingga ‘terlambat’
dari jadwal waktu yang ditentukan
atau dalam
melaksanakan prestasi tidak menurut sepatutnyaselayaknya”.
105
Dengan demikian hak-hak kreditor kalau terjadi ingkar janji adalah sebagai berikut : a.
Hak menuntut pemenuhan perikatan; b.
Hak menuntut pemutusan perikatan atau apabila perikatan itu bersifat timbal balik, menuntut pembatalan perikatan;
c. Hak menuntut ganti rugi;
d. Hak menuntut pemenuhan perikatan dengan ganti rugi;
e. Hak menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan dengan ganti rugi.
106
2. Hal-hal yang mengakibatkan wanprestasi Event of Default