akan kita bahas masalah pembentukan nomor kelas, yang biasanya juga disebut “sintesa notasi”.
Secara sepintas lalu, pada bagian-bagian sebelumnya telah kita jumpai contoh-contoh sintesa notasi atau pembentukan nomor kelas, misalnya pada
penggunaan subdivisi standar, di mana notasi subdivisi standar ditambahkan pada suatu nomor kelas tertentu untuk menyatakan bentuk publikasi tajuk
nomor kelas itu. Yang dimaksudkan dengan pembentukan nomor kelas atau sintesa notasi
adalah suatu “proses penggabungan sintesa beberapa bagian dari suatu system klasifikasi untuk memperoleh suatu nomor kelas yang paling spesifik
untuk sebuah karya”. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh.
6.1 Penambahan dari tabel-tabel pembantu
Kita telah paham bahwa notasi dalam tabel-tabel tidak boleh dipakai tersendiri, akan tetapi harus ditambahkan pada atau digabungkan dengan
nomor kelas tertentu untuk mendapatkan nomor kelas yang lebih spesifik yang berhubungan dengan bentuk publikasi tabel1, wilayah tabel2,
kesusastraan tabel 3 dan bahasatabel 4. Berikut ini diberikan contoh dari masing-masing tabel.
a. Dari tabel 1
372 Pendidikan dasar dan prasekolah
-05 Notasi subdivisi standar untuk berkala
372.05 Berkala di bidang pendidikan dasar dan prasekolah b. Dari tabel 2
372.9 Sejarah pendidikan dasar
-598 Notasi wilayah untuk Indonesia
372.9598 Sejarah pendidikan dasar di Indonesia c. Dari tabel 3
82 Nomor dasar untuk kesusatraan inggris
-2 Notasi untuk bentuk khusus drama
Universitas Sumatera Utara
822 Drama dalam kesusastraan inggris
d. Dari tabel 4 44
Nomor dasar untuk bahasa perancis -3
Nomor untuk bentuk standar kamus 443 Kamus bahasa perancis
6.2 Penambahan dari bagian lain bagan DDC
Untuk memahami cara ini, ikutilah contoh berikut: Pada tajuk zoology kita dapati entri yang berikut:
590 Zoologi
591 Zoologi
591.1-591.9 Prinsip-prinsip umum
Tambahan pada 591 bilangan-bilangan yang mengikuti 574 dalam 574.1-574.8, misalnya fisiologi hewan 591.1.
Untuk mengerti instruksi “tambahkan” kita lihat dulu perincian dari 574.1- 574 pada tajuk biologi 574
574 Biologi
574.1 Fisiologi 574.2 Ilmu penyakit
574.3 Pertumbuhan dan kematangan 574.4 Anatomi dan morfologi
574.5 Ekologi 574.6 Biologi ekonomis
574.7 Biologi jaringan, sel dan molekul Dari perincian di atas kita lihat bahwa bilangan-bilangan yang mengikuti
574, yaitu.1, 2, 3 dan seterusya mempunyai pengertian fisiologi di bidang biologi, ilmu penyakit di bidang biologi, pertubuhan dan kematangan di
bidang biologi dan seterusnya. Dengan menambahkan bilangan.1, 2, 3 dan seterusnya di belakang nomor
kelas untuk Zoology 591 kita peroleh perincian berikut:
Universitas Sumatera Utara
591 Zoologi
591.1 Fisiologi hewan 591.2 Penyakit hewan
591.3 Pertumbuhan dan kematangn hewan 591.4 Anatomi dan morfolog hewan
591.5 Ekologi Dst.
7. Memahami indeks relatif
Untuk dapat memakai indeks relatif dengan baik, kita perlu mengetahui apa isinya, bagaimana susunanya, bagaiaman memakainya dan beberapa
catatan lainnya, seperti yang dijelaskan dibawah ini: 1.
Indeks terdiri dari sejumlah entri subyek, masing-masing untuk setiap istilah yang dianggap penting yang terdapat dalam tabel dan bagan baik
yang berdiri sendiri tidak diperinci maupun yang diperinci ke dalam aspek-aspeknya.
2. Entri alam indeks disusun secara alfabetis, demikian juga perincian aspek-
aspek dari entri yang diperinci. 3.
Hampir semua entri subyek yang bernomor kelas terendiri dalam bagan, diberikan indikator nomor kelas, yang tertera di belakang setiap entri atau
aspeknya; juga bagi sejumlah entri yang nomor kelasnya harus diperoleh dengan proses sintesa notasi.
4. Tentu saja tidak praktis untuk mencantumkan dalam indeks semua topik
yang terdapat dalam bagan. Indeks misalnya juga mencantumkan semua nama orang, kota, barang tambang, dan sebagainya.
5. Sebaliknya indeks mencantumkan juga sejumlah entri yang tidak terdapat
dalam bagan. Ini tidak berarti bagannya tidak lengkap tetapi cara itu membantu kita untuk mengetahui bahwa entri tersebut merupakan bagian
entri yang ada dalam bagan.
Universitas Sumatera Utara
6. Indeks DDC disebut relatif oleh Karena itu di dalam bagan aspek-aspek
suatu subyek terpencar-pencar tempatnya dalam berbagai disiplin, sedangkan dalam indeks aspek-aspek itu dikumpulkan bersama-sama di
bawah subyeknya dan nomor kelas yang terdapat di belakang tiap aspek menunjukkan tempatnya di dalam bagan. Nomor kelas ini ada yang tepat
sama dengan yang tercantum dalam bagan akan tetapi banyak juga yang hanya memberikan petunjuk saja sehingga perlu kita bandingkan dengan
nomor kelas dalam bagan untuk menentukan nomor kelas yang tepat. 7.
Dibelakang beberapa entri dalam indeks terdapat serangkaian nomor kelas, misalnya 543-545 untuk aspek analistik ilmu kimia. Hal ini berarti bahwa
di dalam topik bagan dan rangkaian nomor kelas itu diperinci lebih lanjut. 8.
Sebagaimana dalam bagan, indeks juga mempunyai penunjukan silang cross references dengan mempergunakan istilah atau ungkapan lihat,
lihat juga. Penunjukkan lihat memberikan petunjuk dari entri atau perinciannya yang diberi nomor kelas kepada entri lain yang bernomor
kelas dalam indeks. Penunjukkan lihat juga memberikan petunjuk dari suatu entri bernomor kelas kepada entri lain dalam disiplin yang sama
yang juga diberi nomor kelas dalam indeks tetapi yang terperinci aspeknya berlainan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III SISTEM PENGKLASIFIKASIAN DDC PADA UMSU MEDAN
3.1 Sejarah Perpustakaan UMSU