Masyarakat Tahun 2000an Masyarakat Tahun 1945an

commit to user Bahkan secara lebih ekstrim, bagi pasangan keluarga yang tidak mempunyai anak laki-laki, disuruh bahkan dipaksa pihak keluarga untuk menikah dengan gadis lain untuk mendapatkan ketururnan laki-laki. Sungguh ini adalah pemikiran-pemikiran kuno zaman jahiliyyah penduduk bangsa Arab sebelum datangnya ajaran Islam yang harus ditinggalkan pada masa sekarang ini. Akan tetapi, penulis novel melalui tulisannya terutama tokoh perempuan yang ada di dalamnya menafikan keadaan tersebut. Di dalam novel diceritakan bahwa kesuksesan memimpin sebuah perusahaan besar bisa dipercayakan oleh seorang perempuan.

3. Keadaan Sosial Masyarakat dalam novel

Gadis Kretek karya Ratih Kumala Dalam mendeskripsikan kondisi keadaan sosial masyarakat yang tergambar dalam novel Ga dis Kretek karya Ratih Kumala akan digunakan dengan pendekatan sosiologi Sastra. Melalui pendekatan ini akan dilihat aspek lingkungan sosial untuk masuk kepada hubungan sastra. Pembicaraan akan dimulai dengan penyelidikan pada suatu masa tertentu dan pada masyarakat tertentu. Swingewood: 1986 Keadaan masyarakat di dalam novel Ga dis Kretek karya Ratih Kumala ini terbagi dalam tiga zaman. Yaitu: 1 masyarakat tahun 2000an, 2 masyarakat tahun 1945an, dan 3 tahun 1965an. Berikut ini akan digambarkan keadaan ketiga masyarakat tersebut yang ada dalam novel ini.

a. Masyarakat Tahun 2000an

commit to user Mengawali novel ini, penulis mengenalkan tokoh-tokoh yang memiliki karakter tempramental, acuh, pemarah, lewat tokoh pemuda- pemuda seperti Lebas, Tegar, dan Karim. Ketiganya adalah kakak beradik, putra dari pemilik perusahaan rokok ternama Soeraja. Lewat ketiga tokoh tersebut penulis menggambarkan keadaan sosial masyarakatnya. ... Benar juga sih. Tapi ke Kudus? Ngapai? Apa kamu bisa nyari Jeng Yah Bas? Aaaaargghh... Satu ata itu pun akhirnya nanti aku suruh supir jemput kamu di Semarang buat ke Kudus. Karakter tokoh Lebas tidak dijumpai pada dua tahun sebelumnya. Karakter Lebas yang acuh, tidak peduli sesama, sangat santai dalam menyikapi kehidupan, hanya dijumpai pada tahun 2000-an dalam novel ini. ... Pamitku pada Ibu akan ke Kudus mengurus beberapa urusan pabrik. Ibu memandang wajahku tak percaya. Ibu tak banyak saja Bu...mungkin Lebas jadi sadar setelah melihat Romo sakit. Ratih Kumala, 2012: 18 commit to user Bila diperhatikan, penulis sangat faham sekali situasi sosial masyarakat pada saat ini dimungkinkan karena pengarang memang bagian dari masyarakat tersebut.

b. Masyarakat Tahun 1945an

Kondisi sosial masyarakat tahun 1945 sebelum merdeka di Indonesia, khususnya di kota M dan kota Kudus dapat digambarkan sebagai berikut: Setelah malam ketujuh usai, Mak Iti baru bicara pada Idroes Moeria. -ari anakmu dicolong orang yang jadi sainganmu. Untuk syarat mengalahkanmu suatu hari nanti, lewat anakmu ini. Ratih Kumala, 2012: 16 Kondisi sosial masyarakat pada saat itu masih tradisional, masih mempercayai khurafat-khurafat dukun. Kepercayaan terhadap perduk-unan masih berlanjut ketika Idroes Moeria mencari wahyu untuk menerima tawaran pemilik modal dan bertapa di gunung Kawi. Secara tidak langsung pengarang sepertinya juga setuju dan percaya pada hal-hal tersebut. Walaupun tidak secara tersurat diceritakan dalam novel, tetapi di akhir cerita pengarang seolah membenarkan perkataan Mak Iti tersebut. Bila diperhatikan, kata-kata Mak Iti tersebut mengacu pada satu orang yaitu Soejagad. Dialah orang yang selama ini memusuhi dan iri kepada Idroes Moeria. Pada akhir cerita disebutkan bahwa usaha Kretek Gadis mengalami commit to user kebangkrutan hingga gulung tikar sedangkan yang berjaya adalah usaha kretek Djagad.

c. Masyarakat Tahun 1965an