21
Gambar 4.5 Proses ekstraksi
Waterbath
Gambar 4.6 Gel sebelum dioven Hasil ekstraksi kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman No.4.
Kertas saring ini dapat menyaring hasil ekstraksi material organik yang memiliki ukuran partikel 20-25µm. Filtrat ditampung dan ditempatkan pada toples kemudian disimppan di
lemari pendingin pada suhu 4-10
o
C selama 24 jam. Perlakuan pada tahap ini adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak tersebut adalah gelatin. Hasil ekstrak menunjukkan perubahan
menjadi gel pada suhu 10
o
C. Pada saat pendinginan, rantai-rantai polipeptida gelatin dapat secara acak kembali membentuk struktur
triple-helix
. Gel kemudian dioven pada suhu 60
o
C selama 48 jam untuk proses pengeringan sehingga diperoleh lapisan tipis gelatin padatan. Suhu dibuat tidak terlalu tinggi untuk menghindari denaturasi rantai polipeptida.
Pada perlakuan ini, gelatin yang semula dalam fase gel mencair akibat pemanasan. Setelah kering dan didinginkan dalam desikator, gelatin membentuk lapisan tipis pada teflon.
Lapisan ini kemudian dikerok, ditimbang dan dihitung rendemennya.
4.4 Karakterisasi Produk Gelatin
4.4.1 Rendemen gelatin
Rendemen merupakan parameter yang penting diketahui untuk menilai efektif tidaknya proses produksi gelatin. Semakin besar nilai rendemen yang dihasilkan maka
semakin efesien perlakuan yang diberikan. Nilai rendemen gelatin kulit ayam dari berbagai jenis perlakuan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.
22
Tabel 4.2. Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai Rendemen Gelatin Kulit Ayam
Perlakuan Rendemen ± Standar Deviasi
GNAA 16,00 ± 1,40 a
GNAL 19,79 ± 1,10 b
GNAS 18,95 ± 2,43 b
GNAAH 10,70 ± 0,95 c
GNALH 19,27 ± 1,79 b
GNASH 21,11 ± 0,38 b
Keterangan: Data yang diikuti huruf berbeda pada kolom menunjukkan perbedaan nyata menurut uji Duncan pada taraf ketelitian 5
GNAA : gelatin dengan perlakuan asam asetat tanpa demineralisasi dengan asam sulfat GNAL : gelatin dengan perlakuan asam laktat tanpa demineralisasi dengan asam sulfat
GNAS : gelatin dengan perlakuan asam sitrat tanpa demineralisasi dengan asam sulfat GNAAH: gelatin dengan perlakuan asam asetat dengan demineralisasi asam sulfat
GNALH: gelatin dengan perlakuan asam laktat dengan demineralisasi asam sulfat GNASH: gelatin dengan perlakuan asam sitrat dengan demineralisasi asam sulfat
Nilai rendemen gelatin hasil penelitian berkisar antara 10,70 - 21,11. Nilai rendemen tertinggi diperoleh dari perlakuan perendaman sampel kulit ayam dengan NaOH
0,15 dilanjutkan dengan perendaman asam sulfat 0,15, kemudian perendaman dengan asam sitrat 1, yaitu sebesar 21,11. Sedangkan nilai rendemen terendah diperoleh dari
perendaman sampel dengan NaOH 0,15 dilanjutkan dengan perendaman menggunakan asam sulfat 0,15, kemudian perendaman dengan asam asetat 1, yaitu 10,70.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa rendemen gelatin dipengaruhi oleh perendaman dengan asam sulfat dan tanpa asam sulfat menunjukkan hasil yang berbeda
nyata P0,05 pada perlakuan sampel yang menggunakan larutan asam asetat sebagai
23
salah satu larutan perendam. Penggunaan variasi pelarut asam, yaitu asam asetat, asam laktat dan asam sitrat juga berpengaruh nyata P0,05 terhadap hasil rendemen gelatin.
Hasil gelatin dari perlakuan perendaman dengan asam sulfat menghasilkan rendemen yang relatif lebih rendah dibandingkan gelatin tanpa perendaman asam sulfat.
Hal ini dapat disebabkan penggunaan asam sulfat 0,15 sebelum perendaman dengan masing-masing asam asetat, asam laktat dan asam sitrat tidak hanya berperan dalam proses
demenineralisasi
tetapi juga menyebabkan struktur
triple helix
pada tropokolagen terurai menjadi
single helix
gelatin yang larut dalam larutan perendam sehingga saat proses pencucian ekstrak gelatin ikut terbuang bersama larutan perendam asam sulfat yang
menyebabkan menurunnya rendemen ekstrak gelatin. Dilihat dari jenis asam yang digunakan, rendemen gelatin juga dapat dipengaruhi
oleh kemampuan interaksi ion H
+
dari masing-masing larutan asam dengan kolagen. Semakin banyak ion H
+
maka hidrolisis akan semakin efektif sehingga rendemen yang dihasilkan juga semakin tinggi. Asam asetat dan asam laktat merupakan asam monoprotik,
dimana hanya dapat melepaskan sebuah proton H
+
di dalam larutannya sedangkan asam sitrat merupakan asam poliprotik karena memiliki tiga atom hidrogen yang dapat terionisasi
sehingga menyebabkan semakin banyaknya pemecahan ikatan hidrogen yang memudahkan konversi kolagen menjadi gelatin. Dari keenam jenis perlakuan sampel untuk memperoleh
gelatin, perlakuan perendaman dengan NaOH 0,15 dilanjutkan dengan perendaman asam sulfat 0,15, kemudian perendaman dengan asam sitrat 1 merupakan proses perendaman
yang paling efektif untuk menghasilkan gelatin dengan rendemen tinggi.
24
4.4.2 Derajat keasaman pH gelatin