2. Mencegah dan mendeteksi hipoglikemia
3. Mencegah hiperglikemia berat
4. Menyesuaikan dengan perubahan gaya hidup
5. Menentukan kebutuhan untuk memulai terapi insulin.
2.3. Stres dan Diabetes Melitus Tipe 2
Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia Selye, 1976 dalam Potter and
Perry, 2009. Monat, Lazarus Reevy 2007 dalam Potter Perry 2009 menyatakan bahwa stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan penyakit
karena peningkatan hormon yang mengubah proses dalam tubuh. Ahli psikoneuroimunologi juga menunjukkan bahwa stres dan keadaan emosional
seorang individu memainkan peranan penting dalam menimbulkan kerentanan terhadap suatu penyakit Daruna, 2004 dalam Lorenst, dimana stres memodulasi
kegiatan sistem tubuh untuk mempertahankan kesehatan. Hal ini menunjukkan adanya koneksi antara pikiran dan tubuh melalui interaksi sistem endokrin, saraf,
dan sistem kekebalan tubuh, sehingga penyakit juga dapat menjadi bentuk stres terhadap fisik dan psikologis Song Leonard, 2000 dalam Lorentz.
Stresor pertama kali diterima oleh panca indera dan diteruskan ke sistem limbik yang merupakan pusat emosi dan regulasi stres di sistem saraf pusat.
Ketikan terjadi rangsangan yang sama,sistem saraf simpatik akan memproduksi neuroepineprin, yaitu sebuah neurotransmitter yang memperkuat memori stres dan
mengaktifkan respon stres, Bloom Lazerson, 2000. Hal ini menjelaskan bagaimana pikiran dan emosi mengalami perubahan fungsi fisiologis.
Universitas Sumatera Utara
Pikiran dan tubuh dapat berkomunikasi satu sama lain dengan adanya interaksi antara sistem saraf, sistem endokrin, dan sistem kekebalan tubuh melalui
dua jalur fisiologi yaitu simpatik-adrenal-medular SAM dan hipitalamus- hipofisis-adrenal HPA Freeman Lawliw, 2001 dalam Lorentz. Jalur SAM
diawali dengan produksi neurotransmitter berupa asetilkolin dari serat praganglion simpatis dan parasimpatis, sedangkan ujung saraf pascaganglion simpatis
melepaskan norepineprin. Selain disintesis dibatang otak, norepineprin juga disintesis di medula adrenal yang menghasilkan hormon katekolamin terutama
epineprin dan norepineprin. Epineprin bekerja di otot polos arteriol dan pankreas menghambat produksi insulin dan meningkatkan glukagon.
Jalur kedua adalah HPA yang memberi sinyal terhadap sistem endokrin untuk melepaskan hormon tiroid dan adrenal yang memiliki efek langsung pada
sistem kekebalan tubuh. Di awali dengan produksi corticotrophin releasing hormone CRH yang akan merangsang hipofise anterior untuk melepaskan
adeno-corticotropin hormone ACTH yang akan merangsang kelenjar korteks adrenal untuk melepaskan hormon glukokortikoidkortisol. Kortisol ini
merupakan produk akhir dari HPA yang sebagai efek anti inflamasi dan imunosupresi, disamping itu kortisol juga memiliki efek metabolik berupa
menghambat penyerapan dan penggunaan glukosa oleh banyak jaringan kecuali otak , merangsang penguraian protein untuk membantu glukoneogenesis, dan
lipolisis sebagai pengganti glukosa, sehingga glukosa dapat digunakan oleh otak. Stres kronis dan berulang dapat menyebabkan disregulasi sumbu HPA dan
Universitas Sumatera Utara
hipertrofi kelenjar adrenal, sehingga mengubah sekresi kortisol yang mempengaruhi fungsi organ seperti hiperkortisolism dan hipokortisolism.
Stres memberikan stimulus pada SAM dan HPA untuk merangsang produksi hormon epineprin dan kortisol dari kelenjar adrenal Guilliams
Edwards, 2010. Efek dari peningkatan hormon kortisol dan epineprin adalah terjadi peningkatan glukosa dalam darah Dilman, 1989 dalam Lorentz, 2006.
Kedua hormon ini meningkatkan kadar glukosa darah karena berpengaruh secara biokimia terhadap sistem endokrin, saraf, dan imunitas Sherwood, 2011.
Selanjutnya menurut Freeman Lawlis, 2001, kortisol dan epineprin yang dilepaskan dalam jumlah yang lebih tinggi ketika seseorang berada dalam
dibawah tekan, dapat menekan aktivitas sel T sehingga sistem kekebalan tubuh menurun.
Konsep sindrom umum general adaptation syndromeGAS yang meyakini bahwa semua stresor, tanpa memperhatikan jenis, pada dasarnya
menghasilkan respon patofisiologi yang sama Corwin, 2009. Berarti baik stress fisik maupun psikologis mempunyai efek yang sama. Stimulasi pada sistem
limbik akan mengaktifkan aksis HPA dan merangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan epineprin dan kortisol Sherwood, 2011.
2.4. Konsep Relaksasi Autogenik 2.4.1 Definisi relaksasi autogenik