akan mudah dikenali jika pengajar dalam menyusun tes selaras dengan bahan belajar yang diwajibkan dan dipelajari dan yang telah dibahas bersama-sama. Tes sebagai
alat ukur hasil belajar guna mengungkapkan kemampuan siswa dalam menguasai bahan ajar. Dari uraian tersebut belajar memiliki kegunaan antara lain sebagai
diagnosa belajar. Mengenai kemampuan rendah dalam belajar akan lebih jelas dapat disimak
lewat tes intelegensi. Seperti kita perlu ketahui bahwa tes intelegensi pada umumnya mengukur dan mengungkapkan kenyataan-kenyataan dari diri anak. Hal ini
disebabkan kemungkinan seseorang menunjukan nilai di bawah rata-rata. Secara khusus kita perlu memperhatikan bagaimana umumnya anak-anak belajar, khususnya
yang berkenaan dengan kemampuan intelegensi siswa yang bersangkutan. Di dalam proses belajar pada anak-anak yang berintelegensi normal guru biasanya cukup hanya
memberikan sekedar data dan sekedar rumusan tertentu saja dan selanjutnya mereka dapat mengolah sendiri data dan rumusan tersebut. Tetapi kepada siswa yang lambat
berintelegensi di bawah normal kita harus selain memberikan data dan rumusan yang lengkap juga mengajar secara langsung bagaimana mengolah data dan rumusan
itu.
2. Kemampuan Daya Serap Terlalu Rendah
Dalam proses belajar mengajar terjadilah ikatan psikologis antara guru dengan siswa. Ikatan ini menyebabkan adanya interaksi timbal balik yang menjalin adanya
kesediaan menyampaikan materi belajar dan kesediaan menerima tanpa munculnya kesediaan menerima menunjukan tidak adanya perhatian dan minat untuk merespon.
Dengan demikian materi yang diterima siswa sebagai perangsang membuat kesan penerimaan yang menumbuhkan kesadaran. Di sinilah terjadi proses pembelajaran
dan pengolahan materi yang harus dipelajari. Bagi seorang siswa yang tergolong pandai dan memiliki status kecerdasan normal tinggi akan dengan mudah dan cepat
mereaksi dan tepat sewaktu memproduksi. Ini berarti yang bersangkutan dengan cepat menangkap dan menelaah materi belajar. Semua materi yang ditangkap dan
diolah pada fase penerimaan, kemudian disimpan di ruang bawah sadar dan merupakan bahan apersepsi. Semua bahan apersepsi karena sering diulang-ulang
akhirnya menjadi pengetahuanpengalaman yang mendalam. Saat ini pendidikan kurang menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini
disebabkan kurang teratasinya kesulitanhambatan dalam pembelajaran. Kesulitan belajar yang dialami siswa menyebabkan tidak tercapainya penguasaan materi
pelajaran secara optimal. Pada kenyataan prosentasi penguasaan belajar siswa setelah proses belajar mengajar dirasakan masih sangat rendah, seperti yang dikatakan oleh
Ischak dan Warji 1982:6 sebagai berikut : Sampai sekarang teori-teori pendidikan konvensional yang beranggapan
bahwa setelah para siswa belajar suatu bahan pelajaran di sekolah, maka penyebaran tingkat keberhasilan siswa-siswa tersebut mengikuti distribusi
normal, masih sangat berpengaruh dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Kalau demikian halnya, maka akan berarti bahwa proses belajar
mengajar disekolah hanya mampu menghasilkan lebih kurang 30-50 siswa yang mencapai tingkat keberhasilan mastery level.
Hasil belajar yang diharapkan mastery level menurut Ischak dan Warji
1982:7 menentukan bahwa penguasan materi pada siswa ialah 85 dari populasi siswa harus menguasai dan sekurang-kurangnya 75 dari tujuan-tujuan instruksional
yang hendak dicapai dan harus dikuasai.
Berdasarkan kenyataan dan seharusnya penguasaan siswa pada materi pelajaran setelah mengikuti pelajaran masih menunjukan bahwa hasil belajar siswa
masih rendah. Jadi antara hasil belajar yang diharapkan dengan hasil yang diperoleh siswa masih di bawah standar yang ada. Hal ini menunjukan bahwa siswa dalam
belajar masih mengalami hambatankendala. Anak yang mengalami hambatan dalam belajar tidak dibiarkan begitu saja, akan tetapi anak ini memerlukan penanganan
secara khusus supaya mereka mampu mencapai penguasaan dengan tuntas pada setiap materi pelajaran.
Untuk mengetahui kemampuan daya serap individu dapat diamati lewat nilai atau hasil belajar. Artinya jika siswa hanya dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut
60 atau 70 berarti daya serap atas materi belajar hanya 60 atau 70. Status kemampuan daya serap rendah dapat ditilik lewat ranking kelas. Sebagai contoh, jika
jumlah siswa 40 orang anak, maka jika prestasi belajar kelas diranking mulai dari atas dengan nomor urut satu dan seterusnya, maka siswa yang mendapat ranking ke 31
harus memperoleh bimbingan khusus. Selain itu jika dalam suatu bidang studi siswa memperoleh nilai 5 atau 50 baru dapat mengerjakan soal tes secara keseluruhan
betul, maka yang bersangkutan harus diberikan bimbingan khusus. Bahkan daya serap mencapai 50 atas penguasaan materi belajar yang diajukandiujikan berarti
guru harus mengulang lagi penyajian materi tersebut.
3. Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Tidak Memadai