92
4.3.3 Pengaruh Profitabilitas terhadap
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Hasil pengujian variabel profitabilitas ROA menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
keterlambatan pelaporan. Hasil penelitian ini konsisten dengan Penelitian Joened dan
Damayanthi 2016 serta Andini 2016 yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.
Hubungan negatif antara profitabilitas dengan keterlambatan waktu pelaporan keuangan menunjukkan bahwa tingginya profitabilitas membuat
perusahaan segera menyampaikan laporan keuangan, sehingga dapat mengurangi tingkat keterlambatan dalam pelaporan. Profitabilitas yang tinggi merupakan good
news bagi para pihak yang berkepentingan seperti investor, kreditur dan pemegang saham. Oleh karena itu, laporan keuangan cenderung dipublikasikan
dengan cepat. Sebaliknya, jika perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang rendah atau bahkan rugi, maka perusahaan cenderung akan menunda proses
publikasi laporan keuangan. Hal ini dikarenakan perusahaan menganggap hal tersebut sebagai berita buruk bagi para pihak yang berkepentingan seperti
investor, kreditur, dan para pemegang saham.
4.3.4 Pengaruh Laverage Keuangan terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Hasil pengujian variabel leverage keuangan DER menunjukkan bahwa leverage
keuangan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
keterlambatan pelaporan keuangan. Arah hubungan antara leverage keuangan
93
dengan keterlambatan pelaporan sesuai dengan yang diharapkan meskipun hasilnya tidak signifikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan Penelitian Sulistyo
2010, Setiawan dan Widyawati 2014, Kartikasari 2015, dan Fathoni 2015 yang menyatakan bahwa leverage keuangan memiliki arah hubungan positif dan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keterlambatan pelaporan. Hal ini menunjukkan bahwa leverage keuangan suatu perusahaan mengarah kepada
bertambahnya waktu yang dibutuhkan manajemen untuk menyampaikan laporan keuangan. Namun, adanya pengaruh yang tidak signifikan menunjukkan bahwa
perusahaan dengan leverage keuangan yang rendah belum tentu memerlukan waktu yang lebih sedikit dalam pelaporan keuangan, dibandingkan dengan
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi. Hasil pengujian statistik deskriptif menunjukan rata-rata tingkat leverage
keuangan perusahaan sampel sebesar 6,52. Beberapa perusahaan memiliki tingkat leverage keuangan yang tinggi, yaitu diatas rata-rata perusahaan sampel. Namun,
perusahaan-perusahaan tersebut tetap menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu, seperti: 1 PT Cipendawa Tbk tahun 2011, dengan leverage sebesar
15,08; 2 PT Toko Gunung Agung Tbk tahun 2009, dengan leverage sebesar 23,65 dan 3 PT Berau Coal Energy Tbk tahun 2013, dengan tingkat leverage
sebesar 23,97. Sebaliknya, banyak perusahaan seharusnya menyampaikan laporan keuangan dengan tepat waktu karena memiliki tingkat leverage keuangan yang
rendah, yaitu di bawah rata-rata perusahaan sampel. Namun, faktanya perusahaan- perusahaan tersebut justru terlambat dalam menyampaikan laporan keuangannya.
Beberapa perusahaan tersebut seperti: 1 Citra Kebun Raya Agri Tbk tahun 2011
94
dengan leverage sebesar 0,006; 2 Ratu Prabu Energi Tbk tahun 2009 dengan leverage sebesar 0,017; dan 3 Laguna Cipta Griya Tbk tahun 2013 dengan
leverage sebesar 0,017. Hal ini mengindikasikan bahwa baik perusahaan yang tepat waktu maupun perusahaan yang terlambat mengabaikan informasi tentang
Debt to Equity Ratio DER. Dalam kondisi perekonomian saat ini, masalah hutang dianggap biasa dan bukan permasalahan yang luar biasa bagi sebuah
perusahaan, selama masih ada kemungkinan penyelesaiannya. Disamping itu, tingginya leverage keuangan perusahaan di Indonesia disebabkan perusahaan
lebih banyak menggantungkan pada bank daripada pasar modal, sehingga informasi tentang hutang diabaikan oleh perusahaan dan tidak mempengaruhi
keputusan perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan BEI.
4.3.5 Pengaruh Ukuran KAP terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan