Masalah proses pembelajaran bahasa China di SD Muhammadiyah 2 Surakarta dhanar

(1)

MASALAH PROSES PEMBELAJARAN

BAHASA CHINA

DI SD MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Ahli Madya pada Diploma III Bahasa China FSSR

Universitas Sebelas Maret

Oleh :

Dhanar Ary Susanto C 9604028

PROGRAM DIPLOMA III BAHASA CHINA

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

2007

Disetujui untuk diuji,

Program Diploma III Bahasa China Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Laporan Tugas Akhir :

MASALAH PROSES PEMBELAJARAN BAHASA CHINA DI SD MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

Nama : Dhanar Ary Susanto NIM : C9604028

Pembimbing :

1. Teguh Sarosa, S.S, M.Hum (...)

Pembimbing I NIP. 132 317 466

2. Taufiq Al Makmum, S.S (...)


(3)

Diterima dan Disyahkan oleh Dewan Penguji Diploma III Bahasa China Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Judul Laporan : MASALAH PROSES PEMBELAJARAN BAHASA CHINA DI SD MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA Nama Mahasiswa : Dhanar Ary Susanto

NIM : C9604028

Tanggal Ujian : 22 Juni 2007

Dewan Penguji :

1. Dra. Diah Kristina, MA. (...)

Ketua NIP. 131 569 260

2. Drs. Kaswan Darmadi, M. Hum. (...)

Sekretaris NIP. 131 841 884

3. Teguh Sarosa, S.S, M.Hum (...)

Penguji I NIP. 132 317 466

4. Taufiq Al Makmum, S.S. (...) Penguji II NIP. 132 309 445


(4)

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Dekan

Drs. Sudarno, M.A NIP. 131 472 202

KATA PENGANTAR

Praktek Kerja Lapangan merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh guna melengkapi persyaratan akademis dalam mencapai gelar Ahli Madya jurusan Bahasa China Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam jenjang pendidikan di perguruan tinggi, seorang mahasiswa tidak hanya diharapkan mengikuti kuliah dengan baik, tetapi lebih dari itu juga dituntut untuk mendalami dan menguasai disiplin ilmu yang dipelajarinya sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan nyata dan bermanfaat bagi masyarakat. Terlebih lagi dalam era globalisasi yang menuntut penguasaan dan penerapan dalam berbagai hal.

Laporan kerja praktek ini memberikan pemahaman kepada mahasiswa konsep-konsep dasar dari pengajaran khususnya tentang permasalahan yang dihadapi siswa dalam kegiatan pembelajaran bahasa China. Laporan ini juga membimbing mahasiswa untuk menganalisa penerapan konsep-konsep pengajaran dalam menghadapi permasalahan dalam proses belajar mengajar. Laporan ini disusun berdasarkan data-data dan informasi yang diperoleh dari SD Muhammadiyah 2 Surakarta dan ditunjang dengan studi pustaka di perpustakaan.

Dalam menyelesaikan tugas ini penulis sadar bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis akan kesulitan dalam menyelesaikan kerja praktek dan pembuatan laporan ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dengan segala kerendahan hati dan keinginan untuk berbuat yang lebih baik, penulis menyadari bahwa laporan ini memiliki banyak kekurangan maupun


(5)

kesalahan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar kualitas laporan kerja praktek dapat lebih baik.

Surakarta, Juni 2007

Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini penulis menyadari tanpa bantuan berbagai pihak, penulis akan merasa kesulitan dalam menyelesaikan kerja praktek maupun dalam penyusunan laporan ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan kasih-Nya pada penulis.

2. Drs. Sudarno, M.A, selaku dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

3. Dra. Diah Kristina, MA, selaku Ketua Jurusan Program Diploma Bahasa China Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

4. Bapak Teguh Sarosa, SS, M. Hum, dan Bapak Taufiq Makmum, S.S, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan laporan tugas akhir.

5. Bapak Sugiyatmo, A.Ma, selaku kepala sekolah SD Muhammadiyah 2 Surakarta.

6. Bapak Abdul Muthalib, S.Ag, dan Bapak Poerwadi, S.Pd, selaku guru pembimbing selama kerja praktek.

7. Bapak dan Ibu serta semua anggota keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dalam bentuk doa, dorongan moril, dan materi setiap waktu.

8. Nurlia yang telah memberikan inspirasi, doa dan dorongan moril dalam setiap waktu.

9. Adry community yang telah memberikan dukungan moril dalam setiap waktu. 10.Teman-teman Program Diploma III Bahasa China angkatan 2004.

11.Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan laporan kerja praktek ini.


(6)

Dengan segala kerendahan hati dan keinginan untuk berbuat lebih baik, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya sehingga laporan kerja praktek dapat tersusun sebagaimana mestinya.

Surakarta, Mei 2007

Penulis MASALAH PROSES PEMBELAJARAN

BAHASA CHINA

DI SD MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA TAHUN 2007

OLEH

DHANAR ARY SUSANTO C 9604028

ABSTRAK

Praktek kerja lapangan ini bertujuan untuk mengetahui masalah belajar yang ada pada murid Sekolah Dasar khususnya tentang pembelajaran bahasa China serta sekaligus memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapai.

Observasi diorientasikan pada murid Sekolah Dasar di SD Muhammadiyah 2 Surakarta kelas IV sebanyak 37 siswa pada mata pelajaran bahasa China. Laporan tugas akhir ini menitik beratkan pada masalah pembelajaran bahasa China yang dihadapi siswa sekaligus mampu untuk memberikan solusi pembelajaran pada siswa. Metode yang digunakan adalah observasi langsung, wawancara, dan literatur.

Hasil dari pengamatan yang diperoleh secara garis besar adalah tenaga pengajar dapat mengerti masalah yang dihadapi siswa yaitu tentang kurangnya minat terhadap pembelajaran bahasa China. Solusi yang diberikan adalah dengan memberikan beberapa gambaran tentang pentingnya bahasa China. Sehingga masalah yang dihadapi siswa sebagian besar dapat teratasi.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……… ii


(7)

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN... iii

KATA PENGANTAR……….... iv

ABSTRAK... v

DAFTAR ISI... vi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Batasan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Masalah-Masalah Belajar... 6

1. Kemampuan Belajar Rendah... 6

2. Kemampuan Daya Serap Terlalu Rendah... 8

3. Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Tidak Memadai... 10

4. Bakat dan Minat yang Tidak Sesuai... 12

5. Harapan Orang Tua yang Tidak Sesuai dengan Kemampuan Anak.. 15

B. Penanganan Masalah Belajar... 17

1. Pengajaran Perbaikan ... 18

2. Program Pengayaan... 23

3. Pengajaran Individual... 27

BAB III PEMBAHASAN... 29

A. Gambaran Umum Sekolah... 29

B. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar... 34

C. Kendala-Kendala Dalam Proses Belajar Mengajar... 36

D. Upaya Penanganan... 46


(8)

F. Tes... 69

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 73

A. Kesimpulan... 73

B. Saran... 74

DAFTAR PUSTAKA... viii

LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seiring dengan adanya tuntutan peningkatan mutu pembelajaran di dunia pendidikan pasti banyak masalah atau hambatan yang harus dihadapi, untuk itu perlu diciptakan suatu proses pembelajaran yang optimal, seorang tenaga pengajar harus mampu mengerti dan memahami masalah atau hambatan yang ada dalam proses pembelajaran tersebut serta mencari solusinya. Masalah merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga memerlukan usaha yang lebih keras lagi untuk dapat mengatasinya. Masalah belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.

Hambatan-hambatan ini mungkin disadari dan mungkin tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, faktor yang dapat menghambat atau memberi pengaruh buruk terhadap belajar anak dapat diklasifikasikan menjadi 2 faktor yaitu faktor internal menyangkut seluruh diri pribadi dan faktor eksternal yang bersumber dari luar individu (Dasmiati, 1994:15).


(9)

Orang yang mengalami masalah dalam belajar akan mengalami hambatan dalam proses mencapai hasil belajarnya, sehingga prestasi yang dicapai berada di bawah yang semestinya.

Dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah, hal yang terpokok dan yang harus dilakukan siswa adalah kegiatan belajar. Ini berarti bahwa keberhasilan belajar dalam mencapai tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses dan kegiatan individu yang belajar.

Peran guru dalam pengelolaan kelas yang kondusif dalam arti kegiatan belajar mengajar lancar, yang nantinya dapat mencapai tujuan yang diharapkan dengan optimal, guru harus dapat mengenal sikap, sifat, dan tingkah laku siswa di kelas (Depdikbud 1996:26).

Untuk itu perlu pengamatan yang cermat dan jeli terhadap sikap dan kebiasaan belajar peserta didik. Bahkan harus juga mampu menyimak kecenderungan bakat dan minat terhadap materi yang dipelajari.

Dalam suatu proses pembelajaran bahasa asing dalam bahasan ini adalah bahasa China, diharapkan proses belajar tersebut dapat berjalan dengan sempurna dan ilmu yang diajarkan dapat terserap secara maksimal 100% baik berupa bahasa lisan, tulisan, dan kebudayaan yang ada. Namun hal tersebut akan sulit tercapai, karena dalam suatu proses pembelajaran bahasa China tentu saja akan terdapat hambatan-hambatan ataupun masalah belajar antara lain pelafalan dasar dan penggunaan kosa kata dalam kalimat. Untuk itulah, setiap tenaga pengajar harus mampu mengetahui hambatan dan masalah belajar yang terjadi pada subyek belajarnya, dengan segera mencari penyebab dari masalah belajar. Dengan banyaknya masalah belajar tentu saja akan menganggu proses pendidikan dan tenaga pengajar tidak akan mampu mencapai


(10)

tujuan pembelajaran secara optimal. Sebaliknya, dengan sedikitnya masalah belajar maka proses pendidikan akan tercipta suatu kesempurnaan belajar dan tenaga pengajar akan mampu menunaikan tugas sebagai pengajar dan pembimbing sehingga prestasi belajar siswa dapat dicapai secara optimal.

Bahasa China merupakan suatu bahasa yang baru-baru ini mulai diajarkan di dunia pendidikan, untuk itu sebagai tenaga pengajar harus mampu memahami permasalahan pembelajaran bahasa asing. Sebagai tenaga pengajar kami melakukan suatu penelitian yang berorientasi pada permasalahan pembelajaran bahasa China agar nantinya dapat melayani kebutuhan siswa dalam belajar yang optimal, sebab dari pengalaman pembelajaran bahasa asing siswa akan merasa terbebani dengan munculnya kosakata baru yang belum pernah mereka dengar sebelumnya. Untuk itu kami sebagai tenaga pengajar telah meneliti tentang permasalahan belajar bahasa China di SD Muhammadiyah 2 Surakarta dan menemukan beberapa solusi yang harus ditempuh siswa untuk dapat memahami belajar bahasa asing (bahasa China) dengan mendesain materi ajar dan menerapkannya dalam pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.

B. Batasan Masalah

Masalah yang dikaji adalah permasalahan yang dihadapi dalam proses peningkatan pembelajaran bahasa China. Kajian ini lebih ditekankan pada masalah atau hambatan yang selalu dihadapi oleh subyek ajar, sehingga tenaga ajar mampu untuk mengatasinya dengan mempelajari dari beberapa kasus yang ada dalam proses pembelajaran. Dari kajian tersebut akan diketahui permasalahan atau hambatan


(11)

pembelajaran subyek ajar sehingga tenaga pengajar dan pembimbing mampu memberikan beberapa solusi kepada subyek ajar sehingga dapat secara optimal dalam melakukan proses pembelajaran. Pada penelitian ini digunakan beberapa batasan masalah :

1. Mengklasifikasikan jenis masalah atau hambatan dalam proses pembelajaran. 2. Upaya penanganan masalah atau hambatan dalam proses pembelajaran.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi siswa SD Muhammadiyah 2 Surakarta dalam proses pembelajaran bahasa China serta sekaligus memberikan solusi belajar yang sesuai dengan kemampuan siswa.

2. Mengetahui secara langsung di lapangan khususnya yang berkaitan dengan proses pengajaran bahasa China di SD Muhammadiyah 2 Surakarta.

3. Mengenal kondisi kerja yang sebenarnya, sehingga dapat menjadi pengalaman yang bermanfaat bagi penulis.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari dilaksanakanya penelitian adalah : 1. Secara Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif dalam pengembangan dan perluasan ilmu pendidikan melalui pemahaman


(12)

tentang permasalahan siswa dalam belajar bahasa asing sekaligus memberikan beberapa solusi yang dapat membantu siswa.

2. Secara Praktis a. Bagi guru

Sebagai bahan masukan bagi guru tentang permasalahan siswa dalam belajar bahasa China dan mampu memberikan solusi dari permasalahan tersebut sesuai dengan kemampuan siswa.

b. Bagi guru pamong

Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan pemahaman tentang permasalahan siswa dalam belajar bahasa China.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah-Masalah Belajar

1. Kemampuan Belajar Rendah

Pada umumnya dalam proses pembelajaran akan ada suatu kecenderungan siswa kurang mampu mencapai kriteria keberhasilan pembelajaran dalam hal ini adalah hasil belajar. Hal ini dikarenakan adanya berbagai hambatan, baik yang berasal dari faktor internal maupun ekternal. Menurut Dasmiati ( 1994:15 ) faktor


(13)

yang dapat menghambat atau memberi pengaruh buruk terhadap belajar anak dapat diklasifikasikan menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

1.) Faktor internal, yaitu faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi yang bersifat biologis atau fisik dan psikologis atau psikis.

a. Faktor biologis yaitu yang terdiri dari kesehatan badan dan cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan dan rohani anak, yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, dan emosi.

2.) Faktor eksternal, yaitu faktor yang bersumber dari luar individu, yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

a. Faktor lingkungan keluarga meliputi : orang tua, suasana rumah, dan keadaan sosial ekonomi.

b. Faktor lingkungan sekolah meliputi : interaksi guru dan murid, metode belajar, interaksi antar murid, standar pelajaran, sarana belajar, fasilitas gedung, disiplin sekolah, waktu belajar, dan pekerjaan rumah. c. Faktor lingkungan masyarakat yaitu semua kegiatan yang dapat

berpengaruh baik langsung ataupun tidak langsung.

Masalah belajar yang berkaitan dengan kemampuan belajar dapat disimak lewat keberhasilan siswa mengerjakan tes. Dengan mengetahui hasil tes dapat dikenali prestasi penguasaan materi belajar serta pencapaian tujuan pengajaran. Bagi siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata kelas sudah digolongkan berprestasi rendah atau kurang mampu mengikuti program belajar mengajar. Hal ini


(14)

akan mudah dikenali jika pengajar dalam menyusun tes selaras dengan bahan belajar yang diwajibkan dan dipelajari dan yang telah dibahas bersama-sama. Tes sebagai alat ukur hasil belajar guna mengungkapkan kemampuan siswa dalam menguasai bahan ajar. Dari uraian tersebut belajar memiliki kegunaan antara lain sebagai diagnosa belajar.

Mengenai kemampuan rendah dalam belajar akan lebih jelas dapat disimak lewat tes intelegensi. Seperti kita perlu ketahui bahwa tes intelegensi pada umumnya mengukur dan mengungkapkan kenyataan-kenyataan dari diri anak. Hal ini disebabkan kemungkinan seseorang menunjukan nilai di bawah rata-rata. Secara khusus kita perlu memperhatikan bagaimana umumnya anak-anak belajar, khususnya yang berkenaan dengan kemampuan intelegensi siswa yang bersangkutan. Di dalam proses belajar pada anak-anak yang berintelegensi normal guru biasanya cukup hanya memberikan sekedar data dan sekedar rumusan tertentu saja dan selanjutnya mereka dapat mengolah sendiri data dan rumusan tersebut. Tetapi kepada siswa yang lambat ( berintelegensi di bawah normal ) kita harus selain memberikan data dan rumusan yang lengkap juga mengajar secara langsung bagaimana mengolah data dan rumusan itu.

2. Kemampuan Daya Serap Terlalu Rendah

Dalam proses belajar mengajar terjadilah ikatan psikologis antara guru dengan siswa. Ikatan ini menyebabkan adanya interaksi timbal balik yang menjalin adanya kesediaan menyampaikan materi belajar dan kesediaan menerima tanpa munculnya kesediaan menerima menunjukan tidak adanya perhatian dan minat untuk merespon.


(15)

Dengan demikian materi yang diterima siswa sebagai perangsang membuat kesan penerimaan yang menumbuhkan kesadaran. Di sinilah terjadi proses pembelajaran dan pengolahan materi yang harus dipelajari. Bagi seorang siswa yang tergolong pandai dan memiliki status kecerdasan normal tinggi akan dengan mudah dan cepat mereaksi dan tepat sewaktu memproduksi. Ini berarti yang bersangkutan dengan cepat menangkap dan menelaah materi belajar. Semua materi yang ditangkap dan diolah pada fase penerimaan, kemudian disimpan di ruang bawah sadar dan merupakan bahan apersepsi. Semua bahan apersepsi karena sering diulang-ulang akhirnya menjadi pengetahuan/pengalaman yang mendalam.

Saat ini pendidikan kurang menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini disebabkan kurang teratasinya kesulitan/hambatan dalam pembelajaran. Kesulitan belajar yang dialami siswa menyebabkan tidak tercapainya penguasaan materi pelajaran secara optimal. Pada kenyataan prosentasi penguasaan belajar siswa setelah proses belajar mengajar dirasakan masih sangat rendah, seperti yang dikatakan oleh Ischak dan Warji (1982:6) sebagai berikut :

Sampai sekarang teori-teori pendidikan konvensional yang beranggapan bahwa setelah para siswa belajar suatu bahan pelajaran di sekolah, maka penyebaran tingkat keberhasilan siswa-siswa tersebut mengikuti distribusi normal, masih sangat berpengaruh dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Kalau demikian halnya, maka akan berarti bahwa proses belajar mengajar disekolah hanya mampu menghasilkan lebih kurang 30%-50% siswa yang mencapai tingkat keberhasilan (mastery level).

Hasil belajar yang diharapkan (mastery level) menurut Ischak dan Warji (1982:7) menentukan bahwa penguasan materi pada siswa ialah 85% dari populasi siswa harus menguasai dan sekurang-kurangnya 75% dari tujuan-tujuan instruksional yang hendak dicapai dan harus dikuasai.


(16)

Berdasarkan kenyataan dan seharusnya penguasaan siswa pada materi pelajaran setelah mengikuti pelajaran masih menunjukan bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Jadi antara hasil belajar yang diharapkan dengan hasil yang diperoleh siswa masih di bawah standar yang ada. Hal ini menunjukan bahwa siswa dalam belajar masih mengalami hambatan/kendala. Anak yang mengalami hambatan dalam belajar tidak dibiarkan begitu saja, akan tetapi anak ini memerlukan penanganan secara khusus supaya mereka mampu mencapai penguasaan dengan tuntas pada setiap materi pelajaran.

Untuk mengetahui kemampuan daya serap individu dapat diamati lewat nilai atau hasil belajar. Artinya jika siswa hanya dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut 60% atau 70% berarti daya serap atas materi belajar hanya 60% atau 70%. Status kemampuan daya serap rendah dapat ditilik lewat ranking kelas. Sebagai contoh, jika jumlah siswa 40 orang anak, maka jika prestasi belajar kelas diranking mulai dari atas dengan nomor urut satu dan seterusnya, maka siswa yang mendapat ranking ke 31 harus memperoleh bimbingan khusus. Selain itu jika dalam suatu bidang studi siswa memperoleh nilai 5 atau 50% baru dapat mengerjakan soal tes secara keseluruhan betul, maka yang bersangkutan harus diberikan bimbingan khusus. Bahkan daya serap mencapai 50% atas penguasaan materi belajar yang diajukan/diujikan berarti guru harus mengulang lagi penyajian materi tersebut.

3. Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Tidak Memadai

Dalam proses pembelajaran siswa harus memiliki suatu sikap dan kesediaan dalam bereaksi terhadap suatu hal, hal tersebut adalah materi pelajaran yang akan ia


(17)

peroleh. Dari definisi di atas maka sikap akan memberikan arah pada seorang siswa untuk berbuat atau bertindak terhadap materi pelajaran yang ia terima. Tetapi dalam kenyataan semua tindakan atau perbuatan seorang siswa tidak identik dengan sikapnya. Dalam kaitanya dengan kegiatan pembelajaran siswa sikap sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar di sekolah.

Belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses di mana ditimbulkan suatu perbuatan karena mereaksi suatu keadaan sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Dalam hal ini belajar timbul dari diri individu sendiri sehingga akan terjadi suatu hubungan-hubungan baru. Karena belajar dan pengalaman keduanya merupakan proses yang dapat merubah sikap, tingkah laku, dan pengetahuan sehingga mampu menciptakan suatu hubungan baru yang makin lama makin maju ke tingkat yang lebih tinggi. Dan untuk mencapai suatu perubahan yang makin tinggi diperlukan sikap positif dan kebiasaan belajar yang teratur. Sejalan dengan kebiasaan siswa belajar terus menerus, ajeg, serta teratur siswa diwajibkan untuk merencanakan kegiatan belajar setiap hari pada jam-jam tertentu. Karena dengan kata lain siswa hanya akan belajar serius jika menghadapi tes. Kebiasaan tersebut akan menimbulkan suatu gejala yang tidak memadai siswa akan terus belajar tanpa ada waktu senggang. Adapun sikap dan kebiasaan siswa belajar yang tidak memadai antara lain :

a. Kebiasaan belajar yang tidak tertib, artinya belajar yang hanya kalau ada ulangan/tes saja.

b. Kurang disiplin pribadi, artinya siswa tidak disiplin dalam menyelesaikan tugas belajar serta dalam menepati waktu belajar.


(18)

c. Salah pengertian bahwa belajar cukup dengan sekedar membaca sehingga tidak ada usaha untuk membantu kelancaran dalam memahami apa yang dipelajari, mengulang, membuat tanda-tanda yang bisa membantu dalam kelancaran belajar.

d. Kurangnya lingkungan belajar yang menunjang keberhasilan belajar.

e. Kurangnya pengertian bahwa belajar memerlukan kondisi fisik yang sehat, sehingga siswa tidak berusaha menjaga kesehatan.

4. Bakat dan Minat yang Tidak Sesuai. a. Masalah bakat

Sebagai dasar pembahasan lebih lanjut diketengahkan beberapa pendapat tentang pengertian bakat.

1.) Traxler berpendapat bahwa bakat adalah serangkaian sifat-sifat yang memberikan petunjuk tentang suatu kemungkinan yang dapat dicapai oleh individu dengan melalui latihan –latihan yang memadai, pengetahuan serta ketangkasan.

2.) Crow and Crow menyatakan bahwa bakat adalah suatu kualitas yang dimiliki oleh seseorang di dalam tingkatan yang berbeda-beda. Suatu bakat tertentu (khusus) dapat dilihat dari sifat-sifat yang menandakan bahwa ia mempunyai perbuatan yang tinggi dalam hal tersebut.


(19)

3.) Bingham menambahkan bahwa bakat itu merupakan sesuatu ukuran tentang kemungkinan suksesnya seseorang dalam suatu kegiatan yang dapat dibangun melalui latihan-latihan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disarikan secara umum bakat adalah suatu kemampuan yang sifatnya potensial, yang dapat diwujudkan dalam suatu perbuatan nyata dan dapat dikembangkan bentuk memberikan latihan dan pemberian pengalaman dan pengetahuan.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah ataupun dalam proses pendidikan pada umumnya, salah satu faktor dari dalam individu siswa yang ikut menyumbangkan keberhasilan belajar adalah faktor kemampuan dasar yang bersifat potensial yang akan berkembang dalam situasi lingkungan yang cocok dan memadai. Namun demikian dalam kenyataanya sering dan bahkan tidak jarang terlihat bahwa individu sebagai subyek belajar yang aktif tidak memperhatikan ataupun tidak mau memperhatikan kemampuan yang sebenarnya dia miliki agar dia mencapai keberhasilan dalam belajar, sehingga banyak di antara mereka jatuh dan tak mencapai hasil belajar ataupun pendidikan yang diharapkan.

Pemahaman terhadap bakat individu sangat penting dalam hubungannya dengan usaha pendidikan pemilihan lapangan kerja. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa seseorang akan lebih berhasil dalam belajar atau dalam bekerja apabila belajar atau bekerja dalam bidang yang sesuai dengan bakatnya. Dalam hal pendidikan, hasil analisis bakat menyarankan agar kepada anak didik dapat diberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan bakatnya masing-masing.


(20)

Minat merupakan salah satu unsur pribadi yang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Tanpa adanya minat terhadap materi belajar, maka siswa tidak akan belajar dengan sungguh-sungguh, dan dampak hasil belajar tidak akan sesuai dengan harapan.

Menurut Slameto (1987:59) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan-kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang.

Dengan adanya minat belajar yang kuat maka siswa akan memperhatikan dan mengenang bahan belajar yang disajikan oleh guru. Juga secara terus menerus tertuju pada materi yang dipelajari dengan rasa senang akan mengenang dan mengingatnya. Ini berarti minat merupakan suatu kekuatan yang mendorong seseorang menaruh perhatian terhadap seseorang, suatu benda atau suatu kegiatan.

Minat yang kurang mengakibatkan kurangnya intensitas kegiatan. Kurangnya intensitas kegiatan ini menimbulkan hasil yang kurang pula. Sebaliknya hasil yang kurang dapat pula mengakibatkan berkurangnya minat terhadap hal itu. Memang jarang benar kita jumpai murid menaruh minat yang sama-sama besar terhadap semua pelajaran yang diberikan di sekolah. Pada umumnya murid-murid menaruh minat besar pada pelajaran tertentu saja, agak berminat untuk beberapa pelajaran yang lain dan pelajaran sisanya adalah termasuk yang kurang diminati. Yang penting dalam hal ini adalah masing-masing anak memberikan bobot besar kecilnya minat menurut kewajaran dirinya dan melakukan kegiatan belajar yang disesuaikan dengan tuntutan bobot pentingnya pelajaran itu di dalam kurikulum. Sebagai contoh, jika pelajaran bahasa Indonesia wajib dikuasai dengan baik oleh seluruh murid, maka siswa baik


(21)

berminat maupun tidak berminat wajib mempelajarinya dengan baik. Jika pelajaran olah raga tujuanya adalah bukan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, maka bagi murid yang benar-benar berminat dapat berlatih terus dan memperoleh kesempatan besar untuk mengembangkan prestasi olah raga sehingga dapat meraih juara.

Dalam hal ini guru tidak perlu memaksa murid untuk mempunyai minat yang besar tehadap suatu mata pelajaran. Yang pasti harus ditekankan oleh setiap guru ialah arti dan pentingnya setiap mata pelajaran yang telah guru ajarkan. Karena dengan adaya minat yang tidak sesuai berakibat tidak adanya kesesuaian antara guru dengan murid, sehingga tidak memungkinkan tercapainya tujuan belajar. Begitu juga proses belajar mengajar tidak berlangsung dengan lancar. Adanya proses belajar pada diri murid menumbuhkan interaksi aktif terhadap suasana belajar mengajar yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan terjadi relatif konstan dan setiap kegiatan belajar akan menimbulkan perubahan. Oleh karena itu minat belajar yang tidak sesuai akan menimbulkan masalah terhadap pencapaian dan keberhasilan belajar.

5. Harapan Orang Tua yang Tidak Sesuai dengan Kemampuan Anak. Wajar bila orang tua mempunyai harapan dan cita-cita besar terhadap anaknya. Namun harapan dan cita-cita ini kadang-kadang tidak sesuai dengan kemampuan anak. Di samping itu pandangan-pandangan tertentu yang berkembang di dalam masyarakat sering kali menghanyutkan orang tua dan anak-anaknya untuk mempunyai harapan dan cita-cita yang tidak berpedoman pada kemampuan yang ada.


(22)

Sebagai contoh, di dalam pemilihan jurusan dijenjang SMA murid dan orang tua menginginkan untuk masuk pada jurusan IPA, meskipun sehari-harinya murid lemah dalam bidang tersebut. Hal ini disebabkan karena pandangan yang umum bahwa lulusan IPA akan dapat melanjutkan studi dan memperoleh kedudukan yang terpandang dan banyak uang. Hal di atas yang menyebabkan orang tua berpandangan anaknya harus masuk jurusan IPA.

Memang masih banyak sekali orang tua yang belum mengenal kemampuan anaknya, begitu pula dengan anak itu sendiripun masih banyak yang belum mengenal kemampuan diri sendiri. Inilah salah satu tugas penting bimbingan dan penyuluhan dalam sekolah yang memberikan informasi pendidikan tentang kelemahan dan keberatan siswa dalam bidang pelajaran. Begitu pula dengan orang tua juga perlu mengetahui informasi yang lengkap tentang anaknya. Sehingga siswa dapat mengetahui kemampuan dirinya dan juga orang tua lebih mengerti siapa sebenarnya anaknya. Selanjutnya tugas seorang guru adalah sebagai katalisator antara anak dan orang tua, antara sekolah dan orang tua beserta anaknya.


(23)

B. Penanganan Masalah Belajar

Dalam melaksanakan tugas mengajar, guru harus berusaha memberikan bimbingan yang diperlukan siswa dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Hal ini sangat penting, sebab dalam proses belajar mengajar guru akan menghadapi siswa yang tergolong memiliki kemamapuan tinggi atau pandai, sedang, dan rendah. Bagi siswa yang pandai akan lebih cepat dalam melaksanakan tugas atau menguasai bahan pelajaran, sehingga mereka memiliki kelebihan waktu. Bagi siswa yang memiliki kemampuan sedang, biasanya mereka menguasai bahan pelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan. Bagi siswa yang memiliki kemampuan rendah, mereka biasanya lambat dalam menguasai bahan pelajaran, karena mereka mengalami kesulitan dalam penguasaan materi. Selanjutnya guru dalam mengajar harus mampu mengelola ketiga kelompok siswa tersebut dengan memberikan layanan bimbingan belajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa.

Di samping itu dalam keseluruhan program pengajaran di sekolah, belajar merupakan kegiatan pokok bagi siswa. Oleh karena itu siswa harus memahami bagaimana cara belajar yang baik. Kenyataan menunjukan tidak semua siswa mampu melaksanakan kegiatan belajar dalam arti mencapai hasil yang memuaskan. Banyak siswa yang mengalami berbagai masalah dalam belajar, misalnya tidak mampu menyerap bahan pelajaran yang diajarkan dengan baik, tidak mampu berkonsentrasi


(24)

dalam belajar, tidak mampu mengerjakan tes, dan sebagainya. Agar hal tersebut tidak berkepanjangan maka guru sebagai personil yang bertanggung jawab atas keberhasilan belajar siswa, harus segera memberikan pembinaan atau bimbingan tentang cara belajar yang tepat. Dengan bimbingan diharapkan siswa akan dapat mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Usaha meningkatkan prestasi belajar ini dapat ditempuh dengan berbagai macam kegiatan bimbingan. Upaya penanganan masalah belajar tersebut antar lain :

1. Pengajaran perbaikan. 2. Program pengayaan 3. Pembelajaran individual

1. Pengajaran Perbaikan

Pengajaran perbaikan (remidial) adalah suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan atau membuat jadi baik. Jadi pengajaran remidial ini merupakan bentuk khusus pengajaran yang bermaksud untuk menyembuhkan gangguan atau hambatan yang terjadi dalam proses belajar mengajar.

Di dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan pada kenyataan adanya keanekaragaman individu siswa. Keanekaragaman kemampuan ini akan membuat tingkat penguasaan belajar yang berbeda antar siswa satu dengan siswa yang lain, sehingga ada siswa yang berhasil mencapai prestasi belajar baik dalam arti menguasai seluruh bahan pelajaran. Tetapi ada pula siswa yang tidak mampu mencapai prestasi bahan belajar secara tuntas. Apabila siswa yang tidak menguasai bahan belajar secara tuntas ini dibiarkan, akan mempengaruhi penguasaan bahan pada pengajaran


(25)

berikutnya, sehingga bahan belajar yang belum dikuasai semakin menumpuk atau semakin luas.

Uraian di atas memperjelas bahwa tujuan pegajaran remidial adalah untuk membantu mengatasi kesulitan belajar. Hal ini berarti bahwa pengajaran remidial dilakukan apabila diketahui adanya kesulitan belajar. Jadi jelasnya sesudah terjadi proses belajar mengajar baru diketahui perlu tidaknya pengajaran remidial ini diberikan. Pengajaran remidial harus dilakukan oleh orang yang mengetahui permasalahan yang dihadapi dan pelaksanaanya menekankan pada pendekatan individual.

Perbedaan Pengajaran Remidial dengan Pengajaran Biasa 1.) Ditinjau dari segi siswa

Dalam pengajaran reguler (biasa) semua siswa ikut berpartisipasi. Sedangkan pengajaran remidial hanya akan dikenakan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pengajaran remidial merupakan pengajaran khusus, sehingga pesertanya khusus yaitu siswa yang mengalami kesulitan belajar.

2.) Ditinjau dari segi tujuan

Pengajaran reguler dilaksanakan untuk mencapai tujuan pengajaran seperti yang ditetapkan di dalam kurikulum, sama untuk semua siswa. Pada pengajaran remidial tujuan pengajaran dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami siswa. 3.) Ditinjau dari metode mengajar


(26)

Pada pengajaran reguler penggunaan metode dalam mengajar adalah sama untuk semua siswa. Sedangkan pada pengajaran remidial metode yang dipergunakan sangat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar. 4.) Ditinjau dari segi guru

Pengajaran reguler dilakukan oleh guru bidang studi. Pengajaran remidial dilakukan oleh guru bidang studi bekerja sama dengan pihak lain seperti pembimbing atau konseling sekolah. Hal ini disesuaikan dengan latar belakang kesulitan belajar yang dialami siswa. Pengajaran remidial dapat dilakukan oleh guru bidang studi sendiri, tetapi mungkin juga dilakukan oleh guru bersama dengan ahli.

5.) Ditinjau dari segi evaluasi

Evaluasi yang dipergunakan dalam pengajaran reguler bersifat seragam artinya evaluasi sama untuk semua siswa di satu kelas. Dalam pengajaran remidial, evaluasi yang dipergunakan disesuaikan dengan kesulitan belajar yang dialami siswa sehingga evaluasi dilakukan secara khusus.

6.) Ditinjau dari teknik pendekatan

Dalam pengajaran reguler pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan kelompok secara klasikal. Pada pengajaran remidial pendekatan disesuaikan dengan keadaan pribadi dari masing-masing siswa yang mengalami kesulitan belajar sehingga pendekatan lebih bersifat individual.

Tujuan Pengajaran Remidial

Secara umum pengajaran remidial bertujuan membantu siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan di dalam kurikulum.


(27)

Jadi, tujuan umum pengajaran remidial adalah sama dengan tujuan pengajaran reguler. Secara khusus, tujuan pengajaran remidial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar mencapai prestasi yang diharapkan melalui proses penyembuhan dalam aspek kepribadian atau dalam proses belajar mengajar. Dalam pengajaran remidial siswa dibantu untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapinya. Kemudian dibantu untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut dengan memperbaiki cara belajar dan sikap belajar yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar secara optimal serta mampu melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan oleh guru.

Prosedur dan Langkah Pengajaran Perbaikan (remidial) 1.) Penelaahan kembali kasus

Tujuan langkah ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kasus dan kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan penelaahan kasus ini akan diperoleh gambaran tentang siswa yang perlu mendapat layanan tingkat kesulitan yang dialami, di mana kesulitan terjadi, dan dalam domain apa siswa mengalami kesulitan. Dalam langkah pertama ini juga ditelaah mengenai faktor penyebab kesulitan yang dialami siswa, baik faktor penyebab yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa.

2.) Pemberian alternatif tindakan

Dari penelaahan kasus pada langkah pertama kita memperoleh kesimpulan tentang karakteristik kasus dan alternatif pemecahannya. Karakteristik kasus


(28)

dibedakan menjadi berat, sedang, dan ringan. Setelah karakteristik kasus diketahui maka guru haru memikirkan tindakan pemecahan sebagai berikut :

a. Apabila kasusnya ringan, tindakan yang ditempuh adalah memberikan pengajaran remidial.

b. Apabila kasusnya cukup atau berat, sebelum memberikan pengajaran remidial terlebih dhulu kepada siswa tersebut harus diberikan layanan bimbingan dan konseling untuk mengatasi hambatan emosional yang mempengaruhi kegiatan belajarnya.

3.) Pemberian layanan khusus

Yang dimaksud dengan layanan khusus ini adalah layanan bimbingan dan konseling. Layanan ini bertujuan mengusahakan agar siswa yang menjadi kasus terbebas dari hambatan mental emosional sehingga dapat mengikuti kegiatan belajar dengan wajar. Layanan ini dilakukan oleh petugas B & K atau konseling sekolah atau psikolog.

4.) Pelaksanaan pengajaran remidial

Setelah terciptanya pra kondisi seperti pada lagkah ketiga, selanjutnya dilakukan pengajaran remidial. Sasaran pokok dari langkah ini adalah meningkatkan prestasi maupun kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan ketentuan yang telah diteapkan oleh guru.

5.) Pengukuran kembali hasil belajar

Dengan selesainya pelaksanaan pengajaran remidial selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap perubahan pada diri siswa yang bersangkutan. Pengukuran ini untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai apa yang direncanakan dalam


(29)

pengajaran remidial atau belum. Untuk mengetahui hal ini dilakukan pengukuran terhadap prestasinya dengan tes sumatif seperti yang dipergunakan pada proses belajar mengajar sesungguhnya.

6.) Re-evaluasi dan re-diagnostik

Hasil pengukuran yang dilakukan pada langkah kelima kemudian ditafsirkan dengan mempergunakan cara dan kriteria seperti pada proses belajar mengajar yang sesungguhnya. Hasil penafsiran tersebut akan menghasilkan tiga kemungkinan sebagai berikut :

a. Kasus menunjukan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuainya mencapai kriteria keberhasilan mimimum seperti yang diharapakan.

b. Kasus menunjukan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian dirinya, tetapi belum sepenuhnya memadai kriteria keberhasilan minimum yang diharapkan.

c. Kasus belum menunjukan perubahan yang berarti, baik dalam prestasinya maupun kemampuan penyesuaian dirinya.

2. Program Pengayaan

Program pengayaan dalam proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang diperuntukan bagi siswa yang tergolong cepat dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Dalam pelaksanaanya proses belajar mengajar sering dijumpai adanya seorang atau beberapa siswa yang dapat menyelesaikan tugas belajarnya sebelum waktu yang disediakan habis sehingga mereka mempunyai sisa waktu, siswa yang demikian digolongkan kelompok cepat. Apabila sisa waktu ini tidak dimanfaatkan dengan


(30)

sebaik-baiknya akan menimbulkan hal-hal negatif yang menghambat proses belajar mengajar misalnya menganggu temannya, membuat gaduh suasana kelas, dan sebagainya. Oleh karena itu siswa kelompok ini harus diberi kegiatan yang bermanfaat bagi perkembangan dirinya tanpa menganggu siswa lain yang belum selesai mengerjakan tugas belajarnya. Kegiatan yang diperuntukan kelompok siswa cepat ini adalah pendalaman terhadap bahan yang telah mereka pelajari yang disebut dengan kegiatan pengayaan. Suharsini Arikunto mengartikan :

Kegiatan pengayaan sebagai kegiatan yang diberikan kepada siswa-siswa kelompok cepat sehingga siswa-siswa tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan dan keterampilanya atau lebih mendalami bahan pelajaran yang sedang mereka pelajari.

Pendapat di atas memperjelas bahwa tujuan program pengayaan mempermudah penguasaan bahan pelajaran yang diberikan dengan tugas belajar yang sedang dilaksanakan. Sementara siswa yang lain masih menyelesaikan tugas belajarnya, kelebihan waktu yang dimiliki siswa kelompok cepat ini diisi dengan kegiatan mendalami bahan pelajaran yang bersangkutan. Setelah semua siswa baik siswa yang cepat maupun siswa yang lambat menyelesaikan tugas belajar disiapkan katakanlah satu pokok berikutnya. Jadi dalam program pengayaan materi tambahan yang diberikan kepada siswa kelompok cepat masih berkisar pada bahan yang sama, bukan bahan pelajaran lain yang berbeda sama sekali, karena kegiatan pengayaan hanya untuk memanfaatkan sisa waktu, bukan menambah waktu itu sendiri.


(31)

Kegiatan pengayaan dilakukan pada waktu proses pengajaran sedang berlangsung. Kegiatan pengayaan diberikan oleh guru bidang studi, bersamaan waktunya dengan siswa kelompok sedang, atau siswa kelompok lambat. Dengan demikian kegiatan pengayaan tidak memerlukan tambahan waktu khusus. Jadi apabila kelompok sedang dan kelompok lambat dinyatakan telah mencapai batas kemampuan yang telah diharapkan, maka kegiatan pengayaan dihentikan. Untuk selanjutnya siswa baik kelompok cepat, sedang, maupun lambat secara bersama-sama mengikuti pelajaran untuk pokok bahasan selanjutnya.

Agar program pengayaan ini bisa terlaksana dengan baik, maka materi yang diberikan pada siswa dan bentuk kegiatan pengayaan harus dipersiapkan terlebih dahulu. Materi pengayaan harus disesuaikan dengan pokok bahasan yang disajikan dalam kelas, karena program pengayaan merupakan kegiatan untuk memperdalam , bukan untuk menambah konsep baru. Tujuan pengayaan bukanlah untuk mempersiapkan siswa menguasai materi pelajaran terlebih dahulu, dibanding dengan teman-temannya yang lain. Program pengayaan dapat dilaksanakan dengan bermacam-macam kegiatan separti membaca buku, mengerjakan soal-soal latihan, diskusi, membuat karangan, klipping atau membantu guru memberi penjelasan kepada teman-temanya sebagai tutor sebaya.


(32)

Untuk menentukan kegiatan pengayaan ini guru harus memperhatikan beberapa faktor sebagai berikut :

1. Faktor anak dan usia

Sebagai pendidik kita memahami bahwa masing-masing siswa memiliki sifat individualitas yang berbeda-beda antara siswa satu dengan siswa lainnya, Oleh karena itu dalam memberikan kegiatan pengayaan guru harus memperhatikan sifat individualitas dari siswa. Dalam hal ini faktor siswa tersebut dibedakan menjadi faktor minat dan faktor psikologis.

2. Faktor edukatif

Yang dimaksud dengan faktor edukatif adalah bahwa kegiatan pengayaan yang diberikan oleh guru harus menunjukan perkembangan siswa secara optimal. Hal ini berarti kegiatan pengayaan tidak boleh merugikan siswa atau membuat siswa mengalami kesulitan belajar sehingga menghambat perkembanganya. Jelasnya kegiatan pengayaan harus mempunyai manfaat. Yakni membawa ilmu pengetahuan dan bentuk pribadi siswa.

3. Faktor waktu

Telah dijelaskan bahwa program pengayaan bertujuan mengisi kelebihan waktu yang dimiliki siswa sementara teman yang lain masih mengerjakan tugas belajarnya. Oleh karena itu guru harus mampu memilih kegiatan yang tepat untuk mengisi waktu yang ada. Kelebihan waktu yang dimiliki siswa masing-masing tidak sama, misalnya ada siswa yang memiliki kelebihan waktu 20 menit atau 25 menit. Kenyataan ini menurut kemampuan dan kreatifitas guru dalam mempersiapkan kegiatan pengayaan menjadi


(33)

beberapa bagian atau penggalan. Dengan bentuk bagian-bagian ini siswa dapat melakukan atau menyelesaikan secara bertahap. Apabila waktu untuk kegiatan pengayaan habis, siswa sudah mampu menyelesaikan bagian kegiatan secara utuh dan hasilnya sudah dapat dilihat siswa. Hal ini akan menimbulkan kepuasaan bagi siswa.

3. Pengajaran Individual

Pengajaran individual adalah suatu bentuk proses belajar mengajar yang dilakukan secara individual, artinya dalam bentuk interaksi antara guru dengan seorang siswa secara individual. Dengan metode ini guru dapat mengajar secara lebih intensif karena dapat disesuaikann dengan keadaan kesulitan dan kemampuan individual kepada usaha memperbaiki kesulitan belajar siswa. Materi yang diberikan mungkin pengulangan dari yang sudah atau pengayaan yang sudah dimiliki, atau mungkin pula pemberian materi baru. Semuanya tergantung keadaan kesulitannya. Pendekatan dan metode yang digunakan pun terlalu akan bersifat individual, artinya disesuaikan dengan kesulitannya.

Dengan demikian pelaksanaan pengerjaan individual akan berbeda antara siswa yang satu dengan lainnya. Pengajaran individual dalam pengajaran remidial lebih bersifat terapeutik artinya menyembuhkan atau memperbaiki cara-cara belajar yang dilakukan murid. Oleh karena itu pengajaran semacam ini sering disebut pengajaran terapiutik yaitu pengajaran yang bersifat menyembuhkan.

Dalam pelaksanaan pengajaran individual pemilihan metode tersebut diatas harus disesuaikan dengan jenis, sifat, dan tingkat kesulitan belajar yang dialami


(34)

siswa. Demikian pula dalam menentukan waktu pelaksanaan pengajaran individual harus mempertimbangkan sifat bahan, berat ringanya kesulitan serta banyaknya siswa yang harus ditangani. Misal siswa mengalami kesulitan bahan yang merupakan prasyarat bagi bahan berikutnya. Apabila siswa mengalami kesulitan hanya beberapa orang saja maka pelaksanaan bantuan dapat dilakukan di luar jam pelajaran sehingga tidak menganggu atau menghambat siswa yang lain.

Pengajaran individual banyak memberikan keuntungan karena dalam pelaksanaannya terjadi interaksi yang lebih dekat antara guru dengan siswa. Sehingga terjadi saling pengertian antar keduanya. Untuk dapat melaksanakan pengajaran individual para guru diharapkan memiliki kemampuan-kemampuan sebagai pembimbing. Guru harus mempunyai sikap baik sebagai pembimbing seperti sabar, ulet, rela, bertanggung jawab, menerima, dan memhami. Guru harus mampu menciptakan suasana hubungan yang sedemikian rupa sehingga dalam proses pengajaran terjadi interaksi yang bersifat membantu.

BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah Profil SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta


(35)

SD Muhammadiyah 2 Surakarta berdiri sejak tahun 1947, dua tahun setelah Indonesia Merdeka, SD Muhammadiyah Kauman berlokasi di Jl. Trisula III/1 Kauman Surakarta dan sebagai Kepala Sekolahnya Ibu Siti Aminah Zaini ( almh ). Visi

Membentuk generasi qur’ani yang cerdas, terampil, dan taqwa sehingga menjadi manusia utama.

Misi

1. Meningkatkan mutu pembelajaran.

2. Mempertinggi ilmu pemgetahuan, akhlak dan keterampilan.

3. Mempertebal semangat kebersamaan dan amar ma’ruf nahi mungkar. 4. Menciptakan suasana tertib, disiplin dan tanggung jawab dalam bekerja. 5. Memadukan fikir dan dzikir dalam berbuat serta peduli terhadap kemajuan. 6. Mengutamakan pelayanan salin asah asih asuh dalam masyarakat sekolah. 7. Mewujudkan sekolah sebagai pusat kebudayaan.

Motto

Terdepan dalam berprestasi, beramaliah dan berakhlaqul karimah.

Semasa perkembangannya SD Muhammadiyah Kauman berkali-kali berganti pimpinan Kepala Sekolah, yaitu :

1. Bapak Sudardjo ( alm ). 2. Bapak Sigit Siswanto ( alm ). 3. Bapak Abdul Jalil, BA. ( alm ). 4. Ibu Sugiarti ( almh ).


(36)

5. Bapak Sugiyatmo ( sekarang ).

Tahun 1980, Ibu Salamah Ma’ful mewakafkan tanahnya kepada Muhammadiyah untuk dipergunakan sebagai pengembangan SD Muhammadiyah 2 Surakarta ini, dengan para saksi antara lain : Bapak H. Ali Atmodjo ( alm ), Bapak H. Abdulloh Affandi ( alm ), dan Bapak Haji Muchsony.Yang kemudian hingga sekarang bangunan tersebut menjadi Gedung Utama yang terdiri dari 2 lantai, 6 ruang kelas, 1 ruang guru utama, sebagai pusat kegiatan KBM, baik Kurikulum, Kesiswaan, Sarana dan Prasarana, Islam Kemuhammadiyahan, Administrasi, dan Laboratorium Komputer. Mengingat perkembangan SD Muhammadiyah 2 yang sangat pesat dan mendesak, maka dengan prakarsa Pimpinan Ranting Muhammadiyah Kauman bersama Dewan Penyantun SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta memberanikan diri untuk membuka kelas paralel dua kelas mulai tahun 1993. Kemudian tahun 1995 Pimpinan Ranting Muhammadiyah dengan Dewan Penyantun mengontrak rumah milik Bapak Ir. M. Taufiq Rahim ( sebelah utara jalan Trisula ) untuk penambahan lokal ruang kelas, Musholla, dan Gudang.

Dan pada tahun 1999/2000, SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta membuka tambahan kelas I menjadi parelel tiga kelas.

Berkat petunjuk Allah SWT. pada tahun 1999 dari Bapak Dr. H. Muhammad Thamrin untuk Bapak/Ibu Ngubaidi telah mengikrarkan/mewakafkan tanah untuk pengembangan SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta. Pembangunan Gedung Kedua ditanggani oleh Panitia, yaitu : Bp. H. Muchsony, Bp/Ibu H. Widodo Muhtar, Ibu Ir.Hj. Rufaida Qisti Rustiono, Bp. Ir. M. Yusuf Muttaqien, Ibu Hj. Ir. Sobriyah, Ibu Hj. Dra. Fitriyah, bersama Sekolah dan beberapa Panitia ikut berpartisipasi atas


(37)

Pembangunan SD Muhammadiyah 2 berlantai III tersebut. Terdiri dari 3 lantai, 9 ruang kelas, 3 ruang guru, tiap lantai terdapat wc/tiolet yang memadai. Gedung ini berada di selatan gedung Utama berselang rumah penduduk

Sejak berdiri, SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta telah menunjukkan eksistensinya. Banyak orang tua murid yang mendaftarkan putra-putrinya di sekolah ini. Perkembangan yang begitu signifikan dapat kita lihat bersama dari jumlah kelas yang sekarang dipergunakan. Paralel 3 ruangan untuk masing-masing kelas, dari kelas satu hingga kelas 6, dengan jumlah murid lebih dari 700 siswa, dan rata-rata perkelas 40 – 45 anak. Berbagai kejuaraan diikuti, trophi dan penghargaan berjejer rapi, membuktikan bahwa potensi yang dimiliki SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta cukup tinggi.

Prestasi akademik

1. Lomba Bahasa Indonesia tingkat Provinsi. 2. Siswa Teladan tingkat Provinsi.

3. Lomba IPA tingkat Kota.

4. Peringkat I Ebtanas tingkat Kec. PasarKliwon Tahun 2001.

5. Peringkat I Ebtanas SD Muhammadiyah Se- Surakarta Tahun 2001. 6. Medali Perunggu Lomba Olimpiade MIPA Se-Jawa DIY Tahun 2006 Prestasi non akademik

1. Juara II Nasional Drum Band SD di Jakarta tahun 1990.

2. Juara umum II Divisi Drum Band Hamengku Buwono Cup di Solo tahun 1991


(38)

4. Juara umum Drum Band tingkat Jateng dan DIY tahun 1995.

5. Juara II kejuaraan terbuka Drum Band Se Jawa Bali di Solo tahun 2002. Peningkatan minat masyarakat dalam menyekolahkan putra-putrinya ke SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta dapat dilihat dari tabel penerimaan siswa baru selama 5 tahun terakhir dibawah ini.

Begitu juga dengan lulusan yang banyak diterima di SLTP favorit.

Banyak para alumnus SD Muhammadiyah 2 Surakarta yang dapat dibanggakan. Tidak sedikit peran serta mereka dalam mengembangkan SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta.Hal tersebut bukan berarti SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta tidak menghadapi kendala.Hambatan-hambatan tersebut tak mungkin bisa dilewati dan terselesaikan tanpa bantuan dari segenap pihak, baik dari Masyarakat sekitar, Komite, Majlis Pendidikan Muhammadiyah, Pimpinan Ranting Muhammadiyah, para Alumnus, Orang Tua Murid dan segenap pihak yang mendedikasikan baik waktu, pikiran serta hartanya bagi Perjuangan nya menjadikan Sekolah Dasar ini menjadi yang terbaik dalam mendidik calon-calon penerus bangsa.

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 2002-2003 2003-2004 2004-2005 2005-2006 2006-2007 PENDAFTAR DITERIMA


(39)

Seperti mottonya “ Membentuk generasi Qur’ani yang cerdas trampil dan taqwa sehingga menjadi manusia utama ”.

Kegiatan-kegiatan Extrakurikuler : 1. DrumBand

2. Hizbul Wathan 3. Komputer 4. Tapak Suci 5. Bahasa Inggris 6. Qiroah

7. Seni dan Kerajinan Tangan 8. Rebana

9. Pembinaan Prestasi Akedemik

B. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar

Mengajar atau memberikan pelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dan murid dengan tujuan agar murid dapat menerima ilmu, menguasai pengetahuan, memiliki ketrampilan dan kecakapan serta mempunyai sikap dan nilai, yang topik-topik pelajarannya dipilih oleh guru.

Dalam kegiatan belajar mengajar di SD Muhammadiyah 2 Surakarta kami mengajarkan mata pelajaran bahasa China dalam 10 pertemuan, 7 pertemuan untuk pemberian materi dan 3 pertemuan untuk pemberian ujian atau tes. Perincian sebagai berikut:


(40)

1 10 Maret 2007 Pengenalan bahasa China

2 17 Maret 2007 Sapaan (1)

3 24 Maret 2007 Sapaan (2)

4 7 April 2007 Mengenal angka

5 14 April 2007 Mengenal Hari dan Bulan 6 21 April 2007 Mengenal Anggota Keluarga 7 28 April 2007 Mengenal Buah dan Warna

8 5 Mei 2007 Tes 1

9 12 Mei 2007 Tes 2

10 19 Mei 2007 Tes 3

Dari kesepuluh pertemuan tersebut siswa menyambut dengan senang karena pelajaran bahasa China merupakan pelajaran bahasa asing kedua yang mereka palajari setelah bahasa Inggris. Dengan demikian sebagai guru kami membuat sedemikian rupa sehingga siswa mempunyai minat terhadap pelajaran bahasa China sehingga sebagai guru dan murid dapat berinteraksi.

Secara garis besar masalah pembelajaran yang dihadapi siswa yaitu masalah minat dan secara khusus adalah tentang pelafalan dasar bahasa China yang sama sekali siswa belum pernah mendengar. Tetapi dengan dorongan semangat maka sedikit demi sedikit siswa mulai ada respon positif. Dengan pengulangan materi awal maka siswa mulai timbul minat belajar dan terbiasa dengan pelafalan bahasa China. Karena pelajaran bahasa merupakan pelajaran yang harus sering dibiasakan dan sering diucapkan. Maka proses belajar mengajar di kelas menerapkan sistem lisan,


(41)

jadi guru langsung bisa mendengar bentuk kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam menghadapi pelajaran bahasa China.

Dalam pelajaran bahasa ini kami mengutamakan keaktifan siswa sehingga bagi siswa yang kurang berminat dengan pelajaran bahasa China dapat berusaha untuk tahu dan memahami. Hasil yang diperoleh juga sangat memuaskan siswa mampu menguasai dengan cepat walaupun tidak 100% terserap, tetapi dari praktik siswa sudah banyak menguasai. Untuk munculnya kendala-kendala yang ada kami berusaha memecahkanya tanpa mengurangi semangat belajar siswa. Yaitu dengan bantuan teman sebangku mereka tidak akan merasa canggung untuk bertanya. Dengan demikian kelas dapat menjadi tempat belajar yang nyaman dengan adanya interaksi yang dekat antara murid dengan guru.

C. Kendala-Kendala Dalam Proses Belajar Mengajar

Dalam pertemuan pertama ini siswa pertama-tama akan diajarkan pelafalan dasar bahasa China berupa pengenalan huruf hidup, huruf mati, dan nada yang digunakan dalam bahasa China. Pertama-tama siswa dirangsang dengan pengucapan huruf hidup (vocal) a o e i u ü . Dalam hal ini siswa mengalami kesulitan dalam pengucapan huruf ’ü’ huruf ini diucapkan seperti huruf ’u’ tapi keluar dengan suara huruf ’i’

Pelajaran berikutnya yaitu pengenalan huruf mati (konsonan) sebagai berikut : ’b’ dibaca ’p’ atau sebaliknya


(42)

’k’ dibaca ’g’ atau sebaliknya ’c’ dibaca ’z’ atau sebaliknya

Untuk huruf ‘b’ dibaca ‘p’ atau sebaliknya contoh kosa kata “ baba” dibaca

“ papa” atau kata “pang” dibaca “ bang”. Perbedaan kedua kata ini adalah kata

“ papa” diucapkan biasa tanpa ada hembusan, untuk kata “ bang” diucapkan dengan adanya hembusan.

Untuk huruf ‘d’ dibaca ‘t’ atau sebaliknya contoh kosa kata “ didi’ dibaca

“ titi” atau kata “ tamen” dibaca “ damen”. Perbedaan kedua kata ini adalah kata

“ titi” diucapkan biasa tanpa ada hembusan, untuk kata “ damen” diucapkan dengan adanya hembusan. Begitu dengan huruf ‘k’dengan ‘g’ dan ‘c’ dengan ‘z’.

Untuk pembelajaran nada dalam bahasa China siswa ditekankan dalam pengucapan. Agar mudah dalam pengucapanya nada diperumpamakan dengan suara-suara, seperti nada satu diucapkan seperti orang mendengung, nada dua diucapkan seprti logat orang bertanya, nada ketiga diucapkan seperti suara tokek, dan nada empat diucapkan seperti orang menggertak. Dengan cara ini sebagian besar siswa dapat langsung mengerti.

Dalam pertemuan pertama kali ini siswa kesulitan dalam pengucapan dan juga daya ingat, oleh karena itu pengulangan sangat perlu dalam petemuan kali ini. Setelah diulang sudah mulai tampak siswa menunjukan sikap memahami bahan materi walaupun ada beberapa siswa yang masih terlihat kesulitan.


(43)

Dalam pertemuan kedua ini siswa mulai diajarkan beberapa kosa kata berupa kata sapaan. Kemudian siswa mulai dirangsang dengan kalimat-kalimat pendek yang dihasilkan dari merangkai kosa kata yang telah diajarkan. Dari pertemuan kedua ini mulai timbul beberapa masalah dalam penyusunan kalimat.Untuk soal latihan nomor 2 dan 3 tidak ada masalah dalam penyusunan kalimat karena dari soal yang diberikan langsung bisa diterjemahkan dengan melihat kosa kata yang telah diberikan.

Soal nomor 1 : ”Saya adalah orang”, langsung bisa diterjemahkan dalam bahasa China tanpa merubah susunan kalimat ” Wǒ shì rén”, begitu juga dengan soal nomor 2 ”Saya adalah murid”, langsung diterjemahkan


(44)

Untuk soal latihan nomor 3, 4, dan 5 mulai timbul masalah dalam menyusun kalimat, karena dalam soal tersebut mulai dikenalkan kata bantu yang menyatakan kepemilikan.

Dia adalah temanku Tā shì péngyou wǒ

Kalimat di atas langsung diterjemahkan tanpa merubah posisi kalimat, dalam bahasa China kalimat di atas dinyatakan salah. kalimat yang benar adalah ”

shì wǒ de péngyou”. Jika dalam kalimat menyatakan milik maka akan dibantu dengan kata bantu ”de”

Contoh : ”Temanku” jika dijabarkan ”Teman aku” jika diterjemahkan langsung ” Péngyou wǒ” jika disisipkan kata bantu kepemilikan ”de” maka kalimat akan berubah menjadi ”wǒ de péngyou

Temanku → wǒ de péngyou Gurumu → nǐ de lǎoshī

Dalam pertemuan ketiga kali ini siswa diajak untuk memahami tentang pengucapan salam dengan langsung mempraktikan dengan teman sebangku. Dengan cara demikian siswa akan langsung dapat mengerti kata-kata sapaan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan mengingat adalah salah satu hambatan dalam pertemuan kali ini, dalam pelafalan sebagian besar siswa sudah baik. Cara yang ditempuh adalah guru mengajak siswa dengan menggunakan dialog antara guru dengan murid. Contoh :

Guru : Nĭ hăo ! Halo ! Siswa: Nĭ hăo. Halo Guru : Nĭ hăo ma? Apa kabar? Siswa: Wŏ hĕn hăo. Kabarku baik


(45)

Guru : zăo shàng hăo! Selamat pagi !

Siswa: lăoshī hăo. Diucapkan untuk membalas salam Guru : xièxie Terima kasih

Siswa: búyòng xiè. Terima kasih kembali

Dengan langsung mempraktikan percakapan di atas siswa akan lebih mudah untuk memahami dan juga mudah untuk diingat. Bagi siswa yang belum paham akan lebih mudah memahaminya jika percakapan ini dilakukan dengan teman-teman sebayanya. Karena percakapan ini akan selalu digunakan dalam setiap pertemuan, maka siswa akan tetap selalu mengingatnya. Bukan hanya di kelas percakapan ini akan lebih terbiasa digunakan apabila siswa bertemu di luar kelas, dengan demikian pelajaraan kata-kata sapaan ini akan menjadi terbiasa digunakan oleh siswa.

Dalam pertemuan keempat siswa diajarkan tentang nama-nama anggota keluarga dan juga diajarkan berupa pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keluarga, yaitu : 1. Berapa jumlah orang dikeluargamu?

Nĭ de jiā yŏu jĭ kŏu rén?

2. Siapa nama Ayahmu?

Nĭ de Bàba jiào shénme míngzì?

3. Apakah kamu mempunyai kakak laki-laki? Nĭ yŏu gēge ma?

Dengan adanya beberapa pertanyaan-pertanyaan penunjang di atas maka siswa akan lebih mengerti penggunaan kosa kata nama anggota keluarga. Dan juga merangsang siswa untuk aktif berpartisipasi dengan menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan, dan mengemukakan pendapat. Tetapi dalam pertemuan ini masih ada


(46)

sebagian siswa yang belum paham walaupun pertanyaan yang dilontarkan hanya sekilas tentang ketiga pertanyaan tersebut. Dalam hal ini guru akan menghargai semua jawaban yang dikemukakan siswa walaupun dan bagaimanapun jelek mutunya. Dengan demikian siswa tidak merasa jengkel dan guru berkesempatan mengulangi lagi pertanyaan tersebut dan dilontarkan kepada semua siswa di kelas sehingga bagi siswa yang belum paham mengenai pertanyaan tersebut tidak merasa sangat terbebani. Harapan dari hal di atas siswa akan merasa lebih giat lagi mempelajari bahan yang diajarkan sehingga kemampuanya dapat sama dengan siswa satu kelas.

Pada pertemuan kelima ini siswa diajarkan mengenal angka dalam bahasa China. Untuk angka 0 sampai dengan 10 cukup dengan menghafal siswa langsung bisa memahami. Untuk bilangan belasan guna memudahkan siswa dalam mengingat digunakan rumus penambahan, contoh :

11 diperoleh dari 10 + 1, sepuluh adalah shí dan satu adalah , jadi 11adalah

shí yī.

12 diperoleh dari 10 + 2, sepuluh adalah shí dan dua èr adalah , jadi 12 adalah

shí èr.

Rumus tersebut hanya dapat digunakan dalm perhitungan bilangan belasan. Untuk bilangan 20 sampai dengan 99 dapat menggunakan rumus di bawah ini :

20 diperoleh dari 2 x 10, dua adalah èr dan sepuluh adalah shí, jadi 20 adalah


(47)

21 diperoleh dari 2 x 10 + 1, dua adalah èr, sepuluh adalah shí, dan satu adalah yī, jadi 21 adalah èr shí yī

Dengan adanya rumus di atas mengurangi kesulitan siswa dalam mengingat banyaknya angka-angka yang harus mereka hafalkan. Dengan demikian siswa hanya dengan menghafal angka 1 sampai dengan 10 akan dapat menghitung sampai dengan angka 99.

Melaksanakan pengajaran dengan mengunakan rumus praktis di atas harus memperhatikan siswa yang cerdas dan yang kurang cerdas. Bagi siswa yang cerdas hendaknya diberi tugas yang lain agar mereka tidak bosan menunggu teman-temanya yang belum berhasil menemukan jawabanya. Bagi siswa yang kurang cerdas perlu dibimbing untuk dapar mengunakan cara praktis di atas. Tetapi harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri olehnya, sehingga siswa memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses pencarian dengan rumus praktis. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini akan lebih lama diingat oleh siswa.


(48)

Dalam pertemuan keenam ini siswa diajarkan tentang nama-nama hari dan bulan dalam bahasa China. Dalam pertemuan berikut ini siswa dirangsang dengan petanyaan-pertanyaan seputar tentang menanyakan hari. Sebagai contoh :

a. Hari ini hari apa? Jīntiān shì xīngqī jĭ?

Hari ini hari senin Jīntiān shì xīngqī yī b. Besok hari apa? Míngtiān shì xīngqī jĭ?

Besok hari Selasa Míngtiān shì xīngqī èr

c. Kemarin hari apa? Zuótiān shì xīngqī jĭ?

Kemarin hari minggu Zuótiān shì xīngqī rì

Dari pertemuan keenam ini siswa tidak akan mengalami kesulitan karena dari pertemuan sebelumnya telah dikemukakan angka-angka yang menunjang pada pertemuan keenam ini pula. Sehingga siswa mudah dalam menghafal nama-nama hari maupun bulan. Dengan adanya pengembangan dari kosa kata diatas munculah


(49)

petanyaan-pertanyaan yang dapat disusun dari kosa kata tersebut sehingga siswa dapat lebih jelas dalam menyusun pertanyaan dalam menanyakan hari dalam bahasa China

Dalam pertemuan ketujuh ini siswa diajarkan tentang macam-macam warna nama-nama buah. Dari kosa kata diatas lebih lengkap dengan ditambahkan kata sifat suka “ xĭhuān” atau tidak suka “ bù xĭhuān” sehingga siswa mampu mengunakan kosa kata yang telah diberikan kedalam sebuah kalimat. Contoh :

1. Ayah suka warna biru. Bàba xĭhuān lán sè.

2. Ibu tidak suka warna hitam. Māma bù xĭhuān hēi sè.

3. Saya suka buah apel. Wŏ xĭhuān píngguŏ.

4. Dia Tidak suka jeruk Tā bù xĭhuān júzi

Melaksanakan pengajaran dengan mengunakan kosa kata di atas harus memperhatikan siswa yang cerdas dan yang kurang cerdas. Bagi siswa yang cerdas hendaknya diberi tugas yang lain agar mereka tidak bosan menunggu teman-temanya yang belum berhasil menemukan jawabanya. Bagi siswa yang kurang cerdas perlu


(50)

dibimbing untuk dapat mengunakan kosa kata dan kata bantu sifat untuk menyusun kalimat. Sehingga semua siswa mampu untuk memahami bahan yang diajarkan.

Dari ketujuh materi pelajaran yang diajarkan ada kendala-kendala siswa dalam pembelajaran bahasa China sebagai berikut :

1. Kurangnya pengetahuan tentang bahasa China hal ini dikarenakan sebelumnya siswa belum sama sekali menerima pelajaran bahasa China, sehingga minat untuk mempelajarinya sangat kurang.

2. Kurangnya waktu untuk belajar karena waktu yang diberikan untuk pelajaran bahasa China adalah seminggu sekali.

3. Sebagian besar siswa masih kaku dengan pelafalan bahasa China yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia.

4. Dukungan belajar yang kurang dari orang tua karena dianggap pelajaran bahasa kurang penting hal tersebut menyurutkan minat dan bakat siswa dalam bidang bahasa.


(51)

D. Upaya Penanganan

Di dalam proses belajar mengajar bahasa China di SD Muhammadiyah 2 Surakarta tenaga pengajar harus selalu memberikan dorongan dan motivasi dalam proses pembelajaran, mengingat pelajaran yang diberikan adalah pelajaran bahasa yang akan selalu digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Untuk itu tenaga pengajar mengupayakan beberapa hal dalam penanganan masalah belajar :

1. Menumbuhkan minat terhadap mata pelajaran bahasa China dengan cara memberikan beberapa pengarahan tentang pentingnya pelajaran bahasa dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia kerja kelak.

2. Untuk memberikan suasana yang tidak membosankan di kelas dalam proses belajar, tenaga pengajar tidak terus menerus memberikan materi pelajaran, karena pelajaran bahasa harus juga dapat dipraktikan secara langsung. Maka tenaga pengajar memberikan praktik langsung dengan menyuruh murid-murid


(52)

bekerja sama dengan teman sebangku dengan harapan mereka tidak bosan dengan pelajaran bahasa China.

3. Untuk membuat siswa lebih cepat memahami materi pelajaran yang mereka terima, guru memberikan materi yang sehari-hari mereka dapat lihat. Sebagai contoh, pengucapan salam dalam bahasa China, siswa akan selalu mengingatnya karena setiap hari mereka mengucapkan salam pada orang tua, teman-temannya, dan guru mereka. Dengan demikian mereka akan lebih mudah dalam belajar dan mereka akan menjadi bangga karena dapat mengucapkan salam dengan selain bahasa Indonesia.

E. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) adalah rancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum yang telah dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan setempat. Komponen-komponen RPP :

1. Bidang studi yang diajarkan 2. Tingkat Sekolah

3. Semester

4. Pengelompokan kompetensi dasar 5. Materi pokok

6. Indikator 7. Tema


(53)

8. Strategi pembelajaran 9. Alokasi waktu

10.Strategi penghubung

Di dalam pengajaran di SD Muhammadiyah 2 Surakarta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran bahasa China disusun pada setiap tatap muka yang terdiri dari 7 pertemuan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran bahasa China sebagai berikut :

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah : SD Muhammadiyah 2 Surakarta Mata Pelajaran : Bahasa China

Materi : Pengenalan Bahasa China Pertemuan Ke : 1 (Pertama)

Kelas : IV ( Empat ) Semester : 2 ( Dua ) Waktu : 2 X 45 Menit Tanggal : 10 Maret 2007

I. Standar Kompetensi

Memahami bahasa dari aspek lisan dan tulisan sehingga mampu memahami sekaligus mengerti etika-etika dalam berbahasa China serta mampu menggunakannya dalam bentuk tulisan seperti karangan ataupun wacana.

II. Kompetensi dasar Ting ( Mendengarkan )


(54)

2. Siswa mampu mendengarkan pelafalan dasar yang digunakan dalam bahasa China.

Shuo ( Berbicara )

1. Siswa mampu menirukan pengucapan ejaan dasar-dasar bahasa China. 2. Siswa mampu mengidentifikasi setiap pengucapan yang diberikan. Du ( Membaca )

1. Siswa mampu membaca ejaan dasar dan kosa kata bahasa China dengan lafal yang benar

Xie ( Menulis )

1. Siswa mampu menuliskan kosa kata dan ejaan dasar bahasa China sesuai dengan pedoman penulisan ejaan yang benar.

III. Indikator

1. Siswa dapat mendegarkan pelafalan dasar yang telah diterima. 2. Siswa dapat menirukan kembali setiap pelafalan dasar.

3. Siswa dapat membaca kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat dengan lafal yang benar.

4. Siswa dapat menuliskan kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat dengan ejaan yang benar.

IV. Pengalaman Belajar

No Kegiatan Belajar Waktu

1. 2.

1.

PEMBUKAAN Mengucapkan salam

Guru mengajarkan beberapa salam dalam bahasa China secara lisan.

INTI

Guru memberi contoh cara pelafalan dasar dan ejaan dasar

5’ 15’


(55)

2. 3. 4. 5. 6. 1. 2.

yang benar,siswa menyimak.

Guru mengajak siswa untuk menirukan contoh pengucapan pelafalan dasar dan ejaan dasar secara bersama-sama.

Guru mengenalkan nada yang digunakan dalam bahasa China, siswa menyimak.

Guru mengajak siswa untuk bersama-sama mengucapkan kosa kata sesuai dengan nada.

Guru menyebutkan kosa kata, siswa menjawab bersama-sama nada keberapa yang diucapkan guru.

Guru menunjuk beberapa siswa maju ke depan, guru memberikan pertanyaan .

PENUTUP

Guru memberikan PR. Salam penutup. 10’ 10’ 5’ 5’ 10’ 5’ 5’

V. Sumber dan Media

Sumber : Bahan dari Guru Pengajar Media : White board

Spidol

Buku catatan siswa Buku latihan siswa VI. Penilaian


(56)

1. Tes tertulis 2. Tes lesan

3. Pengumpulan PR 4. Kehadiran (absensi)

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

Sekolah : SD Muhammadiyah 2 Surakarta Mata Pelajaran : Bahasa China

Materi : Kata Sapaan (1) Pertemuan Ke : 2 (Kedua) Kelas : IV ( Empat ) Semester : 2 ( Dua ) Waktu : 2 X 45 Menit Tanggal : 17 Maret 2007

I. Standar Kompetensi

Memahami bahasa dari aspek lisan dan tulisan sehingga mampu memahami sekaligus mengerti etika-etika dalam berbahasa China serta mampu menggunakannya dalam bentuk tulisan seperti karangan ataupun wacana.


(57)

Ting ( Mendengarkan )

1. Siswa mampu mendengarkan contoh kosa kata/kalimat sapaan dalam bahasa China.

2. Siswa mampu mendengarkan pelafalan yang digunakan dalam bahasa China. Shuo ( Berbicara )

1. Siswa mampu menirukan pengucapan kata sapaan dalam bahasa China. 2. Siswa mampu mengidentifikasi setiap pengucapan yang diberikan. Du ( Membaca )

1. Siswa mampu membaca kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat dengan lafal yang benar

Xie ( Menulis )

1. Siswa mampu menuliskan kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat sesuai dengan ejaan yang benar.

III. Indikator

1. Siswa dapat mendengarkan kosa kata/ kalimat yang telah diterima. 2. Siswa dapat mengucapkan kembali setiap pelafalan.

3. Siswa dapat membaca kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat dengan lafal yang benar.

4. Siswa dapat menuliskan kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat dengan ejaan yang benar.

IV. Pengalaman Belajar

No Kegiatan Belajar Waktu

1. 2.

1.

PEMBUKAAN Guru memberi salam

Guru mengajak siswa untuk mengulang pelajaran sebelumnya.

INTI

Guru memberi contoh cara pengucapan yang benar tentang

5’ 10’


(58)

2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2.

pemberian salam, siswa menyimak.

Guru mengajak siswa untuk menirukan contoh pengucapan secara bersama-sama.

Guru menyebutkan kosa kata dalam bahasa China,siswa menjawab bersama-sama dalam bahasa indonesia.

Guru menyebutkan kosa kata dalam bahasa China, siswa menjawab sendiri-sendiri dalam bahasa indonesia.

Guru menyebutkan kosa kata dalam bahasa indonesia, siswa menjawab bersama-sama dalam bahasa mandarin.

Guru menyebutkan kosa kata dalam bahasa indonesia, siswa menjawab sendiri-sendiri dalam bahasa mandarin.

Guru menunjuk salah satu siswa untuk mempraktikan penggunaan salam dalam percakapan bahasa China.

PENUTUP

Guru memberikan PR. Salam penutup. 10’ 5’ 5’ 5’ 10’ 10’ 5’ 5’

V. Sumber dan Media

Sumber : Bahan dari Guru Pengajar Media : White board

Spidol

Buku catatan siswa Buku latihan siswa VI. Penilaian


(59)

2. Tes lesan

3. Pengumpulan PR 4. Kehadiran (absensi)

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

Sekolah : SD Muhammadiyah 2 Surakarta Mata Pelajaran : Bahasa China

Materi : Sapaan (2) Pertemuan Ke : 3 (Ketiga) Kelas : IV ( Empat ) Semester : 2 ( Dua ) Waktu : 2 X 45 Menit Tanggal : 24 Maret 2007

I.Standar Kompetensi

Memahami bahasa dari aspek lisan dan tulisan sehingga mampu memahami sekaligus mengerti etika-etika dalam berbahasa China serta mampu menggunakannya dalam bentuk tulisan seperti karangan ataupun wacana.


(60)

Ting ( Mendengarkan )

1. Siswa mampu mendengarkan contoh pengucapan kata ganti orang dalam bahasa China.

2. Siswa mampu mendengarkan pelafalan yang digunakan dalam bahasa China. Shuo ( Berbicara )

1. Siswa mampu menirukan pengucapan bahasa China.

2. Siswa mampu mengidentifikasi setiap pengucapan yang diberikan. Du ( Membaca )

1. Siswa mampu embaca kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat dengan lafal yang benar

Xie ( Menulis )

1. Siswa mampu menuliskan kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat sesuai dengan ejaan yang benar.

III. Indikator

1. Siswa dapat mendengarkan pelafalan yang telah diterima. 2. Siswa dapat mengucapkan kembali setiap pelafalan.

3. Siswa dapat membaca kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat dengan lafal yang benar.

4. Siswa dapat menuliskan kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat dengan ejaan yang benar.

IV. Pengalaman Belajar

No Kegiatan Belajar Waktu

1. 2.

1.

PEMBUKAAN

Siswa mengucapkan salam.

Siswa diajak mengulang mata pelajaran yang diajarkan pada tatap muka sebelumnya.

INTI

Siswa menyimak pengucapan kata ganti orang yang diberikan guru.

5’ 10’


(61)

2. 3. 4. 5. 6. 1. 2.

Siswa menirukan contoh pengucapan secara bersama-sama.

Siswa menjawab bersama-sama dalam bahasa Indonesia,setelah guru mengucapkan kosa kata dalam bahasa China.

Siswa menjawab sendiri-sendiri dalam bahasa Indonesia,setelah guru mengucapkan dalam China.

Siswa menjawab bersama-sama dalam bahasa China setelah guru menyebutkan dalam bahasa Indonesia.

Siswa menjawab sendiri-sendiri dalam bahasa China setelah guru menyebut dalam bahasa Indonesia.

PENUTUP

Siswa diberikan tugas/ PR. Salam penutup. 15’ 10’ 5’ 5’ 10’ 5’ 5’

IV. Sumber dan Media

Sumber : Bahan dari Guru Pengajar Media : White board

Spidol

Buku catatan siswa Buku latihan siswa V. Penilaian

1. Tes tertulis 2. Tes lesan


(62)

3. Pengumpulan PR 4. Kehadiran (absensi)

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

Sekolah : SD Muhammadiyah 2 Surakarta Mata Pelajaran : Bahasa China

Materi : Mengenal Angka Pertemuan Ke : 4 (Keempat) Kelas : IV ( Empat ) Semester : 2 ( Dua ) Waktu : 2 X 45 Menit Tanggal : 7 April 2007

I.Standar Kompetensi

Memahami bahasa dari aspek lisan dan tulisan sehingga mampu memahami sekaligus mengerti etika-etika dalam berbahasa China serta mampu menggunakannya dalam bentuk tulisan seperti karangan ataupun wacana.

II. Kompetensi dasar Ting ( Mendengarkan )


(63)

1. Siswa mampu mendengarkan contoh angka dalam bahasa China.

2. Siswa mampu mendengarkan pelafalan yang digunakan dalam bahasa China. Shuo ( Berbicara )

1. Siswa mampu menirukan pengucapan angka dalam bahasa China. 2. Siswa mampu mengidentifikasi setiap pengucapan yang diberikan. Du ( Membaca )

1. Siswa mampu membaca kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat dengan lafal yang benar

Xie ( Menulis )

1. Siswa mampu menuliskan kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat sesuai dengan ejaan yang benar.

III. Indikator

1. Siswa dapat mendengarkan pengucapan angka dalam bahasa China yang telah diterima.

2. Siswa dapat mengucapakan kembali setiap pelafalan.

3. Siswa dapat membaca kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat dengan lafal yang benar.

4. Siswa dapat menuliskan kosa kata/ kalimat/ percakapan singkat dengan ejaan yang benar.

IV. Pengalaman Belajar

No Kegiatan Belajar Waktu

1. 2.

1.

PEMBUKAAN Guru memberi salam

Guru mengajak siswa untuk mengulang materi pelajaran yang diajarkan sebelumnya.

INTI

Guru memberi contoh cara pengucapan angka dalam bahasa China yang benar,siswa menyimak.

5’ 10’


(64)

2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2.

Guru mengajak siswa untuk menirukan contoh pengucapan secara bersama-sama.

Guru menyebutkan kosa kata dalam bahasa China,siswa menjawab bersama-sama dalam bahasa Indonesia.

Guru menyebutkan kosa kata dalam bahasa China, siswa menjawab sendiri-sendiri dalam bahasa Indonesia. Guru menyebutkan kosa kata dalam bahasa Indonesia, siswa menjawab bersama-sama dalam bahasa China.

Guru menyebutkan kosa kata dalam bahasa Indonesia, siswa menjawab sendiri-sendiri dalam bahasa China.

Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengucapkan angka-angka dalam bahasa China

PENUTUP

Guru memberikan PR. Salam penutup. 10’ 5’ 5’ 5’ 10’ 10’ 5’ 5’

V. Sumber dan Media

Sumber : Bahan dari Guru Pengajar Media : White board

Spidol

Buku catatan siswa Buku latihan siswa VI. Penilaian

1. Tes tertulis 2. Tes lesan

3. Pengumpulan PR 4. Kehadiran (absensi)


(65)

Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran

Sekolah : SD Muhammadiyah 2 Surakarta Mata Pelajaran : Bahasa China

Materi : Mengenal Hari dan Bulan Pertemuan Ke : 5 (Kelima)

Kelas : IV ( Empat ) Semester : 2 ( Dua ) Waktu : 2 X 45 Menit Tanggal : 14 April 2007

I.Standar Kompetensi

Memahami bahasa dari aspek lisan dan tulisan sehingga mampu memahami sekaligus mengerti etika-etika dalam berbahasa China serta mampu menggunakannya dalam bentuk tulisan seperti karangan ataupun wacana.

II. Kompetensi dasar Ting ( Mendengarkan )


(66)

1. Siswa mampu mendengarkan kosa kata dalam bahasa China.

2. Siswa mampu mendengarkan pelafalan yang digunakan dalam bahasa China. Shuo ( Berbicara )

1. Siswa mampu menirukan pengucapan hari dan bulan dalam bahasa China. 2. Siswa mampu mengidentifikasi setiap pengucapan yang diberikan.

Du ( Membaca )

1. Siswa mampu membaca nama hari dan bulan dalam bahasa China dengan lafal yang benar.

Xie ( Menulis )

1. Siswa mampu menulis nama hari dan bulan dalam bahasa China sesuai dengan ejaan yang benar.

III. Indikator

1. Siswa dapat mendengarkan nama hari dan bulan dalam bahasa China. 2. Siswa dapat mengucapkan kembali setiap pelafalan.

3. Siswa dapat membaca nama hari dan bulan dalam bahasa China dengan lafal yang benar.

4. Siswa dapat menuliskan nama hari dan bulan dalam bahasa China dengan ejaan yang benar.

IV. Pengalaman Belajar

No Kegiatan Belajar Waktu

1. 2.

1.

2.

PEMBUKAAN Guru memberi salam

Guru mengajak siswa untuk mengulang materi pelajaran yang diajarkan sebelumnya.

INTI

Guru memberi contoh cara pengucapan nama hari dan bulan dalam bahasa China yang benar,siswa menyimak. Guru mengajak siswa untuk menirukan contoh pengucapan

5’ 10’

20’


(1)

c. Angka Puluhan

1. Èr Shí = 20 2. Sān Shí = 30 3. Sì Shí = 40 4. Wǔ Shí = 50 5. Liù Shí = 60 6. Qī Shí = 70 7. Bā Shí = 80 8. Jiǔ Shí = 90 9. Yībái = 100


(2)

Materi Pelajaran Sekolah : SD Muhammadiyah 2 Surakarta Mata Pelajaran : Bahasa China

Materi : Mengenal Hari dan Bulan Pertemuan Ke : 5 (Kelima)

Kelas : III ( Tiga ) Semester : 2 ( Dua ) Waktu : 2 X 45 Menit Tanggal : 14 April 2007

Hari

1. Senin :xīngqī yī 2. Selasa : xīngqī èr 3. Rabu : xīngqī sān 4. Kamis : xīngqī sì 5. Jumat : xīngqī wǔ 6.Sabtu : xīngqī liù 7. Minggu : xīngqī rì 8. Hari ini : jīntiān 9.Besok : míngtiān 10.Kemarin :zuótiān 11.Lusa :hòutiān Bulan

1. Januari : yī yuè 2. Februari : èr yuè 3. Maret : sān yuè 4. April : sì yuè 5. Mei : wǔ yuè 6. Juni : liù yuè


(3)

7. Juli : qī yuè 8. Agustus : bā yuè 9. September : jiǔ yuè 10.Oktober : shí yuè 11.November : shí yī yuè 12. Desember : shí èr yuè


(4)

Materi Pelajaran Sekolah : SD Muhammadiyah 2 Surakarta Mata Pelajaran : Bahasa China

Materi : Mengenal Anggota Keluarga Pertemuan Ke : 6 (Keenam)

Kelas : IV ( Empat ) Semester : 2 ( Dua ) Waktu : 2 X 45 Menit Tanggal : 21 April 2007

Anggota Keluarga

1. Ayah : Bàba

2. Ibu : Māma

3. Kakak laki-laki : Gēge 4. Kakak Perempuan : Jiĕjie 5. Adik laki-laki : Dìdi 6. Adik perempuan : Mèimei

7. Kakek : Yéyé

8. Nenek : Năinai

9. Paman : Bófù


(5)

Materi Pelajaran Sekolah : SD Muhammadiyah 2 Surakarta Mata Pelajaran : Bahasa China

Materi : Mengenal Warna dan Buah Pertemuan Ke : 7 (Ketujuh)

Kelas : IV ( Empat ) Semester : 2 ( Dua ) Waktu : 2 X 45 Menit Tanggal : 28 April 2007

a. Warna

1. Merah : hóng sè 2. Kuning : huáng sè 3. Hijau : lǜ sè 4. Biru : lán sè 5. Coklat : hè sè 6. Hitam : hēi sè 7.Putih : bái sè

b. Buah

1.Pisang : xiāngjiāo 2. Apel : píngguŏ 3.Anggur : pútáo 4. Jeruk : júzi 5.Semangka : xīguā


(6)