Perjuangan Kesetaraan Gender Tokoh Wanita dalam Novel

commit to user Profil tokoh wanita dalam novel yaitu berupa semua wujud gambaran mental dan tingkah laku yang diekspresikan oleh tokoh perempuan. Wujud citra perempuan ini dapat digabungkan dengan aspek fisis, psikis, dan sosial budaya dalam kehidupan perempuan yang melatarbelakangi terbentuknya wujud citra perempuan. Dalam menjaga citranya tersebut, perempuan sebagai individu harus memerankan perannya dengan baik sebagai individu, istri, dan perannya di sosial masyarakat Sugihastuti, 2000:44. Dari ketiga tokoh perempuan yang disebutkan dalam novel Ga dis Kretek terlihat bahwa wanita yang digambarkan dalam novel ini berani dan mempunyai rasa tanggung jawab diri dalam masyarakat. Rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, pada akhirnya berkembang menjadi rasa tanggung jawab terhadap keluarga, masyarakat dan kelompok.

2. Perjuangan Kesetaraan Gender Tokoh Wanita dalam Novel

Gadis Kretek karya Ratih Kumala Analisis gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Keadaan masyarakat Indonesia dari dulu sampai sekarang masih sering menyalahgunakan konsep gender sehingga kerap kali terjadi ketidakadilan gender. Menurut Relawati, 2010:6 ada beberapa faktor yang menjadi penyebab ketidakadilan gender, antara lain: commit to user a. Mitos yang berlangsung turun temurun di masyarakat. Yang mengatakan perempuan adalah teman belakang. Kata teman belakang mempunyai makna jika di dalam rumah urusan perempuan adalah di sekitar dapur dan berbagai urusan pekerjaan rumah tangga lainnya. Alasan ini yang digunakan sebagai alasan orang tua untuk tidak menyekolahkan anak perempuan tinggi-tinggi, karena pada akhirnya ketika mereka menikah hanya akan berada di dapur. b. Laki-laki selalu dianggap bertindak berdasarkan rasional, sedangkan kaum perempuan selalu mendahulukan perasaan . c. Budaya patriarki budaya yang lebih mementingkan laki-laki, dalam keluarga yang berkuasa adalah bapak. Patriarki adalah konsep bahwa laki- laki memegang kekuasaan atas semua peran penting dalam masyarakat, dalam pemerintahan, militer, pendidikan, industri, bisnis, perawatan kesehatan, iklan, agama dan lain sebagainya. d. Sistem kapitalis yang berlaku, yaitu siapa yang memiliki modal besar itulah yang menang. Implikasi dari sistem kapitalis ini telah diperluas tidak hanya terkait bisnis tetapi juga dalam ranah kehidupan lainnya. Laki-laki secara fisik lebih kuat dari pada perempuan sehingga akan mempunyai peran dan fungsi yang lebih besar dalam berbagai aspek kehidupan. Dari alasan yang dikemukakan di atas, ketertindasan perempuan terjadi karena adanya pembatasan kebebasan individu. Dasar dari pemikiran ini adalah bahwa lelaki dan perempuan diciptakan setara, sehingga sudah menjadi keharusan adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan serta adanya kesempatan commit to user yang sama dalam mengembangkan diri. Oleh karena itu, tuntutan kesetaraan gender merupakan permintaan kaum perempuan untuk diberi kesempatan dalam institusi-institusi pendidikan dan ekonomi dan lainnya agar sejajar dengan laki- laki. Novel Ga dis Kretek karya Ratih Kumala mendeskripsikan beberapa konsep kesetaraan gender lewat tokoh-tokoh perempuan yang ada di dalamnya. Hal tersebut dapat ditemui melalui kutipan teks novel berikut. -a ri di lua Roma isa mencoba menegur seorang ba pa k teta ngga . Tapi si ba pa k teta ngga itu bahka n tak menengok pa danya. Ia terus sa ja terta wa - Roema isa la gi. Ta pi la ki-laki pa ruh ba ya itu teta p menga ngga pnya tak ada . Tiba -tiba Roema isa mera sa mara h, ia ta k bisa la gi mena han emosinya da n berteria k kenca ng seka li. Kini seluruh perha tian Ratih Kumala, 2012: 108 Kutipan di atas, menyiratkan bahwa perempuan seharusnya boleh berpendapat dan menentang sesuatu yang merugikan dirinya. Tidak hanya menerima nasib atau keadaan. Dalam novel tersebut diceritakan bahwa menjelang Magrib, bapak-bapak tetangga mulai berdatangan. Ibu-ibu tetangga yang dimintai tolong bertugas bergantian untuk menyiapkan seduhan teh yang nasgitel, pana s- legi kentel . Bapak-bapak itu mengobrol semalaman, merokok semalaman, ada pula yang sengaja membawa kartu gaple untuk menghabiskan malam. Ini adalah sebuah tradisi di lingkungan Jawa tengah saat menyambut dan menjaga bayi yang baru lahir. Penulis novel mengkritik tradisi ini lewat tokoh perempuannya yang bernama Roemaisa dengan menentang lewat sajian cerita yang bagus. commit to user Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan juga dibentangkan penulis dalam novel ini melalui tokoh Dasiyah atau Jeng Yah. Penulis dalam novelnya ini meletakkan posisi tokoh Jeng Yah sebagai landasan perjuangan kesetaraan gender. Dimana tokoh Jeng Yah digambarkan sebagai tokoh perempuan yang lincah, gesit, berpengetahuan, dan mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk memimpin sebuah perusahaan besar. Melalui kretek yang dihisapnya, penulis juga ingin menyampaikan bahwa hak untuk merokok melinting kretek adalah hak laki-laki dan perempuan. Penulis seolah ingin menolak dan mengkritik pandangan masyarakat bahwa seorang perempuan yang merokok adalah perempuan yang tidak baik nakal, terlibat prostitusi padahal apabila laki-laki yang merokok itu dipandang sebagai hal yang wajar. Dalam novel ini, semua itu dibantah keras. Tokoh Jeng Yah digambarkan tokoh yang sangat mengenal kretek, bahkan mahir dalam mengenali kretek yang bagus atau tidak bagus. ... Siapa yang tak mengenal Dasiyah, kembang Kota M, putri pengusaha kretek nan cantik jelita. Ia adalah gadis ceria yang selalu ramah pada siapa pun yang ditemuinya. Senyumnya tak pernah hilang dari wajah ayunya, seolah senyum itu memang sengaja dipasang sebagai perhiasan, seumpama kalung atau anting-anting. Idrus Moeria tak lagi khawatir ketika istrinya, Roemaisa, tak melahirkan anak laki-laki. Ia cukup punya Dasiyah, gadis itu meski tak sama sekali tomboy, tapi punya energi layaknya anak laki-laki keluarga yang mengambil alih tanggung jawab. Anak gadisnya itu juga dinilai punya naluri dan kebijaksanaan yang bagus jika berkaitan dengan usaha dagang kretek keluarga mereka. Ratih Kumala, 2012: 176 commit to user Perjuangan kesetaraan gender tokoh wanita dalam novel ini ditunjukkan oleh penulis melalui tokoh Roemaisa dan Jeng Iyah. Kedua tokoh ini adalah tokoh perempuan yang sangat berperan dalam usaha kretek. Bentuk ketidakadilan gender ada empat macam yaitu bentuk ketidakadilan gender yang berupa streotip, marginalisasi perempuan, subordinasi pekerjaan, kekerasan dalam rumah tangga. Dalam novel Ga dis Kretek tokoh utama perempuannya mengalami ketidakadilan gender. Lebih jelasnya di bawah akan penulis paparkan analisis bentuk ketidakadilan gender tersebut. Melalui latar sosial dan pemikiran tokoh di dalamnya, novel ini juga telah berhasil mengungkap fakta dominasi, subordinasi, dan marginalisasi yang dialami perempuan dalam ranah keagamaan, sehingga asumsi masyarakat terhadap posisi dikotomis perempuan yang semata-mata didasarkan pada mitos, kepercayaan dan tafsir kitab suci, senantiasa dikritik dan diluruskan kembali. Novel Ga dis Kretek mengajak para pembacanya untuk melakukan perlawanan secara proposional dimaksud meliputi perlawanan perempuan atas laki-laki. Serta perlawanan perempuan terhadap kemajemukan dan kelengahan kaumnya perempuan itu sendiri. Penggambaran posisi dan sikap tokoh perempuan tersebut juga mencerminkan adanya upaya untuk menggapai dan mencari solusi terhadap masalah gender yang ditimbulkan oleh ketidakadilan sosial dan budaya di sekitar tokoh itu berada. Ketidakadilan gender yang berupa streotip beban kerja lebih banyak dan palabelan terhadap suatu kelompok atau jenis pekerjaan tertentu. Penggambaran tokoh perempuan dalam novel menciptakan citra umum perempuan dalam commit to user masyarakat Indonesia khususnya perempuan Jawa. Kenyataannya, bahwa norma- norma patriarkal masih mendominasi masyarakat Indonesia. Penggambaran hal tersebut terdapat dalam novel ini. Berikut kutipannya. Perempuan. Dua detik hati Idroes Muria timbul semacam penyesalan yang tak diakuinya. Tapi dua detik kemudian rasa itu hilang, sambil berkata pada hati kecilnya, bahwa sudah sepatutnya ia bersyukur telah dikaruniai anak, mengingat anaknya pertama telah gugur. Tiga tahun yang lalu, ketika Roem pertama kali hamil, Idroes Moeria tidak pernah mengiginkan secara khusus anak laki-laki, ataupun anak perempuan. Ia mau diberi apapun, laki-laki, ataupun anak perempuan. Tapi, setelah ia berdiam diri di Koblen selama kurang lebih dua tahun, ia lebih berharap punya anak laki-laki. Seperti orang-orang zaman itu, Idroes Moeria makin percaya, bahwa anak laki-laki akan menjadi lebih kuat, bisa diandalkan, dan bakal jadi kepala keluarga yang lebih tangguh untuk jadi pemimpin ketimbang anak perempuan Ratih Kumala. 2012: 104 Doktrin bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan tidak berdaya masih berkembang pada sebagian masyakarat, terutama masyarakat di daerah pinggiran. Dari kenyataan tersebut, tampak bahwasanya di suatu kelompok masyarakat di Indonesia, ada yang tidak menginginkan kehadiran anak perempuan. Bagi mereka anak perempuan hanya membawa aib bagi keluarga. Sebagai contoh pada beberapa suku bangsa di tanah air. Sebut saja suku Batak yang ada di provinsi Sumatera Utara. Bagi mereka anak laki-laki merupakan kebanggaan, karena dapat meneruskan silsilah keluarga. Sebaliknya kehadiran perempuan tidak terlalu dibanggakan oleh karena pada akhirnya kelak anak perempuan tersebut akan pergi meninggalkan keluarga. commit to user Bahkan secara lebih ekstrim, bagi pasangan keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki, disuruh bahkan dipaksa pihak keluarga untuk menikah dengan gadis lain untuk mendapatkan ketururnan laki-laki. Sungguh ini adalah pemikiran-pemikiran kuno zaman jahiliyyah penduduk bangsa Arab sebelum datangnya ajaran Islam yang harus ditinggalkan pada masa sekarang ini. Akan tetapi, penulis novel melalui tulisannya terutama tokoh perempuan yang ada di dalamnya menafikan keadaan tersebut. Di dalam novel diceritakan bahwa kesuksesan memimpin sebuah perusahaan besar bisa dipercayakan oleh seorang perempuan.

3. Keadaan Sosial Masyarakat dalam novel