tentram. Relaksasi autogenik dapat mengalihkan respon tubuh kita secara sadar berdasarkan perintah dari diri sendiri, maka dapat membantu melawan efek stres
yang berbahaya Greenberg, 2002. Relaksasi autogenik diduga sesuai diterapkan pada penyakit endokrin, mengingat fungsi tubuh yang paling berhubungan dengan
stres adalah sistem endokrin. Agardh, et al., 2003 membuktikan dalam penelitian epidemiologinya adanya hubungan antara stres dengan DMT2.
Relaksasi merupakan bentuk mind body intervention dalam terapi komplementer dan alternative CAM dalam setting keperawatan kozier et al,
2004. Penggunaan terapi komplementer ini semakin meningkat beberapa dekade terakhir ini, bahkan terapi CAM ini sudah merupakan bagian dari keperawatan
sejak periode Florence Nightingale seperti dalam bukunya Notes on Nursing tahun 1859. Relaksasi diduga bekerja dengan pengaturan hormon kortisol dan hormon
stres lainnya. Hal ini diperkuat oleh penelitian DiNardo 2009 efek meditasi pada penurunan kadar gula darah. Relaksasi autogenik sendiri merupakan penelitian
yang dianjurkan untuk diteliti selanjutnya. Mengingat keuntungan dan manfaat relaksasi autogenik, maka peneliti
tertarik untuk mengindetifikasi pengaruh relaksasi autogenik terhadap kadar gula darah pada klien DMT2 di Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Djasamen
Saragih Pematangsiantar dan Rumah Sakit Vita Insani. Pematangsiantar.
1.2. Permasalahan
DMT2 menjadi masalah kesehatan yang serius, baik dinegara maju maupun di negara berkembang karena insidensinya terus meningkat Soegondo, et
Universitas Sumatera Utara
al., 2009. DM merupakan penyakit kronis yang dapat menyebabkan komplikasi pada berbagai sistem tubuh, dan tidak dapat disembuhkan melainkan pengontrolan
kadar gula darahnya, sehingga kadar gula darah menjadi fokus perhatian intervensi kesehatan Inzucchi, et al., 2005.
Dalam mengelola DM langkah pertama yang harus dilakukan adalah pengelolaan non farmakologis, berupa edukasi, terapi gizi medis dan latihan
jasmani. Relaksasi sebagai terapi non farmakologis juga merupakan salah satu bentuk latihan pasif,. Tehnik relaksasi autogenik terdiri dari enam standar dengan
gerakan dan instruksi sederhana dengan waktu yang efisien dibandingkan dengan relaksasi lainnya Kanji, et al., 2006.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah relaksasi autogenik berpengaruh terhadap
penurunan kadar glukosa darah KGD pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Djasamen Saragih Pematangsiantar dan
Rumah Sakit Vita Insani RSVI Pematangsiantar.
1.3 Tujuan Penelitian 1.2.1. Tujuan Umum
1.2.2. Tujuan umum penelitian ini adalah mengindentifikasi pengaruh relaksasi
autogenik terhadap penurunan kadar glukosa darah pada pasien DMT2. 1.2.3. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Mengidentifikasi perbedaan mean KGD pasien DMT2 sebelum dan setelah
relaksasi pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi 2.
Menganalisa perbedaan selisih mean KGD pada kelompok kontrol dan intervensi
3. Mengidentifikasi pengaruh faktor pengganggu terhadap kadar glukosa
darah setelah relaksasi autogenik
1.4 Hipotesis Penelitian
Adapun yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh relaksasi autogenik terhadap kadar gula darah pada pasien DMT2 di Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar dan Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1.
Bagi pelayanan keperawatan Memberikan masukan bagi pihak pelayanan kesehatan untuk menggunakan
relaksasi autogenik sebagai salah satu terapi komplementer dalam menurunkan kadar glukosa darah pasien DMT2.
2. Bagi pendidikan dan perkembangan ilmu keperawatan
Memperkuat dukungan teoritis penggunaan relaksasi autogenik dalam menurunkan kadar glukosa darah pada pasien DMT2.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan konsep teori yang mendukung penelitian meliputi: glukosa darah, DMT2, stres dan diabetes, relaksasi autogenik,
landasan teori dan kerangka konsep
2.1. Glukosa Darah
Glukosa darah merupakan bentuk karbohidrat yang paling sederhana diabsorbsi ke dalam cairan darah melalui pencernaan. Kadar glukosa darah KGD
ini akan meningkat setelah makan dan biasanya akan turun pada level yang paling rendah pada pagi hari sebelum orang makan. Kadar glukosa darah diatur melalui
umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh Price Wilson, 2006; Smeltzer Bare, 2008. Kadar glukosa dalam darah dimonitor
oleh pankreas, bila konsentrasi glukosa menurun karena dikonsumsi untuk memenuhi energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, organ yang menargetkan
sel-sel dihati. Kemudian sel ini merubah glikogen menjadi glukosa. Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan kadar gula darah
Ignatavicius Walkman, 2006. Pada keadaan normal glukosa darah di atur sedemikian oleh insulin,
sehingga kadarnya selalu dalam batas normal, KGD normal sekitar 70-140 mgdl. Pada keadaan DM tubuh relatif kekurangan insulin sehingga pengaturan KGD jadi
kacau. Walaupun KGD tinggi, glukoneogenesis di hati tidak dapat dihambat sehingga menyebabkan nilai KGD semakin meningkat Waspadji, 2009, dalam
Soegondo, et al., 2009.
Universitas Sumatera Utara