commit to user
c. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan
manusia lain maka ia harus berkomunikasi denhan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini merupakan anggota masyarakat
yang tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat. Dalam novel ini, tanggung jawab tokoh perempuan terhadap masyarakat digambarkan melalui tokoh Jeng Yah. Dasiyah adalah nama
lengkapnya. Sejak kecil ia sudah melinting sendiri kretek yang disajikan untuk ayahnya. Sampai suatu saat di waktu dewasa ia memimpin perusahaan kretek
gadis dan kretek merdeka yang bertanggung jawab terhadap masyarakat terutama karyawan buruh pabriknya.
2. Perjuangan Kesetaraan Gender Tokoh Wanita dalam Novel
Gadis Kretek
karya Ratih Kumala
Perjuangan kesetaraan gender terjadi karena ketertindasan perempuan yang dilandasi adanya pembatasan kebebasan individu. Kesetaraan gender
merupakan permintaan kaum perempuan untuk diberi kesempatan dalam institusi-institusi pendidikan dan ekonomi serta lainnya dengan laki-laki. Novel
Ga dis Kretek
karya Ratih Kumala mendeskripsikan perjuangan kesetaraan gender.
commit to user
- Roma isa mencoba menegur seorang ba pa k teta ngga . Tapi si ba pa k
teta ngga itu ba hka n tak menengok pa da nya . Ia terus sa ja ter ta wa - Roema isa la gi. Ta pi la ki-laki pa ruh ba ya itu teta p menga ngga pnya
tak ada . Tiba -tiba Roema isa mera sa mara h, ia ta k bisa la gi mena han emosinya da n berteria k kenca ng seka li. Kini seluruh perha tian
Ratih Kumala, 2012:
108
Sesuai dengan hasil temuan penelitian yang disebutkan subbab sebelumnya, tokoh Roemaisa mampu memperjuangkan kesetaraan gender
melalui kebebasan berpendapat dan menentang sesuatu yang merugikan bagi diri dan keluarganya. Hal tersebut yang dilakukan Roemaisa. Ia menentang
kebiasaan masyarakat Jawa yang dianggapnya kebiasaan itu merugikan diri dan anaknya. Menurut adat kebiasaan masyarakat Jawa berkumpul di rumah
seseorang perempuan yang baru melahirkan hingga malam ketujuh adalah kebiasaan baik. Mereka berkumpul hingga tengah malam, bercanda-canda
sampai mengganggu tuan rumah. Kebiasaan inilah yang ditentang Roemaisa dengan mengusir semua orang yang berkumpul di rumahnya tepat di hari ketiga
kelahiran bayinya.
3. Keadaan Sosial Masyarakat dalam Novel
Gadis Kretek
Karya Ratih Kumala
Hasil temuan selanjutnya dalam penelitian ini adalah tentang keadaan masyarakat yang digambarkan di dalam novel
Ga dis Kretek
karya Ratih
commit to user
Kumala. Dalam novel tersebut keadaan masyarakat terbagi atas tiga zaman. Yakni: 1 masyarakat tahun 2000-an, 2 masyarakat tahun 1945an dan 3
masyarakat tahun 1945. Pada ketiga zaman tersebut, keadaan sosial masyarakat yang digambarkan berbeda pada satu zaman dari zaman lainnya.
Masyarakat tahun 2000-an digambarkan melalui tokoh pemuda yang tempramental, ada yang bermalas-malasan, penuh dengan teknologi dan
kemajuan zaman. Masyarakat tahun 1945-an digambarkan masih tradisional, belum
mengenal teknologi yang canggih. Mereka masih percaya perdukunan. Hal tersebut dapat disimpulkan dari dialog para tokoh serta narasi yang diberikan
pada subbab di atas. Sedangkan kondisi masyarakat tahun 1965 digambarkan sangat
mencekam. Keadaan masyarakat pada saat itu digambarkan lewat novel ini dengan kisah pembantaian tujuh jenderal terbaik oleh pasukan Birawa PKI.
Tokoh-tokoh dalam novel ini seperti Soejagad, Jeng Yah, Idroes Moeria juga menjadi korban keganasan pengganyangan yang dilakukan terhadap siapapun
yang terindikasi memiliki keterkaitan dengan PKI.
4. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel
Gadis Kretek
Karya Ratih Kumala
Temuan penelitian tentang nilai pendidikan yang terdapat dalam novel
Ga dis Kretek
karya Ratih Kumala adalah terdiri dari a nilai pendidikan moral, b nilai pendidikan religius, dan c nilai pendidikan budaya.
commit to user
Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima mengenai perbuatan, sikap, berkewajiban dan sebagainya. Moral dapat pula disebut
dengan ahklak budi pekerti dan susila. Bagian dari nilai pendidikan moral adalah kepedulian dan empati kepada sesama. Kepedulian dan empati
didasarkan pada pemahaman perasaan diri sendiri dan memahami orang lain. Kepedulian dan empati adalah cara kita menanggapi perasaan dan pengalaman
orang lain. Kepedulian itu tergambar lewat tokoh Ibas dan Jeng Yah lewat kutipan berikut ini.
t jelas. Dia masih mengenakan helm. Dibukanya helm itu, dan langsung
mendekatiku. Tangannya mengacung menunjuk-nunjuk mukaku Cuma karena situ punya pabrek bisa seenaknya ngerebut
tu menuding-nuding aku dengan dialek Jawa yang kental....
Maksdunya apa sampai bilang kalau utangnya banyak segala? ....
Berapa utang Mira? Tiga juta setengah, katanya.
Kuambil cek yang ada di dalam laci meja direktur, siapa lagi kalau buka Mas Tegar. Mas Tegar yang sedang menenagkan diri
heran melihatku. Ratih Kumala, 2012: 170
commit to user
Tokoh Lebas pada awal cerita adalah tokoh yang cuek kepada keluarga. Namun dibalik kecuekannya itu ia memiliki rasa empati yang
tinggi. Mira adalah pekerja di pabrik kretek keluarga Jagad di Kudus. Lebas pada awalnya hanya menebar senyum dan berbincang-bincang
mengenai pabrik kepada Mira. Namun kekasih Mira menanggapi berbeda perbincangan mereka. Kekesalan kekasihnya itu dinyatakan lewat
lemparan batu pada pabrik mereka. Konflik kecil pun tak terhindarkan, dan akhirnya mereka mengetahui bahwa Mira terpaksa mencintai kekasihnya
itu karena terlilit hutang padanya. Moral adalah aturan yang bersumber dari hati nurani untuk
membimbing perilaku dan cara berpikir. Meningkatkan kualitas moral dimulai dari kesadaran untuk menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri.
Ketika dalam hati nurani terisi nilai-nilai negatif yang tidak mampu membedakan antara benar dan salah, maka diri akan menjadi pencipta
bencana, yang setiap saat dapat memutarbalikkan benar menjadi salah atau salah menjadi benar. Nilai-nilai positif akan menciptakan keunggulan
moral baik. Dan hasilnya, diri dengan moral baik akan menjalankan etika dan integritas pribadi dengan sepenuh hati.
commit to user
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kepribadian profil tokoh perempuan yang digambarkan penulis lewat tokoh Roemaisa dan Jeng Yah sebagai tokoh yang tegar mandiri yang berwibawa.
Dengan demikian, teori
nature
yang memberi peran terbatas kepada kaum wanita, bukanlah sesuatu yang mutlak. Citra perempuan dalam novel ini adalah
perempuan tradisional, transisi, dan modern. 2. Perjuangan kesetaraan gender tokoh wanita dalam novel ini ditunjukkan oleh
penulis melalui tokoh Roemaisa dan Jeng Iyah. Kedua tokoh ini adalah tokoh perempuan yang sangat berperan dalam usaha kretek. Bentuk ketidakadilan
gender ada empat macam yaitu bentuk ketidakadilan gender yang berupa streotip, marginalisasi perempuan, subordinasi pekerjaan, dan kekerasan dalam rumah
tangga. 3. Keadaan sosial masyarakat yang digambarkan dalam novel
Ga dis Kretek
karya Ratih Kumala dibagi dalam tiga zaman. Yakni sosial masyarakat tahun 1945,
sosial masyarakat tahun 1965, dan sosial masyarakat tahun 2000an. 4. Nilai-nilai pendidikan novel
Ga dis Kretek
karya Ratih Kumala meliputi: 1 nilai pendidikan agama yang menekankan antara manusia dengan Tuhan, 2 nilai
pendidikan moral yang berhubungan dengan nilai baik buruknya tingkah laku