jadi guru langsung bisa mendengar bentuk kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam menghadapi pelajaran bahasa China.
Dalam pelajaran bahasa ini kami mengutamakan keaktifan siswa sehingga bagi siswa yang kurang berminat dengan pelajaran bahasa China dapat berusaha
untuk tahu dan memahami. Hasil yang diperoleh juga sangat memuaskan siswa mampu menguasai dengan cepat walaupun tidak 100 terserap, tetapi dari praktik
siswa sudah banyak menguasai. Untuk munculnya kendala-kendala yang ada kami berusaha memecahkanya tanpa mengurangi semangat belajar siswa. Yaitu dengan
bantuan teman sebangku mereka tidak akan merasa canggung untuk bertanya. Dengan demikian kelas dapat menjadi tempat belajar yang nyaman dengan adanya
interaksi yang dekat antara murid dengan guru.
C. Kendala-Kendala Dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam pertemuan pertama ini siswa pertama-tama akan diajarkan pelafalan dasar bahasa China berupa pengenalan huruf hidup, huruf mati, dan nada yang
digunakan dalam bahasa China. Pertama-tama siswa dirangsang dengan pengucapan huruf hidup vocal a o e i u ü . Dalam hal ini siswa mengalami kesulitan dalam
pengucapan huruf ’ü’ huruf ini diucapkan seperti huruf ’u’ tapi keluar dengan suara huruf ’i’
Pelajaran berikutnya yaitu pengenalan huruf mati konsonan sebagai berikut : ’b’ dibaca ’p’ atau sebaliknya
’d’ dibaca ’t’ atau sebaliknya
’k’ dibaca ’g’ atau sebaliknya ’c’ dibaca ’z’ atau sebaliknya
Untuk huruf ‘b’ dibaca ‘p’ atau sebaliknya contoh kosa kata “ baba” dibaca “ papa”
atau kata “pang” dibaca “ bang” . Perbedaan kedua kata ini adalah kata “ papa”
diucapkan biasa tanpa ada hembusan, untuk kata “ bang” diucapkan dengan adanya hembusan.
Untuk huruf ‘d’ dibaca ‘t’ atau sebaliknya contoh kosa kata “ didi’ dibaca “ titi”
atau kata “ tamen” dibaca “ damen” . Perbedaan kedua kata ini adalah kata “ titi”
diucapkan biasa tanpa ada hembusan, untuk kata “ damen” diucapkan dengan adanya hembusan. Begitu dengan huruf ‘k’dengan ‘g’ dan ‘c’ dengan ‘z’.
Untuk pembelajaran nada dalam bahasa China siswa ditekankan dalam pengucapan. Agar mudah dalam pengucapanya nada diperumpamakan dengan suara-
suara, seperti nada satu diucapkan seperti orang mendengung, nada dua diucapkan seprti logat orang bertanya, nada ketiga diucapkan seperti suara tokek, dan nada
empat diucapkan seperti orang menggertak. Dengan cara ini sebagian besar siswa dapat langsung mengerti.
Dalam pertemuan pertama kali ini siswa kesulitan dalam pengucapan dan juga daya ingat, oleh karena itu pengulangan sangat perlu dalam petemuan kali ini.
Setelah diulang sudah mulai tampak siswa menunjukan sikap memahami bahan materi walaupun ada beberapa siswa yang masih terlihat kesulitan.
Dalam pertemuan kedua ini siswa mulai diajarkan beberapa kosa kata berupa kata sapaan. Kemudian siswa mulai dirangsang dengan kalimat-kalimat pendek yang
dihasilkan dari merangkai kosa kata yang telah diajarkan. Dari pertemuan kedua ini mulai timbul beberapa masalah dalam penyusunan kalimat.Untuk soal latihan nomor
2 dan 3 tidak ada masalah dalam penyusunan kalimat karena dari soal yang diberikan langsung bisa diterjemahkan dengan melihat kosa kata yang telah diberikan.
Soal nomor 1 : ”Saya adalah orang”, langsung bisa diterjemahkan dalam bahasa China tanpa merubah susunan kalimat ” W
ǒ shì rén”, begitu juga dengan soal nomor 2 ”Saya adalah murid”, langsung diterjemahkan
” W ǒ shì xuésheng”.
Untuk soal latihan nomor 3, 4, dan 5 mulai timbul masalah dalam menyusun kalimat, karena dalam soal tersebut mulai dikenalkan kata bantu yang menyatakan
kepemilikan. Dia adalah temanku
Tā shì péngyou wǒ Kalimat di atas langsung diterjemahkan tanpa merubah posisi kalimat, dalam
bahasa China kalimat di atas dinyatakan salah. kalimat yang benar adalah ” Tā
shì w ǒ de péngyou”. Jika dalam kalimat menyatakan milik maka akan dibantu
dengan kata bantu ”de”
Contoh : ”Temanku” jika dijabarkan ”Teman aku” jika diterjemahkan
langsung ” Péngyou w ǒ” jika disisipkan kata bantu kepemilikan ”de” maka
kalimat akan berubah menjadi ”w ǒ de péngyou”
Temanku → wǒ de péngyou Gurumu → nǐ de lǎoshī
Dalam pertemuan ketiga kali ini siswa diajak untuk memahami tentang pengucapan salam dengan langsung mempraktikan dengan teman sebangku. Dengan
cara demikian siswa akan langsung dapat mengerti kata-kata sapaan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan mengingat adalah salah satu hambatan
dalam pertemuan kali ini, dalam pelafalan sebagian besar siswa sudah baik. Cara yang ditempuh adalah guru mengajak siswa dengan menggunakan dialog antara guru
dengan murid. Contoh : Guru : N
ĭ hăo Halo
Siswa: N ĭ hăo.
Halo Guru : N
ĭ hăo ma? Apa kabar?
Siswa: W ŏ hĕn hăo.
Kabarku baik
Guru : zăo shàng hăo
Selamat pagi Siswa:
lăoshī hăo. Diucapkan untuk membalas salam
Guru : xièxie Terima kasih
Siswa: búyòng xiè. Terima kasih kembali
Dengan langsung mempraktikan percakapan di atas siswa akan lebih mudah untuk memahami dan juga mudah untuk diingat. Bagi siswa yang belum paham akan lebih
mudah memahaminya jika percakapan ini dilakukan dengan teman-teman sebayanya. Karena percakapan ini akan selalu digunakan dalam setiap pertemuan, maka siswa
akan tetap selalu mengingatnya. Bukan hanya di kelas percakapan ini akan lebih terbiasa digunakan apabila siswa bertemu di luar kelas, dengan demikian pelajaraan
kata-kata sapaan ini akan menjadi terbiasa digunakan oleh siswa.
Dalam pertemuan keempat siswa diajarkan tentang nama-nama anggota keluarga dan juga diajarkan berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
keluarga, yaitu : 1. Berapa jumlah orang dikeluargamu? N
ĭ de jiā yŏu jĭ kŏu rén? 2. Siapa nama Ayahmu?
N ĭ de Bàba jiào shénme míngzì?
3. Apakah kamu mempunyai kakak laki-laki? N
ĭ yŏu gēge ma? Dengan adanya beberapa pertanyaan-pertanyaan penunjang di atas maka siswa akan
lebih mengerti penggunaan kosa kata nama anggota keluarga. Dan juga merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dengan menjawab pertanyaan, mengajukan
pertanyaan, dan mengemukakan pendapat. Tetapi dalam pertemuan ini masih ada
sebagian siswa yang belum paham walaupun pertanyaan yang dilontarkan hanya sekilas tentang ketiga pertanyaan tersebut. Dalam hal ini guru akan menghargai
semua jawaban yang dikemukakan siswa walaupun dan bagaimanapun jelek mutunya. Dengan demikian siswa tidak merasa jengkel dan guru berkesempatan
mengulangi lagi pertanyaan tersebut dan dilontarkan kepada semua siswa di kelas sehingga bagi siswa yang belum paham mengenai pertanyaan tersebut tidak merasa
sangat terbebani. Harapan dari hal di atas siswa akan merasa lebih giat lagi mempelajari bahan yang diajarkan sehingga kemampuanya dapat sama dengan siswa
satu kelas.
Pada pertemuan kelima ini siswa diajarkan mengenal angka dalam bahasa China. Untuk angka 0 sampai dengan 10 cukup dengan menghafal siswa langsung
bisa memahami. Untuk bilangan belasan guna memudahkan siswa dalam mengingat digunakan rumus penambahan, contoh :
11 diperoleh dari 10 + 1, sepuluh adalah shí dan satu adalah yī, jadi 11adalah
shí y ī.
12 diperoleh dari 10 + 2, sepuluh adalah shí dan dua èr adalah , jadi 12 adalah shí èr
. Rumus tersebut hanya dapat digunakan dalm perhitungan bilangan belasan.
Untuk bilangan 20 sampai dengan 99 dapat menggunakan rumus di bawah ini : 20 diperoleh dari 2 x 10, dua adalah èr dan sepuluh adalah shí, jadi 20 adalah
èr shí.
21 diperoleh dari 2 x 10 + 1, dua adalah èr, sepuluh adalah shí, dan satu adalah
yī, jadi 21 adalah èr shí yī Dengan adanya rumus di atas mengurangi kesulitan siswa dalam mengingat
banyaknya angka-angka yang harus mereka hafalkan. Dengan demikian siswa hanya dengan menghafal angka 1 sampai dengan 10 akan dapat menghitung sampai dengan
angka 99. Melaksanakan pengajaran dengan mengunakan rumus praktis di atas harus
memperhatikan siswa yang cerdas dan yang kurang cerdas. Bagi siswa yang cerdas hendaknya diberi tugas yang lain agar mereka tidak bosan menunggu teman-temanya
yang belum berhasil menemukan jawabanya. Bagi siswa yang kurang cerdas perlu dibimbing untuk dapar mengunakan cara praktis di atas. Tetapi harus diusahakan agar
jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri olehnya, sehingga siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses pencarian dengan
rumus praktis. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini akan lebih lama diingat oleh siswa.
Dalam pertemuan keenam ini siswa diajarkan tentang nama-nama hari dan bulan dalam bahasa China. Dalam pertemuan berikut ini siswa dirangsang dengan
petanyaan-pertanyaan seputar tentang menanyakan hari. Sebagai contoh : a. Hari ini hari apa?
Jīntiān shì xīngqī jĭ? Hari ini hari senin
Jīntiān shì xīngqī yī b. Besok hari apa?
Míngti ān shì xīngqī jĭ?
Besok hari Selasa Míngti
ān shì xīngqī èr c. Kemarin hari apa?
Zuótiān shì xīngqī jĭ? Kemarin hari minggu
Zuótiān shì xīngqī rì Dari pertemuan keenam ini siswa tidak akan mengalami kesulitan karena dari
pertemuan sebelumnya telah dikemukakan angka-angka yang menunjang pada pertemuan keenam ini pula. Sehingga siswa mudah dalam menghafal nama-nama hari
maupun bulan. Dengan adanya pengembangan dari kosa kata diatas munculah
petanyaan-pertanyaan yang dapat disusun dari kosa kata tersebut sehingga siswa dapat lebih jelas dalam menyusun pertanyaan dalam menanyakan hari dalam bahasa
China
Dalam pertemuan ketujuh ini siswa diajarkan tentang macam-macam warna nama-nama buah. Dari kosa kata diatas lebih lengkap dengan ditambahkan kata sifat
suka “ x ĭhuān” atau tidak suka “bù xĭhuān” sehingga siswa mampu mengunakan
kosa kata yang telah diberikan kedalam sebuah kalimat. Contoh : 1. Ayah suka warna biru.
Bàba x ĭhuān lán sè.
2. Ibu tidak suka warna hitam. Māma bù xĭhuān hēi sè.
3. Saya suka buah apel. W
ŏ xĭhuān píngguŏ. 4. Dia Tidak suka jeruk
Tā bù xĭhuān júzi Melaksanakan pengajaran dengan mengunakan kosa kata di atas harus
memperhatikan siswa yang cerdas dan yang kurang cerdas. Bagi siswa yang cerdas hendaknya diberi tugas yang lain agar mereka tidak bosan menunggu teman-temanya
yang belum berhasil menemukan jawabanya. Bagi siswa yang kurang cerdas perlu
dibimbing untuk dapat mengunakan kosa kata dan kata bantu sifat untuk menyusun kalimat. Sehingga semua siswa mampu untuk memahami bahan yang diajarkan.
Dari ketujuh materi pelajaran yang diajarkan ada kendala-kendala siswa dalam pembelajaran bahasa China sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuan tentang bahasa China hal ini dikarenakan
sebelumnya siswa belum sama sekali menerima pelajaran bahasa China, sehingga minat untuk mempelajarinya sangat kurang.
2. Kurangnya waktu untuk belajar karena waktu yang diberikan untuk pelajaran
bahasa China adalah seminggu sekali. 3.
Sebagian besar siswa masih kaku dengan pelafalan bahasa China yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia.
4. Dukungan belajar yang kurang dari orang tua karena dianggap pelajaran
bahasa kurang penting hal tersebut menyurutkan minat dan bakat siswa dalam bidang bahasa.
D. Upaya Penanganan