2.2.5 Manifestasi Klinik
Tidak ada manifestasi klinik yang dirasakan oleh pasien pada tahap awal perkembangan hipertensi. Kadang-kadang tekanan darah akan naik dan jika tidak
dilakukan pemeriksaan dengan rutin, maka pasien tidak sadar tekanan darahnya meningkat. Jika hal tersebut tidak terdiagnosa maka tekanan darah akan
meningkat terus menerus dan muncul manifestasi klinik. Pasien akan melaporkan keluhan seperti nyeri kepala yang menetap, kelelahan, pusing, berdebar-debar dan
penglihatan kabrur Black Hawk, 2005. Dapat pula terjadi perubahan retina akibat perdarahan dan eksudat, penyempitan arteri dan infark kecil sampai terjadi
edema pupil pada hipertensi yang berat. Penyakit arteri koronaria seperti
angina pectoris
dan
infark myokard
juga dapat terjadi sebagai konsekuensi adanya hipertensi. Hopertropi ventrikel kiri juga dapat terjadi sebagai akibat peningkatan
kerja ventrikel melawan tekanan sistemik yang meningkat, gagal jantung, kerusakan ginjal dan gangguan vaskuler di otak juga dapat terjadi Hamarno,
2010.
2.2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mengembalikan tekanan darah agar mendekati normal dan meningkatkan kualitas hidup penderita hipertensi.
Penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi non-farmakologis dan terapi
farmakologis.
1. Terapi farmakologis
Terapi farmakologi yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretik,
beta blocker
,
calcium channel blocker
,
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
ACEI,
Angiotensin II Receptor Blocker
ARB Aziza, 2008. a.
Diuretik Diuretik bekerja dengan menghambat reabsorpsi
Natrium Chlorida
NaCl di tubulus ginjal. Penurunan awal curah jantung karena penurunan volume plasma dan volume cairan ekstra seluler.
b. Penghambat
Adrenergic
Penghambat
adrenergic
merupakan sekelompok obat yang terdiri dari
alfa-blocker, beta blocker, dan alfa-beta-blocker
.
Beta-blocker
bekerja dengan menurunkan denyut jantungdengan menurunkan curah jantung
dan kontraktilitas otot jantung, menghambat pelepasan renin ginjal dan meningkatkan sensitifitas barorefleks. Sedangkan
alfa-blocker
bekerja menurunkan aliran balik vena tetapi tidak menyebabkan takikardi.
Curah jantung tetap atau meningkat dan volume plasma biasanya tidak berubah. Karena efek antihipertensi
alfa-blocker
didasarkan pada vasodilatasi arteriol perifer maka lebih efektif pada pasien dengan
aktivitas simpatis kuat. c.
ACE
Inhibitor
Obat ini menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga mengganggu sistem renin angiotensin aldosteron RAA.
Aktivitas renin plasma meningkat, kadar angiotensin II dan aldosteron menurun, volume cairan menurun dan terjadi vasodilatasi.
d.
Calcium Channel Blocker
CCB CCB menghambat masuknya ion kalsium ke dalam sel melalui
channel-L.
CCN dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu non- dihidropiridin dan dihidropiridin. Golongan non-dihidropiridin
mempengaruhi sistem konduksi jantung dan cenderung melambatkan denyut jantung, efek hipertensinya melalui vasodilatasi perifer dan
penurunan resistensi perifer sedangkan golongan dihidropiridin terutama bekerja pada arteri.
e.
Angiotensin Receptor Blocker
ARB ARB bekerja seperti ACE-I, yaitu mengganggu sistem RAA.
Golongan ini menghambat ikatan angiotensin II pada salah satu reseptornya. ARB lebih aman dan
tolerable
dibandingkan ACE-I. 2.
Terapi nonfarmakologis Dengan pola hidup yang sehat penting untuk mencegah dan
mengembalikan tekanan darah agar tetap normal yang merupakan bagian dari tatalaksana hipertensi. Beberapa modifikasi pola hidup yang
disarankan untuk dijadikan terapi secara definitif digaris pertama sekurang-kurangnya 6-12 bulan setelah diagnosis awal adalahLeMone
Burke, 2008:
a. Penurunan berat badan
Hipertensi dan obesitas memiliki hubungan yang erat. 50 individu dengan obesitas mengalami peningkatan tekanan darah.
Indeks masa tubuh IMT yang normal adalah 18,5-24,9 kgm2. Penurunan berat badan 10 kg daapt menurunkan tekanan darah
sistolik 5-20 mmHg. Maka dari itu manajemen berat badan sangat penting dalam mengontrol tekanan darah.
b. Modifikasi diet lemak dan sodium
Diet lemak dapat menurunkan lemak jenuh dan meningkatkan lemak tak jenuh sehingga memberikan dampak penurunan tekanan
darah tetapi juga menurunkan tingkat kolesterol. Rekomendari DASH
Dietary Approaches to Stop Hypertentsion
bahwa diet yang dianjurkan adalah kaya buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-
kacangan dan makanan rendah lemak. Hampir 40 orang dengan hipertensi peka terhadap sodium. Diet garam 2,4gram atau 6 gram
bisa menurunkan tekanan darah sistolik 2-8 mmHg. Pembatasan sedang pemasukan sodium 6 gram dapat menurunkan tekanan
darah pada beberapa kasus hipertensi tingkat 1. c.
Aktivitas fisik Seseorang dengan aktivitas fisik yang rendah beresiko terkena
hipertensi 30-50. Rutin olahraga minimal 30 menit per hari bisa
menurunkan tekanan darah sistolok 4-9 mmHg. Tekanan darah dapat diturunkan dengan aktifitas sedang seperti aerobik dan jalan
cepat. d.
Pembatasan alkohol dan kafein Konsumsi lebih dari 30 cc perhari meningkatkan risiko hipertensi.
Menghindari konsumsi alkohol dapat menurunkan teknan darah sistolik 2-4 mmHg. Kafein dapat memacu jantung untuk bekerja
lebih cepat sehingga lebih banyak mengalirkan cairan pada setiap detiknya.
e. Berhenti merokok
Nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan jumlah nadi dan menghasilkan vasokontriksi perifer yang mana tekanan
darah dapat meningkat dalam waktu pendek atau setelah merokok. Dengan tidak merokok maka hal tersebut dapat di cegah.
f. Teknik relaksasi
Berbagai terapi relaksasi seperti relaksasi otot progresif, meditasi
transcendental
, yoga,
biofeedback
dan psikoterapi
dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
2.3 Stres dan Hipertensi