2.4.5 Mekanisme
Progressive Muscle Relaxation
dalam Menurunkan Tekanan Darah
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa terdapat hubungan antara stres dengan peningkatan tekanan darah sehingga manajemen stres dianggap
penting sebagai pengobatan hipertensi. Relaksasi mampu menghambat stres atau ketegangan jiwa yang dialami seseorang. Relaksasi merupakan suatu teknik
pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis.Sistem saraf simpatis bertanggung jawab terhadap adanya stimulus
stres yaitu berupa peningkatan denyut jantung, nafas yang cepat dan penurunan aktivitas gastrointestinal. Sedangkan saraf parasimpatis membuat tubuh kembali
ke keadaan istirahat melalui penurunan denyut jantung, perlambatan nafas dan peningkatan aktivitas gastrointestinal Smeltzer,
et al
., 2008. Pengaruh saraf parasimpatis pada sirkulasi yang paling penting adalah pengaturan frekuensi
jantung melalui serabut-serabut saraf parasimpatis yang menuju jantung melalui
nervus vagus
. Perangsangan saraf-saraf parasimpatis yang menuju ke jantung vagus menyebabkan pelepasan hormon asetilkolin pada ujung saraf vagus.
Asetilkolin yang dilepaskan pada ujung saraf vagus sangat meningkatkan permeabilitas membran serabut terhadap ion kalium. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan kenegatifan
di dalam
serabut hiperpolarisasi.
Keadaan hiperpolarisasi akan menurunkan potensial membran, sehingga akan menurunkan
frekuensi irama nodus sinus dan akan menurunkan eksitabilitas serabut-serabut penghubun A-V yang terletak diantara otot-otot atrium dan nodus A-V, sehingga
akan memperlambat perjalanan impuls jantung yang menuju ke ventrikel Guyton Hall, 2008.
Gambar 2. 4 Anatomi pengaturan sirkulasi oleh saraf simpatis dan parasimpatis ke jantung
Sumber: Guyton Hall, 2008 Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan
total peripheral resistance
dengan cara menghambat respon stres saraf simpatis. Teknik relaksasi membuat otot-otot pembuluh darah arteri dan vena
bersamaan dengan otot-otot lain dalam tubuh menjadi rileks. Terjadinya relaksasi otot-otot dalam tubuh ini berpengaruh terhadap penurunan kadar
norepinefrin dalam tubuh Shinde,
et al
., 2013. Dalam keadaan otot-otot yang rileks juga menyebarkan stimulus ke hipotalamus sehingga jiwa dan
organ dalam tubuh manusia benar-benar merasakan ketenangan dan kenyamanan yang kemudian akan menekan sistem saraf simpatis sehingga
terjadi penurunan produksi hormon epinefrin dan norepinefrin. Menurut
Black Hawk 2005, relaksasi juga mengakibatkan regangan pada arteri akibatnya terjadi vasodilatasi pada arteri vena difasilitasi oleh pusat
vasomotor, ada beberapa macam vasomotor yang salah satunya adalah reflek baroreseptor. Reflek baroreseptor saat relaksasi akan menurunkan
aktifitas saraf simpatis dan
epinefrin
serta peningkatan saraf parasimpatis sehingga kecepatan denyut jantung menurun, volume sekuncup menurun,
serta terjadi vasodilatasi arteriol dan venula. Selain itu curah jantung, resistensi perifer total juga menurun sehingga tekanan darah turun.
2.1
Slow Deep Breathing
Slow deep breathing
merupakan tindakan yang disadari untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat yang dapat menimbulkan
efek relaksasi. Terapi relaksasi banyak digunakan dalam kehidupan sehari- hari untuk dapat mengatasi berbagai masalah misalnya stres, ketegangan
otot, nyeri, hipertensi, gangguan pernapasan, dan lain-lain. Relaksasi secara umum merupakan keadaan menurunnya kognitif, fisiologi, dan
perilaku Potter and Perry, 2006. Pada saat relaksasi terjadi perpanjangan serabut otot, menurunnya pengiriman impuls saraf ke otak, menurunnya
aktivitas otak, dan fungsi tubuh yang lain. Karakteristik dari respon relaksasi ditandai oleh menurunnya denyut nadi, jumlah pernapasan,
penurunan tekanan darah, dan peningkatan konsumsi oksigen Potter and Perry, 2006.
Penelitian oleh Astin, dalam buku Potter 2006, menunjukkan bahwa relaksasi dapat menurunkan nyeri dan mengontrol tekanan darah.
Napas dalam lambat dapat mensimulasi respon saraf otonom melalui pengeluaran
neurotransmitter endorphin
yang berefek pada penurunan respon saraf simpatis dan peningkatan respon parasimpatis. Stimulasi saraf
simpastis meningkatkan aktivitas tubuh, sedangkan respon saraf parasimpatis lebih banyak menurunkan aktivitas tubuh atau relaksasi
sehingga dapat menurunkan aktivitas metabolik Velkumary Madanmohan, 2004.
2.1.1 Mekanisme Fisiologi