Snorkling Memancing Fishing Kegiatan Budidaya Rumput Laut Melihat Penyu Bertelur dan Aktiitas Penangkapan Nener Ekosistem Lamun

STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 80 81 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan laut di sekitarnya Kabupaten Pangkajene Kepulauan. Dasar Hukum : l Kawasan Kepulauan Kapoposang dan perairan di sekitarnya telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan RI sebagai Kawasan Taman Wisata Alam Laut TWAL berdasarkan Surat Keputusan No. 588Kpts-VI1996 tanggal 13 September 1996. l Saat ini, pengelolaan Kepulauan Kapoposang dan perairan di sekitarnya telah diserahkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sesuai dengan Berita Acara Serah Terima No. BA.01Menhut-IV2009 dan No. BA. 108 MEN.KPIII2009 pada tanggal 4 Maret 2009 dengan nama Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan laut di sekitarnya Provinsi Sulawesi Selatan. l Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan laut di sekitarnya Provinsi Sulawesi Selatan ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 66MEN2009 tanggal 3 September 2009. l Pada tahun 2014 ditetapkan Rencana Pengelolaan dan Zonasi melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 59KEPMEN-KP2014 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2034 Luas : Luas Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan laut di sekitarnya adalah 50.000 Ha. Letak : Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan laut di sekitarnya secara geograis terletak pada 118º54’00’’ - 119º10’00’’BT dan 04º37’00’’ - 04º52’00’’LS. Batas-batas kawasan Taman Wisata Perairan Kapoposang adalah sebagai berikut; l Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Makassar l Sebelah Timur berbatasan dengan Mattiro Walie l Sebelah Selatan berbatasan dengan Perairan Kota Makassar, dan l Sebelah Barat berbatasan dengan Liukang Kalmas dan Selat Makassar Keanekaragaman Hayati : Fauna laut khususnya jenis ikan yang banyak dijumpai di kawasan ini adalah berbagai jenis ikan perairan, jenis ikan konsumsi dan jenis ikan hias. Lutjanus decussates, Siganus Spp dan Naso Spp yang mendominasi jenis ikan pangan. Sementara jenis ikan hias didominasi jenis Hemitaurichtys polylepis dan Chaetodon kleini dari suku Chaetodontidae. Jenis- jenis ikan ini dapat ditemu pada daerah paparan terumbu karang dan drop of. Aksesibilitas Akses menuju kawasan TWP Pulau Kapoposang saat ini dapat menggunakan beberapa jalur pelayaran yakni; i dari Makassar melalui pelabuhan Paotere dan POPSA; ii dari Maros melalui pelabuhan Kalibone, dan iii dari Pangkep melalui pelabuhan Semen Tonas. Pelayaran yang menggunakan perahu bermotor milik nelayan yang disewa, dengan tingkat keamanan pelayaran yang relatif baik. Dengan perahu bermotor yang lazim dipakai nelayan, waktu tempuh Makassar – Kapoposang sekitar 6 jam, sedangkan waktu tempuh dari Maros dan Pangkep masing-masing 7 dan 8 jam. Wisatawan umumnya ke TWP Pulau Kapoposang melalui pelabuhan di Makassar. Selain menggunakan perahu bermotor, dapat menggunakan speed boat juga sudah dirintis oleh pengusaha operator wisata yang mengkoordinir kunjungan ke Pulau Kapoposang, waktu tempuhnya bisa 2 – 3 jam. Terdapat 3 pelabuhan untuk masuk ke kawasan TWP kepulauan Kapoposang, yaitu; pelabuhan Gondongbali untuk kunjungan penduduk dari luar kawasan, pelabuhan pulau Papandangan untuk transportasi internal wisata dan biasa, dan pelabuhan pulau Kapoposang untuk kunjungan wisata dan internal kawasan TWP antara lain untuk pengambilan air, perikanan, dan lain-lain. Potensi Pariwisata : Potensi wisata di dalam dan sekitar kawasan TWP Kepulauan Kapoposang, antara lain; Penyelaman Diving Selama ini pantai Pulau Kapoposang dijadikan tempat untuk bermain diving oleh wisatawan. Hal ini karena keindahan terumbu karang Kapoposang mempunyai nilai keindahan yang cukup besar bila dibandingkan dengan pantai lainnya. Kegiatan ini sangat menarik wisatawan untuk mengunjungi pantai pulau Kapoposang. Ditambah lagi dengan kualitas pantai yang belum tercemar oleh kerusakan alam dan juga pasir putih yang mengelilingi sepanjang kawasan pantai.

a. Snorkling

Pantai pulau Kapoposang mempunyai ekosistem terumbu karang dan jenis lora dan fauna yang keanekaragamannya cukup tinggi. Keindahan ini sangat menarik minat wisatawan untuk melakukan kegiatan snorkling untuk menikmati keindahan pantai Kapoposang di waktu senggang.

b. Memancing Fishing

Pantai pulau Kapoposang juga memiliki jenis ikan yang sangat beranekaragam. Jenis ikannya masih cukup banyak keran masih belum dirusak oleh aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan alat-alat keras ataupun karena faktor lingkungan. Wisatawan melakukan kegiatan ishing pada waktu-waktu senggang sambil menikmati suasana keindahan pantai pulau Kapoposang.

d. Kegiatan Budidaya Rumput Laut

Terdapat kegiatan masyarakat yang terbilang unik dan ternyata dapat dijadikan sebagai paket wisata alam, yaitu kegiatan budidaya rumput laut yang sudah turun termurun dilakukan oleh masyarakat pulau Kapoposang. Kegiatan budidaya rumput laut ternyata mengundang minta wisatawan untuk melakukannya. Wisatawan tergerak untuk datang dan belajar mengenai tata cara budidaya rumput laut yang sudah dijadikan tradisi bagi masyarakat pulau Kapoposang.

e. Melihat Penyu Bertelur dan Aktiitas Penangkapan Nener

Pada lokasi pantai lain, kegiatan melihat penyu bertelur dan aktiitas penangkapan nener sudah jarang ditemui. Hal ini disebabkan karena kondisi kerusakan pantai yang belum ditangani dengan baik. Di pantai pulau Kapoposang keadaan lora seperti penyu dan nenera masih terjaga dengan baik dari kondisi kerusakan, sehingga wisatawan tertarik untuk datang mengunjunginya.

f. Menyaksikan Sun Rise dan Sun Set

Dengan panorama yang indah dan kondisi pantai yang masih alami serta lingkungan perairan yang masih bagus mendorong wisatawan untuk menyaksikan dan menikmati keindahan alam pulau Kapoposang pada saat matahari terbit sun rise dan matahari terbenam sun set. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 82 83 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Taman Wisata Perairan Laut Banda STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 84 85 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Dasar Hukum : l Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.69MEN2009 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut Banda di Provinsi Maluku l Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 58KEPMEN-KP2014 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan Laut Banda di Provinsi Maluku Tahun 2014-2034 Secara resmi Cagar Alam Taman Laut Banda yang sebelumnya telah ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 221KptsUm1977 tanggal 25 April 1977 seluas 2.500 dua ribu lima ratus hektar sebagai Cagar Alam Laut. Dikeluarkannya surat keputusan penetapan status tersebut sehubungan dengan usulan penetapan kawasan tersebut sebagai kawasan cagar alam laut oleh FAOUNDP berdasarkan studi kelayakan terhadap kawasan Maluku dan Irian Jaya pada tahun 1981, kemudian pada tahun 1987 pengamatan dengan penekanan pada konservasi laut di Maluku oleh de Jong et al WWF Netherland, usulan dari KSDA Maluku dan pengamatan dari WWF Indonesia pada tahun 1989 serta misi yang dilakukan oleh Joop SchultPHPA yang melakukan pembangunan stasiun lapangan atau mengkoordinasikan pengadaan transportasi di waktu yang akan datang, pada tahun 19911992. Luas: Luas Taman Wisata Perairan Laut Banda adalah 2.500 Ha. Letak : Secara geograis Taman Wisata Perairan TWP Laut Banda terletak kurang lebih 132 Km sebelah Tenggara Ambon. Secara administratif, Taman Wisata Perairan TWP Laut Banda termasuk ke dalam Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku dengan koordinat sbb : Potensi Keanekaragaman Hayati : Terumbu karang merupakan kekayaan sumberdaya melimpah ada di Kepulauan Banda. Potensinya tersebar di enam pulau di kepulauan Banda, mulai dari Pulau Run di sebelah barat, sampai Pulau Hatta, serta 50 km ke arah selatan. Lebih dari 300 spesies karang keras telah tercatat, yang memiliki standar dunia yang tinggi sehingga diberikan wilayah kecil di Pulau Banda. Pada umumnya terumbu karang yang terdapat di Pulau Banda adalah terumbu karang tepi yang sempit tanpa adanya sebuah terumbu karang intertidal yang rata. Telah teridentiikasi empat jenis komunitas karang yaitu: dua jenis berasal dari tempat landai yang dalam dan dua lainnya dari wilayah perairan yang agak dangkal. Aksesibilitas : Untuk mencapai kawasan Taman Wisata Perairan TWP Laut Banda, dapat ditempuh dengan cara, antara lain : dari Ambon ke Banda Neira dengan menggunakan pesawat terbang dengan waktu tempuh berkisar satu jama tau dengan menggunakan kapal laut, dengan waktu tempuh sekitar 8 jam. Dari Pulau Banda Neira dapat langsung ke Taman Wisata Perairan TWP Laut Banda dengan perahu carteran dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Potensi Pariwisata Bandaneira memiliki lokasi wisata yang menarik untuk dikunjungi antara lain adalah Rumah Budaya yang berada di Jl Gereja Tua. Bangunan ini dulunya merupakan vila milik petinggi Belanda namun saat ini berfungsi sebagai museum yang memiliki koleksi antara lain meriam, mata uang kuno, peta dan helm kuno. Di museum ini juga terdapat lukisan mengenai peperangan pada masa lalu. Museum ini juga memiliki diorama mengenai sejarah Banda. Lokasi wisata bernilai sejarah di Bandaneira adalah Benteng Nassau yang merupakan benteng peninggalan Belanda. Benteng Nassau pertama kali dibangun oleh Portugis pada tahun 1529 ketika mereka pertama kali ke Bandaneira dari pangkalan mereka di Ternate. Namun sebelum pembangunan benteng ini selesai Portugis harus angkat kaki ketika Belanda datang dan mengusai Bandaneira. Portugis meninggalkan benteng yang baru tahap pembangunan fondasi. Belanda kemudian melanjutkan pembangunan benteng ini hingga selesai. Saat ini bangunan benteng yang tersisa hanyalah tiga dinding dan sebuah pintu gerbang utama. Benteng Belgica terletak di sebelah timur tidak jauh dari Benteng Nassau. Benteng Belgica dibangun Belanda pada Tahun 1611 dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Both yang ditugaskan untuk membangun monopoli perdagangan oleh Belanda di wilayah ini. Benteng ini menjadi markas militer Belanda hingga tahun 1860. Dari kondisi hampir runtuh, benteng ini mengalami perbaikan besarbesaran beberapa tahun lalu dan saat ini dalam kondisi baik. Panorama di sekitar benteng ini sangat mengesankan dengan latar belakang Gunung Api yang menjulang. Berjalan-jalan di sekitar benteng ini sangat menyenangkan sambil membayangkan suasana masa kolonial tempo dulu. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 86 87 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Suaka Alam Perairan Kepulauan Aru Bagian Tenggara dan Laut Sekitarnya STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 88 89 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Suaka Alam Perairan SAP Kepulauan Aru Bagian Tenggara Dan Laut Di Sekitarnya Di Provinsi Maluku Dasar Hukum : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.63MEN2009 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Aru Bagian Tenggara dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Maluku Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 64KEPMEN-KP2014 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam Perairan Kepulauan Aru Bagian Tenggara dan Laut Sekitarnya di Provinsi Maluku Tahun 2014-2034 Luas: Luas Suaka Alam Perairan ini adalah sekitar 2.500 Ha. Letak : Perairan Laut Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku Potensi Keanekaragaman Hayati : Suaka Alam Laut Perairan Aru Tenggara memiliki tingkat keanekaragaman lora dan fauna yang tinggi, baik di darat maupun di laut, dengan ciri khas khusus serta tinggi populasinya. Salah satu, jenis potensial dan terancam punah adalah penyu. Pada kawasan tersebut khususnya Pulau Enu, merupakan hábitat bagi penyu dari jenis Chelonia mydas penyuhijau, Natator depressus penyu pipih, Lepidochelys olivácea penyu lekang dan Eretmochelys imbricala penyu sisik, disamping itu terdapat satwa lainnya seperti siput mutiara Pinctada máxima dan duyung Dugong dugong. Jenisjenis penyu dimaksud merupkan jenis yang telah di lindungi oleh pemerintah, sehingga, untukmenjamin keseimbangan di alam serta habitatnya, maka kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi.. Aksesibilitas : Untuk mencapai Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Aru Bagian Tenggara memang penuh tantangan. Dari Ambon perjalanan harus di tempuh dengan menggunakan pesawat atau kapal laut ke Tual, dilanjutkan dengan kapal Ferry selama 11 jam ke Dobo. Dari Dobo ke Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Aru Tenggara tidak selalu tersedia sarana transportasi umum. Untuk menuju daerah tersebut, harus menyewa ketinting, kapal motor kayu, speed boat 80PK milik perusahaan local atau speed boat milik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Aru. Perjalanan dari Dobo ke kawasan cagar alam memakan waktu selama 14-18 jam dengan ketinting atau kapal motor kayu, sedangkan dengan speed boat 80PK perjalanan memerlukan waktu selama 6-9 jam. Sebenarnya, ada juga angkutan laut regular kapal perintis yang melayani rute Dobo ke desa-desa sekitar kawasan cagar alam yang berlabuh di Desa Batu Goyang salah satu desa di Pulau Trangan, namun jadwal satu bulan sekali dan belum terlalu efektif sehingga masih jarang dimanfaatkan oleh masyarakat. Potensi Pariwisata Meskipun tidak secara spesiik ditujukan bagi pengelolaan pariwisata, namun kawasan konservasi ini memiliki sejumlah potensi sumberdaya alam hayati bagi pemanfaatan wisata bahari seperti pemandangan alam, diving spot dsb. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 90 91 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Suaka Alam Perairan Kepulauan Raja Ampat dan Laut Sekitarnya STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 92 93 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Suaka Alam Perairan Raja Ampat dan laut di sekitarnya Provinsi Papua Barat. Dasar Hukum : l Perairan Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan KKPN pada tanggal 3 September 2009 melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : Kep.64 Men2009 dengan tipe kawasan Suaka Alam Perairan SAP. l Rencana Pengelolaan dan Zonasi ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 63KEPMEN-KP2014 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam Perairan Kepulauan Raja Ampat dan Laut Sekitarnya di Provinsi Papua Barat Tahun 2014-2034 Luas Kawasan : Kawasan Suaka Alam Perairan KKPN Raja Ampat dan laut sekitarnya memiliki luas sekitar 60.000 Ha. Lokasi Kawasan : Secara geograis, kawasan Suaka Alam Perairan Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya terletak pada 0º14’18’’BT - 0º25’29’’LS dan 130º18’32’’ - 130º10’29’’BT. Sementara secara administratif, wilayah ini masuk ke dalam Distrik Waigeo Barat Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Kawasan Suaka Alam Perairan Raja Ampat dan laut sekitarnya memiliki batas-batas sebagai berikut; l Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Waigeo; l Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan Kepulauan Fam; l Sebelah Timur berbatasan dengan perairan Pulau Gam; dan l Sebelah Barat berbatasan dengan perairan Pulau Batangpele dan Pulau Maijafun. Keanekaragaman Hayati : Penetapan Raja Ampat sebagai Kawasan Konservasi Perairan Nasional KKPN karena memiliki keanekaragaman sumberdaya alam yang tinggi, berupa terumbu karang, mangrove, litoral dan rumput laut. Wilayah ini disebut juga sebagai “jantung” terumbu karang dunia yang dikenal sebagai The Coral Triangle Segitiga Karang. Kepulauan Raja Ampat memiliki fauna karang terkaya di dunia, yaitu sedikitnya 1.074 spesies dan merupakan areal pembesaran sebagian besar jenis penyu yang terancam punah. Terdapat 537 jenis karang keras, dimana 9 diantaranya merupakan jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75 karang dunia CI, TNC-WWF. Di wilayah ini terdapat sekitar 899 jenis ikan karang, sementara di seluruh wilayah Raja Ampat tercatat 1104 jenis ikan, dimana terdiri dari 91 famili. Diperkirakan terdapat 1346 jenis ikan di seluruh kawasan Raja Ampat, sehingga menjadikan kawasan ini sebagai kawasan dengan kekayaan jenis ikan karang tertinggi di dunia. Selain itu, di kawasan ini juga ditemukan 699 jenis hewan lunak jenis molusca yang terdiri atas 530 siput-siputan gastropoda, 159 kekerangan bivalva, 2 scaphoda, 5 cumi- cumian cephalopoda, dan 3 chiton. Aksesibilitas : Sebagai daerah kepulauan yang memiliki 610 pulau, perangkat transportasi yang menunjang kegiatan masyarakat Raja Ampat adalah angkutan laut. Untuk menjangkau ibu kota Raja Ambat Waisai, pengunjung harus lebih dulu menuju Kota Sorong dengan pesawat. Setelah itu, dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan moda transportasi laut. Sarana yang tersedia adalah kapal cepat dan juga tersedia kapal laut reguler setiap hari. Waisai dapat juga dijangkau dalam waktu 1,5 hingga 2 jam. Dari Waisai menuju SAP Raja Ampat dapat ditempuh dengan speed boat STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 94 95 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA kira-kira 1,5 jam. Raja Ampat bisa dicapai dari Jakarta dengan penerbangan ke Sorong selama 6 jam melalui Manado. Beberapa maskapi penerbangan yang melayani rute ini adalah Silk Air, Garuda Indonesia, Pelita Air dan Merpati. Potensi Pariwisata : Raja Ampat mengandalkan wisata bahari sebagai tulang punggung sektor pariwisata. Keanekaragaman hayati yang tinggi dan pemandangan alam yang luar biasa menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Raja Ampat. Para wisatawan biasanya tinggal di resort yang ada di Waigeo Selatan Pulau Mansuar namun sebagian besar tinggal di atas kapal liveaboard dengan lama tinggal 10 sampai 21 hari. Wisatawan asing banyak yang tinggal di atas kapal karena mereka mengikuti paket kunjungan yang disediakan perusahaan penyedia jasa pariwisata. Musim kunjungan wisatawan liveaboard ke Raja Ampat adalah mulai dari bulan September sampai bulan Mei setiap tahunnya. Liveaboard yang beroperasi di Raja Ampat berjumlah 18 kapal dan yang sudah resmi terdaftarmelapor kepada Dinas Pariwisata sebanyak 10 kapal. Hampir semua perusahaanoperator liveaboard ini berbasis di luar Sorong dan Raja Ampat. Sejumlah potensi wisata lain yang juga dapat dikembangkan di Raja Ampat antara lain tersebar di beberapa kawasan;

1. Kepulauan Ayau

Kepulauan ini terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil yang berada di atas kawasan atol yang sangat luas. Pantai- pantai di kepulauan ini berpasir putih dengan areal dasar laut yang luas yang menghubungkan satu pulau dengan pulau yang lain. Di kepulauan ini terdapat pulau-pulau pasir yang unik, masyarakat setempat menyebutnya zondploot, dan di atasnya tidak terdapat tumbuhan vegetasi. Jenis wisata yang dapat dikembangkan di Kepulauan Ayau adalah keunikan kehidupan suku dan budaya yang berupa penangkapan cacing laut insonem yang dilakukan secara bersama-sama oleh ibu-ibu dan anak-anak, mengunjungi tempat peneluran penyu hijau, dan wisata dayung tradisional dengan perahu karures.

2. Waigeo Utara

Di Waigeo Utara terdapat beberapa tempat yang dapat dijadikan lokasi wisata yaitu goa-goa peninggalan perang dunia II dan keidahan bawah laut.

3. Waigeo Timur

Di Waigeo Timur khususnya di depan kampung Urbinasopen dan Yesner terdapat atraksi fenomena alam yang sangat menarik dan unik yang hanya bisa disaksikan setiap akhir tahun, yaitu cahaya yang keluar dari laut dan berputar-putar di permukaan sekitar 10-18 menit, setelah itu hilang dan bisa disaksikan lagi saat pergantian tahun berikutnya. Masyarakat di kedua kampung ini menamakan fenomena ini sebagai “hantu laut”.

4. Teluk Mayalibit

Lokasi wisata teluk Mayalibit cukup unik, karena merupakan sebuah teluk yang cukup besar dan hampir membagi Pulau Waigeo menjadi dua bagian. Banyak atraksi yang bisa dilihat disini, seperti cara penangkapan ikan tradisional dan bangkai kerangka pesawat yang bisa dijadikan sebagai tempat penyelaman.

5. Salawati

Di salawati para wisatawan dapat menyaksikan bunker- bunker peninggalan perang dunia II buatan Belanda dan Jepang Jefman dan juga merupakan tempat yang menarik untuk snorkling dan diving. Menurut data Bappeda Raja Ampat tahun 2009, sedikitnya terdapat 13 penginapan yang beroperasi untuk mendukung pariwisata baik berupa hotel, cottage, resort maupun wisata. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 96 97 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan Laut Sekitarnya STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 98 99 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Keanekaragaman Hayati : Wilayah ini memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Sejumlah fauna dapat dijumpai seperti ketam kenari, Birgus latro, Soa-soa Hydrosaurus amboinensis, burung elang laut perut putih Holiaeetus leucogaster, dara laut kepala putih Anour minibus, nuri merah kepala hitam Lorius lory dan burung raja udang halcyon sp. Jenis ikan hias diantaranya jenis kupu-kupu Chaetodon spp, sersan mayor Abudefdul spp dan ikan badut Amphiprion sp, kepe-kepe Pamacentrus spp dan mujair laut Dascyllus spp. Terdapat 537 jenis karang keras, dimana 9 diantaranya merupakan jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75 karang dunia CI, TNC-WWF. Berdasarkan indeks kondisi karang di Kepulauan Raja Ampat, 60 dalam kondisi baik dan sangat baik. Jenis terumbu karang yang dijumpai seperti Acropora sp dan porites. Beberapa biota laut yang dilindungi terdapat di wilayah ini, seperti; Kima Sisik Tridacna squamosa, Lola Trochus niloticus, Kima Raksasa Tridacna maxima, Kima Tapak Kuda Hippopus hippopus, Akar Bahar Antiphates sp, Keong Terompet Charonia tritonis Beberapa lokasi di kawasan ini merupakan tempat penyu bertelur dan tempat untuk mencari makan utamanya penyu hijau Chelonia mydas penyu sisik Eretmochelys imbricata, penyu belimbing Dermochelys coriacea dan Duyung Dugong-dugong. Aksesibilitas Sebagai daerah kepulauan yang memiliki 610 pulau, perangkat transportasi yang menunjang kegiatan masyarakat Raja Ampat adalah angkutan laut. Untuk menjangkau ibu kota Raja Ambat Waisai, pengunjung harus lebih dulu menuju Kota Sorong dengan pesawat. Setelah itu, dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan transportasi laut. Sarana yang tersedia adalah kapal cepat juga tersedia kapal laut reguler setiap hari. Waisai dapat juga dijangkau dalam waktu 1,5 hingga 2 jam. Dari Waisai menuju SAP Raja Ampat dapat ditempuh dengan speed boat kira-kira 1,5 jam. Raja Ampat bisa dicapai dari Jakarta dengan penerbangan ke Sorong selama 6 jam melalui Manado. Beberapa maskapi penerbangan yang melayani rute ini adalah Silk Air, Garuda Indonesia, Pelita Air dan Merpati. Dari Waisai menuju Waigeo sebelah Barat Kepulauan Panjang Wayang Sayang ditempuh dengan speed boat sekitar 2 jam. Potensi Pariwisata : Raja Ampat termasuk di Distrik Waigeo Barat mengandalkan wisata bahari sebagai tulang punggung sektor pariwisata. Keanekaragaman hayati yang tinggi dan pemandangan alam yang luar biasa menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Raja Ampat. Para wisatawan biasanya tinggal di resort yang ada di Waigeo Selatan P. Mansuar namun sebagian besar tinggal di atas kapal liveaboard dengan lama tinggal 10 sampai 21 hari. Wisatawan asing banyak yang tinggal di atas kapal karena mereka mengikuti paket kunjungan yang disediakan perusahaan penyedia jasa pariwisata. Musim kunjungan wisatawan liveaboard ke Raja Ampat adalah mulai dari bulan September sampai bulan Mei setiap tahunnya. Liveaboard yang beroperasi di Raja Ampat berjumlah 18 kapal dan yang sudah resmi terdaftarmelapor kepada Dinas Pariwisata sebanyak 10 kapal. Hampir semua perusahaanoperator liveaboard ini berbasis di luar Sorong dan Raja Ampat. Nama Kawasan : Suaka Alam Perairan SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan laut di sekitarnya Provinsi Papua Barat. Dasar Hukum : Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan laut di sekitarnya ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan KKPN pada tanggal 3 September 2009 melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor Kep.65Men2009 dengan tipe kawasan Suaka Alam Perairan SAP. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 60KEPMEN-KP2014 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan Laut Sekitarnya di Provinsi Papua Barat Tahun 2014-2034. Luas Kawasan : Kawasan Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan laut sekitarnya memiliki luas sekitar 271.630 Ha. Letak Geograis: Secara geograis, kawasan Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan laut di sekitarnya terletak pada 0º24’29’’BT - 0º14’22’’LS dan 129º50’25’’ - 129º40’32’’BT. Sementara secara administratif, wilayah ini masuk ke dalam Distrik Waigeo Barat Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 100 101 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan Laut Sekitarnya STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 102 103 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua. Dasar Hukum : l Kawasan Kepulauan Padaido dan perairan di sekitarnya telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan RI sebagai Kawasan Taman Wisata Alam Laut TWAL berdasarkan Surat Keputusan No. 91Kpts-VI1997 tanggal 13 Pebruari 1997. Saat ini, pengelolaan Kepulauan Padaido dan perairan di sekitarnya telah diserahkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sesuai dengan Berita Acara Serah Terima No. BA.01Menhut-IV2009 dan No. BA. 108MEN.KPIII2009 pada tanggal 4 Maret 2009 dengan nama Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di sekitaarnya TWP Pulau Padado. Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya Provinsi Papua ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 68MEN2009. l Rencana Pengelolaan dan Zonasi ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 62KEPMEN-KP2014 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan Laut Disekitarnya di Provinsi Papua tahun 2014-2034 Luas: Luas Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya adalah 183.000 Ha. Letak : Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya secara geograis terletak pada 01º07’00’’ - 01º22’00’’LS dan 136º10’00’’S - 136º46’00’’BT. Dengan batas- batas kawasan sebagai berikut; l Sebelah Utara : Samudera Pasiik dan Distrik Biak Timur l Sebelah Selatan : Selat Yapen l Sebelah Barat : Distrik Biak Timur, dan l Sebelah Timur : Samudera Pasiik Potensi Keanekaragaman Hayati : Keragaman karang di Kepulauan Padaido cukup tinggi terdiri dari 90 jenis yang tergolong dalam 41 genera dan 13 famili serta beberapa jenis karang lunak, yaitu Sinularia, polydatil, Sacrophyton trocheliophorum, Labophytum strictum dan L. Crassum. Jenis karang dominan adalah Faviidaer, Fungidae, Pociloporidaer dan Acroporidae. Di Kepulauan Padaido ditemukan kurang lebih 127 jenis ikan target, 34 jenis ikan indikator dan 185 jenis ikan mayor. Mangrove ditemukan 7 jenis yaitu; Bruguiera gymnorhiza, Rhizophora apiculata, R. Stylosa, Sonnetaria alba, Cerops tagal, Lumnitzera littorea, dan Avicenia alba. Sementara Lamun ditemukan 9 jenis, yaitu; Thalassia, Hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, C. Serullata, Halodule universis, H. Pinifolia, Holophila ovalis, H. Spinulosa, dan Syringodium isoetifolium. Rumput laut ditemukan 58 jenis, 11 jenis diantaranya bernilai ekonomis, seperti; Euchema, Glacilaria, Hypnea, Laurencia, Gelidiella, Halimenia, Caulerpa, Chaetomorpha, Sargassum dan Turbinaria. Aksesibilitas : Untuk mencapai Kepulauan Padaido dapat menggunakan speed boat dari pelabuhan Bosnik selama kurang lebih 1 jam atau dengan perahu tradisional nelayan dengan waktu 3 hingga 4 jam perjalanan. Selain itu dapat menggunakan pesawat terbang dari Jakarta Bandara Soekarno Hatta. Sejumlah maskapai penerbangan menyediakan perjalanan dari Jakarta menuju Pulau Biak dalam rangka meningkatkan potensi bahari dan lokasi sejarah di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua. Potensi Pariwisata Kepulauan Padaido sebagai Kawasan Taman Wisata Perairan dengan luas 183.000 dengan keaneragaman hayati yang cukup tinggi merupakan wilayah yang potensial dikembangkan kegiatan pariwisata. Dengan keunikan dan karakter wilayah yang dimiliki sangat cocok ditawarkan sebagai destinasi wisata, baik itu wisata alam, wisata budaya dan wisata bahari. Selama ini, keberadaan Kepulauan Padaido sudah cukup diketahui oleh pelancong pengunjung wisata dari domestik maupun manca negara. Dari data yang ada, pelancong yang berkunjung ke Kepulauan Padaido berasal dari 15 negara. Untuk menunjang kegiatan pariwisata tersebut terdapat sarana pariwisata termasuk angkutan yang disiapkan oleh masyarakat setempat. Sarana pariwisata yang tersedia antara lain pondok wisata yang juga dikelola oleh masyarakat. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 104 105 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sumatera Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil SAbANg ACEH bESAR ACEH JAYA SIMEULUE NIAS UTARA NIAS SELATAN TAPANULI TENgAH SERDANg bEDAgAI PADANg PARIAMAN PASAMAN bARAT AgAM SOLOK PADANg KOTA PARIAMAN PESISIR SELATAN PENYU PESISIR SELATAN SUNgAI bATANg PELANgAI KEPULAUAN MENTAWAI bATAM bENgKALIS NATUNA NATUNA SERASAN LINggA bINTAN SAROLANgUN bUNgO bANgKA bARAT bANgKA SELATAN bELITUNg bELITUNg TIMUR bELITUNg TIMUR MOMPARANg MUKOMUKO bENgKULU UTARA KAUR LAMPUNg bARAT TANggAMUS STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 106 107 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Sabang STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 108 109 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang Dasar Hukum : - Pencadangan: Keputusan Walikota Sabang Nomor 729 Tahun 2010 Tentang Pecadangan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang - Rencana Pengelolaan dan Zonasi: Peraturan Walikota Sabang Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang - Unit Organisasi Pengelola: 1. Keputusan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Sabang Nomor 523802012 Tentang Penunjukan Penetapan Badan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Sabang - Penetapan: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 57KEPMEN-KP2013 tentang Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang di Provinsi Aceh. Luas Kawasan : 3.207,08 Ha Letak, Lokasi dan batas-batas Kawasan: STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 110 111 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Selain keanekaragaman yang tinggi, stok ikan karang di wilayah ini juga cukup tinggi. Gambar 2. Sebaran kekayaan jenis ikan karang di beberapa wilayah kerja Panglima Laôt di Pulau Weh dan Pulo Aceh Ardiwijaya et al. 2009. Potensi Sosial budaya dan Ekonomi: Pesisir timur Pulau Weh terdiri dari dua Lhok yaitu: Lhok Ie Meulee dan Lhok Anoe Itam. Lhok Ie Meulee terdiri dari tiga kelurahan yaitu Kelurahan Kota Atas, Ie Meulee dan Ujung Kareung. Lhok Anoe Itam meliputi satu kelurahan yaitu Kelurahan Anoe Itam. Jumlah penduduk Pesisir Timur Pulau Weh 9.818 jiwa yang terdiri dari 2.421 KK, 4.665 jiwa laki-laki dan 4.891 jiwa perempuan. Penduduk pesisir timur sebagian besar berada di kelurahan Kota atas yaitu sebanyak 1.115 KK. Penduduk kelurahan Ie Meulee sebanyak 984 KK, Kellurahan Ujung Kareung 154 KK dan 168 KK di Kelurahan Anoe Itam BPS, 2008. Dari total 9.818 jiwa penduduk pantai timur 95 menganut agama Islam. Penduduk pesisir timur memiliki keanekaragaman suku mulai dari suku Aceh, Batak, Jawa, Sunda, Makasar bahkan Papua karena sebagian penduduk berprofesi sebagai pegawai dan TNIPOLRI. Karakteristik masyarakat Pesisir Timur Pulau Weh hampir sama dengan masyarakat Sabang dan Aceh pada umumnya yang mempunyai interaksi yang tinggi dan pola gotong royong. Pola kehidupan masyarakat dapat dikategorikan kedalam Target Konservasi: - Target Sumberdaya Bioekologis Menciptakan keberlanjutan perikanan di Kawasan konservasi perairan pesisir timur Pulau Weh - Target Sosial, Budaya dan Ekonomi Menumbuhkembangkan hukum adat yang kuat untuk mengelola kawasan konservasi perairan Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati: Wilayah Pulau Weh didominasi oleh ekosistem terumbu karang di hampir seluruh bagian pesisirnya. Tipe terumbu karang yang meliputi Pulau Weh secara morfologi merupakan tipe terumbu karang tepi fringing reef. Wilayah Pesisir Timur Pulau Weh mempunyai penutupan terumbu karang yang relatif tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya di Pulau Weh. Di wilayah ini terumbu karang didominasi oleh karang dari genus: Acropora, Porites, Pocillopora dan Heliopora. Selain penutupan karang yang tinggi, wilayah Pesisir Timur pulau Weh juga memiliki keanekaragaman karang yang tinggi. Gambar 1. Perbandingan persentase tutupan karang keras di setiap wilayah di Pulau Weh Sumber : Survei WCS, 2009. Keanekaragaman ikan-ikan karang di pesisir timur Pulau Weh tergolong cukup tinggi dan hampir sama dengan keanekaragaman jenis ikan karang di wilayah wisata Iboih. masyarakat modern. Hal ini dapat terlihat dari penggunaan alat-alat modern dalam kehidupan seharihari seperti TV, telepon seluler, kulkas, bahkan fasilitas yang tergolong mahal seperti motor dan mobil. Pola kehidupan ini sebagai dampak dari status Sabang yang pernah menjadi Pelabuhan Bebas sehingga arus barang dari luar negeri banyak masuk ke Kota Sabang. Panglima Laôt merupakan lembaga adat masyarakat nelayan yang terdapat di daerah pesisir Aceh. Panglima Laôt adalah sebuah nama lembaga masyarakat nelayan tersebut dan juga sebutan atau gelar yang diberikan kepada seorang tokoh atau orang yang dipercaya sebagai pemimpin dalam satu kelompok masyarakat nelayan wilayah pesisir yang dikenal dengan istilah Lhok. Pesisir Timur Pulau Weh terdiri dari 2 dua Lhok yaitu Panglima Laôt Lhok Ie Meulee dan Panglima Laôt Anoe Itam. Fungsi Panglima Laôt secara umum meliputi tiga hal penting yaitu menjaga keamanan di wilayah laut, mengatur pengelolaan sumberdaya laut dan mengatur pengelolaan lingkungan laut. Dalam menjalankan fungsi- fungsinya, Panglima Laôt pada umumnya memiliki tiga kewenangan antara lain mengembangkan dan menegakkan adat laut, mengatur pemanfaatan sumberdaya kelautan, dan mengatur peradilan adat laut. Salah satu bentuk mengatur pemanfaatan sumberdaya laut, Panglima Laôt Ie meulee dan Anoe Itam menerapkan aturan penggunaan alat tangkap. Di kedua wilayah tersebut tidak diperkenankan untuk menggunakan alat tangkap berbagai bentuk jaring dan alat bantu kompresor. Sedangkan alat tangkap tangkap yang perbolehkan beroperasi di wilayah pesisir timur adalah pancing, tonda dan jala. Potensi Perikanan Potensi perikanan tangkap yang ada di Pesisir Timur adalah ikan karang dan ikan pelagis. Potensi ikan karang di Pulau Weh dimanfaatkan oleh nelayan Pulau Weh utamanya nelayan pesisir timur, sehingga pesisir timur merupakan salah satu penghasil ikan karang y ang utama di Kota Sabang. Ikan-ikan karang yang menjadi komoditi adalah: Kerapu, Kakap, Kakak Tua, Ekor KuningPisang-pisang, dan Merah Mata. Selain itu komoditi lain yang juga dimanfaatkan adalah gurita. Untuk ikan pelagis, ikan-ikan yang menjadi komoditi di daerah pantai timur adalah Tongkol, Tuna, Tenggiri, Kuwe, Layaran dan Cakalang. Berdasarkan survei hasil tangkapan ikan yang dilaksanakan oleh oleh WCS Indonesia Marine Program, total tangkapan rata-rata per trip mencapai 10.78 kgtrip. Total tangkapan pesisir timur menempati peringkat tertinggi kedua setelah Lhok Pasiran. Gambar 3. Rata-rata hasil tangkapan per unit upaya kgtrip di masing-masing wilayah penangkapan di Pulau Weh Sumber : .Survei WCS, 2009 Potensi Pariwisata : Kota Sabang merupakan salah satu tujuan wisata utama di Aceh, terutama untuk jenis wisata bahari. Kota Sabang dapat ditempuh melalui jalur laut dari Banda Aceh menggunakan ka pal ferry maupun kapal cepat dari Pelabuhan Ulee-Lheu ke pelabuhan Balohan Sabang. Waktu tempuh menggunakan kapal ferry selama 1 jam 30 menit, sedangkan menggunakan kapal cepat sekitar 45 menit. Selain objek wisata bahari, Kota Sabang juga memiliki objek wisata sejarah, religi dan objek wisata geograis lainnya. Objek wisata sejarah antara lain benteng-benteng peninggalan Jepang di Benteng Anoe Itam, Sumur Tiga Ujong Kareung, dan Ujung Asam Kuta Barat. Ob jek wisata geograis di Kota Sabang adalah Tugu Nol 0 Kilometer Indonesia. Berdasarkan survey majalah National Geographic Traveller Indonesia pada tahun 2009, Kota Sabang menempati urutan ke 10 lokasi penyelaman terbaik di Indonesia, setelah STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 112 113 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA

2. Pantai Sumur Tiga

Pantai Sumur Tiga terletak di Gampong Ie Meulee, sekitar 4 km sebelah timur Kota Sabang hamparan pasir putih dan kondisi terumbu karang yang cantik menjadikan pantai ini menjadi salah satu lokasi favorit untuk berenang dan snorkeling bagi wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal. Pantai ini ramai dikunjungi wisatawan pada akhir pekan dan hari libur. Terdepat fasilitas bungalow dan restoran yang cukup memadai di sepanjang Pantai Sumur Tiga. Gambar 5. Panorama Pantai Sumur Tiga

3. Pantai batee gajah

Pantai Bate Gajah terletak di Gampong Anoe Itam, sekitar 12 km arah tenggara Kota Sabang. Lokasi ini merupakan tempat wisata favorit bagi masyarakat Kota Sabang dan ramai dikunjungi pada akhir pekan. Di lokasi ini juga terdapat Daerah Perlindungan Laut – Anoe Itam. Terdapat resort dan restoran di dekat lokasi pantai ini, juga terdapat café-café pinggir pantai yang menye diakan makanan dan minuman bagi para pelancong. Kepulauan Derawan. Adapun objek –objek wisata yang terdapat di Kota Sabang yang terletak pada KKPD Kota Sabang antara lain :

1. Pantai Ujung Asam, Pantai Paradiso, Pantai Kasih dan Pantai Tapak gajah

Pantai Ujung Asam terletak di Gampong Kuta Barat, ini merupakan salah satu lokasi wisata ku liner di Kota Sabang, berjarak sekitar 1 km dari pusat kota. Aneka jajanan seperti jagung bakar, mie bakso dan minuman ringan tersedia di sini. Pengunjung kebanyakan adalah masyarakat lokal maupun rombongan wisatawan lokal dari Banda Aceh. Panorama pantai yang indah merupakan sajian utama pantai ini. Pantai Paradiso terletak di Gampong Kuta Ateuh, sekitar 1 km dari pusat Kota Sabang. Pantai ini dengan Boulevard pantainya merupakan lokasi yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat lokal dan pendatang untuk melihar panorama pantai di senja hari. Hari sabtu dan malam minggu merupakan waktu-waktu dimana Pantai Paradiso dipenuhi pengunjung. Gambar 4. Panorama laut di Pantai Paradiso dan Pantai Kasih Pantai Kasih dan Pantai Tapak Gajah terletak di Gampong Kuta Ateuh, sekitar 1 km dari pusat Kota Sabang. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih sepanjang 100 meter, dan ramai dikunjungi oleh masyarakat setempat terutama pada hari sabtu dan minggu. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah berenang dan snorkling. Gambar 6. Aktivitas Wisata di Pantai Batee Gajah

4. Pantai Reuteuk Anoe Itam

Pantai ini berjarak sekitar 10 km ke arah selatan Kota Sabang, tepatnya di Gampong Anoe Itam. Pada hari minggu banyak wisatawan lokal dari Kota Sabang yang melakukan aktivitas wisata seperti berenang dan bakar ikan di kawasan pantai Mata Ie Ini, selain itu juga terdapat sum bermata air yang jernih dengan kolam kecilnya yang hanya berjarak sekitar 20 meter dari jalan utama. Masyarakat setempat sering menggunakan aliran air dari mata air tersebut untuk mencuci kendaraannya. Terdapat kolam-kolam ikan air tawar milik penduduk setempat dan juga menjual souvenir berbahan dasar pohon kelapa.

A. Wisata Religi

Wisata religi yang dapat ditemui di Kota Sabang antara lain masjid kuno di Kampung Haji, Kuta Timue, fasilitas karantina jamaah haji di Pulau Rubiah, Meunasah Al-Ikhlas di Gampong Cot Ba’u dan situs mesjid kuno di Jaboi. Selain itu terdapat makam-makam aulia keramat yang terse bar di hampir semua wilayah Kota Sabang, mulai dari ujung Seukee hingga ke Pulau Rubiah dan Pulau Rondo. Beberapa makam yang terkenal antara lain : Makam Tgk di Iboih Tgk. Ibrahim dan Siti Rubiah di Iboih, Makam Tgk. Tapak Gajah dan Keramat Pandan di Kuta Ateuh, Makam Tgk. Ie Masen di Kuta Timue, Makam Tgk. Ba’ U Lien dan Tgk di Pasie di Balohan, Makam Tgk di Jaboi, Makam Tgk di Pria Laôt Tgk. Abdurrauf, dan Makam Tgk. Anoe Raya di Cot Abeuk.

b. Wisata Sejarah

1. Bungker-bungker Peninggalan Jepang Banyak bungker Jepang tersebar di seluruh pulau dan menjadi alasan mengapa pulau ini dike nal sebagai “Kota Seribu Benteng” Benteng-benteng itu semuanya dibangun antara tahun 1943 dan 1945 yang dulunya saling terhubung melalui terowongan-terowongan yang sekarang ditutup karena alasan keamanan. Meski demikian, di Anoe Itam masih terdapat benteng perlindungan dalam kondisi cukup baik. Selain itu ada juga tempat benteng besar dengan banyak pintu masuk ke terowongan di Gunung Batu. Bungalow Flamboyant di Lhong Angen dibangun di bekas lokasi kamp Jepang dan masih banyak peninggalan yang dapat ditemui. 2. Kerkhof Merbabu Terdapat di Gampong Kuta Ateuh, lingkungan Merbabu, yang berbatasan dengan Gampong Ie Meulee. Taman makam besar ini merupakan pemakaman peninggalan bangsa belanda. Komplek pemakaman ini hanya berjarak 20 menit berjalan kaki dari pusat Kota Sabang. Letak makam Kherkof ini berdampingan dengan komplek pemakaman umat Islam, Kristen, dan Budha. Di dalam komplek kherkof ini dikebumikan warga negara, Belanda, Jepang, Perancis, dan Jerman. 3. Bangunan-bangunan Kolonial Terdapat di Gampong Kuta Ateuh, antara lain di Jalan Diponogoro, Jl. Teuku Umar, Jl. T. Cik Di Tiro, Jl. Ahmad Yani, Jl. O.Soeropati dan di Jl. T. Hamzah. Sedangkan di Ie Meulee terdapat di Jalan Agus Salim dan di Cot Ba’u di sepanjang Jl. Yos Soedarso. Bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial ini ada yang berupa bangunan perkantoran dan rumah sakit serta rumah-rumah tinggal. Kondisi bangunan-bangunan tersebut saat ini se bagian besar masih bagus dan terawat, dan sebagian sisanya perlu perhatian pihak terkait untuk direnovasi. 4. Tugu Pemancungan Terletak di Gampong Batee Shok, situs ini merupakan lokasi pemancungan 11 orang pribumi dan 1 orang warga negara Belanda Dr. Coelon oleh bangsa Jepang pada STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 114 115 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Gambar 7. Sosialisasi terhadap zonasi dan penghargaan E-KKP AWWARD Gambar 8. Rapat pengelola dan Rapat dengan para Tokoh Gambar 9. Foto Bersama Untuk Pengelolaan KKP Kota Sabang yang lebih baik lagi. masa awal masuknya Jepang ke Kota Sabang pada tahun 1942. Ke 12 orang ini di pancung karena mencoba mem- berikan isyarat-isyarat komunikasi dengan pihak pejuang republik di daratan melalui stasiun radio yang terdapat di Gampong Ie Meulee. 5. Tugu Beevak Tugu ini terletak di Gampong Jaboi, di bukit Cot Semeureugoh. Lokasi ini dulunya merupakan titik dimana para serdadu belanda memberikan sinyal berupa suar untuk berkomunikasi dengan pihak Belanda di Banda Aceh. 6. Wisata Kuliner Selain memilikin obyek wisata bahari, wisata religi, dan wisata sejarah, Kota Sabang juga memiliki beberapa pilihan wisata kuliner bagi anda-anda yang gemar makan enak. Adapun wisata kuliner yang dapat kita jumpai di Kota Sabang antara lain: sate gurita, mie jalak dan mie sedap di Jalan Perdagangan, jagung bakar di pantai Ujung Asam, rujak Cot Klah di Gampong Krueng Raya, dan rujak Benteng di pantai Batee Gajah, Anoe Itam. Aksesibilitas : Sentra kegiatan perhubungan Kota Sabang di pusatkan di kawasan Terminal Pelabuhan Balohan dan Pusat Kota Sabang. Ke depannya sentra-sentra perhubungan juga akan dikembangkan di kawasan Cot Damar, Iboih, Gapang, Cot Abeuk dan Keunekai. Pembangunan terminal tipe B akan dikembangkan di Balohan, sedangkan pembangunan terminal tipe C akan dikembangkan di lokasi lainnya. Gapang akan disiapkan sebagai pelabuhan khusus wisata, sedangkan untuk kawasan pusat Kota Sabang akan dikembangkan jalur bus umum. Jaringan jalan utama yang direncanakan akan membentuk suatu jalan lingkar luar di Kota Sabang khususnya di Pulau Weh, yang terdiri dari simpul-simpul Ruas Pusat kota - Anoi Itam - Balohan - Paya Keuneukai - Ujung Gua Sarang - Ujung Putroe - Ujung Ba’U - Iboih - Gapang - Cot Damar - Pusat Kota Sabang. Untuk pengembangan sistem angkutan umum di rencanakan dengan menggunakan sistem angkutan Bus. Dengan prasarana penunjang setingkat Bus Way. Dimana simpul-simpul pelayanannya adalah Pelabuhan Balohan, Pelabuhan Sabang, Kawasan Kota, Bandar Udara, Kawasan Wisata di sekitar Kota Sabang. Untuk Pelayanan Angkutan Wisata ke Iboih dilayani oleh angkutan Bus yang ukurannya lebih kecil. RTRW Kota Sabang 2012-2032, bab 3 Sentra perhubungan laut akan di pusatkan di Teluk Sabang dan Pelabuhan Balohan, Pengembangan Pelabuhan Nasional Balohan saat ini sebagai pelabuhan utama yang melayani angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi. Angkutan penyeberangan ini direncanakan untuk rute atau lintasan baik untuk pelayanan umum maupun mendukung kegiatan pariwisata. Pengembangan pelabuhan khusus dimaksudkan untuk menunjang kepentingan pertumbuhan ekonomi Kota Sabang. Untuk menunjang kawasan industri di Balohan direncanakan dikembangkan Pelabuhan Khusus Industri. Sedangkan untuk menunjang kepentingan pengembangan pariwisata di Iboih dan Gapang, maka direncanakan adanya Pelabuhan Khusus Wisata di Gapang sebagai pengembangan dermaga yang ada saat ini. Sentra perhubungan udara akan di pusatkan di Bandara Maimun Saleh. Bandara Maimun Saleh merupakan Bandara Pengumpan yang mendukung PKW dan PKSN Sabang. Sebagai inlet ke Kota Sabang, bandara ini dimanfaatkan untuk mendorong aktivitas wisata ke Sabang sehingga dapat menjadi salah satu tujuan dalam jalur penerbangan komersil. Jalur penerbangan Bandara Maimun Saleh direncanakan akan melayani penerbangan domestik. Jalur penerangan ini dapat menghubungkan anatara Sabang dengan Kota Banda Aceh dan Medan. Upaya Pengelolaan Kawasan: Saat ini, berbagai kegiatan sudah dan akan dijalankan guna meningkatkan nilai dari E-KKP. Berbagai rapat, diskusi dan sosialisasi telah dilakukan, sedangkan untuk penyusunan SOP Administrasi pekantoran dan pengelolaan keuangan, SOP saran dan prasaran, dan SOP Pegelolaan KKP Kota Sabang akan dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober . STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 116 117 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Aceh Besar STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 118 119 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Lampuuk, Amad Rhang Manyang, Ujong Panuc, Pulau Aceh Dasar Hukum : Keputusan Bupati Aceh Besar Nomor 190 Tahun 2011 tentang Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh Luas: Sekitar 7.975,38 Hektar Tersebar di 4 Lokasi : Lampuuk, Amad Rhang Manyang, Ujong Pancu, Pulau Aceh Letak : Lampuuk, Amad Rhang Manyang, Ujong Pancu, Pulau Aceh Keanekaragaman Hayati : Penyu, Terumbu Karang. Aksesibilitas : Bisa diakses dengan pesawat dari Jakarta melalui jalur udara kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat. Status Pengelolaan : Telah ditunjuk Bidang Kekayaan Laut sebagai Koordinator Pengelola Kawasan Konservasi Perairan dibantu oleh Kasi Konservasi Workshop Konsultasi Kebijakan Investasi Hijau Bidang Perikanan dan Sosialisasi Publik Peraturan Bupati Nomor 11 Tahun 2011 Sepanjang tahun 2010 September 2011 Workshop dan Diskusi Terfokus Bersama Panglima Laot se- Aceh Besar guna mendapatkan rekomendasi kunci dalam penyusunan rencana tindak lanjut dan Rencana Strategis Pengelolaan Kawasan Konservasi terkait Keputusan Bupati No. 190 Tahun 2011 Agustus September 2011 Feasibility Budidaya Kerapu Pulau Aceh bersama WWF- Indonesia dan Jaringan KuaLA September 2011 Penempatan Fish Apartement di Perairan pantai Kecamatan Lhoong, Aceh Besar Desember 2011 Dukungan Konservasi penyu dan pantai peneluran penyu di Kecamatan Lhoknga, Lampuuk, Aceh Besar sejak Oktober 2011 s.d. sekarang Penyusunan rencana strategis pengelolaan kawasan konservasi, peraturan dan kebijakan implementatif perikanan berkelanjutan di Aceh Besar Tahun 2012, bersama mitra terkait. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 120 121 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Aceh Jaya STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 122 123 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Aceh Jaya Dasar Hukum: SK Bupati Aceh Jaya No 3 Tahun 2010 tanggal 21 Januari 2010 Luas Kawasan : Luas Kawasan Konservasi Perairan sekitar 1.609,14 Ha. Letak geograis dan Administratif : Terbagi di dua lokasi yakni Lhok Rigaih, Kecamatan Setia Bakti Lhok Keuluang, Kecamatan Jaya Keanekaragaman Hayati : Pulau Simelue dikelilingi oleh pulau-pulau yang dilingkupi oleh karang tepi fringing reefs. Terdapat juga jenis-jenis karang keras hard coral, seperti karang batu massive coral, karang meja table coral, karang kipas gorgonian, karang daun leaf coral dan karang jamur mushroom coral. Pesisir pantai Pulau Simeulue ditumbuhi beragam jenis mangrove, antara lain jenis Rhizopora sp, api-api Avicenna sp dan Bruguiera sp. Jenis lamun didominasi oleh Enhalus sp, Thallasia, Syrongodium, Thalosodendrum dan Chimodecea. Sementara jenis rumput laut yang terdapat di perairan Pulau Simeulue adalah alga hijau Chlorophyceae, alga coklat Phaeophyceae dan alga merah Rhodophyceae. Aksesibilitas Jarak tempuh dari Banda Aceh ke KPL Keuluang Daya sekitar 2 jam, kondisi jalan cukup bagus, dapat ditempuh menggunakan angkutan travel L300 atau mobil carteran. Potensi Pariwisata Jenis pariwisata yang cocok adalah adalah wisata bahari, wisata alam dan wisata budaya. Snorkeling dan Diving di Aceh Jaya telah banyak dilakukan oleh para wisatawan. Status Pengelolaan Saat ini rencana pengelolaan dan zonasi kawasan tengah disusun oleh pemerintah daerah dengan tetap melaksanakan upaya pokok pengelolaan seperti : 1. Mengadakan sosialisasi dengan nelayan, panglima laot dan tokoh masyarakat 2. Penentuan area yang akan dijadikan Kawasan Konservasi Perairan KKP 3. Penentuan Titik Koordinat dan pengambilan foto bawah air 4. Pembahasan dan penyusunan draft kesepakatan bersama dan pemilihan pengelola KKP 5. Peresmian Kawasan Ramah Lingkungan Lhok Rigaih dan Kawasan Peudhiet Laot Lhok Kuala Daya sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 124 125 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Simeulue STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 126 127 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas tentang Kawasan Kawasan ini, sama dengan kawasan konservasi di wilayah Aceh lainnya, memiliki aspek budaya adat yang sangat kuat dalam pengelolaan wilayah laut sehingga pelibatan masyarakat cukup aktif. Lembaga adat setenpat bahkan telah menetapkan Hari Pantang Melaut di wilayah PiSiSi yang berisi Pantangan kegiatan melaut pada hari-hari besar dan hari Jum’at, seperti : 1. Khanduri Adat Laot Khanduri NaeyKhanduri Ikan. Khanduri laot dilaksanakan 1 satu tahun sekali, selambat-lambatnya 3 tiga tahun sekali atau tergantung kesepakatan dan kesanggupan nelayan setempat, dinyatakan 3 tiga hari pantang melaôt pada acara khanduri laôt dihitung sejak keluar matahari pada hari khanduri hingga tenggelamnya matahari pada hari ketiga. 2. Hari Jumat. Hari Jumat dilarang melakukan aktivitas penangkapan ikan, terhitung dari jam 18.00 WIB hari Kamis sampai dengan jam 15.00 WIB pada hari Jumat. 3. Hari Raya Idul Fitri. Pada Hari Raya Idul Fitri dilarang melaut selama batas waktu 3 hari penuh mulai dari hari pertama hari raya sampai hari ke 3 hari raya. 4. Hari Raya Idul Adha. Hari Raya Idul Adha, dilarang melaut selama Hari Raya Idul Adha 4 hari penuh mulai dari hari pertama hari raya sampai hari ke 4 hari raya. 5. Hari Kemerdekaan Tanggal 17 Agustus. Hari Kemerdekaan RI dilarang melakukan aktivitas penangkapan ikan, terhitung dari jam 06.00 WIB sampai dengan jam 18.00 WIB tanggal 17 Agustus. Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Pinang, Siumat dan Simanaha PiSiSi Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh. Dasar Hukum: Perairan Pinang, Siumat dan Simanaha ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah berdasarkan SK Bupati Simeulue No. 523.1104SK2006 yang diterbitkan pada tanggal 9 April 2006. Penetapan KKLD Pulau Pinang, Pulau STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 128 129 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Siumat dan Pulau Simahana didasarkan pada keunikan kawasan ini dengan karakteristik dan ciri khas tertentu dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi dengan nilai estitika yang sangat menarik. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Pinang, Siumat dan Simanaha PiSiSi Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh Darussalam memiliki luas sekitar 50.000 Ha. Letak geograis dan Administratif : Secara geograis, Kawasan Konservasi Perairan Pinang, Siumat dan Simanaha PiSiSi Kabupaten Simeulue terletak pada 96º13’ - 96º47’’LU dan 2º40’ - 2º59’ BT. Sementara secara administratif, wilayah ini masuk ke dalam Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh Darussalam. Keanekaragaman Hayati : Pulau Simelue dikelilingi oleh pulau-pulau yang dilingkupi oleh karang tepi fringing reefs. Terdapat juga jenis-jenis karang keras hard coral, seperti karang batu massive coral, karang meja table coral, karang kipas gorgonian, karang daun leaf coral dan karang jamur mushroom coral. Pesisir pantai Pulau Simeulue ditumbuhi beragam jenis mangrove, antara lain jenis Rhizopora sp, api-api Avicenna sp dan Bruguiera sp. Jenis lamun didominasi oleh Enhalus sp, Thallasia, Syrongodium, Thalosodendrum dan Chimodecea. Sementara jenis rumput laut yang terdapat di perairan Pulau Simeulue adalah alga hijau Chlorophyceae, alga coklat Phaeophyceae dan alga merah Rhodophyceae. Aksesibilitas Untuk menjangkau Kawasan Konservasi Perairan Pulau Pinang, Siumat, dan Simanaha PiSiSi dapat dilakukan dengan menempuh dua rute, yaitu; l Dari Medan dengan menggunakan moda transportasi udara menuju Bandara Lasikin-Sinabang ibukota Kabupaten Simeulue dengan jadual penerbangan sebanyak 5 kali dalam seminggu. Sementara perjalanan menuju kawasan dapat dicapai dengan menggunakan kapal motor dari pelabuhan Sinabang dengan waktu tempuh sekitar 20 menit, dan l Dari Medan dengan menggunakan moda transportasi udara menuju Bandara Binaka di Gunung Sitoli, Sibolga, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan moda transportasi laut menuju Pelabuhan Sinabang, dengan waktu tempuh sekitar 8 jam. Potensi Pariwisata Potensi wilayah dan kondisi sosial budaya di Pulau Simeulue dan sekitarnya sangat baik untuk mengembangkan kegiatan pariwisata. Model pariwisata yang cocok adalah adalah wisata bahari, wisata alam dan wisata budaya. Tempat-tempat yang dapat dijadikan sebagai destinasi wisata yang antara lain: l Tunggu indah resort, merupakan obyek wisata berenang dan snorkling, l Pulau Teupah, Kecamatan Simeuleu Timur, merupakan tempat peselancar karena ombaknya yang cukup besar sekitar 4 meter, l Pulau Mincu yang bersebelahan dengan Pulau Teupah merupakan tempat penyu bertelurnya, l Pantai Ganding, merupakan pantai pasir putih, l Pantai Laskin, merupakan pantai pasir putih, l Teluk Sibigo, tempat wisata alam laut dan menyelam, l Pantai Angkeo, Kecamatan Simeuleu Tengah, merupakan pasir putih, l Goa Sembilan, Desa Sembilan, Kecamatan Simeuleu Barat, l Pantai Alus-alus dengan pasir putihnya. Status Pengelolaan : Setelah tahap pencadangan, telah banyak upaya pengelolaan Kawasan Konservasi PISISI yang telah dilaksanakan meliputi beberapa aspek kegiatan yang terdiri dari: a. Penataan kawasan Penataan kawasan PISISI berdasarkan pertimbangan koordinat titik batas wilayah konservasi yang dicantumkan dalam SK pencadangan tahun 2006 tidak akurat, dimana koordinat yang tertulis tidak sama dengan yang ditampilkan pada peta. Sehingga telah dilakukan review kawasan untuk membenahi ketidakakuratan tersebut. b. Pengembangan penelitian Pengembangan peelitian yang telah dilakukan meliputi monitoring terumbu karang dan survei lokasi peneluran SPAGS=Spawning Aggregation Sites lobster dan kerapu. c. Pengembangan kemitraan Pengembangan kemitraan pengelolaan Kawasan Konservasi peraian juga telah dilakukan secara intensif yang melibatkan DKP Aceh, Fauna Flora International dan Yayasan Pelagis. d. Konsultasi publik dan sosialisasi Sosialisasi kesepakatan tata batas dan zonasi PISISI di level masyarakat belum mendapat banyak respon positif sehingga perlu dilakukan mekanisme yang tepat untuk proses tersebut. e. Pengembangan partisipatif masyarakat. Salah satu partisipasi masyarakat yang telah berjalan di tingkat masyarakat adalah pembentukan wilayah kelola adat masyarakat pulau siumat. f. Pembahasan penyusunan dokumen rencana pengelolaan dan zonasi kawasan saat ini masih terus dilakukan. g. Penerbitan SK Bupati tentang lembaga pengelola kawasan. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 130 131 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Nias Utara STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 132 133 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Dasar Hukum: Dasar hukum pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Nias Utara adalah SK Bupati Nias No. 188.45 K TAHUN 2015 yang dikeluarkan pada tanggal Januari 2015. Ka- wasan tersebut dicadangkan dalam rangka mewujudkan kele- starian sumber daya ikan dan ekosistemnya, melindungi dan mengelola ekosistem perairan Nias Utara dan Laut sekitarnya. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 29.230,85 Ha. Letak geograis dan Administratif : Kawasan Konservasi Kabupaten Nias Utara terletak pada po- sisi geograis 97002’58,92” – 97025’04,86” BT dan 01024’38,22” – 01033’38,18” LS memiliki luas kawasan sekitar 29.000 Ha. Kabupaten Nias Utara dengan karakteristik kepulauan yang dikelilingi oleh laut, berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah Barat, sebelah Utara dengan Pulau-pulau Banyak Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan Pulau-pulau Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah, dan sebelah Selatan dengan Kabupaten Nias Utara Selatan. Keanekaragaman Hayati : Kawasan ini memiliki potensi sumberdaya mangrove dengan luas mencapai 3.700 Hektar. Hasil studi kajian penetapan site COREMAP II, menyatakan bahwa luas terumbu karang di Kabupaten Nias Utara adalah 2.204 Ha yang tersebar di empat kecamatan yaitu Kecamatan Lahewa 1.250 Ha, Kecamatan Tuhemberua 156 Ha, Kecamatan Afulu 617 Ha dan Kecamatan Sirombu 217 Ha. Aksesibilitas Kawasan ini dapat diakses dengan kombinasi jalur darat, laut dan udara melalui : 1. Jalur pertama dari Jakarta menggunakan pesawat udara menuju Medan dan dilanjutkan dengan pesawat berjenis Foker 50 menuju bandar udara Binaka di Kabupaten Nias kemudian dengan menggunakan transportasi darat dapat ditempuh sekitar dua jam. 2. Jalur kedua, setelah sampai di Medan dapat dilanjutkan dengan menggunakan jasa travel nenuju Sibolga Ibukota Tapanuli Tengah dengan waktu tempuh sekitar 8 jam. Kemudian dilanjutkan menyeberangi dengan menggunakan perahu menuju pelabuhan Gunungsitoli selama kurang lebih 10 jam. Dapat juga dipersingkat menggunakan kapal cepat yang waktu tempuhnya hanya 4 jam. 3. Jalur ketiga merupakan jalur yang jarang ditempuh, yaitu dari Jakarta menggunakan pesawat udara menuju Bandara Dr. Ferdinand Lumban Tobing sekitar 40 km dari kota Sibolga ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah. Setelah itu menyeberang menuju pelabuhan Gunungsitoli menggunakan kapal Feri. 4. Sebelum Tahun 2007 tersedia juga jalur Kapal Laut langsung menuju Pelabuhan Gunungsitoli dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta setiap 2 minggu sekali. 5. Untuk mencapai wilayah Kawasan Konservasi Perairan dapat diakses dengan menggunakan mobil dengan waktu tempuh antara 1-3 jam. Potensi Pariwisata Kabupaten Nias Utara memiliki banyak lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata, salah satunya adalah Pulau Asu yang merupakan pulau terpencil yang termasuk ke dalam Kepulauan Hinako dan merupakan salah satu pulau terluar Indonesia. Luas pulau ini lebih kurang 18 km ini dengan penghuni tetap sekitar 20 keluarga. Keistimewaan pulau ini adalah ombak yang mencapai 3-4 meter sehingga bagus untuk berselancar. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 134 135 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Nias Selatan STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 136 137 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Nias Selatan. Dasar Hukum: Dasar Hukum penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Nias Selatan adalah SK Bupati Nias Selatan Nomor : 523371K2008 yang ditetapkan pada tanggal 5 Desember 2008. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 56.000 Ha. Letak geograis dan Administratif : Kawasan Konservasi Kabupaten Nias Selatan terletak di Kecamatan Pulau-Pulau Batu terletak antara: 0º - 15º Lintang Utara dan 90º 58’ - 97º 48’ Bujur Timur. Luas Wilayah 121,05 km2, jarak dari ibu kota Kabupaten sejauh. Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten yaitu 48 mil atau kira- kira 77,25 km dengan batas-batas wilayah sebagai berikut, Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Dalam, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Hibala, sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah. Keanekaragaman Hayati : Salah satu ekosistem yang banyak ditemukan di kawasan ini adalah ekosistem mangrove yang terdapat pada beberapa pulau di sekitar Pulau Tello, Pono, Tanah Masa dan Kecamatan Hibala dengan luas mencapai 842, 27 Ha, didominasi oleh Rhizopora sp. Aksesibilitas Kabupaten Nias Selatan dapat diakses melalui jalur dari Jakarta menggunakan pesawat udara menuju Medan dan dilanjukan dengan pesawat berjenis Foker 50 menuju Bandar udara Binaka di Gunungsitoli Ibukota Kabupaten Nias dan dilanjutkan dengan jalur darat menggunakan travel dengan waktu tempuh 2,5 Jam. Potensi Pariwisata Kabupaten Nias Selatan terkenal dengan wisata pantai, wisata bahari, dan wisata budaya. Tempat wisata pantai yang terkenal adalah Pantai Lagundri dan Sorake. Daerah Pulau-pulau Batu merupakan daerah wisata bahari yang terkenal dengan keindahan lautnya yang mengundang wisatawan untuk berjemur sun bathing dan menyelam diving. Sedangkan Bawomataluo merupakan tempat wisata budaya yang terkenal dengan pesona rumah adatnya dan aksi lompat batu. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 138 139 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 140 141 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Tapanuli Tengah. Dasar Hukum: Dasar hukum penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD Kabupaten Tapanuli Tengah adalah SK Bupati Tapanuli Tengah No. 1421DKPTahun 2007 yang dikeluarkan pada tanggal 7 November 2007. KKLD tersebut diprioritaskan untuk mendukung kegiatan pemanfaatan perikanan berkelanjutan dan kegiatan pariwisata bahari. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 81.243 Ha. Letak geograis dan Administratif : Kawasan Konservasi ini terletak pada koordinat sebagai berikut : a. Koordinat batas terluar di Timur : 1. 1 o 42’N’ 98 o 47’E 2. 1 o 38’N 98 o 50’E 3. 1 o 31’N 98°44’E b. Koordinat Batas terJuar di Barat 1.. 1 o 37’N 98°25’E 2. 1 o 43’N 98 o 25’E c. Koordinat batas terluar di Utara : 1. 1 o 43’N 98 o 25’E 2. 1 o 43’N 98 o 43’E 3. 1 o t42’N 98 o 47’E d. Koordinat batas terluar di Selatan : 1. 1 o 31’N 98°44’E 2. 1 o 31’N 98°29’E Keanekaragaman Hayati : Tutupan Mangrove di Tapanuli Tengah mencapai 1.800 ha, dari keseluruhan luasan tersebut yang masih dalam kondisi baik sekitar 1.579 ha sedangkan sisanya sekitar 230 ha telah mengalami kerusakan. Vegetasi mangrove didominasi oleh Rhizopora mucronata. Terumbu karang yang terdapat di Tapanuli Tengah antara lain fringing reef, patch reef dan shoal yang luasannya mencapai sekitar 25,3572 km2. Sementara itu, tutupan karang hidup antara 0,00-79,70, dengan rata-rata persentase tutupan karang hidup 26,98. Sementara itu, Neopomacentrus cynamos merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan yang tertinggi dibandingkan dengan ikan karang jenis lainnya, yaitu sebesar 4.571 indha. Aksesibilitas Dari Jakarta, kita harus menuju Medan terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan pesawat berjenis Foker 50 menuju bandar udara Pinangsori di Kabupaten Tapanuli Tengah dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam. Sejak tahun 2014 dari jakarta sudah terdapat penerbangan langsung menuju bandar udara Pinangsori di Kabupaten Tapanuli Tengah, sehingga mempermudah untuk menuju ke lokasi Kawasan Konservasi. Potensi Pariwisata Potensi Pariwisata di wilayah Kawasan Konservasi sini salah satunya adalah Pulau Mursala yang terletak pada 1,7º LU dan 98,5º BT dan termasuk wilayah Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah. Luas Pulau Mursala ± 8.000 Ha, merupakan daerah perbukitan yang indah. Terdapat beberapa aliran sungai berbatu dengan aliran cukup deras yang mengalir membelah Pulau Mursala. Perairan Pulau Mursala dijadikan konservasi terumbu karang sedangkan Pulau Mursala berpeluang untuk dijadikan tempat wisata berburu dan resort. Jarak tempuh ke Pulau Mursala dari Kota Pandan maupun Kota Sibolga dengan Speed Boat sekitar 60 menit. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 142 143 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 144 145 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas tentang Kawasan Secara geograis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2º 57’ – 3º 16’ Lintang Selatan, 98º 33 ‘ – 99º27’ Bujur Timur dengan luas daerah ± 1.900,22 Km2 dengan batas wilayah disebelah Utara dengan Selat Malaka dan diapit 3 tiga daerah Kabupaten di Sumatera Utara. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki Pulau Berhala sebagai based point antara RI-Malaysia, akan tetapi pengelolaannya belum optimal. Berdasarkan ketinggian permukaan wilayah Kabupaten Serdang Bedagai berada pada ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut di Pantai Timur, Sumatera Utara. Panjang Garis Pantai ± 51 km. Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 kecamatan yang diantaranya memiliki wilayah pesisir di 5 kecamatan dengan jumlah 23 desa yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Bandar Khalifah. Kawasan Konservasi Perairan KKP adalah wilayah perairan laut termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil yang mencakup tumbuhan dan hewan didalamnya, sertaatau termasuk bukti peninggalan sejarah dan sosial-budaya dibawahnya, yang dilindungi secara hukum atau cara lain yang efektif, baik dengan melindungi seluruh atau sebagian wilayah tersebut, dengan pengaturan zona perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan termasuk ekosistemnya. Dasar Hukum : l Pengelolaan KKPD Kabupaten Serdang Bedagai didukung melalui SK Bupati Serdang Bedagai No. 975232008 l Perda No. 12 tahun 2006 tentang pengelolaan P. Berhala sebagai kawasan Eco-Marine Tourism. Luas Kawasan : ± 41.7 Ha Lokasi l Pulau Berhala Induk luas 40,351 Ha l Pulau Sokong Nenek di sebelah timur menyatu dengan pulau Berhala saat air surut Luas 0,645 Ha l Pulau Sokong Siembah yang berada disebelah barat pulau Pulau Sokong Siembah sekitar 0,765 Ha. Status Pengelolaan Beberapa upaya pokok pengelolaan yang telah dilakukan : u Pembangunan Pos Jaga Keamanan Laut KAMLA dan petugas marinir yang ditugaskan di Pulau Berhala. u Penempatan petugas dari TNI AL marinir dan KAMLA secara bergantian. u Usaha penangkaran penyu yang dilakukan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai TA. 2009-2012. u Kegiatan Transplantasi terumbu karang TA. 2009-2011. u Pembangunan Pondok Wisata 3 kamar TA. 2009. u Penyusunan rencana tata ruang wilayah pesisir termasuk P. Berhala. u Pemasangan torent air tawar dan rumah ikan di P. Berhala. u Pengadaan Listrik Tenaga Surya di Pondok Wisata TA. 2010. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 146 147 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Rencana ke depan : l Pengembangan kawasan Pantai Cermin dan Tanjung Beringin sebagai kawasan entry point menuju P. Berhala. l Pengembangan jaringan tranportasi darat dan laut menuju P. Berhala. l Pengembangan P. Berhala sebagai daerah persinggahan dengan tetap mengedepankan aspek kelestarian sumberdaya alam. l Rencana pengembangan Sarana dan prasarana mooring bouy, striger dan bangunan untuk wisata. Sarana dan Prasarana l Pos Jaga Keamanan Laut KAMLA dan petugas marinir yang ditugaskan di Pulau Berhala. l Pembangunan Pondok Wisata 3 kamar TA. 2009. l Pemasangan torent air tawar dan rumah ikan di P. Berhala. l Listrik Tenaga Surya di Pondok Wisata TA. 2010. Potensi Pariwisata : Kabupaten Serdang Bedagai memiliki sejumlah objek wisata menarik untuk dikunjungi antara lain: l Pantai Mutiara 88, l Pantai Gudang Garam, l Pantai Pondok Permai, l Pantai Cermin Theme Park, l Pantai Kuala Putri, l Pantai Klang, l Pantai Sialang Buah, l Pantai Citra Wangi, 47 km dari Medan jalur P.Cermin menelusuri pantai l Pantai Sri Mersing, 48 km dari Medan jalur P.Cermin menelusuri pantai l Pantai Matik-matik, 53 km dari Medan jalur P.Cermin menelusuri pantai l Pantai Nipah Indah, 55 km dari Medan jalur P.Cermin menelusuri pantai l Pantai Sentang, 61 km dari ibukota Propinsi dan 48 km dari ibukota Kabupaten. Desa Sentang, Kecamatan Teluk Mengkudu. l Pantai Merdeka Indah, 65 km dari ibukota Propinsi dan 48 km dari ibukota Kabupaten. Desa Bagan Kuala, Kecamatan Tanjung Beringin. l Pantai Budi, 65 km dari ibukota Propinsi dan 48 km dari ibukota Kabupaten. Desa Bogak Besar, Kecamatan Teluk Mengkudu. Peta Kawasan STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 148 149 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Padang Pariaman STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 150 151 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas tentang Kawasan Kabupaten Padang Pariaman merupakan satu diantara 7 tujuh kabupatenkota yang berada di wilayah pesisir dan memiliki ekosistem perairan laut dan perairan payau yang luas dan didalamnya terkandung potensi keanekaragaman hayati, baik secara ekologis maupun ekonomis. Untuk itu, Pemerintah Daerah Padang Pariaman berkomitmen membuat suatu model pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut melalui konsep “Model Konservasi Berbasis Nagari”, dengan salah satu langkahnya yaitu mencadangkan sebagian wilayahnya sebagai kawasan konservasi. Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Dasar Legal : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Padang Pariaman dan laut sekitarnya ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Padang Pariaman Nomor 02 KepBPP-2010 pada tanggal 2 Januari 2010. KKLD ini dimanfaatkan sebagai Suaka Alam Perairan. Luas Kawasan : 684 Hektar Lokasi Kawasan : Kawasan ini berada dalam wilayah Kecamatan Batang Gasan. Wilayah Kecamatan Batang Gasan terletak memanjang sejajar dengan garis pantai dengan Koordinat 0º33’ 00’’ LS dan 100º 07’ 00”BT, dengan luas daerah 40.31 Km². Kecamatan ini terdiri dari 2 kenagarian dan 11 korong jorong dengan Ibu Kota kecamatan berada di Gasan Gadang. Secara administrasi, kecamatan Batang Gasan berbatasaan dengan Kabupaten Agam sebelah utara, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Kecamatan Sungai Limau sebelah selatan, Samudera Hindia sebelah Barat. Keanekaragaman Hayati : Di wilayah ini terdapat 98 jenis spesies ikan karang yang terbagi ke dalam 22 family ikan karang. Jenis Neopomacentrus azryson merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang lainnya, lalu diikuti oleh caesio xanthoptera dan ctenochaetus sriatus. Pantai Gasang juga merupakan tempat habitat penyu bertelur dan berkembang biak.Jenis Penyu yang banyak ditemukan adalah jenis Penyu Hijau dan Penyu Sisik. Pada bulan Agustus sampai Desember merupakan waktu dimana jumlah penyu yang bertelur lebih banyak dari bulan lainnya. Aksesibilitas : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Padang Pariaman merupakan bagian dari daratan utama sehingga untuk menjangkau kawasan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan moda transportasi darat. Dari Kota Padang ke kawasan konservasi dapat ditempuh kurang lebih 1,5 jam dengan kendaraan darat. Potensi Pariwisata : Kawasan perairan Kecamatan Batang Gasan memiliki potensi terumbu karang yang cukup luas dengan persentase tutupan rata - rata yang baik shingga sangat bagus untuk dijadikan lokasi penyelaman site diving. Selain itu, di wilayah pantai kawasan ini terdapat estuaria dan laguna yang cukup luas dan ditumbuhi mangrove dengan kerapatan yang tinggi. Demikian juga pada pantai berpasir di tumbuhi cemara laut sehingga menambah nilai estetika wilayah tersebut sehingga sangat tepat untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata khususnya untuk kegiatan wisata pantai. Status Pengelolaan : Rencana pengelolaan dan zonasi kawasan ini masih dalam proses penyusunan demikian pula untuk kelembagaan masih dalam proses yang sama. Meski begitu, upaya pengelolaan telah dilakukan antara lain pembangunan sarana penangkaran penyu melalui Dana Alokasi Khusus pada tahun 2011 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 152 153 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pasaman Barat STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 154 155 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas tentang Kawasan Kabupaten Pasaman Barat merupakan kabupaten termuda di Provinsi Sumatera Barat bersama-sama dengan Kabupaten Solok Selatan, dan Dharmasraya. Kabupaten Pasaman Barat dimekarkan dari Kabupaten Pasaman berdasarkan Undang- undang No. 38 tanggal 18 Desember Tahun 2003. Legalitas formal peresmian berdirinya Kabupaten Pasaman Barat dilakukan pada tanggal 7 Januari 2004 di Jakarta oleh Menteri Dalam Negeri bersama 24 Kabupaten lainnya di Indonesia, sehingga tanggal 7 Januari tersebut ditetapkan sebagai hari ulang tahun berdirinya Kabupaten Pasaman Barat. Secara geograis sebelah barat Kabupaten Pasaman barat berbatasan dengan Lautan Samudra Indonesia. Luas laut sesuai dengan batas administrasi laut seluas 4 Mil dari darat yaitu seluas 1126,016 Km² ZEE kabupaten dan pada batas administrasi laut provinsi seluas 12 Mil dari darat yaitu seluas 3378,048 Km² ZEE provinsi yang juga dimanfaatkan Kabupaten untuk untuk usaha ekonomi. Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Pasaman Barat Dasar Hukum Surat Keputusan Bupati Pasaman Barat NO. 188.45456BUP- PASBAR2012 tanggal 31 mei 2012 Luas Kawasan: ±6.795,8 Ha Lokasi Kawasan : l Pulau Talua l Pulau Panjan l Pulau Tamiang l Pulau Pigago l Pulau Harimau l Pulau Pangkal Potensi Pariwisata : 1. Larangan Lubuak Landua 2. Goa Jepang 3. Pemandian Air Panas 4. Air Terjun Simpang Panco 5. Pantai Sasak Status Pengelolaan Kendati termasuk kawasan yang baru didirikan, pengelola kawasan, dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan setempat telah melakukan sejumlah upaya pengelolaan seperti : 1. Mendirikan Pos Jaga KP3K 2. Sosialisasi ke Masyarakat 3. Pembuatan Papan Informasi 4. Pembentukan Kelompok masyarakat Pengawas POKMASWAS 5. Pembangunan pondok wisata 5 unit 6. Penyusunan zonasi pulau-pulau kecil 7. Pengadaan Kapal Pengawas STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 156 157 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Agam Dasar Hukum: Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Agam dicadangkan dengan SK Bupati Agam Nomor 520 tahun 2012 yang dikeluarkan pada tanggal 31 Oktober 2012. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 10.79 Ha. Letak geograis dan Administratif : Kabupaten Agam memiliki panjang pantai 43 Km² dengan luas laut mencapai 313,04 Km². Sementara untuk luas perairan umum air tawar yang ada di Kabupaten Agam, luasnya mencapai 10.518 Ha Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Agam berada di Kecamatan Tanjung Muara tepatnya berada di perairan sekitar pulau Tangah dan Pulau Ujuang. Kawasan Konservasi yang berada di pulau Tangah seluas 5,5 Ha dan yang berada di perairan Pulau Ujuang seluas 4,5 Ha. Kawasan Pulau Tangan terletak pada posisi geograis 0 27’10” LS -99 54’00” BT dan Pulau Ujuang terletak pada posisi geograis 0 26’00” LS - 99 56’00”BT. Keanekaragaman Hayati : Potensi Pariwisata : Kawasan Pesisir Tiku merupakan sentra perikanan laut dan da- rat merupakan salah satu outlet komoditi unggulan perikanan Kabupaten Agam. Produk wisata alam dan budaya bahari rekreasi pantai, pulau, diving snorkling, budaya, nelayan dan lain-lain memanfaatkan potensi perikanan, sumber daya alam bahari, dan budaya bahari; pendukung: wisata kuliner.. Aksesibilitas : Dari Jakarta, kita harus menuju Padang terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan transprtasi darat sekitar 100 km menuju Lubuk Basung ibukota Kabupaten Agam. Untuk mencapai Kawasan Konservasi harus menyeberang dengan kapal sekitar 30 menit dari Tanjung Muara. Tanjung Muara berjarak kurang lebih 20 km dari Kota Lubuk Basung. Potensi Perikanan: Untuk perikanan laut, terdapat di Kecamatan Tanjung Mutiara, dimana hasil tangkapan ikan laut dominan adalah jenis ikan tembang, ikan teri, tongkol, ikan layang, ikan kembung, ikan layur, cakalang, mayang dan udang. Sementara untuk kegiatan budidaya ikan, terdapat di danau maninjau dengan jumlah keramba jaring apung KJA sebanyak 8.930 petak dengan jumlah pengelola 330 orang. Usaha budidaya lainnya adalah pada kolam air deras, kolam air tenang, keramba irigasi dan sawah. Untuk penangkapan ikan di perairan umum, dilakukan di Danau Maninjau dan sungai-sungai yang tersebar di Kabupaten Agam seperti di Batang Masang Kiri, Masang Kanan, Batang Antokan dan Batang Tiku. Untuk produksi perikanan di Kabupaten Agam terbagi menjadi 3 jenis produksi yaitu jenis ikan laut, budidaya dan perairan umum. Dari ketiga jenis tersebut, untuk jenis budidaya merupakan jenis yang paling banyak terdapat di Kabupaten Agam dengan jumlah tangkapan 55.670,36 ton sedangkan untuk jenis perairan umum memiliki nilai tangkapan yang paling rendah yaitu hanya 755,98 ton. Sektor pengolahan dan pemasaran ikan yang ada di Kabupaten Agam, umumnya masih dalam tahap pengolahan dan pemasaran sederhana. Dari data yang ada, jumlah unit pengolahan ikan terdapat 278 unit, sementara jumlah produksi ikan olahan pada tahun 2009 mencapai 679,27 ton, dengan jumlah tenaga pemasar sebanyak 672 orang. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Agam STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 158 159 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Solok Dasar Hukum: Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Solok dicadangkan dengan SK Bupati Solok No. 520-572-2013. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 2 Ha. Letak geograis dan Administratif : Secara geograis letak Kabupaten Solok berada antara 00° 32’ 14’’ dan 01° 46’45” Lintang Selatan dan 100° 25’ 00” dan 101° 41’ 41” Bujur Timur. Topograi wilayahnya sangat bervariasi antara dataran, lembah dan berbukit-bukit, dengan ketinggian antara 329 meter – 1 458 meter di atas permuakaan laut. Pada akhir tahun 2003, Kabupaten Solok kembali dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Pemekaran ini di lakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2003 dan menjadikan luas wilayah Kabupaten Solok berkurang menjadi 4.594,23 Km². Pemekaran inipun berdampak terhadap pengurangan jumlah wilayah administrasi Kabupaten Solok menjadi 14 Kecamatan, 74 Nagari dan 403 Jorong Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Solok Keanekar Solokan Hayati : Potensi Pariwisata : Kabupaten Solok memiliki pesona alam yang tidak dimiliki daerah lain seperti pesona Danau Diatas dan Danau Dibawah, Danau Singkarak, Danau Talang serta Danau Tuo. Kemudian juga terdapat Gunung Talang yang masih aktif dan hamparan hijau kebun teh di kawasan Kecamatan Gunung Talang serta banyak lainnya. Keunggulan komparatif di bidang pariwisata ini harus mampu dikelola dengan sebaik-baiknya untuk mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan ke Kabupaten Solok. Aksesibilitas : Dari Jakarta, kita harus menuju Padang terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Semenjak pusat pemerintahan dialihkan ke Arosuka sebagai ibukota Kabupaten Solok, jarak tempuh ke Kota Padang selaku ibukota Provinsi menjadi semakin pendek yaitu 40 km. Sedangkan jarak ke Kota Medan 825 km dan ke Banda Aceh 1.433 km. Disisi lain terjadi sedikit penambahan jarak kalau bepergian dari ibu kota kabupaten ke ibu kota provinsi lain seperti Pekanbaru 231 km, Jambi 495 km, Palembang via Muara Enim 993 km, Bengkulu via Muaro Bungo 736 km dan Bandar Lampung 1 170 km Potensi Perikanan: Danau singkarak yang berada di Kabupaten Solok masih menyimpan banyak potensi untuk dikembangkan, salah satunya yaitu potensi ikan perairan danau.. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 160 161 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas tentang Kawasan Kawasan ini diinisiasi oleh Dinas Perikanan dan Kelautan setempat pada tahun 2011 dengan fokus pembentukan Taman Wisata Perairan TWP Pulau Bindalang, Pasumpahan dan Laut disekitarnya . Nama Kawasan : Taman Pulau Kecil Kota Padang Dasar Hukum : Pencadangan melalui Keputusan Walikota Padang Nomor 224 Tahun 2011 Tentang Pencadangan Kawasan Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil Sebagai Taman Pulau Kecil Kota Padang Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 1.815,10 Ha Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Padang Letak geograis dan Administratif : Hasil identiikasi dan penilaian potensi di kawasan ini tidaqk menunjukan adanya Biota Endemik tertentu. Meski demikian, ditemukan beberapa biota khas yang cukup unik. Biota ini terdapat di beberapa daerah dalam satu wilayah biogeograi yang sama dan Bisa digolongkan biota langka dan dilindungi misalnya ikan napoleon, akar bahar, kima, penyu. Kuda laut. Biota tersebut didapat di kawasan ini walaupun jumlahnya tidak banyak. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 162 163 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas tentang Kawasan Kota Pariaman adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Sumatera Barat, kota ini merupakan hamparan dataran rendah yang landai terletak di pantai barat Sumatera. KabupatenKota yang berada di wilayah pesisir dan memiliki ekosistem perairan laut dan perairan payau yang luas dan didalamnya terkandung potensi keanekaragaman hayati, baik secara ekologis maupun ekonomis. pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut, perlu dilakukan upaya pelestarian sumberdaya dan habitat yang terdapat di wilayah pesisir dan laut tersebut, yakni melalui melalui pembentukan konservasi perairan. Untuk penetapan kawasan konservasi harus berpedoman kepada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Penetapan kawasan konservasi perairan merupakan salah satu upaya konservasi ekosistem yang dapat dilakukan terhadap semua tipe ekosistem yaitu terhadap satu atau beberapa tipe ekosistem penting untuk dikonservasi berdasarkan kriteria ekologi, social budaya dan ekonomi. Keberhasilan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan tidak hanya dilihat dari kemampuan melindungi sumberdaya alam hayati yang ada di dalamnya. Lebih dari itu, Kawasan Konservasi Perairan itu harus mampu memberikan manfaat bagi masayrakat di sekitarnya. Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Pulau Kasiak, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso Dasar Hukum : Keputusan Walikota Pariaman No. 337KEPWAKO-2006 tentang Penetapan Pulau Kasiak sebagai Daerah Konservasi Penyu dan Kawasan Wisata Bahari Keputusan Walikota Pariaman No. 338KEPWAKO-2006 tentang Penetapan Pulau Ujung, Pulau Tangah dan Pulau Angso sebagai Daerah Konservasi Terumbu karang dan Kawasan Wisata Bahari. Keputusan Walikota Pariaman No. 3345232010 tentang Penetapan Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kota Pariaman yang merupakan perubahan atas Keputusan Walikota No. 337 dan 338KEPWAKO2006 Luas Kawasan 11.525,89 Ha Potensi Wisata 1. Pantai Kata, Pantai Cermin, Pantai Gandoriah 2. Pulau Angso 3. Makam Panjang 4. Pusat Penangkaran Penyu Status Pengelolaan Upaya pengelolaan yang telah dilakukan : l Kajian Potensi dan Arah Pengembangan Pulau Kasiak dan Pulau Angso Kota Pariaman l Rencana Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan Kota Pariaman l Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kota Pariaman. l Penyusunan Rencana Zonasi rinci Kawasan Minapolitan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Pariaman. Rencana Tindak Lanjut : l Penyusunan Manajemen Plan l Pembentukan UPTD yang menangani konservasi l Pengembangan Pusat Penangkaran Penyu dengan membangun Kolam bermain penyu dewasa, instalasi air laut, Pintu gerbang, Pembangunan Sea World Mini Aquaria. l Penyusunan Perda tentang Perlindungan Biota langka. l Penyusunan rencana Detail Tata Ruang RDTR Laut, Pesisir dan Pulau-pulau kecil. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Pariaman STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 164 165 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 166 167 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas tentang Kawasan : Kawasan ini dibentuk dalam rangka melestarikan populasi penyu dimana Kab. Pesisir Selatan merupakan salah satu tempat habitat penyu terbesar di sumatera barat. Selain itu sekaligus juga untuk melestarikan habitat terumbu karang dimana dari luas 1.287 Ha, 75 di antaranya sudah mengalami kerusakan akibat illegal ishing. Habitat hutan mangrove juga telah mengalami degradasi tutupan akibat pembukaan lahan Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Pesisir Pulau Penyu Dasar Hukum SK Bupati No 53 Tahun 2003 Tanggal 19 Mei 2003 Luas Kawasan : 174.894 Ha Letak Kawasan : Pulau Penyu Keanekaragaman Hayati : Penyu Status Pengelolaan : Sejumlah upaya telah dilakukan dalam rangka pengelolaan kawasan ini seperti pembangunan Pondok Informasi KKP Daratan, Pembangunan Fasilitas Penangkaran Penyu, Pembangunan Pos Jaga, Pembuatan Pemasangan Papan Informasi, Pengadaan Kompresor dsb. Pemerintah daerah Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan juga telah menjadikan pulau karabak ketek sebagai pusat penangkaran penyu dengan biaya operasional melalui dana APBD II, Melakukan sosialiasi informal dengan masyarakat dan pemangku kepentingan mengenai kawasan konservasi perairan daerah KKPD kab. Pesisir selatan dan manfaatnya dalam melestarikan SDA, Memasukkan KKPD kab. Pessel dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Menjalin komunikasi dan sosialisasi dgn pemilik pulau di wilayah KKPD ttg pentingnya menjaga kelestarian habitat dan penyu. Sejumlah langkah ke depan juga tengah diproyeksikan pemerintah daerah setempat dalam rangka pengembangan kawasan ini, yaitu : l Pada tahun 2013 ditargetkan dapat dilaksanakan pembuatan dokumen rencana pengelolaan KKPD melalui dana APBD 1 l Pengusulan Pembentukan UPTD KKPD kepada pemerintah daerah sehingga diharapkan pengelolaan KKPD bisa lebih optimal l Meningkatkan hubungan jejaring KKPD dengan Kabupaten lain melalui forum jejaring KKPD sumbar. l Pengusulan KKPD Kab. Pessel untuk di SK kan dengan SK menteri KP Aksesabilitas : Kabupaten Pesisir Selatan yang beribukota Kota Painan dapat ditempuh dengan kendaraan darat dari Kota Padang sekitar ± 1,5 jam. Kawasan Konservasi Pulau Penyu dan sekitarnya hanya dapat dicapai melalui jalur laut dengan menggunakan perahu bermesin tempel, dengan waktu tempuh ± 1,5 jam dari Kota Painan. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 168 169 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Rencana Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Kab. Pesisir Selatan KKPD

V. Sarana dan Prasarana

Pembebasan Pulau Kerabak Ketek 5 Ha sebagai Pusat Konservasi Penyu di Kab. Pesisir Selatan Tahun 2006 APBN l Pembuatan 2 unit pondok wisata l Pembuatan Pondok Informasi l Pembuatan Pondok Jaga l Pembuatan Selter l Pembuatan Dermaga Kayu l Pembuatan Papan Informasi l Pengadaan Kapal Operasional KKLD l Pengadaan Kendaraan Roda 2 l Pengadaan Peralatan Selam l Mouring Boy l Pembuatan Menara l Pembuatan WC Melalui Dana Pendamping Honor Staf Sekretariat Bahan bakar Kapal ke lokasi Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD Tahun 2007 APBN l Pengadaan Papan Informasi l Pengadaan Alat Selam l Pengadaan Genset l Pengadaan Bak Air l Pembuatan Jalur di lokasi KKLD Melalui Dana Pendamping l Pembuatan Rumah Genset l Pemeliharaan Tukik l Pengadaan Pakan Penyu l Honor Penjaga Pulau l Pengadaan Tempat Pengeraman Telur Penyu Tahun 2008 APBN l Pembangunan Pondok Informasi KKP Daratan l Pembangunan Fasilitas Penangkaran Penyu l Pembangunan Pos Jaga l Pembuatan Pemasangan Papan Informasi l Pengadaan Kompresor l Pengadaan Moubiler Tahun 2009 APBD l Pengadaan Organic Farming Pembuatan Sauh Tanam Kapal l Pengadaan Pompa Air l Belanja Gordyn Pintu l Pengadaan Konstruksi Jaringan Irigasi l Pengadaan Instalasi Listrik l Pengadaan Jaringan PDAM Tahun 2010 – 2012 APBD l Pemeliharaan Tukik l Pembelian Pakan Tukik l Biaya Operasional Pulau l Honor Petugas Penjaga Pengelola Pulau l Rehab. Bak penangkaran Penyu l Pembangunan bak penangkaran penyu dan Pondok Informasi di Pulau Semangki yang akan dijadikan objek wisata pelepasan tukik dan tempat penangkaran penyu

VI. Upaya Pengelolaan

l Menjadikan pulau karabak ketek sebagai pusat penangkaran penyu dengan biaya operasional melalui dana APBD II l Melakukan sosialiasi informal dengan masyarakat dan pemangku kepentingan mengenai kawasan konservasi perairan daerah KKPD kab. Pesisir selatan dan manfaatnya dalam melestarikan SDA. l Memasukkan KKPD kab. Pessel dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil l Menjalin komunikasi dan sosialisasi dgn pemilik pulau di wilayah KKPD ttg pentingnya menjaga kelestarian habitat dan penyu. l Sosialisasi Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD l Pengembangan potensi perairan umum sungai untuk konservasi dilakukan dengan metoda lubuk larangan telah di SK-kan sebanyak 22 lubuk larangan dan sungai Batang Pelangai telah di SK kan sebagai kawasan konservasi perairan air tawar dalam mendukung konservasi jenis ikan mungkus.

VII. Rencana Tindak Lanjut

l Pada tahun 2013 ditargetkan dapat dilaksanakan pembuatan dokumen rencana pengelolaan KKPD melalui dana APBD 1 l Pengusulan Pembentukan UPTD KKPD kepada pemerintah daerah sehingga diharapkan pengelolaan KKPD bisa lebih optimal l Meningkatkan hubungan jejaring KKPD dengan Kabupaten lain melalui forum jejaring KKPD sumbar. l Pengusulan KKPD Kab. Pessel untuk di SK kan dengan SK menteri KP

VIII. Potensi Pariwisata

l Pantai Batu Kalang dan Pantai Teluk Sikulo l Pantai Muara Bayang l Kawasan Wisata Pantai Carocok, Langkisau dan Pulau Cingkua l Pantai Sago STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 170 171 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 172 173 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Status Pengelolaan : Kawasan Konservasi ini telah dikelola secara mandiri melalui sebuah UPTD yang khusus dibentuk Bupati Kepulauan Mentawai untuk mengelola kawasan ini. Rencana pengelolaan saat ini tengah dilakukan penyesuaian dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30MEN2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan.Sementara penyusunan dokumen rencana pengelolaan sedang disusun, upaya-upaya pokok pengelolaan seperti sosialisasi, monitoring sumberdaya dan pelibatan masyarakat terus dilakukan. Kawasan ini juga telah diusulkan untuk ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanandan saat ini tengah dalam proses evaluasi mendalam oleh tim DItjen KP3K KKP. Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Kepulauan Mentawai Taman Wisata Perairan Selat Bunga Laut dan Sekitarnya. Dasar Hukum: Dasar hukum Pencadangan Taman Wisata Perairan Selat Bunga Laut dan Sekitarnya adalah SK Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai Nomor 188.45-142 Tahun 2012. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 172.191 Ha. Letak geograis dan Administratif : Kawasan Konservasi ini tersebar pada beberapa wilayah administrative antara lain Desa Katurai, Sipora, Siburu dan Seiberut. Keanekaragaman Hayati : Mangrove 15 jenis, Terumbu Karang 157 jenis 33 suku,jenis ikan Balong padang, napoleon. Aksesibilitas : Untuk menuju ke Kabupaten Kepulauan Mentawai, kita harus melalui Kota Padang. Selanjutnya perjalanan laut dari Padang, bisa menggunakan Kapal Laut Ambu Ambu milik PT ASDP Padang-Sumatera Barat yang secara rutin berlabuh ke Pelabuhan Tua Pejat pada hari Senin, Rabu dan Sabtu. Sementara itu, perjalanan menggunakan pesawat udara, dari Bandara Internasional Minangkabau-Padang setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Pesawat dari perusahaan penerbangan Sabang Merauke Air Charter rutin mengunjungi Bandara Rokot di Tua Pejat. Potensi Pariwisata : Sebagai daerah kepulauan, wisata bahari merupakan andalan pariwisata daerah ini. Panorama kehidupan bawah laut dapat dinikmati melalui wisata selam ataupun snorkeling. Selain itu, di Pulau Sipora terdapat 4 titik dengan gelombang bertaraf dunia : Telescope,Scarcrow, Lance’s Left dan Hollow Trees. Titik suring juga dapat dijumpai di Pulau Siberut antara lain E-Bay, Bankvaults, Nipussi, Kandui Left, Riles, Four Bobs dan Burgerworld. Semua titik selancar ini terdapat di sekitar Pulau Nyang Nyang dan Pulau Karangmajat dekat mulut Teluk Katurai. Begitu juga dengan Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan terdapat sejumlah titik dengan ombak yang tak kalah menantang : Macaroni’s, Rags Left, Thunders dan The Hole. Daftar tersebut merupakan tempat selancar yang dikenal luas di lingkar pengarung ombak STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 174 175 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Batam STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 176 177 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA l Tahun 2007 – 2011; pengembangan kegiatan mpa pokmas budidaya ikan, rumput laut, pengolahan kerupuk ikan, kerajinan tangan Di samping itu, aktivitas lain yang pernah dilakukan antara lain sbb : l Telah terbentuk dive centre dengan nama “Laksanas Scuba Dive” dan Eureka Dive Centre oleh stakeholder yang sudah mengajukan surat permohonan kerjasama dengan UPT - KKP Kota Batam Telah tersedia homestay di Pulau Abang sebagai pendukung kegiatan wisata l Selama COREMAP II Kota Batam telah tercatat penyelam dari dalam dan luar negeri, antara lain dari : Hongkong, New Zealand, Singapura, Filiphina, Norwegia, Batam, Jakarta l Event nasional FFI 2010 melakukan iled trip dan fun dive l Kunjungan mahasiswa S2 IPB l Kunjungan mahasiswa Singapore Ocean Science l Kunjungan Miss Indonesia 2005, Nadine Chandrawinata sebagai Icon Diver Indonesia. l Event Lomba“Mancing Hebat” piala Kapolda Cup Pertama 2012 Kota Batam l Event Lomba Mancing untuk perebutan Piala Walikota Cup I tahun 2012 Kota Batam Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kota Batam Taman Wisata Perairan Pulau Abang Dasar Hukum: l Keputusan Walikota Batam No. KPTS.114HKVI2007 tentang PenetapanLokasiMarine Management Area MMA Coremap Kota Batam. l RencanaTata Ruang Kota Batam 2011–2031 l Peraturan Daerah Kota Batam No. 07 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Terumbu Karang. l Perwako No. 26 Tahun 2012 tentang Perubahan Perwako No. 31 Tahun 2010 Tentang Perubahan Nomenklatur UPT- KKLD Kota Batam Menjadi UPT-KKPD Kota Batam Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 66.867 Ha. Letak geograis dan Administratif : Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Batam terletak pada kawasan antara 103 57’27” - 104 25’53” BT, 0 50’4,99” – 25’41,99 LU”, di Kecamatan Galang Keanekaragaman Hayati : Selain ekosistem terumbu karang, Ekosistem mangrove banyak tumbuh di Pulau Galang Baru, Pulau Abang Besar dan Pulau Abang Kecil. Jenis bakau yang dominan adalah Rhizophora, sementara jenis-jenis lain yang terdapat di kawasan MMA, yaitu api-api Avicenna marina, nyirih Xilocarpus granatum, bakau merah Rhizopora apiculata, bakau putih Rhizopora mucronata, lenggadai Brugueira parvifora, dudukan merah Lumnitzera littorea, dudukan merah Lumnitzera racemosa, tingi Ceriops tagal, pidada Sonneratia alba, gadelam Derris trifolta, waru Hibiscus tiliacus, dan buta-buta Exacaecaria agallocha. Potensi Pariwisata : Salah satu wisata unggulan di daerah Batam adalah wisata pantai. Obyek wisata di kawasan konservasi perairan terdiri dari spot-spot penyelaman yang dapat dieksplorasi untuk melihat keindahan terumbu karang dan ikan karang. Aksesibilitas : Akses menuju Kawasan Konservasi Perairan Kota Batam dapat ditempuh melalui jalur udara dan laut. Melalui jalur udara, Batam dapat dicapai melalui Bandara Internasional Hang Nadim yang melayani rute penerbangan langsung dari banyak kota di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Padang dan lain-lain. Batam juga memiliki empat pelabuhan ferry internasional yang menghubungkannya dengan Singapura dan Malaysia. Sementara untuk menuju kawasan konservasi, dapat ditempuh melalui jalur laut dari Batam ± 2 jam dengan menggunakan perahu atau ± 1 jam dengan speed boat. Status Pengelolaan Kawasan ini sudah diinisiasi pengelolaannyasejak tahun 2004. Saat ini pengelolaan diserahkan kepada UPTD setempat yang bertugas mengelola kawasan ini. Selain UPTD, Terdapat 3 LPSTK Pulau Abang, Galang Baru dan Karas dan Tujuh POKWASMAS di masing-masing project site Pulau Abang, Air Saga, P. Petong, P. Nguan, P. Sembur, P. Karas dan P. Mubut yang aktif terlibat dalam pengelolaan. Sementara itu, rencana pengelolaan dan zonasi saat ini tengah dievaluasi dan disesuaikan dengan Permen KP Nomor Per.30MEN2010. Adapun rincian kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka pengelolaan adalah : l Tahun 2004; sosialisasi dan penyiapan lokasi di kelurahan pulau abang p. Abang, air saga, p. Petong l Tahun 2005; perluasan lokasi kel. Galang baru; p. Nguan dan p. Sembur, kel. Karas; p. Karas dan p. Mubut serta penyiapan kelembagaan pengelola terumbu karang di tiga kelurahan pokmaswas, pokmas dan lpstk l Tahun 2006; demplot kegiatan mpa pokmas budidaya ikan, kerupuk ikan, ternak ayam STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 178 179 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bengkalis STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 180 181 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Penetapan Status Perlindungan Terbatas Jenis Ikan Terubuk Tenualosa macrura. Status Pengelolaan l Kegiatan rutin pemantauan aktiitas penangkapan ikan terubuk di kawasan suaka perikanan ikan terubuk Kabupaten Bengkalis l Lanjutan kegiatan rekayasa budidaya ikan terubuk kerjasama dengan FAPERIKA UR l Penyusunan rencana pengelolaan kawasan suaka perikanan terubuk kerjasama dengan FAPERIKA UR l Sosialisasi dan pembinaan Peraturan Bupati dan Keputusan Menteri KKP l Sinkronisasi program pengelolaan kawasan suaka perikanan terubuk dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau Fasilitasi Penyusunan Peraturan Gubernur Riau tentang Kawasan Suaka Perikanan Ikan Terubuk di Provinsri Riau yang meliputi 3 Kabupaten Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Terubuk Kabupaten Bengkalis Dasar Hukum : l Peraturan Bupati Bengkalis Nomor : 15 Tahun 2010 tentang Kawasan Suaka Perikanan Ikan Terubuk di Kabupaten Bengkalis l Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.59MEN2011 tentang Penetapan Status Perlindungan Terbatas Jenis Ikan Terubuk Tenualosa macrura Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 40.741,8 Ha. Letak geograis dan Administratif : Kawasan ini terletak di perairan selat Bengkalis, Selat Padang dan muara sungai siak. Adapun koordinat lokasi terletak pada 101° 54’ 51.3’’ - 102° 15’ 9.3’’ BT dan 01° 07’ 35.9’’ LU - 01° 36’ 10.7’’ LU Keanekaragaman Hayati : Keanekaragaman hayati utama yang menjadi ciri khas kawasan ini adalah keberadaan ikan terubuk yang telah dilindungi melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.59MEN2011 tentang STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 182 183 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Natuna Dasar Hukum: SK Bupati Natuna No. 299 Tahun 2007 yang dikeluarkan pada tanggal 5 September 2007, dan perubahan SK Bupati Natuna No. 378 Tahun 2008 Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 142.997 Ha. Letak geograis dan Administratif : Secara geograis, wilayah kawasan konservasi ini terletak antara 108 01’10” - 108 10’15” LU dan 3 47’00” - 4 06’00” BT memiliki luas kawasan sekitar 142.997 Ha. Sementara secara administratif, wilayah kawasan konservasi ini terdapat di wilayah Kecamatan Bunguran Utara, Timur dan Pulau Tiga Kabupaten Natuna. Keanekaragaman Hayati : Ekosistem mangrove berkembang relatif tipis ke arah dalam pulau menuju daratan hanya sampai 500 m mengikuti alur setempat, terutama pada selat dan pada daerah-daerah Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Natuna yang memiliki aliran sungai. Kepadatan anak pohon rata- rata mencapai 1.500 batangha dengan ketinggian 5 m, sementara kepadatan pohon mencapai 200 batangHa dengan ketinggian hingga 11 m. Adapun jenis mangrove yang dominan adalah jenis Rhizopora sp, dan terdapat 18 jenis vegetasi lainnya yaitu : Xylocarpus granatum, R. apiculata, R. mucronata, R. stilosa, Bruguira parvifora, B.gymnorrhiza, Lumnitzera littorea, L. racemosa, L. Littora,Ceriops tagal, Sonneratia alba, Derris trifolta, Hibiscus tiliacus, Exacaecaria agallacha, Flagellaria indica, Thespesia populnea, Nypa fruticans, Pandanus tectorius. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, kondisi terumbu karang secara umum di Pulau Bunguran berada pada kondisi buruk hingga sedang, dimana terumbu karang yang hidup hanya sekitar 24 berupa polip-polip karang, seperti jenis karang massive, Acropora. Potensi Pariwisata : Natuna memiliki obyek wisata yang menarik, terutama daerah pantainya dengan pesona pemandangan yang indah, seperti kawasan pesisir dari Sepempang Bunguran Timur hingga Desa Tanjung di Bunguran Timur Laut. Sementara wisata selam dapat dilakukan di wilayah Bu nguran Utara, Pulau Bunga, Tanjung Buton dan Pulau Panjang. Mengingat, di wilayah ini memiliki tutupan karang hidup mencapai 70. Aksesibilitas : Akses menuju Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Natuna yang beribukota Pulau Bunguran dapat ditempuh pesawat udara dari Batam Connecting light pesawat dari Jakarta. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 184 185 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Natuna STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 186 187 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Taman Pulau Kecil Kabupaten Natuna Dasar Hukum: SK Bupati Natuna No. 304 Tahun 2011 yang dikeluarkan pada tanggal 30 Desember 2011 tentang Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kabupaten Natuna. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 9.229,97 Ha. Letak geograis dan Administratif : Koordinat pencadangan Taman Pulau Kecil Kabupaten Natuna adalah sebagai berikut: a Pulau Karang Aji terletak dalam garis maya yang menghubungkan koordinat-koordinat yaitu: 1 2°28’73” LU108°58’35” BT 2 2°28’73” LU108°59’17”BT; 3 2°27’32” LU108°59’17”BT; 4 2°27’33” LU108°58’34”BT; b Pulau Bungin, Sedue, Cepate, Semuluk, Perantuan, Sempadi dan Genting terletak di dalam garis maya yang menghubungkan koordinat-koordinat yaitu: 1 2°40’00”LU109°8’16”BT 2 2°39’80”LU109°10’27”BT; 3 2°35’13”LU109°10’17”BT; 4 2°31’39”LU109°9’55”BT; 5 2°25’560”LU109°9’18”BT; 6 2°26’10”LU109°6’40”BT; 7 2°31’39”LU109°7’54”BT; 8 2°33’58”LU109°6’56”BT; 9 2°37’21”LU109°7’47”BT Sementara secara administratif, wilayah kawasan konservasi ini terdapat di wilayah Kecamatan Serasan yang terletak di Pulau Karang Aji, Pulau Bungin, Pulau Sedue, Cepale dan Semuluk. Wilayah Kecamatan Serasan Timur yang terletak di Pulau Perantuan, Pulau Sempadi dan Pulau Genting. Keanekaragaman Hayati : Pencadangan sebagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil beserta perairan sekitarnya di kecamatan Serasan dan Serasan Timur sebagai Taman Pulau Kecil Kabupaten Natuna dimaksudkan untuk melakukan perlindungan terhadap biota laut Penyu. Penyu Natuna yang biasa dikenal sebagai Penyu Belimbing. Penyu ini bisa tumbuh besar hingga berukuran panjang mencapai 2,75 meter dengan bobot 600-900 kilogram. Di Natuna, beberapa pulau banyak dihuni oleh berbagai jenis Penyu. Contohnya di pulau Subi Serasan, Bunguran, Letung dan Pulau Laut. Di lokasi pulau ini, penyu menghampiri pantai untuk bertelur, terjadi pada bulan Juni hingga November atau pada musim Selatan hingga musim Barat. Sedangkan di Bunguran, penyu juga terdapat di daerah Pulau Panjang, Pulau Bunga dan Pulau Meragu. Potensi Pariwisata : Natuna memiliki obyek wisata yang menarik, terutama daerah pantainya dengan pesona pemandangan yang indah, seperti kawasan pesisir dari Sepempang Bunguran Timur hingga Desa Tanjung di Bunguran Timur Laut. Sementara wisata selam dapat dilakukan di wilayah Bu nguran Utara, Pulau Bunga, Tanjung Buton dan Pulau Panjang. Mengingat, di wilayah ini memiliki tutupan karang hidup mencapai 70. Aksesibilitas : Akses menuju Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Natuna yang beribukota Pulau Bunguran dapat ditempuh pesawat udara dari Batam Connecting light pesawat dari Jakarta. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 188 189 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Lingga STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 190 191 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Pendahuluan Kabupaten Lingga merupakan kabupaten termuda di Provinsi kepulauan Riau setelah lepas dari Kabupaten Kepulauan Riau sejak 2003. Kaupaten Lingga memiliki sebaran terumbu karang yang hamper merata di setiap pulaunya denga perkiraan total hamparan mencapai sekitar 15.178 ha. Oleh karenanya 85 penduduk Pulau Senayang dan Lingga menggantungkan hidupnya pada terumbu karang baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perlu suatu pengelolaan ekosisitem dalam pemanfaatan yang berkelanjutan. Dasar Hukum Pulau Senayang dan Lingga ketika masih berada di kabupaten Kepulauan Riau maka ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi laut Daerah melalui SK Bupati Kepulauan Riau No 71III 2002 tentang penetapan wilayah pengelolaam Terumbu Karang. Luas : 419.134,75 Ha Letak Kawasan : Secara geograis KKP Senayang dan Lingga berada diantara 103 41’03,37” – 105 17’04,15” Lu dan 0 30’07,21” – 3 52’28,41” BT yang berlokasi di Desa Limbung, Desa Sekanah, Pulau Medang, Desa Temiang, Desa Batu Belonag, Desa mamut, Desa penaah Potensi Pariwisata Kabupaten Lingga memiliki memiliki banyak lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata , diantaranya adalah : l Pulau Kapal ::dengan pasir putih dengan penyu sisiknya l Selat Kongko dan Kongki dengan hutan mangrove dan buayanya l Terumbu Cawan : dengan karang dan burung cawarnya l Ulu Temiang : dengan sungainya yang berliku – liku dan berhutan bakau lebat di kiri dan kanan serta memberikan pengalaman yang menakjubkan bagi wisatawan, menikmati Mangrove Trak dengan kendaraan pompon dan akan sampai di perkampungan yang damai dengan buah khasnya durian. l Gunung Daik l Pulau Benan l Klenteng Tua l Untuk Wisata bahari : Senayang – Lingga memiliki lokasi penyelaman seperti Pulau Mamut, Pulau Perangoi, Pulau Enan, Pulau Katang dan beberapa pulau lainnya. l Wisata Sejarah : sebagai pusat kerajaan melayu , Pulau lingga memiliki situs sejarah terbanyak dan dapat dijadikan sebagai kawasan wisata sejarah. Status Pengelolaan l Sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk upaya pengelolaan kawasan melalui daerah binaan Coremap II. l Masyarakat juga ikut ambil bagian dalam pengelolaan terumbu karang dengan membentuk LPSTK Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang l Ke depan, pemerintah Daerah Kabupaten Lingga melalui SKPD terkait berkomitmen dalam rangka mewujudkan Kawasan Konservasi Daerah hal ini telah dituangkan dalam RUTR Kabupaten Lingga, yang nantinya akan dilanjutkannya menentukan zonasi-zonasi yang ada pada KKPD tersebut. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 192 193 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bintan STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 194 195 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Tahun 2009 : l Rencana zonasi dan rencana pengelolaan wilayah kab. Bintan l Pemasangan tanda batas dan rambu-rambu laut untuk kawasan MMA di kec. Tambelan l Pemasangan tanda batas dan rambu-rambu laut untuk kawasan pantai timur bintan Tahun 2010 l Peraturan Bupati Tentang Rencana Zonasi Dan Rencana Pengelolaan Kawasan Nomor : 25 Tanggal 22 Oktober 2010 Sudah Di Tandatangani Oleh Bupati Bintan. Peta Lokasi Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Bintan Dasar Hukum: Dasar hukum pengelolaan kawasan konservasi Kabupaten Bintan adalah sebagai berikut : 1. Peraturan Daerah PERDA Kabupten Bintan No. 12 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Terumbu Karang 2. Peraturan Bupati Bintan No. 13II2009 tentang Rencana Strategis RENSTRA Pengelolaan Terumbu Karang Kab. Bintan Tahun 2009-2014 tanggal 5 Februari 2009 3. Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan Melaui SK Bupati No. 261VIII2007 pada tanggal 24 Agustus 2007 Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 472.905 Ha. Letak geograis dan Administratif : Kawasan Konservasi ini meliputi beberapa wilayah administrative antara lain Kecamatan Bintan Pesisir, Gunung Kijang, Tambelan. Kecamatan Tambelan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan pada bagian Utara dan Selatan, sedangkan pada bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Bintan Timur, dan bagian Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat. Adapun rincian zonasi adalah sbb : ZONA INTI terdapat di perairan laut Kecamatan Gunung Kijang seluas 1.759 Ha, Pulau Mapur seluas 2.165 Ha Kecamatan Tambelan 8, 16 Ha ZONA PERIKANAN bERKELANJUTAN terdapat di perairan laut Kecamatan Gunung Kijang seluas 11.264 Ha ,Pulau Mapur seluas 31.647 Ha dan Kecamatan Tambelan 15, 58 Ha ZONA PEMANFAATAN terdapat di perairan laut Kecamatan Gunung Kijang seluas 7.152 Ha,Pulau Mapur seluas 3.470 Ha dan Kecamatan Tambelan 7, 63 Ha Keanekaragaman Hayati : Selain ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove masih sangat mudah kita temui khususnya di wilayah Kecamatan Tambelan. Spesies ekosistem mangrove yang dapat ditemukan diantaranya adalah Rhizopora mucronata, Bruguiera gymnorhiza, Soneratia alba, Rhizopora stylosa, Xylocarpus mluccensis, Rhizopora apiculata, Lumnitzera littorea, Heritiera litoralis, Ceriops tagal, dan Excoecaria agallocha.Pomacentrus moluccensis, Lutjanus decussates, Amblyglyphidodon curacao, Chaetodon octofaciatus, Paraglyphidodon nigrosis, Abudefduf sexfaciatus, Thalassoma lunare. Selain itu, megabenthos yang ditemukan yaitu Acanthaster planci, Diadema setosum, dan kima. Potensi Pariwisata : Salah satu wisata unggulan di daerah Bintan adalah wisata pantai. Pantai Lagoi, terletak di Kecamatan Bintan Utara memiliki pemandangan alam yang indah dan kondisi lingkungan yang bersih. Pengunjung dapat berenang, berendam dan menyelam keindahan dasar perairan pantai. Tempat wisata yang telah dikembangkan di Lagoi adalah Kawasan Wisata Terpadu Eksklusif Lagoi, Pantai Sebong Pereh, dan Desa wisata Sebong Pereh yang menawarkan wisata bahari. Pulau Bintan tidak hanya terkenal dengan Pantai Lagoi, akan tetapi tempat-tempat wisata lain mulai dari wisata alam, wisata ekologi, wisata budaya, serta wisata sejarah. Alternatif wisata yang ada seperti Pantai Tanjung Berakit, Pantai Trikora dan perkampungan Nelayan Kawal, pantai-pantai di Pulau Kecil di sekitar Pulau Bintan, dan Bintan Leisure Park, serta Air Terjun Gunung Bintan, Goa Gunung Bintan, dan Danau Bekas Galian Bouksit Alam Tirta di Kecamatan Teluk Bintan. Aksesibilitas : Untuk menuju Bintan dari Jakarta, kita bisa melakukan perjalanan dengan dua alternative. Pertama, melalui laut via Batam dan penerbangan langsung dengan rute Jakarta- Tanjung Pinang. Status Pengelolaan : Pengelola Kawasn ini adalah UPTD yang berdasarkan Peraturan Bupati Bintan Nomor 7 Tahun 2009 tentang “perubahan Ketiga Atas Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bintan”. Tanggal 26 Agustus 2010. Sementara itu upaya pengelolaan kawasan telah dilakukan sejak tahun 2007 dengan rincian sbb : Tahun 2007 : l Penyusunan zonasi di kab. Bintan Tahun 2008 : l Pengelolaan terumbu karang dan MMA untuk kawasan kec. Gunung kijang dan bintan pesisir l Penyusunan rancana pengelolaan di kecamatan tambelan STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 196 197 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan :

1. Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten bintan

2. Dasar Hukum :

- Pencadangan : l Keputusan Bupati Bintan Nomor : 261VIII2007, tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan. - Rencana Pengelolaan dan Zonasi : l Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Terumbu Karang. - Unit Organisasi Pengelola : l Peraturan Bupati Bintan Nomor 20 Tahun 2010, tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Bupati Bintan Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bintan. - Penetapan : - - Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah PERDA, PERBUP, dll.: l Perda Kabupaten Bintan Nomor 14 tahun 2007, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan; Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bintan l Perda Nomor 3 Tahun 2008, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah; l Perda Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Terumbu Karang; l Peraturan Bupati Bintan Nomor 13II2009, tentang Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang Kabupaten Bintan Tahun 2009-2014.

3. Luas Kawasan :

4. Letak, Lokasi, dan batas-batas Kawasan:

Luasan area kkld kab. Bintan dengan luas perairan laut 472.905 ha, mencakup dua wilayah perairan, yaitu: 1. Kawasan perairan laut pesisir timur Kecamatan Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan Pesisir seluas 116.000 ha; 2. Kawasan perairan laut di Kecamatan Tambelan seluas 356.905 ha.        No Nama Zona Bintan Pesisir Gunung Kijang Tambelan Total Satuan Ha Ha Ha Ha Ha 1 Inti 2.165 7.036 25.260 34.461 2 Berkelanjutan 31.647 11 1.558 33.216 3 Pemanfaatan 3.470 7.152 7.630 18.252 4 Lainnya 167.897 63.945 155.134 386.976 5 205.179 78.145 189.582 472.905 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 198 199 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA

5. Target Konservasi:

- Target Sumberdaya Bioekologis l Melindungi biota laut yang terancam punah; l Melindungi kawasan dari kegiatan yang dapat merusak laut. - Target Sosial, Budaya, dan Ekonomi l melatih masyarakat pesisir sebagai pengelola kawasan; l melibatkan berbagai pihak untuk mewujudkan kawasan konservasi; l membangun infrastuktur yang memadai; l memanfaatkan kawasan sebagai kunjungan wisata.

6. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati :

Kabupaten Bintan memiliki luasan hutan mangrove hutan bakau ± 14.720 Ha yang tersebar di beberapa pesisir pulau Bintan dan pulau-pulau kecil yang ada di sekitar pulau Bintan, dari hasil survey ditemukan sekitar 6.066 Ha hutan mangrove mengalami kerusakan akibat penimbunan reklamasi lahan mangrove untuk sarana pertokoan, perumahan tempat tinggal, dan adanya penebangan liar oleh beberapa oknum masyarakat. Kondisi baik masih ditemukan sekitar 8.154 Ha dimana lahan tersebut masih exis untuk beberapa pemanfaatan seperti untuk, lahan lindung, tempat kawasan wisata alam, dan tempat perlindungan bagi garis pantai dari hempasan gelombang. Ada sejumlah lahan lebih kurang 500 Ha saat ini dijadikan kawasan rehabilitasi dari Dinas Kehutanan, Pertanian dan Peternakan. Potensi sumberdaya lain yang terdapat di kawasan kabupaten Bintan adalah Seagrass atau yang dikenal dengan nama padang lamun atau dalam bahasa daerahnya disebut dengan setu. Pada ekosistem ini terdapat berbagai organisme yang berasosiasi baik sebagai pray maupun predator, slah satu hewan mamalia yang berperan sebagai predator dari padang lamun ini adalah Dugong atau dikenal dengan nama ikan duyung. Hewan mamalia ini telah beberapa kali ditemukan terdampar dan ada yang mati di dikawasan Konservasi Perairan Laut Bintan tepatnya di ekosistem seagrass. Kedua sumberdaya ini diketahui mendapat ancaman dari berbagai tekanan. Kerapatan mangrove yang berada di Bintan rata-rata 15 – 20 pohon untuk luasan 10 x 10 m², dimana ditemukan sebanyak 5 spesies yang hidup dikawasan tersebut dengan kepadatan yang bervariasi menurut jenis.Manfaat yang dapat diambil dari ekositem mangrove yang ada saat ini adalah dalam bentuk langsung seperti tempat mencari organisme yang berasosiasi seperti kepiting bakau yang dimanfaatkan sebagai pendapatan hasil tangkapan perikanan, konversi lahan menjadi lahan tambak udang untuk kawasan dengan luasan tidak terlalu besar, sedangakan jenis pemanfaatan lain yang telah memberikan kontribusi pada pendapatan masyarakat dengan tidak merusak lingkungan yaitu berupa jasa wisata ekosistem mangrove terutama di kawasan Desa Sebong Lagoi. Lamun juga berperan penting terhadap kesehatan ekosistem terumbu karang. Ekosistem padang lamun menyaring sedimen yang berasal dari daratan kearah laut. Sedimen bisa berupa pasir, lumpur atau bahkan sampah yang bisa menutupi karang dan menyebabkan karang stres. Sedimen di ekosistem padang lamun juga dimanfaatkan menjadi materi organik yang bisa berguna bagi ekosistem terumbu karang. Daun lamun yang terbawa ke ekosistem terumbu karang dapat terurai menjadi senyawa yang dibutuhkan oleh biota terumbu karang. Pada ekosistem lamun, juga menjadi tempat memijah beberapa biota terumbu karang, seperti ikan baronang dan beberapa jenis bintang laut. Lamun juga merupakan makanan bagi penyu. Padang lamun juga berperan sebagai perantara transfer materi dari ekosistem mangrove ke ekosistem terumbu karang. Biota dari padang lamun juga bisa menjadi makanan bagi biota terumbu karang, karena terkadang, biota dari padang lamun, baik secara sengaja atau tidak bisa ke ekosistem terumbu karang.

7. Potensi Sosial budaya dan Ekonomi: 8. Potensi Perikanan :

Salah satu wilayah pesisir di Indonesia adalah Kabupaten Bintan yang memiliki luas wilayah 59 852.01 km 2 , terdiri dari 57 906.00 km 2 atau 96.75 luas lautnya dan 1 946.01 km 2 atau 3.25 luas daratannya, terletak diantara 1⁰15’ LU dengan 0⁰48’ LS⁰ dan 104⁰ BT disebelah Barat dengan 108⁰ BT. Wilayah Pesisir Bintan memiliki sebaran ekosistem terumbu karang dengan luasan area mencapai 25 583.89 km 2 dimana telah ditemukan 181 spesies koral dengan kondisi 74 dalam kondisi buruk dan 26 dalam kondisi sedang Bappeda Bintan, 2008. Hasil studi best line ekologi oleh tim CRITC- COREMAP II-LIPI 2006 dan 2007 telah dilaporkan di wilayah Kecamatan Tambelan luas area terumbu karang fringing       Mangrove a. Luas lahan mangrove yang dimiliki : 14.720 ha kondisi rusak : 6.066 ha kondisi sedang : - ha kondisi baik : 8.154 ha b. Luas lahan mangrove yang di rehabilitasi : 500 ha c. Luas lahan mangrove yang berubah fungsi : - ha Konversi menjadi lahan tambak : - ha lahan penggaraman : - ha lahan lainnya : - ha d. Penanaman mangrove dalam 3 tahun terakhir : - ha e. 5 Jenis mangrove yang ada dominan : 1. Rhizopora apiculata 2. Rhizopora mucronata 3. Avicennia alba 4. Sonneratia alba 5. Rhizopora stylosa STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 200 201 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Harapan yang dinginkan adalah segala aktivitas masyarakat di sekitar kawasan konservasi berupa usaha kerajinan, mata pencaharian alternativ, kegiatan perikanan, penyewaan fasilitas home stay, pondok wisata, makanan tradisional, jasa pemandun wisata selam dan lainnya yang telah memanfaatkan segala potensi pesisir dan laut di kawasan memberikan dukungan pada pengembangan sektor parawisata yang akhirnya dapat memberikan kontribusi yang positif dalam peningkatan perekonomian masyarakat pesisir di KKP Bintan. Berdasarkan data keparawisataan di Bintan hingga tahun 2012 telah mencapai 20.000 orang pertahun berasal dari manca negara, fokus kunjungan wisata berada di kawasan pusat parawista di Lagoi dan pantai Trikora Kecamatan Gunung Kijang dan Pulau Nikoi serta Pulau Mangkil di Kecamatan Bintan Pesisir.

10. Aksesibilitas :

Aksesibilitas berupa jalan aspal sepanjang pantai Trikora

11. Upaya Pengelolaan Kawasan:

⁰ ⁰ ⁰ ⁰ ⁰ Padang Lamun Sea grass a. Luas padang lamun yang dimiliki : 2918,36 ha b. Luas kondisi padang lamun yang ada : kondisi rusak : - ha kondisi sedang : - ha kondisi baik : 2918,36 ha c. Luas padang lamun yang direhabilitasi - ha d. Penanaman padang lamun dalam 3 thn terakhir : - ha e. 5 Jenis padang lamun yang dominan : 1. Thalassodendrom ciliatum 2. Thalassia hemprichii 3. Halodule pinifolia 4. Tahalus acoroides 5. Syringodium isotifolium Proyeksi Kondisi Terumbu Karang di DPL Kabupaten Bintan Kondisi Baik, di DPL 2011 T3 2012 T4 2013 T5 Target 2015 Cover TK Cover TK Cover TK Cover TK DPL CENGOM 20,23 25,05 32,63 40,00 DPL BUSUNG BUJUR 47,57 45,00 50,03 55,00 DPL PENYUSUK 25,76 15,75 24,50 30.50 DPL KEPALA MAPUR 39,90 46,21 52,00 60.00 33,37 33,00 39,79 46.38 Kondisi Rusak, di DPL 2011 T3 2012 T4 2013 T5 Target 2015 DPL CENGOM 40,07 12,37 12,37 12,10 DPL BUSUNG BUJUR 34,92 18,13 18,13 18,00 DPL PENYUSUK 65,46 11,47 11,47 11,20 DPL KEPALA MAPUR 52,10 20,90 20,90 20,70 48,14 15,72 15,72 15,50

9. Potensi Pariwisata :

reef, patch reef dan soal adalah sebesar 31.2618 km 2 dengan tutupan karang hidup berkisar 10.00 - 90.00 dan rata-rata sebesar 47.39 dengan estimasi karang hidup seluas 14.8150 km 2 . Sedangkan untuk wilayah kecamatan Gunung Kijang yang meliputi pesisir Desa Malang Rapat, Teluk Bakau dan Kawal memiliki luasan terumbu karang sebesar 2.134.392 ha, dimana persentase tutupan karang hidup berkisar 5 – 61.90 dengan persen rata-rata 25.27 yang didominasi oleh karang jenis Acropora cytherea dengan bentuk pertumbuhan seperti meja tabulet CRITC, Coremap II-LIPI, 2007. Ekosistem terumbu karang di Bintan telah ditemukan beberapa organisme yang berasosiasi hidup di dasar permukaan perairan dengan ukuran lebih 1mm yang dapat terlihat oleh mata maupun melalui bantuan alat pemotretan bawah air yang disebut megabentos Castro and Huber, 2007 . Megabenthos tersebut seperti bulu babi Diadema setosum telah ditemukan kelimpahannya berkisar 286 - 4143 individuha, Kima Tridacna gigas ukuran besar panjang 20 cm kelimpahannya 143 individuha, dan berukuran kecil panjang 20 cm sebanyak 71 individuha. Pencil sea urchin dan lobster tidak ditemukan sama sekali. Kelimpahan Tripang Holothurian yang berukuran kecil diameter 20 sebesar 71 individuha. Untuk moluska gastropoda kelompok Drupella sp. ditemukan dalam jumlah kecil 71 – 429 individu ha, sedangkan lola Trochus niloticus berkisaran 71 – 429 individuha ditemukan di pesisir pantai Kecamatan Gunung Kijang. Sedangkan organisme pemakan polip karang seperti Acanthaster planci hanya ditemukan di wilayah Kecamatan Tambelan saja dengan kelimpahan 631 individuha di tiga stasiun Gambar 1, sedangkan di terumbu karang Kecamatan Gunung Kijang tidak ditemukan. CRITC, Coremap II-LIPI, 2007. Untuk memahami bagaimana keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas terumbu karang tersebut diatas seperti peran salah satu hewan pemakan polyp karang yaitu Acanthaster planci terhadap kerusakan terumbu karang juga sangat penting untuk mengetahui kondisi predator dari A. planci i ni seperti Triton raksasa , the Humphead maori wrasse, starry Puferish dan titan Triggerish atau ada faktor lain yang paling berpengaruh terhadap interaksi yang menjaga keseimbangan kerusakan terumbu karang di Bintan. Berdasarkan observasi parameter dari masing-masing kondisi yang dikaji kemudian dengan implikasi yang kuat bagaimana menyusun upaya dan strategi pengelolaan yang teraplikasi mengurangi kerusakan, penyelamatan, atau pemulihan kondisi ekosistem terumbu karang. Proyeksi Kondisi Terumbu Karang di DPL Kabupaten Bintan

9. Potensi Pariwisata :

Keanekaragaaman sumberdaya hayati pesisir dan laut di kawasan Konservasi Perairan Bintan telah memberikan manfaat secara ekonomi dan jasa lingkungan yang sangat besar bagi masyarakat dan pemerintah kabupaten Bintan. Ekosistem Terumbu karang coral reef, Padang Lamun Seagrass dan Mangrove merupakan sumberdaya yang tumbuh dan berkembang menghiasi kawasan pesisir dan laut KKP Bintan. Ketiga ekosistem tersebut banyak di temukan organisme yang berasosiasi yang berpotensi sebagai hewan yang jarang ditemukan di daerah lainnya seperti : Dugong, Penyu Sea turtle, Bintang berbulu seribu Acanthaster planci, sejumlah ikan hias karang dan organisme lainnya. Keindahan panorama bawah laut telah memberikan kontribusi dalam even kunjungan parawisata yang ada di perairan laut Bintan dimana semua reshort maupun hotel yang ada di Bintan telah menawarkan aktivitas menyelam, snorkling, marine sport, ishing sport, dan aktivitas wisata bahari lainnya, semua aktivitas tersebut telah memberikan kontribusi secara ekonomi berupa peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar dan adanya peningkatan penerimaan tenaga kerja. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 202 203 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Sarolangun STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 204 205 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Aksesabilitas : Jarak lokasi kota Sarolangun ke desa Mounti : 30 Km dengan waktu tempuh kurang dari 45 menit dengan Kendaraan roda 2 ataupun kendaraan roda 4 Lokasi KKP berada dipinggir desa Mounti, 1 Km dari DAM kutur kearah hulumudik yang dimulai dari muara kutur pertemuan antara sungai batang limun dengan sungai kutur hingga pertemuan dengan sungai Tapah dengan panjang sungai 2 Km, di dalam lokasi terdapat sebuah daerah yang bernama Tanjung Putus. Sekilas tentang Kawasan Kawasan ini merupakan salah satu kawasan konservasi yang sangat penting dan unik karena merupakan salah satu parameter penyokong kehidupan plasma nutfah sumberdaya perairan air tawar di DAS Batang Kutur Kecamatan Limun. Selain itu sebagai satu-satunya habitat beragam jenis arwana yang merupakan ikon daerah sekaligus sebagai spesies ikan yang dilindungi. Pembentukan Kawasan ini diharapkan bisa melindungi spesies ikan arwana di perairan umum Kabupaten Sarolangun dengan kualitas ekologi yang perlu diselamatkan terhadap aktiitas pertambangan emas tanpa izin dengan melibatkan Pokmaswas, Pemda, BKSDA, Polisi Pamong Praja, Camat, Kepolisian, dan TNI baik secara preventif maupun represif. Status Pengelolaan : Dicadangkan melalui SK Bupati dengan penyusunan dokumen rencana pengelolaan yang akan disusun menggunakan APBD Tahun 2013 Keanekaragaman Hayati : Terdapat sedikitnya 72 Spesies ikan perairan umum dan 60 Spesies merupakan ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis. Diantaranya Arwana Sclerophages formosus warna putih kehijauan hingga kemerah-merahan, Gurami Ospronemus goramy Lac, Baung Mystus nemurus, Barau Hampala macrolepidota, Julung Dermogenys pusilla, Lais Kryptoterus, sp, Tilan Mastacembelus erythrotaenia, Semah Tor douronesis, Belida Notopterus notopterus, Patin, Seluang dan Tapah. Kawasan ini juga merupakan habitat pemijahan dan pengasuhan spesies arwana jenis Putih kehijauan dan merah. Letak Geograis dan Administratif : KKP Arwana Kutur berada dalam wilayah administrative Kab. Sarolangun. Terletak di Daerah Aliran Sungai DAS Kutur yang ada dalam wilayah Desa Mounti Kecamatan Limun dengan titik koordinat 102035’34”BT – 2029’22” LU Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Arwana Kutur-Suaka Perikanan Dasar Hukum : Pencadangan berdasarkan SK Bupati Sarolangun nomor 81 Tahun 2011. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 7,5 Ha STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 206 207 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA

1. Nama Kawasan :

Kawasan Suaka Perikanan Arwana Kuntur Kab Sarolangun

2. Dasar Hukum :

- Pencadangan : · Keputusan Bupati Sorolangun No. Nomor 81 Tahun 2011, tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Sorolangun.

3. Luas Kawasan: 28 Ha 4. Target Konservasi:

Luas wilayah perairan yang dijadikan Kawasan Suaka Perikanan Arwana Kutur adalah sebagai berikut: a Daerah Tanjung Putus Sungai Kutur, Lubuk Bilik hingga Pulau Tlogu panjang ± 100 meter lebar rata-rata ± 22 meter seluas 22.000 m 2 sebagai Zona Inti. b Daerah Tanjung Putus hingga Muara Serambai; panjang ± 150 meter lebar rata-rata ± 20 meter seluas ± 3.000 m 2 sebagai Zona Penyangga Hulu. c Daerah Pulau Tlogu hingga Muara Sungai Kutur; panjang ± 100 meter lebar ± 30 meter seluas ± 3.000 m 2 sebagai Zona Penyangga Hilir.

5. Sekilas tentang Kawasan:

Kawasan ini merupakan salah satu kawasan konservasi yang sangat penting dan unik karena merupakan salah satu parameter penyokong kehidupan plasma nutfah sumberdaya perairan tawar di DAS Batang Kutur Kecamatan Limun. Selin itu sebagai satu-satunya habitat beragam jenis arwana yang merupakan ikon daerah sekaligus sebagai spesies ikan yang dilindungi. Pembentukan kawasan ini diharapkan bisa melindungi spesies ikan arwana di perairan umum Kabupaten dengan kualitas ekologi yang perlu diselamatkan terhadap aktiitas pertambangan emas tanpa izin dengan melibatkan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Sarolangun Pokwasmas, Pemda, BKSDA, Pol PP, Camat, Kepolisian dan TNI baik secara preventif maupun represif. .

6. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati :

Terdapat sedikitnya 72 spesies ikan perairan umum dan 60 spesies merupakan ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Diantaranya Arwana Scleropages formosus warna putih kehijauan hingga kemerah- merahan, gurami Ospronemus goramy Lac, Baung Mystusnemurus, Barau Hampala macrolepidota, Julung Dermogeny spusilla, Lais Kryptoterus, sp, Tilan Mastacembelu serythrotaenia, Semah Tor duoronesis, Belida Notopterus notopterus, Patin, Seluang dan Tapah. Kawasan ini juga merupakan habitat pemijahan dan pengasuhan spesies Arwana jenis putih kehijauan dan merah.

7. Letak Geograis dan Administratif:

KKP Arwana Kutur berada dalam wilayah administratif Kabupaten Sorolangun, terletak di Daerah Aliran Sungai DAS Kutur yang ada dalam wilayah desa Mounti Kecamatan Limun dengan titik koordinat 102°35’34” BT – 2°29’22” LU.

8. Aksesibilitas :

Jarak lokasi kota Sarolangun ke desa Mounti sekitar 30 km dengan waktu tempuh kurang dari 45 menit dengan kendaraan roda 2 dua ataupun kendaraan roda 4 empat. Lokasi KKP berada di pinggir desa Mounti, 1 satu km dari DAM Kutur ke arah hulumudik yang dimulai dari muara kutur pertemuan antara sungai batang limun dengan sungai kutur hingga pertemuan dengan sungai Tapah dengan panjang sungai 2 km. Di dalam lokasi terdapat sebuah daerah yang bernama Tanjung Putus. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 208 209 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bungo STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 210 211 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA

1. Nama Kawasan:

Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bungo

2. Dasar Hukum

Pencadangan: • SK Bupati Nomor 53 Tahun 2013 Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Semah dan Ikan Lampam Pada Lubuk Manik di Dusun Rantau Pandan Kec. Rantau Pandan Kab Bungo. • SK Bupati Nomor 54 Tahun 2013 Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Baung dan Ikan Patin Pada Lubuk Kasai di Dusun Koto Jayo Kec. Pelepat Ilir Kab Bungo. • SK Bupati Nomor 55 Tahun 2013 Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Baung dan Ikan Patin Pada Lubuk Keramat di Dusun Sepunggur Kec. Bathin II Babeko Kab Bungo. • SK Bupati Nomor 56 Tahun 2013 Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Semah dan Ikan Lampan Pada Lubuk Jantan di Dusun Rantel Kec. Pelepat Kab Bungo.

3. Gambaran Umum:

Kabupaten Bungo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kabupaten ini berasal dari hasil pemekaran Kabupaten Bungo Tebo pada tanggal 12 Oktober 1999. Luas wilayahnya 4.659 km² 9,80 dari luas Provinsi Jambi dengan populasi 303.135 jiwa Sensus Penduduk Tahun 2010. Kabupaten Bungo secara geograis terletak antara 101’ 27’ sampai 102’ 30’ Bujur Timur dan antara 01’ 55’ Lintang Selatan, yang merupakan dataran rendah yang berada pada ketinggian 0 – 25 meter diatas permukaan laut.

4. Target Konservasi:

A. Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Semah dan Ikan Lampam pada Lubuk Manlk di Dusun Rantau Pandan Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Bungo sebagal berlkut : - Lubuk Manlk sebagal daerah kawasan konservasi perziran Reservat ikan semah dan ikan lampam seluas 4.500 m2 empat ribu llma ratus meter persegl; - TItik koordlnat 01°38,3806 Lintang Selatan, 101°56,7852 Bujur TImur dengan ketlnggian darl permukaan laut 87 m delapan puluh tujuh meter; - Lubuk Teplan Raden sebelah hulu dan Lubuk Napa sebelah Hilir untuk lubuk tarangan sebagal zona penyangga masing-masing setuas 4.000 m2 empat ribu meter persegi. B. Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Baung dan Ikan Patin pada Lubuk Kasai dl Dusun Koto Jayo Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo sebagai berikut: - Lubuk Kasai sebagai daerah kawasan konservasi perairan Reservat Ikan baung dan ikan patIn seluas 2,400 m2 dua rlbu empat ratus meter persegi panjang 400 m empat ratus meter dan lebar 60 m enam puluh meter; - Titik koordinat 01°37.25705 Lintang Selatan, 102°11.0663 Bujur Timur dengan ketinggian dari permukaan laut 50,6 m lima puluh koma enam meter; . - Lubuk Batu Kangkung sebelah hulu dan Lubuk Sungai Rambioh sebelah Hilir untuk lubuk larangan sebagai zona penyangga masing-masing seluas 1.800 m2 seribu delapan ratus meter persegi C. Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Baung dan Ikan Patin pada Lubuk Keramat di Dusun Sepunggur Kecamatan Bathin II Babeko Kabupaten Sungo sebagai berikut : STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 212 213 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA - Lubuk Keramat sebagai daerah kawasan konservasl perairan Reservat ikan baung dan ikan patin seluas 1.800 m2 seribu delapan ratus meter persegi panjang 100 m seratus meter lebar 80 m delapa puluh meter dengan kedalaman 6-7 m enam sampai dengan tujuh meter; - Titik koordinat 01°33,2746 Untang Selatan, 102°13,4532 Bujur TImur dengan ketinggian dari permukaan laut 44,6 m empat puluh empat koma enam meter; - Lubuk Danau Batu sebelah hulu dan Lubuk Sungai Pauh sebelah Hilir untuk lubuk larangan sebagal zona penyangga masing•masing seluas 1.800 m2 seribu delapan ratus meter persegi. D. Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Semah dan Ikan Lampam pada Lubuk Jantan di Dusun Ranter Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo sebagai berikut ; - Lubuk Jantan sebagai daerah kawasan konservasi perairan Reservat ikan semah dan ikan lampam seluas 13.952 m2 tiga belas ribu sembilan ratus lima puluh dua meter persegi; - Titik koordlnat 01°45,5815 Lintang Selatan, 102°08,2270 Bujur Timur dengan ketinggian dari permukaan laut 81,9 m delapan puluh satu koma sembilan meter; - Lubuk Paku sebelah hulu dengan luas 5.600 m2 lima ribu enam ratus meter persegi dan Lubuk Sungsang sebelah Hilir dengan luas 4.350 m2 empat ribu tiga ratus lima puluh meter persegi untuk lubuk larangan sebagai zona penyangga.

5. Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi:

Mata pencaharian penduduk Kabupaten Bungo sebagian besar adalah bertani mencapai 59,55. Kemudian berturut-turut diikuti oleh sektor lainya sebanyak 13,03, sektor jasa sebanyak 12,36 sektor Perdagangan sebanyak 11,72 dan sektor industri pengolahan sebesar 3,34. Dari aspek pendidikan sampai dengan tahun 2011, untuk menunjang kegiatan belajar mengajar secara efektif, di Kabupaten Bungo memiliki sarana pendidikan Sekolah Dasar berjumlah 247, SLTP berjumlah 76 unit dan SLTA berjumlah 51 unit. sarana tersedia merata di setiap kecamatan, tetapi untuk tingkat SMU masih ada kecamatan yang belum mempunyai fasilitas pendidikan SMU yaitu Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kecamatan Bathin III Ulu dan Kecamatan Jujuhan Ilir.

6. Potensi Perikanan

1 Kawasan peruntukan perikanan meliputi: a. kawasan peruntukan perikanan tangkap; dan b. kawasan peruntukan perikanan budidaya. 2 Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi perikanan tangkap di perairan umum berupa sungai dengan jenis komoditas ikan semah meliputi : a. Kecamatan Rantau Pandan; b. Kecamatan Bathin III Ulu; c. Kecamatan Pelepat; dan d. Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang. 3 Kawasan peruntukan perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dengah luas kurang lebih 8.115 delapan ribu seratus lima belas hektar dengan jenis komoditas ikan gurami, ikan nila, ikan patin, dan ikan mas meliputi: a. Kecamatan Rantau Pandan; b. Kecamatan Bathin III Ulu; c. Kecamatan Bathin II Babeko; d. Kecamatan Tanah Tumbuh; dan e. Kecamatan Pelepat.

7. Potensi Pariwisata :

1 Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata meliputi : a. kawasan wisata alam; b. kawasan wisata budaya; dan c. kawasan wisata buatan. 2 Kawasan wisata alam meliputi : a. Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat di Kecamatan Bathin III Ulu, Kecamatan Pelepat, Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang dan Kecamatan Tanah Tumbuh; b. BendungDam Semagi di Kecamatan Bathin II Pelayang; c. Wisata Alam Pulau Cinto di Kecamatan Bathin III Ulu; d. Gua Alam di Desa Rantau Pandan Kecamatan Rantau Pandan; e. Hutan Adat Desa Batu Kerbau terdapat di Kecamatan Pelepat; f. Air Terjun Renah Sungai Ipuh terdapat di Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang; g. Taman Wisata Bumi Perkemahan Pramuka dan Taman Hutan Cadika terdapat di Kecamatan Rimbu Tengah; h. Taman Wisata Batu Gelagah Buto terdapat di Kecamatan Bathin III Ulu; i. Wisata Air Terjun Rantau Pandan terdapat di Kecamatan Rantau Pandan; j. Air Terjun Tegan Kiri terdapat di Kecamatan Rantau Pandan; k. Goa Gending terdapat di Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang; l. Air Terjun Rantau Tipu terdapat di Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang; m. Air Terjun Sungai Inum terdapat di Kecamatan Rantau Pandan; n. Air Terjun Pancuran Gading terdapat di Kecamatan Rantau Pandan; o. Air Terjun Punjung Empat terdapat di Kecamatan Pelepat; p. Goa Batu Luah Muaro terdapat di Kecamatan Pelepat; q. Air Terjun Telentam di Kecamatan Tanah Sepenggal; r. Air Terjun Lebuh Kampung Leban di Kecamatan Tanah Sepenggal; dan s. Air Terjun Dusun Buat Sei. Letung Kecamatan Bathin III Ulu. 3 Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi : a. Batu Patah Sembilan terdapat di Kecamatan Bathin III Ulu; b. Kampung adat terdapat di Desa Tanah Periuk dan Desa Lubuk Landai Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas; dan c. Hutan adat dengan luas kurang lebih 3.110 tiga ribu seratus sepuluh hektar di Kecamatan Pelepat dan Kecamatan Bathin III Ulu. d. Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Bungo..

8. Aksesibilitas :

Untuk jalur udara Kabupaten Bungo telah memiliki sebuah Bandar Udara yaitu Bandar Udara Muara Bungo yang diresmikan pada 9 Juni 2012. Bandar Udara ini berlokasi di Desa Sungai Buluh, Rimbo Tengah. Maskapai yang beroperasi adalah Susi Air dan Aviastar Mandiri. Aviastar Mandiri rute penerbangannya menuju jakarta, sedang untuk Susi Air rute penerbangannya adalah menuju jambi dan bengkulu. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 214 215 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Daerah Perlindungan Laut Desa Bakit Kecamatan Parit Tiga Kabupaten Bangka Barat. Dasar Hukum: Dasar hukum penetapan Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Barat adalah SK Bupati Bangka Barat No. 188.453522.05.012013. KKLD tersebut diprioritaskan sebagai Kawasan Perlindungan Penuh terhadap Siput Gonggong Strombus turturella. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 2.161,70 Ha. Letak Geograis dan Administratif : Letak geograis Kabupaten Bangka Barat di antara : 105o 00’ – 106o 00’ BT dan 01o 00’ – 02o 10’ LS, dengan batas wilayah: - Sebelah utara : Laut Natuna; - Sebelah timur : Kabupaten Bangka; - Sebelah selatan : Selat Bangka dan Kabupaten Bangka; dan - Sebelah barat : Selat Bangka. Kabupaten Bangka Barat terdiri atas 6 enam Kecamatan, yaitu: Muntok, Simpangteritip, Kelapa, Jebus, Parittiga, dan Tempilang. Luas wilayah daratan berdasarkan RPJP Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 2.979,71 km², atau 297.971 Ha; dan wilayah laut kewenangan sekitar 1.541,29 km² atau 154.129 Ha yaitu selebar 4 mil-laut dari garis batas terluar pantai. Sementara berdasarkan data dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 luas wilayah Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 2.820,61 km² atau 282.061 Ha. Keanekaragaman Hayati : Siput gonggong Strombus turturella merupakan salah satu gastropoda dalam famili Strombidae yang banyak ditemukan di perairan dangkal ataupun pasir berlumpur dan banyak dimanfaatkan untuk konsumsi dan dijual. Saat ini permintaan akan daging siput gonggong meningkat dan adanya aktivitas penambangan timah di sekitar wilayah tersebut berpotensi Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bangka Barat merusak habitat dan menurunkan populasi siput gonggong di alam. Siput gonggong merupakan salah satu spesies dari siput laut menengah, yang termasuk dalam ilum moluska dan berada dalam keluarga strombidae yang dianggap sebagai spesies ekonomis penting di Indo-Pasiik Barat. Pada tingkat individu dewasa memiliki cangkang berwarna coklat kekuningan atau emas dan abuabu. Selain itu juga siput gonggong memiliki karakteristik yaitu: cangkang menyerupai gasing dan tutup cangkang berbentuk sabit, mulut cangkang aperture tumbuh melebar ke arah luar, lekukan stromboid terletak di sisi kanan anterior cangkang, tepi cangkang bagian luar outer lip menebal, lapisan cangkangnya tebal, permukaan gelung besar rata tanpa tonjolan atau lekukan, panjang maksimum cangkang dapat mencapai 100 mm, tetapi umumnya berukuran 65 mm. Habitat siput gonggong umumnya adalah substrat lumpur berpasir yang banyak ditumbuhi tumbuhan bentik seperti lamun dan makro algae, mulai dari batas surut terendah hingga kedalaman ± 6 meter. Aksesibilitas • Dari Jakarta, kita harus menuju Pangkalpinang terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan transportasi darat menuju Muntok ibukota Kabupaten Bangka Barat dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam. Potensi Pariwisata Potensi Wisata di Kabupaten Bangka Tengah meliputi: • Pantai Tanjung Kalian, Tanjung Ular, Pantai Angel, Pantai Muntok Asin, Pantai Batu Rakit,Pantai Mentibak, Pantai Air Mas Rambat, Pantai Airnyatoh, PantaiMenggris, Pantai Sadardaya Tungau dan Pantai Karang Aji, BukitMenumbing dan Batu Balai yang terdapat di Kecamatan Muntok dan Simpang teritip. • Pantai Tanjung Ru, PulauNenas, Pantai Blembang, Pantai Bembang, Bukit Mempari, BukitPenyabung dan Pantai Siangau yang terdapat di Kecamatan Jebus dan Parittiga • Pantai Pasir Kuning,Pantai Kedacak, Air panas Dendang, perkebunan sawit, sarang burung walet yang terdapat di Kecamatan Tempilang dan Kelapa. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 216 217 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Selatan. Dasar Hukum: Dasar hukum penetapan Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Selatan adalah SK Bupati Bangka Selatan No.188.45119.4DKP2012. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 186 Ha. Letak Geograis dan Administratif : Wilayah Kabupaten Bangka Selatan terletak di Pulau Bangka dengan luas lebih kurang 3.607,08 Km2 atau 360.708 Ha. Secara geograis Kabupaten Bangka Selatan terletak pada 2° 26’ 27” sampai 3°5’ 56” Lintang Selatan dan 107° 14’ 31” sampai 105° 53’ 09” Bujur Timur. Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka Selatan berbatasan langsung dengan daratan wilayah kabupatenkota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kabupaten Bangka Tengah di sebelah Utara. Di sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Selat Bangka dan Laut Jawa, sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Gaspar. Pada umumnya sungai di daerah Kabupaten Bangka Selatan berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut. Sungai yang terdapat di daerah Kabupaten Bangka Selatan dapat dikelompokkan menjadi 3 tiga yaitu Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bangka Selatan sungai utama, sungai sekunder dan sungai tersier. Sungai utama antara lain Sungai Bantel, Sungai Kepuh dan lain-lain Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk pertanian dan perikanan karena para nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut. Pada dasarnya di Daerah Kabupaten Bangka Selatan tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong. Kondisi perekonomian Kabupaten Bangka Selatan relatif banyak didukung oleh potensi unggulan di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Komoditi unggulan Kabuapaten Bangka Selatan yaitu pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan jasa, sektor pertanian komoditinya adalah jagung, ubi jalar dan ubi kayu, sektor perkebunan komoditinya adalah kelapa sawit, kerat, kopi, kelapa dan lada, sektor perikanan komoditinya adalah perikanan tangkap, sektor peternakan komoditinya adalah sapi, babi, domba, kambing dan kerbau dan sektor jasa komoditinya adalah wisata alam dan wisata budaya. Keanekaragaman Hayati : Kelautan dan Perikanan juga merupakan sektor unggulan dalam pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Berkisar 7,35 dari total PDRB Kabupaten Bangka Selatan dikontribusikan dari sektor kelautan dan perikanan. Wilayah pengembangan potensi kelautan perikanan di Kabupaten Bangka Selatan terletak di Kecamatan Lepar Pongok, Kecamatan Tukak Sadai, Kecamatan Toboali dan Kecamatan Simpang Rimba. Sementara itu, komoditas yang menjadi unggulan di Bangka Selatan terdiri Perikanan Laut, Budidaya Keramba Jaring Apung KJA , Udang dan Rumput Laut. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 218 219 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Aksesibilitas • Dari Jakarta, kita harus menuju Pangkalpinang terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan transportasi darat menuju Toboali ibukota Kabupaten Bangka Selatan dengan waktu tempuh kurang dari 1 jam. Potensi Pariwisata Di kabupaten bangka selatan terdapat beberapa wisata spot menarik untuk di kunjungi diantaranya adalah: - Pantai Tanjung Kerasak terletak di Desa Pasir Putih Berjarak kurang lebih 30 Km dari Toboali, dapat di tempuh selama 1 jam perjalanan dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Pantai ini memiliki air yang jernih dan pasir yang putih, disekitar pantai merupakan hutan yang masih alami sering digunakan untuk kegiatan berkemah , rekreasi dan olahraga voly pantai . Suasana hutan yang masih alami di sekitaran pantai juga membuat keindahan alam semakin membuat kita betah untuk memanjakan diri disini. - Pantai Gunung Namak terletak di Kecamatan Taboali Kabupaten Bangka Selatan, berjarak sekitar 18 km dari kota Taboali dan dapat ditempuh selama 1 jam perjalanan dengan kendaraan roda dua dan empat. Dengan hamparan pantai yang landai dan air laut yang masih sangat biru membuat pantai gunung namak ini sangat cocok sekali untuk menjadi tujuan wisata keluarga. Dan terutama untuk wisatawan yang hobi memancing di laut. - Pantai Tanjung Timur terletak di kecamatan toboali kabupaten Bangka Selatan, lokasi pantai ini dapat di tempuh selama 45 menit perjalanan dari kota Toboali dengan menggunakan speed boat tradisional rakyat STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 220 221 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Belitung Dasar Hukum : - Pencadangan: SK Bupati Belitung Nomor : 188.45156.AKEPDKP2014 tanggal 28 Maret 2014 tentang Penetapan Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Belitung - Rencana Pengelolaan dan Zonasi: Belum ada - Unit Organisasi Pengelola: Belum ada - Penetapan: Belum - Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah PERDA, PERBUP, dll. Luas Kawasan : ± 662.984 enam ratus enam puluh dua ribu sembilan ratus delatan puluh empat hektar Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan: Pencadangan kawasan konservasi perairan Kabupaten Belitung, ditetapkan sebagai Taman Wisata Perairan Kabupaten Belitung dengan batas-batas koordinat sebagai berikut : Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Belitung a. Zona Inti Pulau Lengkuas, luas perairan 282,05 luas darat 35,03 luas total 315,53 Hektar dengan titik koordinat 107 40’ 70” BT - 02 31’ 75” LS , 107 36’ 60” BT - 02 31’ 75” LS, 107 36’ 60” BT - 02 35’ 50” LS, 107 37’ 62” BT - 02 35’ 50” LS, 107 39’ 78” BT - 02 33’ 25” LS dan 107 40’ 70” BT - 02 33’ 25” LS. b. Zona Inti Pulau Peling, luas perairan 284,62 luas darat 1,44 luas total 286,06 Hektar dengan titik koordinat 107 21’ 42” BT - 02 54’ 43” LS, 107 20’ 48” BT - 02 54’ 43” LS, 107 20’ 48” BT - 02 55’ 39” LS dan 107 21’ 42” BT - 02 55’ 39” LS. c. Zona Inti Pulau Pelma, luas perairan 169,53 luas darat 3,77 luas total 173,30 Hektar dengan titik koordinat 107 41’ 46” BT - 03 19’ 28” LS, 107 41’ 03” BT - 03 19’ 28” LS, 107 41’ 03” BT - 03 20’ 11” LS dan 107 41’ 46” BT - 03 20’ 11” LS. d. Zona Inti Pulau Selema, luas perairan 162,15 luas darat 2,25 luas total 164,4 Hektar dengan titik koordinat 107 06’ 80” BT - 02 58’ 80” LS, 107 06’ 20” BT - 02 58’ 80” LS, 107 06’ 200” BT - 02 59’ 60” LS, dan 107 06’ 80” BT - 02 59’ 60” LS. e. Zona Perikanan Berkelanjutan Kecamatan Sijuk, luas perairan 18.611,27 luas darat 737,52 luas total 19.348,79 Hektar dengan titik koordinat 107 53’ 17” BT - 02 34’ 01” LS, 107 53’ 16” BT - 02 30’ 52” LS, 107 36’ 18” BT - 02 30’ 54” LS, 107 36’ 19” BT - 02 41’ 18” LS dan 107 37’ 32” BT - 02 41’ 19” LS. f. Zona Perikanan Berkelanjutan Kecamatan Selat Nasik dan sekitarnya, luas perairan 390.680,64 luas darat 23.804,45 luas total 414.485,09 Hektar dengan titik koordinat 107 36’ 20” BT - 02 45’ 47” LS, 107 05’ 46” BT - 02 45’ 51” LS, 107 05’ 51” BT - 03 21’ 56” LS, 107 49’ 44” BT - 03 21’ 50” LS dan 107 49’ 42” BT - 03 10’ 02” LS. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 222 223 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA g. Zona Pemanfaatan, luas perairan 226.295,12, luas darat 1.916,20 luas total 228.211,32 Hektar dengan titik koordinat 107 54’ 21” BT - 02 34’ 28” LS, 107 54’ 20” BT - 02 29’ 48” LS, 107 04’ 41” BT - 02 29’ 53” LS, 107 04’ 46” BT - 03 22’ 60” LS, 107 52’ 12” BT - 03 22’ 53” LS dan 107 51’ 35” BT - 03 03’ 30” LS. Target Konservasi: - Target Sumberdaya Bioekologis - Target Sosial, Budaya dan Ekonomi Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati:

1. Kecamatan Sijuk A. Kondisi Pantai

Kondisi pantai yang ada di wilayah Kecamatan Sijuk

B. Pola dan Kecepatan Arus

Seperti halnya di wilayah perairan Kabupaten Belitung, berdasarkan penelitian LIPI Oktober, 2005, kecepatan arus di wilayah perairan Kecamatan Sijuk secara keseluruhan berkisar antara 17,80 – 42,10 cmdet dengan rata-rata 29,40 cmdet. Secara rata-rata kecepatan arus di lapisan permukaan lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 5 dan 10 meter. Kecepatan arus di perairan ins masih termasuk kecepatan arus yang sedang. Arah arus pada lapisan permukaan bergerak ke arah utara dan sebagian lagi ke arah barat laut dan barat daya namun pada kedalaman 5 dan 10 meter arus bergerak ke arah barat daya, sehingga arah arus pada penelitian ini dominan bergerak ke arah barat daya.

C. Pola Angin

Pola angin permukaan yang terjadi laut Cina Selatan khususnya di perairan Kecamatan Sijuk dipengaruhi oleh angin muson, yang mana menurut Nontji 1987 pada saat musim barat angin berhembus dari Asia menuju Australia yang mana pada saat itu terjadi musim dingin di belahan bumi bagian utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan, sehingga terjadi tekanan tinggi di atas daratan Asia dan tekanan rendah di atas daratan Australia. Hal inilah yang dikenal sebagai angin musim barat. Pada musim timur berlaku sebaliknya, dimana pusat tekanan tinggi terjadi terjadi di atas daratan Australia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Asia, sehingga mengakibatkan angin berhembus dari daratan Australia menuju daratan Asia, yang lebih dikenal dengan angin musim timur.

D. Pasang Surut

Secara umum fenomena naik turunnya paras muka air laut atau yang lebih dikenal dengan pasang surut terutama disebabkan oleh gravitasi matahari dan bulan terhadap massa air laut. Posisi matahari dan bulan terhadap bumi berubah setiap waktu, perubahan posisi tersebut membangkitkan gaya yang berbeda-beda, sehingga kedudukan muka laut serta kisaran pasang surut juga berbeda-beda. No Pulaupantai Karakteristik a. Terong Pantai berlumpur, baritonga, mangrove b. Tanjung Binga Pasir putih, pantai berbatu, mangrove c. Batu Itam Pantai berlumpur, baritonga, mangrove d. Keciput Pasir putih, pantai berbatu, baritonga, mangrove, semak e. Sijuk Pasir putih, pantai berbatu, baritonga, mangrove, semak f. Sungai Padang Pasir putih, pantai berlumpur, baritonga, mangrove Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung, 2005 . . . . . . . . . 0. e e 12 u Kali ,22 ,24 ,28 ,22 ,12 3,2 ,36 ,88 ,94 ,62 ,74 ,24 ,24 11 ,48 ,48 ,06 ,26 3,5 ,68 ,74 3,8 0,4 ,56 ,88 0,6 ,26 2 00 00 00 00 00 umumnya pantai berlumpur, pasir putih, pantai berbatu dengan tanaman pantai berupa semak, baringtonia dan beberapa jenis mangrove. Pantai yang ada di wilayah Kecamatan Sijuk antara lain Pantai Terong. Tanjung Binga, Batu Itam, Keciput, Sijuk dan Sungai Padang. Dari ke enam pantai tersebut, Pantai Keciput dan Sijuk merupakan pantai yang memiliki kelengkapan ekosistem yang lebih lengkap dibandingkan dengan pantai lainnya. Dasar perairan di sekitar perairan Kecamatan Sijuk umumnya merupakan daerah atol terumbu karang dan tempat bertemunya arus, sehingga banyak terdapat plankton yang merupakan makanan ikan dan biota lainnya Bapeda Kabupaten Belitung, 2005. Secara rinci kondisi karakteristik dari masing- masing pantai yang ada di wilayah Kecamatan Sijuk disajikan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Kodisi Pantai di Kecamatan Sijuk Pasang surut yang terjadi di Perairan Kecamatan Sijuk seperti halnya di perairan lainya di Kabupaten Belitung, bukan pasang surut yang secara langsung dibangkitkan oleh gravitasi matahari dan bulan, akan tetapi dominan dipengaruhi oleh pasang surut di perairan Laut Cina Selatan yang merambat ke selatan memasuki Laut Jawa Pariwono, 1985. Perambatan pasang surut dari Samudera Pasiik yang memasuki perairan Sijuk melalui perairan Laut Cina Selatan telah dipengaruhi oleh morfotogi pantai dan kedalaman laut bathymetri Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004.

E. Suhu Perairan

Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air November 2012 suhu perairan di beberapa stasiun pengukuran di Kecamatan Sijuk tercatat rata-rata 25 derajat Celcius. Pengambilan dan pengukuran sampel ini dilakukan sudah masuk musim penghujan. Pada saat musim kemarau diperkirakan suhu perairan akan lebih meningkat lagi. Menurut LIPI 2005 pada saat musim kemarau atau musim timur suhu maksimal dapat mencapai 29 derajat Celcius.

F. Kondisi Kimiawi Perairan

Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Kualitas perairan bisa dilihat dari nilai parameter kimiawi perairan. Gambaran kondisi kimiawi perairan di wilayah perairan Kecamatan Sijuk disajikan sebagai berikut: 1. Stasiun : Pulau Lengkuas Koordinat : S02 32.323’ E107 37.679’ elv: 32 ft Suhu : 25 C pH : 8,05 Salinitas : 30 Kecerahan : 3 meter DO : 8,3 Waktu Pengambilan jam 09.00 2. Stasiun : Pulau Burung Koordinat : S02 34.000’ E107 37.629’ elv: 21 ft Suhu : 25 C pH : 7,9 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 224 225 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Salinitas : 38 Kecerahan : 3 meter DO : 6,7 Waktu Pengambilan jam 10.00 3. Stasiun : Pulau Kera Koordinat : S02 35.013’ E107 37.411’ elv: 25 ft Suhu : 25 C pH : 7,98 Salinitas : 31 Kecerahan : 3 meter DO : 8,3 Waktu Pengambilan jam 10.30 4. Stasiun : PesisirDekat Pemukiman Koordinat : S02 35.398’ E107 37.085’ elv: 25 ft Suhu : 25 C pH : 7,96 Salinitas : 34 Kecerahan : 3 meter DO : 7,4 Waktu Pengambilan jam 10.45

G. Sebaran Mangrove

Sebaran mangrove di pulau-pulau kecil Kecamatan Sijuk terdapat di Sungai Terong, Sungai Sijuk dan Sungai Padang. Berikut gambarannya:

1. Sungai Terong

Keberadaan mangrove di lokasi ini terutama di daesah muara didominasi oleh Rhizophora apiculata dengan ketebalan 100 m, selain jenis tersebut banyak ditemukan juga Brugulera gymnonilza, Bragulera dan Xylocarpus granatum. Di muara ini jarang ditemukan mangrove yang berupa potion, akan tetapi di kiri kanan sungai yang ketebalannya 5 – 10 m banyak ditemukan mangrove dalam bentuk pohon terutama Xylocaipus granatum yang berdiameter 30 cm dan Bruguiera gymnorrhiza dengan diameter 25 cm yang ketinggiannya mencapai 20 m. Secara keseluruhan lokasi ini didapatkan 11 jenis mangrove.

H. Sebaran Padang Lamun

Sebaran lamun di pulau-pulau kecil Kecamatan Sijuk antara lain berada di pulau Aji, Babi, Batu berlayar, Batu garuda, Bekukur, Bulu, Burung, Jemang, Jukong, Kelayang, Kera, Lengkuas, Lutung, Malang huya, Malang mas, Pegadur, Tukong air labuh, Tukong kelayang, Tukong kelayang laut, Tukong makbulang, Tukong darat, dan Tukong Kera. Lamun yang ditemui di pulau- pulau kecil di Kecamatan Sijuk antara lain dari jenis Enhalus sp, Thalasia sp, Halaophilia sp. Selain itu juga ditemukan beberapa rumput laut dan jenis Caulapa sp. dan Sargasum sp.

2. Sungai Sijuk

Keadaan mangrove di kiri kanan sungai ini mempunyai ketebalan 25 sampai 50 m. Untuk pohon mempunyai kepadatan 200 – 400 batangha dengan ketinggian 8 – 10 m, sedangkan untuk belta kepadatannya antara 800 – 1.600 batangha dengan ketinggian antara 4 – 6 m. Selain jenis Rhizophora apiculata sebagai dominan juga jenis lain yang banyak ditemukan adalah Brugulera gymnorrhiza. Secara keseluruhan di lokasi ini ditemukan 8 jenis mangrove.

3. Sungai Padang

Keberadaan mangrove di sebelah kanan sungai yang mengarah ke muara lebih tebal dari pada sebelah kiri sungai yang mengarah ke muara. Ketebalan mangrove di sebelah kanan sungai berkisar antara 75 – 100 m. Jenis yang mendominasi baik potion maupun belta adalah Rhizophora apiculata. Kepadatan pohon berkisar antara 400 – 500 batangha dengan ketinggian antara 10 – 15 m bahkan ada yang mempunyai diameter 40 cm, sedangkan untuk belta mempunyai kepadatan 600 – 800 batangha dengan ketinggian 4 – 6 m. Kondisi mangrove di tempat ini rata-rata mempunyai kondisi dan potensi yang paling baik jika dibandingkan dengan tempat lain. Secara keseluruhan di lokasi ini didapatkan 10 jenis mangrove. Dari semua lokasi, umumnya mangrove banyak ditemukan pada daerah muara sungai sampai ke arah hulu sungai. Adapun jenis yang banyak ditemukan adalah jenis Rhizophora apiculata. Berikut disajikan tabel spesies mangrove secara keseluruhan yang ditemukan di lokasi penelitian. Suku Jenis Nama Daerah . Apocynaceae Cerbera odollum . Avicenniaceae Avicenia alba . Combretaceae Lumnitzera racemosa WILLLD Api-api duduk . Euphorbiaceae Excoecaria agallocha L. Buta-buta . Malvaceae Hibiscus tiliaceus Waru Thespesia populnea . Meliaceae Xylocarpus granatum KOEN Ngirili Xylocarpus moluccensis . Myrtaceae Aegiceros comiculatum Osbomea octodonta . Palvuae Nypa fructicans WURMB. Nipah . Pteridophyta Acrostichum aureum L. Wakas 0. Rhizophoraceae Brugiera cylindrica Brugiera gymnorrhiza Ceriops tagal Rhizophora apiculata BLUME Bakau putih Rhizohora mucronata LMK Bakau hitam Rhizophora stylosa GRIFF Bakau rangkah Sonneratiaceae Sonneratia alba J.E. SMITH Bogem Sumber : LIPI, 2005 dan Hasil Survey 2012 u Kali ,22 ,24 ,28 ,22 ,12 3,2 ,36 ,88 ,94 ,62 ,74 ,24 ,24 11 ,48 ,48 ,06 ,26 3,5 ,68 ,74 3,8 0,4 ,56 ,88 0,6 ,26 2 00 00 00 00 00

I. Sebaran Terumbu Karang

Sebaran karang di pulau-pulau kecil Kecamatan Sijuk antra lain berada di pulau : Agar, Aji, Babi, Batu berlayar, Batu garuda, Bekukur, Bulu, Burung, Jemang, Jukong, Kelayang, Kera, Kijang, Lengkuas, Lutung, Malang besar, Malang huya, Malang mas, Malang penyu, Pegadur, Sering, Siantu, Teluk buaya, Tukong air labuh, Tukong kelayang laut, Tukong makbulang, Tukong darat, Tukong Kera, dan Tukong laut. Berikut disajikan jenis dan sebaran terumbu karang di perairan Kabupaten Belitung secara keseluruhan. Tabel 1.2 Jenis, Marga, Suku Serta Nama Daerah Mangrove Yang Ditemukan di Lokasi Penelitian STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 226 227 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Tabel 1.3. Persentase Penutupan Terumbu Karang Hidup Di Kabupaten Belitung Sumber : LIPI, 2005 Tabel 1.4 Jenis, Famili, dan Kepadatan Ikan Karang Di Perairan Kabupaten Belitung Benthic Lokasi Pulau Sekutai Pulau Kali Mambang Pulau Batu Itam Pulau Keran Pulau Akeake Hard Corals Acropora 0,22 0,24 8,28 4,22 Hard Corals Non Acropora 40,12 63,2 39,36 66,88 41,94 Dead Soelaractinia 8,62 11,74 12,24 13,24 11 Algae 44,48 20,48 30,06 13,26 43,5 Other Fauna 5,68 3,74 3,8 0,4 3,56 Abiotic 0,88 0,6 6,26 2 Jumlah 100 100 100 100 100 Di Pantai Batu Itam ditemui adanya daerah rataan terumbu reef lat yang cukup luas yaitu sekitar 500 m, pantai ditumbuhi oleh mangrove dari jenis Rhizophora sp. Di daerah ini juga dijumpai beberapa patch reef. Lereng terumbu bagian etas reef lat landai dengan kemiringan sekitar 20°. Karang tidak tumbuh dengan baik, kehadiran alga dari jenis Sargassum sangat mendominasi di daerah ini. Semakin kebawah reef slope, kemiringan bertambah yaitu antara 65° – 75°. Pertumbuhan karang hidup terlihat – lebih bervariasi yang didominasi oleh bentuk pertumbuhan massive dari jenis Porites lobata, Oulophylla sp., bentuk pertumbuhan bercabang dari jenis Porites dan Echinopora horrida juga terlihat mengelompok. Bentuk pertumbuhan seperti daun juga terlihat dari jenis Turbinaria sp. Bentuk pertumbuhan seperti jamur juga terlihat mendominasi di dasar perairan. Yang menarik, karang-karang anakan dari jenis Fungia sp. juga terlihat mulai tumbuh. Di antara bongkahan-bongkahan karang matt dijumpai soft Coral dan spons Dari basil LIT Line Intercept Transect, diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 47,64 .

J. Potensi Sumberdaya Ikan

Berdasarkan penelitian LIPI 2005, terkumpul 66 jenis ikan karang dengan Ikan sampel sebanyak 1.917 ekor dari 18 famili, yang tertangkap di sekitar perairan Kabupaten Belitung Pulau Kalimambang, Pulau Sekutai, Pantai Batu Itam, Pulau Keran dan Pulau Ake-ake, dan terdiri dari : l Ikan major 42 jenis, 8 famili; l Ikan targetpangan 21 jenis, 9 famili; dan l Ikan indikator Chaetodontidae 3 jenis, 1 famili. Kepadatan ikan major sebanyak 6.100 ekorha, ikan target 1.300 ekorha, ikan indikator 300 ekorha dan total ikan karang sebanyak 7.700 ekorha, seperti yang terlihat pada Tabel 5.4. Ikan Napoleon Cherlinus undulates ditemukan di perairan Pulau Kalimambang, dan tidak menutup kemungkinan keberadaan ikan ini di lokasi perairan karang lainnya. Ikan napoleon merupakan ikan bernilai tinggi dan dilindungi, sehingga keberadaan ikan ini perlu dijaga. Jenis ikan ini merupakan ikan yang perlu mendapat perlindungan di Kawasan Konservasi Perairan di Kabupaten Belitung.

K. Potensi dan Sebaran Sumberdaya Non Ikan

Sumberdaya non ikan yang banyak ditemui di wilayah perairan Kecamatan Sijuk diantaranya penyu, moluska, teripang, dan makroalga. Berdasarkan penelitian LIPI 2005 penyu di Kabupaten Belitung ditemukan di Pulau lengkuas, Pulau Piling dan Pulau Pelma dengan jenis penyu sisik dan penyu hijau. Pulau Lengkuas terdapat di gugusan pulau di Kecamatan Sijuk. Berdasarkan penelitian LIPI 2005, makrobentik yang tercatat sekitar 28 jenis moluska, 5 jenis krustasea dan 10 jenis ekhinodermata. Jumlah jenis fauna makrobentik yang tercatat relatif sama dengan jumlah fauna makrobentik dan daerah perairan timur Pulau Bangka. Tetapi kepadatan individunya relatif lebih rendah dan perairan timur pulau Bangka, yaitu berkisar antara 3 – 4 ekorm 2 di Bangka Timur dan kurang dan 1 individu di perairan Kabupaten Beitting. Rendahnya tingkat kepadatan fauna makrobentik di perairan Kabupaten Beitting diduga akibat kasus tangkap lebih over ishing dan akibat kerusakan habitat yang disebabkan oleh tingginya tingkat sedimentasi yang ditandai dengan keruhnya perairan. Teripang yang ada di perairan Kabupaten Belitung, hanya diwakili oleh teripang berkualitas rendah sepertiHolothuna atra, H. Coluber dan Bohadschia matmorata. Kelangkaan jenis-jenis teripang ini diduga sebagai akibat kasus tangkap lebih over ishing. Dimana jenis-jenis teripang ini diburu terus-menerus. Hal yang sama juga terlihat pada krustasea kepiting marga Portunus dan Thallamita yang kehadirannya sangat langka. Fauna moluska relatif lehih beragam dan lebih kaya dari fauna ekhinodermata dan krustasea. beberapa jenis moluska yang dapat digunakan sebagai bahan pangan ditemukan di perairan ini, seperti marga Triciacna, Trochus, Strombus dan Lambis. Penelitian alga oleh LIPI tahun 2005 di perairan pantai Belitung yang berada di Pulau Sekutai, Pulau Kalimambang, Tanjung Batu Pulau Akeake dan Pulau Keran menunjukkan kepadatan dan kelimpahan alga yang berbeda. Hal ini disebabkan karena pengaruh lingkungan perairan yang tidak mendukung untuk kelangsungan pertumbuhan makro alga. a. Pulau Sekutal Diperoleh 34 jenis makro alga dengan panen berat basah tertinggi 700 gm 2 . Makro alga nilal ekonomis yang ada dari marga Sargassum, Turbinaria, Hormophysa, Eucheuma dan Gracilaria. Dominasi marga diduduki oleh Gracilaria dengan nilal dominasi 28,70. Pulau Sekutai termasuk yang mengalami sedimentasi, banyak pertumbuhan alga yang tertutup oleh partikel lumpur. Pulau ini terletak sebelah barat pelabuhan Tanjungpandan. b Pulau Kalimambang Diperoleh makro alga sebanyak 30 jenis dengan panen berat basah tertinggi 1170 gm 2 . Makro alga nilal ekonomis yang ada dari marga Sargassum, Turbinaria, Honnaphysa dan Gracilaria. Dominasi marga diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 67,40. Pulau Kalimambang merupakan pulau yang terietak sebelah utara Pulau Sekutal. Di pulau ini berada di daerah paparan terumbu mengalami sedimentasi dengan penutupan pertumbuhan makro alga dari partikel lumpur yang cukup tebal. No. Item Major Target Indikator Total 1 Famili 8 9 1 18 2 Jenis 42 21 3 66 3 Ekor2.500m° 1.517 327 73 1.917 4 Ekorha 6.100 1.300 300 7.700 1 2 3 4 s μgAI μgAI NO μgAI μgAI ,15 ,01 ,08 ,50 ,61 ,13 ,02 ,11 ,57 ,74 ,06 ,11 ,15 ,75 ,95 ,93 ,62 ,02 ,46 ,52 m ,37 ,32 ,24 ,88 ,12 ,12 ,04 ,14 ,60 ,76 ran ,22 4,22 ,12 66,88 ,62 13,24 ,48 13,26 ,68 0,4 ,88 2 00 100 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 g STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 228 229 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA c Batu Itam Pertumbuhan makro alga berada di gugus Batu Itam di Kecamatan Sijuk. Makro alga yang diperoleh sebanyak 30 jenis dengan panen berat basah tertinggl 2.230 gm 2 . Pertumbuhan makro alga bemilai ekonomis dari marga Sargassum, lormophysa dan Turbinaria. Dominasi marga diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 89,88. d Pulau Akeake Terletak di depan muara Sungai Padang paparan terumbu pada bagian garis pantai terbentuk dari batuan meteorit berwama ungu mengkilat, sedangkan pada bagian paparan terumbu selalu tegenang air dan arus deras. Makro alga yang diperoleh 30 Jenis dengan panen berat basah tertinggi 150 gm 2 dan marga bemilai ekonomis dari Sargassum dan Turbinaria. Dominasi marga diduduki Sargassum dengan nilai dominasi 29,27. e Pulau Keran Terletak sebelah utara Pulau Akeake, kondisi perairan jernih dan arus deras belum terjadi sedimentasi. Paparan terumbu sangat luas, pertumbuhan karang masih ada dari tubir sampai paparan turumbu. Hasil pengamatan B. Pola dan Kecepatan Arus Seperti halnya di wilayah perairan Kabupaten Belitung, berdasarkan penelitian LIPI Oktober, 2005, kecepatan arus di wilayah perairan Kecamatan Selat Nasik secara keseluruhan berkisar antara 17,80 – 42,10 cmdet dengan rata-rata 29,40 cmdet. Secara rata-rata kecepatan arus di lapisan permukaan lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 5 dan 10 meter. Kecepatan arus di perairan ins masih termasuk kecepatan arus yang sedang. Arah arus pada lapisan permukaan bergerak ke arah utara dan sebagian lagi ke arah barat laut dan barat daya namun pada kedalaman 5 dan 10 meter arus bergerak ke arah barat daya, sehingga arah arus pada penelitian ini dominan bergerak ke arah barat daya. C. Pola Angin Pola angin permukaan yang terjadi laut Cina Selatan khususnya di perairan Kecamatan Selat Nasik juga dipengaruhi oleh angin muson, yang mana menurut Nontji 1987 pada saat musim barat angin berhembus dari Asia menuju Australia yang mana pada saat itu terjadi musim dingin di belahan bumi bagian utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan, sehingga terjadi tekanan tinggi di atas daratan Asia dan tekanan rendah di atas daratan Australia. Hal inilah yang dikenal sebagai angin musim barat. Pada musim timur berlaku sebaliknya, dimana pusat tekanan tinggi terjadi terjadi di atas daratan Australia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Asia, sehingga mengakibatkan angin berhembus dari daratan Australia menuju daratan Asia, yang lebih dikenal dengan angin musim timur. D. Pasang Surut Secara umum fenomena naik turunnya paras muka air laut atau yang lebih dikenal dengan pasang surut terutama disebabkan oleh gravitasi matahari dan bulan terhadap massa air laut. Posisi matahari dan bulan terhadap bumi berubah setiap waktu, perubahan posisi tersebut membangkitkan gaya yang berbeda-beda, sehingga kedudukan muka laut serta kisaran pasang surut juga berbeda-beda. No Pantai Karakteristik 1 Selat Nasik Pasir berlumpur, mangrove 2 Suak Gual Pasir berlumpur, mangrove 3 Petaling Pasir berlumpur, mangrove 4 Pulau Gersik Pasir berlumpur, mangrove Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung, 2005 s μgAI μgAI μgAI μgAI ,15 ,01 ,08 ,50 ,61 ,13 1,56 ,13 ,02 ,11 ,57 ,74 ,19 1,88 ,06 ,11 ,15 ,75 ,95 ,29 2,77 ,93 ,62 ,02 ,46 ,52 ,09 1,06 m ,37 ,32 ,24 ,88 ,12 ,36 4,51 ,12 ,04 ,14 ,60 ,76 ,20 2,06 ,22 ,22 ,12 ,88 ,62 ,24 ,48 ,26 ,68 0,4 ,88 2 00 00 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 g menunjukan pulau ini masih ideal untuk lahan budidaya rumput laut. Pulau tidak berpenduduk dan daerah tepi pantai berpasir putih, termasuk diantara pulau dalam katagori baik untuk perlakuan budidaya. Pertumbuhan makro alga nilai ekonomis dari Marga Sargassum, Turbinaria, Hormophysa, Gradlaria, Eucheuma dan Halimeda. Makro alga yang diperoleh 34 jenis. Panen berat basah tertinggi yang diperoleh 1.268 gm2. Dominasi jenis diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 48,78.

2. Kecamatan Selat Nasik

A. Kondisi Pantai Kondisi pantai yang ada di wilayah Kecamatan Selat Nasik umumnya pantai berlumpur, dengan tanaman pantai berupa beberapa jenis mangrove. Pantai yang ada di wilayah Kecamatan Selat Nasik antara lain Pantai Selat Nasik, Suak Gual, Petaling dan Pulau Gresik. Ke empat pantai tersebut umumnya memiliki karakteristik pantai yang seragam. Secara rinci kondisi karakteristik dari masing-masing pantai yang ada di wilayah Kecamatan Selat Nasik disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Kodisi Pantai di Kecamatan Selat Nasik Pasang surut yang terjadi di Perairan Kecamatan Selat Nasik seperti halnya di perairan lainya di Kabupaten Belitung, bukan pasang surut yang secara langsung dibangkitkan oleh gravitasi matahari dan bulan, akan tetapi dominan dipengaruhi oleh pasang surut di perairan Laut Cina Selatan yang merambat ke selatan memasuki Laut Jawa Pariwono, 1985. Perambatan pasang surut dari Samudera Pasiik yang memasuki perairan Sijuk melalui perairan Laut Cina Selatan telah dipengaruhi oleh morfotogi pantai dan kedalaman laut bathymetri Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004. E. Suhu Perairan Pola sebaran suhu perairan di wilayah Kecamatan Selat Nasik Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004, dipengatuhi oleh dua musim yang berbeda, yaitu musim barat dan musim timur. Suhu rata-rata perairannya adalah 28 °C pada bukan Februari mewakili musim barat dan 29 °C pada bulan Juni mewakili musim timur. Berdasarkan penelitian LIPI 2005, suhu perairan di sekitar perairan Kabupaten Belitung pada bulan Oktober tahun 2005 berkisar antara 28,93 °C – 29,37 °C, dimana nilai suhu terendah terdapat pada kedalaman 10 meter dan nilai suhu tertinggi terdapat pada iapisan permukaan 0 meter. Dengan demikian dapat disimpuikan bahwa suhu perairan di Kabupaten Belitung berkisar antara 28 °C – 29 °C, dimana pada musim barat suhu turun mencapai minimum yang bertepatan pula dengan angin yang kuat dan curah hujan yang tinggi, sedangkan pada musim timur suhu meningkat mencapai maksimum. F. Kondisi Kimiawi Perairan Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Kualitas perairan bisa dilihat dari nilai parameter kimiawi perairan. Berdasarkan data penelitian parameter kimia yang dilakukan LIPI 2005, rata-rata kandungan dari amonia, nitrat, nitrit dan ortho fospat berturut-turut adalah sebagai berikut 2,06; 0,76; 0,20 dan 0,60 Tabel 2.3. Secara umum perairannya termasuk bersih tidak tercemar. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 230 231 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Tabel 2.3 Persentase Penutupan Terumbu Karang Hidup di Kecamatan Selat Nasik Sumber : LIPI diolah 2005 Tabel 2. 2 Rata-Rata Nilai Parameter Fisika - Kimia Perairan Kabupaten Belitung Berdasarkan pengamatan kondisi terumbu karang LIPI tahun 2005 di Pulau Sekutai Kecamatan Selat Nasik, terlihat pantai berbatu dengan reef lat sempit sekitar 50 m. Pada saat air surut karang muncul ke permukaan lereng terumbu, bagian atas mempunyai kemiringan sekitar 20°. Pertumbuhan karang dijumpai pada kedalaman 2 – 5 meter yang merupakan spot-spot kecil. Bergerak ke lereng terumbu bagian bawah, kemiringan semakin bertambah yaitu sekitar 45°. Kehadiran karang dimulai dan jenis Coral massive dari jenis Porites lobata, Pachyseris speciosa. Di antara karang mat tampak pertumbuhan soft Coral dari jenis Sinularia sp. Perairan cukup jemih dengan sekitar 15 m, kehadiran karang didominasi oleh bentuk pertumbuhan bercabang dari jenis Montipora sp. dan bentuk pertumbuhan folios dan merayap dari jenis Pachyseris sp. Dari hasih LIT Line Intercept Transect diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 40,34. Untuk Puiau Kran terlihat adanya pantai berpasir di bagian barat yang diseiingi dengan batuan vulkanis di pinggir pantai. Rataan terumbu bagian atas cukup luas yaitu sekitar 400 m. Selain itu di lokasi ini juga terdapat beberapa patch reef. Pada saat pengamatan, terlihat perairan keruh dan sedimen terperangkap di bagian karang yang bentuk pertumbuhannya seperti daun foliose. Kemiringan lereng terumbu di sekitar Pulau Keran karang lebih 35°, dimana ditemukan kehadiran karang yang cukup bervariasi. Bentuk pertumbuhan karang pun didominasi dengan bentuk pertumbuhan bercabang dari jenis Porites nigrescens, Porites cylindrical. Bentuk pertumbuhan foliose juga banyak dijumpai yaitu dati jenis Pectinia paeonia, Mycedium elephantotu, Karang hanya ditemukan sampai kedalaman 5 m, setelah itu hanya pasir dan pecanan twang mat yang mendominasi. Dari hasii LIT Line Intercept Transect, diperoleh tutupan persentase karang hidup yang cukup tinggi yaitu sebesar 71,10 , hal ini menunjukkan bahwa meskipun air keruh namun sirkulasi air cukup bagus sehingga karang dapat memperoleh nutrient dengan baik. Kedalaman m Parameter Suhu O C Salinitas O OO pH PO4 μgAI NO 3 μgAI NO 2 μgAI NH 3 μgAI 29,15 33,01 8,08 0,50 0,61 0,13 1,56 5 29,13 33,02 8,11 0,57 0,74 0,19 1,88 10 29,06 33,11 8,15 0,75 0,95 0,29 2,77 Minimum 28,93 32,62 8,02 0,46 0,52 0,09 1,06 Maksimum 29,37 33,32 8,24 0,88 1,12 0,36 4,51 Rata-rata 29,12 33,04 8,14 0,60 0,76 0,20 2,06 ,22 ,22 ,12 ,88 ,62 ,24 ,48 ,26 ,68 0,4 ,88 2 00 00 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 g G. Sebaran Mangrove Sebaran mangrove di pulau-pulau kecil Kecamatan Selat Nasik hanya terdapat di beberapa pulau. Sebaran mangrove di Kecamatan Selat Nasik antara lain berada di pulau : Aur, Bakau, Batudinding, Gina, Kalangbau, Kimar, Mendanau, Naduk, Sekutai, dan Sepindang. Di beberapa pulau di Kecamatan Selat Nasik sebaran mangrovenya hingga mencapai 500 meter dari pantai. Secara keseluruhan di lokasi ini didapatkan 10 jenis mangrove. Dari semua lokasi, umumnya mangrove banyak ditemukan pada daerah muara sungai sampai ke arah hulu sungai. Adapun jenis yang banyak ditemukan adalah jenis Rhizophora apiculata. H Sebaran Padang Lamun Sebaran lamun di pulau-pulau kecil Kecamatan Selat Nasik antara lain berada di pulau : Aji, Aur, Bangkai, Batudinding, Cina, Kera, Langir, Mendanau, Piling, Sebongkok, Sekutai, dan Selemar. Lamun yang ditemui di pulau- pulau kecil di Kecamatan Sijuk antara lain dari jenis Enhalus sp, Thalasia sp, Halaophilia sp. Selain itu juga ditemukan beberapa rumput laut dan jenis Caulapa sp. dan Sargasum sp.

I Sebaran Terumbu Karang

Sebaran karang di pulau-pulau kecil Kecamatan Selat Nasik antara lain berada di pulau : Aji, Aur, Bakau, Bangkai, Batudinding, Bayan, Buntar, Cina, Gersik, Kalangbau, kembung, Keran, Kimar, Klirim, Kuil, Langir, Mendanau, Naduk, Panjang, Piling, Sebongkok, Sekutai, Selemar, dan Sepindang. Berikut disajikan jenis dan sebaran terumbu karang di perairan Kecamatan Selat Nasik. μgAI μgAI μgAI μgAI Benthic Lokasi Pulau Sekutai Pulau Keran Hard Corals Acropora 0,22 4,22 Hard Corals Non Acropora 40,12 66,88 Dead Soelaractinia 8,62 13,24 Algae 44,48 13,26 Other Fauna 5,68 0,4 Abiotic 0,88 2 Jumlah 100 100 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 g J Potensi Sumberdaya Ikan Berdasarkan penelitian LIPI 2005, terkumpul 66 jenis ikan karang dengan ikan sampel sebanyak 1.917 ekor dari 18 famili, yang tertangkap di sekitar perairan Kabupaten Belitung Pulau Kalimambang, Pulau Sekutai, Pantai Batu Itam, Pulau Keran dan Pulau Ake-ake, dan terdiri dari : l Ikan major 42 jenis, 8 famili; l Ikan targetpangan 21 jenis, 9 famili; dan l Ikan indikator Chaetodontidae 3 jenis, 1 famili. Kepadatan ikan major sebanyak 6.100 ekorha, ikan target 1.300 ekorha, ikan indikator 300 ekorha dan total ikan karang sebanyak 7.700 ekorha, seperti yang terlihat pada Tabel 1.4. Ikan napoleon Cherlinus undulates ditemukan di perairan Pulau Kalimambang, dan tidak menutup kemungkinan keberadaan ikan ini di lokasi perairan karang lainnya. Ikan napoleon merupakan ikan bernilai tinggi dan dilindungi, sehingga keberadaan ikan ini perlu dijaga. Jenis ikan ini merupakan ikan yang perlu mendapat perlindungan di Kawasan Konservasi Perairan di Kabupaten Belitung. K. Potensi dan Sebaran Sumberdaya Non Ikan Sumberdaya non ikan yang banyak ditemui di wilayah perairan Kecamatan Selat Nasik diantaranya penyu, moluska, teripang, dan makroalga. Berdasarkan penelitian LIPI 2005 penyu di Kabupaten Belitung ditemukan di Pulau lengkuas, Pulau Piling dan Pulau Pelma dengan jenis penyu sisik dan penyu hijau. Pulau Piling terdapat di gugusan pulau di Kecamatan Selat Nasik. Berdasarkan penelitian LIPI 2005, makrobentik yang tercatat sekitar 28 jenis moluska, 5 jenis krustasea dan 10 jenis ekhinodermata. Jumlah jenis fauna makrobentik yang tercatat relatif sama dengan jumlah fauna makrobentik dan daerah perairan timur Pulau Bangka. Tetapi kepadatan individunya relatif lebih rendah dan perairan timur pulau Bangka, yaitu berkisar antara 3 – 4 ekorm 2 di Bangka Timur dan kurang dan 1 individu di perairan Kabupaten Beitting. Rendahnya tingkat kepadatan fauna makrobentik di perairan Kabupaten Beitting diduga akibat kasus tangkap lebih over ishing dan akibat STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 232 233 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA kerusakan habitat yang disebabkan oleh tingginya tingkat sedimentasi yang ditandai dengan keruhnya perairan. Teripang yang ada di perairan Kabupaten Belitung, hanya diwakili oleh teripang berkualitas rendah sepertiHolothuna atra, H. Coluber dan Bohadschia matmorata. Kelangkaan jenis-jenis teripang ini diduga sebagai akibat kasus tangkap lebih over ishing. Dimana jenis-jenis teripang ini diburu terus-menerus. Hal yang sama juga terlihat pada krustaseakepiting marga Portunus dan Thallamita yang kehadirannya sangat langka. Fauna moluska relatif lehih beragam dan lebih kaya dari fauna ekhinodermata dan krustasea. beberapa jenis moluska yang dapat digunakan sebagai bahan pangan ditemukan di perairan ini, seperti marga Triciacna, Trochus, Strombus dan Lambis. Penelitian alga oleh LIPI tahun 2005 di perairan pantai Pulau Sekutai dan Pulau Keran menunjukkan kepadatan dan kelimpahan alga yang berbeda. Hal ini disebabkan karena pengaruh lingkungan perairan yang tidak mendukung untuk kelangsungan pertumbuhan makro alga. a. Pulau Keran Terletak sebelah utara Pulau Akeake, kondisi perairan jernih dan arus deras belum terjadi sedimentasi. Paparan terumbu sangat luas, pertumbuhan karang masih ada dari tubir sampai paparan turumbu. Hasil pengamatan menunjukan pulau ini masih ideal untuk lahan budidaya rumput laut. Pulau tidak berpenduduk dan daerah tepi pantai berpasir putih, termasuk diantara pulau dalam katagori baik untuk perlakuan budidaya. Pertumbuhan makro alga nilai ekonomis dari Marga Sargassum, Turbinaria, Hormophysa, Gradlaria, Eucheuma dan Halimeda. Makro alga yang diperoleh 34 jenis. Panen berat basah tertinggi yang diperoleh 1.268 gm2. Dominasi jenis diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 48,78. b. PuLau Sebongkok Letak geograis Pulau Sebongkok pada koordinat 107 ° 29’ 42” BT dan 2 ° 51’ 27” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Sekutai, sebelah selatan dengan pulau Sekindang, sebelah timur dengan pulau tikus karang di pulau ini telah mengalami kerusakan cukup parah akibat adanya pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Bentuk tipe pantai Pulau Sekutal adalah landai berpasir dan sebagian ada yang berbatu. d Pulau Batu Dinding Letak geograls pulau Batu Dinding pada koordinat 107 ° 24’ 48” BT - 2 ° 48’ 46” IS. Pada bagian sebelah utara berbatasan dengan perairan Selat Karimata, sebelah selatan dengan Pulau Mendanau, sebelah timur dengan pulau tikus dan selat mendanau, dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Gaspar. Jarak dan pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 16.20 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2-3 jam perjatanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyat telepon seluler. Pulau Batudinding tidak diami oteh penduduk. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya padang lamun dan terumbu karang. Bentuk tape pantai Pulau Batudinding adalah landai pasir dan berbatu. e Pulau Mendanau Letak geograis Pulau Mendanau pada koordinat 107 ° 25’ 24” BT dan 2 ° 52’ 41” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Batudinding, sebelah selatan dengan Pulau Naduk, sebelah timur dengan Pulau Sebongkok, dan sebelah barat berbatasan dengan pulau Selat Gaspar. arak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 17.30 mil Laut dan ditempuh selama kurang lebih 2 - 3 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon seluler. Pulau Sebongkok didiami oleh 2.335 jiwa penduduk. Sarana dan prasarana di Pulau Mendanau cukup lengkap dibanding pulau lain di BeRung dimana terdapat 2 buah Sekolah Dasar, 1 buah SMP, 1 sekolah kejuruan, 4 buah masjid, sarana kesehatan dimana terdapat 1 buah puskesmas, 3 kantor desa, kantor potsek, dan wisma mendanau. Di pulau ini telah terdapat perikanan budidaya laut dalam bentukan keramba jaring apung ikan kerapu. Pulau ini dikenal sebagai dan selat mendanau, dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau Mendanau. Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 11.50 mil laut dan ditempuh selama kurang Lebih 2 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada datam jangkauan sinyal telepon seluler. Pulau Sebongkok didiami oleh 11 jiwa yang tinggal di perairannya sebagai penjaga dan pemilik keramba jaring apung. Di pulau ini telah terdapat perikanan budidaya laut daiam bentukan keramba jaring apung ikan kerapu. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Ekosistem mangrove di Pulau Sebongkok terdiri dan 3 jenis dan dominasi jenis Avecennia sp,. Sedangkan ekosistem yang mengalami kerusakan parah adalah terumbu karang yang disebabkan pemanfaatan yang kurang ramah lingkungan. Bentuk tipe pantai Pulau Sebongkok adalah landai dan berpasir. c Pulau Sekutai Letak geograis Pulau Sekutai pada koordinat 107 ° 29’ 09” BT dan 2 ° 49’ 42” LS. Pada bagaian sebelah utara berbatasan dengan pulau Kalimanbang, sebelah selatan dengan Pulau Sebongkok, sebelah timur dengan pulau tikus dan selat mendanau, dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau Mendanau. Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 10.20 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 1.5-2 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyat telepon seluler. Pulau Sekutai tidak berpenduduk, namun, dahulunya didiami oleh penduduk namun sekarang telah ditinggatkan oleh mereka. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Ekosistem mangrove terdiri dan 3 jenis yaitu Avecennia sp., Maia sp., dan Rhizophota sp.. Sama dengan yang terjadi di Pulau Sebongkok jenis yang dominant adalah Avecennia sp. Kondisi terumbu peghasil perkebunan yang cukup tinggi yaitu perkebunana buah durian. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Bentuk tipe pantai Pulau Mendanau adalah Landai pasir berlumpur, pantai landai dengan vegetasi mangrove dan berbatu. f Pulau Pilling Letak geograis Pulau Pilling pada koordinat 107 ° 21’ 369” BT dan 2 ° 55’ 274” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Mendanau, sebelah selatan dengan pulau Perairan Pulau Cina, Pulau Aji, Pulau Bangkai, sebelah timur dengan Pulau Mendanau, dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Gaspar. iarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 24.42 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2 - 3 jam perjatanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon seluler. Pulau Piling tidak didiami ofeh penduduk. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya padang lamun dan terumbu karang. Bentuk tipe pantai pulau Pelling adalah landai pasir berpasir dan pantai landai berbatu. Kondisi terumbu karang di pulau ini telah banyak mengalami kerusakan akibat adanya kegiatan pengambilan karang dan ikan karang yang menggunakan born atau potas. g Pulau Naduk Letak geograis Pulau Sebongkok pada koordinat 107 ° 26’ 716” BT dan 2 ° 55’ 81” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Mendanau, sebelah selatan dengan Pulau Ru’, sebelah timur dengan pulau Sikindang, dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau Mendanau. Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 18.50 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2.5 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon seluler. Pulau Sebongkok didiami oleh 7 jiwa yang tinggal di perairannya sebagai penjaga dan pemilik keramba jaring apung. Di pulau ini telah STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 234 235 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA terdapat perikanan budidaya laut dalam bentukan keramba jaring apung ikan kerapu. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove dan terumbu karang. Bentuk tipe pantai Pulau Sebongkok adalah landai dan berpasir. Kondisi terumbu karang di pulau ini cukup baik terutama di daerah sebelah timur pulau. Hal ini disebabkan pemilik 10A ikut berperan aktif dalam menjaga kelestariannya. Sedangkan mangrove hampir terdapat di sekeliling pulau ini. h Pulau Ajimusa Letak geograis Pulau Ajimusa pada koordinat 107 ° 23’ 303” BT dan 3 ° 02’ 355” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Naduk, sebelah Selat Gaspar, sebelah timur dengan pulau Belitung, dan sebelah barat berbatasan dengan pulau Lima. Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 26.5 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2 - 3 jam perjalanan dengan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon seluler. Pulau Ajimusa tidak didiami oleh penduduk. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini terumbu karang. Bentuk tipe pantai Pulau Ajimusa adalah landal pasir berpasir dan pantai landal berbatu. i Pulau Bau Karang Karang Bahu Letak geograis Pulau Mendanau pada koordinat 107 ° 104’ 923” BT dan 3 ° 01’ 923” LS disebelah utara berbatasan dengan Selat Gispar, sebelah selatan dengan Pulau Simedang, sebelah timur dengan Selat Umende, pulau Kelemar, pulau Gresik, dan sebelah barat berbatasan dengan pulau Bakau, Selat Gaspar. 3arak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 37,5 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 4-5 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon setuler. Pulau Bau Karang didiami oleh 32 Kepata keluarga. Sarana dan prasarana di pulau Bau Karang diantaranya terdapat sebuah Sekolah Dasar, dan sebuah masjid. Di pulau ini rata-rata penduduk adalah bekerja sebagai nelayan tangkap dengan alat sinyal telepon seluler. Pulau Sikindang didiami 3 jiwa yang merupakan penjaga dan pemilik KJA di sekitar perairannya. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini adalah terumbu karang. Bentuk tipe pantai pulau Sikindang adalah landai pasir berkarang. Berdasarkan hasil studi LIPI 2005 diketahui bahwa ekosistem mangrove di pulau-pulau di Kecamatan Selat Nasik terdiri dari jenis Avecennia sp., Sonneratia sp. dan Rhizophora sp.

3. Kecamatan Membalong

A. Kondisi Pantai Kondisi pantai yang ada di wilayah Kecamatan Membalong umumnya pantai berlumpur, pasir, berbatu dengan tanaman pantai berupasemak, baringtonia dan beberapa jenis mangrove. Pantai yang ada di wilayah Kecamatan Membalong antara lain Pantai Seliu, Mentigi, Tanjungrasa, Membalong, Kembiri, Perpat, Lassar, Simpang rusa, dan Pulau Sumedang. Pulau Seliu memiliki kelengkapan ekosistem lebih banyak dibanding pulau- pulau lainnya. Sementara Pulau Membalong dan Kembiri memiliki ekosistem yang sedikit yaitu berupa pantai pasir. Secara rinci kondisi karakteristik dari masing-masing pantai yang ada di wilayah Kecamatan Membalong disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Kodisi Pantai di Kecamatan Membalong B Pola dan Kecepatan Arus Seperti halnya di wilayah perairan Kabupaten Belitung, berdasarkan penelitian LIPI Oktober, 2005, kecepatan payang, gillnet dan pandng. Hasil tangkapan mereka diantaranya adalah tongkol, tenggiri, sarden dan lain-lain. Areal pemasaran rnereka adalah ke pulau Bangka. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Bentuk tipe pantai Pulau Bau Karang Pulau Karang Bahu adalah landai pasir berkarang dan pantai Landai dengan vegetasi mangrove. j Pulau Gresik Letak geograis pulau Gresik pada koordinat 107 ° 16’ 370” BT dan 3 ° 00’ 156” LS disebelah utara berbatasan dengan pulau Pelting dan selat Baur, sebelah selatan dengan Putau Simedang dan selat Umende, sebelah timur dengan pulau Lima, dan sebelah barat berbatasan dengan pulau Aur dan pulau Kelemar. Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 31.40 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 4-5 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon setuler. Pulau Gresik didiami kurang lebih 800 kepaia keluarga. Sarana dan prasarana di pulau Gresik cukup lengkap di mana terdapat 2 buah Sekotah Dasar, 1 buah SMP, masjid, saran kesehatan dimana terdapat puskesmas, dan kantor desa. Di pulau ini penduduk rata-rata bermata pencaharian sebagai nelayan dengan alat tangkap paying, gilinet dan pancing. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya padang lamun dan terumbu karang. Bentuk tipe pantai pulau Gresik adalahlandai pasir berbatu. k Pulau Sikindang Letak geograis puiau Sikindang pada koordinat 107 ° 28’ 82” BT dan 2 o 56’ 61” LS di sebelah utara berbatasan dengan Selat Mendanau, sebelah selatan dengan Selat Mendanau, sebelah timur dengan Selat Mendanau, Pulau Ringgit dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau Naduk. Jarak dari Tanjung Pandan sejauh 17.20 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2-3 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan arus di wilayah perairan Kecamatan Membalong secara keseluruhan berkisar antara 17,80 – 42,10 cmdet dengan rata-rata 29,40 cmdet. Secara rata-rata kecepatan arus di lapisan permukaan lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 5 dan 10 meter. Kecepatan arus di perairan ins masih termasuk kecepatan arus yang sedang. Arah arus pada lapisan permukaan bergerak ke arah utara dan sebagian lagi ke arah barat laut dan barat daya namun pada kedalaman 5 dan 10 meter arus bergerak ke arah barat daya, sehingga arah arus pada penelitian ini dominan bergerak ke arah barat daya. C Pola Angin Pola angin permukaan yang terjadi laut Cina Selatan khususnya di perairan Kecamatan Selat Nasik juga dipengaruhi oleh angin muson, yang mana menurut Nontji 1987 pada saat musim barat angin berhembus dari Asia menuju Australia yang mana pada saat itu terjadi musim dingin di belahan bumi bagian utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan, sehingga terjadi tekanan tinggi di atas daratan Asia dan tekanan rendah di atas daratan Australia. Hal inilah yang dikenal sebagai angin musim barat. Pada musim timur berlaku sebaliknya, dimana pusat tekanan tinggi terjadi terjadi di atas daratan Australia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Asia, sehingga mengakibatkan angin berhembus dari daratan Australia menuju daratan Asia, yang lebih dikenal dengan angin musim timur. D Pasang Surut Secara umum fenomena naik turunnya paras muka air laut atau yang lebih dikenal dengan pasang surut terutama disebabkan oleh gravitasi matahari dan bulan terhadap massa air laut. Posisi matahari dan bulan terhadap bumi berubah setiap waktu, perubahan posisi tersebut membangkitkan gaya yang berbeda-beda, sehingga kedudukan muka laut serta kisaran pasang surut juga berbeda-beda. Pasang surut yang terjadi di Perairan Kecamatan Membalong seperti halnya di perairan lainya di Kabupaten Belitung, bukan pasang surut yang secara langsung μgAI μgAI μgAI μgAI No Pantai Karakteristik 1 Pulau Seliu Pasir, pantai berbatu, mangrove, baritonga 2 Mentigi Pasir, pantai berbatu, mangrove 3 Tanjung Rasa Pasir, pantai berbatu, mangrove 4 Membalong Pasir 5 Kembiri Pasir 6 Perpat Pantai berlumpur, mangrove 7 Lassar Pasir, pantai berbatu, semak 8 Simpang Rusa Pasir, pantai berlumpur, mangrove 9 Pulau Sumedang Pasir, pantai berbatu Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung diolah, 2005 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 236 237 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Tabel 5.9 Kualitas air di Gugusan Pulau di Kecamatan Membalong

G Sebaran Mangrove

No. Parameter Satuan Rataan Pulau Seliu FISIKA : 1. Suhu O C 30 2. Salinitas O OO 33 3. Kekeruhan NTU 15 4. Kecerahan m 6,9 KIMIA : 1. pH - 7,7 2. Oksigen Terlarut DO mgl 6,7 3. Nitrat NO 3 -N mgl 0,079 4. Fosfat mgl 0,0014 Pulau Basar Tengah FISIKA : 1. Suhu O C 29,9 2. Salinitas O OO 33 3. Kekeruhan NTU 12 4. Kecerahan m 7,1 KIMIA : 1. pH - 7,5 2. Oksigen Terlarut DO mgl 6,3 3. Nitrat NO 3 -N mgl 0,076 4. Fosfat mgl 0,0014 Pulau Basar Gunung FISIKA : 1. Suhu O C 30 2. Salinitas O OO 33,5 3. Kekeruhan NTU 14 4. Kecerahan m 6,9 KIMIA : 1. pH - 7,8 2. Oksigen Terlarut DO mgl 6,5 3. Nitrat NO 3 -N mgl 0,197 4. Fosfat mgl 0,0706 Pulau Batu Malang FISIKA : 1. Suhu O C 31 2. Salinitas O OO 33,5 3. Kekeruhan NTU 18 4. Kecerahan m 5,4 KIMIA : 1. pH - 7,9 2. Oksigen Terlarut DO mgl 6,6 3. Nitrat NO 3 -N mgl 0,069 4. Fosfat mgl 0,0016 Pulau Seribu FISIKA : 1. Suhu O C 30 2. Salinitas O OO 33 3. Kekeruhan NTU 15 4. Kecerahan m 6,6 KIMIA : 1. pH - 7,5 2. Oksigen Terlarut DO mgl 6,7 3. Nitrat NO 3 -N mgl 0,096 4. Fosfat mgl 0,0015 Pulau Pelma FISIKA : 1. Suhu O C 29,8 2. Salinitas O OO 33 3. Kekeruhan NTU 12 4. Kecerahan m 7,1 KIMIA : 1. pH - 7,9 2. Oksigen Terlarut DO mgl 6,3 3. Nitrat NO 3 -N mgl 0,081 4. Fosfat mgl 0,0016 Pulau Sumedang FISIKA : 1. Suhu O C 30 2. Salinitas O OO 33,5 3. Kekeruhan NTU 17 4. Kecerahan m 6,1 KIMIA : 1. pH - 7,58 2. Oksigen Terlarut DO mgl 6,5 3. Nitrat NO 3 -N mgl 0,077 4. Fosfat mgl 0,0012 5 dibangkitkan oleh gravitasi matahari dan bulan, akan tetapi dominan dipengaruhi oleh pasang surut di perairan Laut Cina Selatan yang merambat ke selatan memasuki Laut Jawa Pariwono, 1985. Perambatan pasang surut dari Samudera Pasiik yang memasuki perairan Sijuk melalui perairan Laut Cina Selatan telah dipengaruhi oleh morfotogi pantai dan kedalaman laut bathymetri Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004. E Suhu Perairan Pola sebaran suhu perairan di wilayah Kecamatan Membalong Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004, dipengatuhi oleh dua musim yang berbeda, yaitu musim barat dan musim timur. Suhu rata-rata perairannya adalah 28 °C pada bukan Februari mewakili musim barat dan 29 °C pada bulan Juni mewakili musim timur. Berdasarkan penelitian LIPI 2005, suhu perairan di sekitar perairan Kabupaten Belitung pada bulan Oktober tahun 2005 berkisar antara 28,93 °C – 29,37 °C, dimana nilai suhu terendah terdapat pada kedalaman 10 meter dan nilai suhu tertinggi terdapat pada iapisan permukaan 0 meter. Dengan demikian dapat disimpuikan bahwa suhu perairan di Kabupaten Belitung berkisar antara 28 °C – 29 °C, dimana pada musim barat suhu turun mencapai minimum yang bertepatan pula dengan angin yang kuat dan curah hujan yang tinggi, sedangkan pada musim timur suhu meningkat mencapai maksimum. F Kondisi Kimiawi Perairan Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Kualitas perairan bisa dilihat dari nilai parameter kimiawi perairan. Berdasarkan data penelitian parameter kimia yang dilakukan LIPI 2005, rata-rata kandungan dari amonia, nitrat, nitrit dan ortho fospat berturut-turut adalah sebagai berikut 2,06; 0,76; 0,20 dan 0,60. Secara umum perairannya termasuk bersih tidak tercemar. Kualitas air merupakan faktor yang menentukan kondisi sumberdaya yang ada di suatu perairan. Hasil analisis kualitas air di perairan Kecamatan Membalong disajilcan pada tabel berikut. Terdapat 7 lokasi studi di kecamatan Mambalong yang berada di Pulau Seliu, Pulau Sumedang, Pulau Seribu, Pulau Pelma, Pulau Basar Gunung, Pulau Basar Tengah dan Pulau Batu Malang. Tidak ditemukan ekosistem mangrove di Pulau Batu Malang, sedangkan di keenam pulau lainnya ditemukan ekosistem mangrove. jenis Avicenia sp sangat mendominasi penyebaran mangrove di Kecamatan Membalong dan hamir di semua pulau ada. Jenis-jenis mangrove yang ditemukan di Kecamatan Membalong disajikan pada tabel berikut. Tabel Jenis-jenis mangrove yang ditemukan di Gugusan Pulau di Kecamatan Membalong Sumber: LIPI 2005 H Sebaran Padang Lamun Sebaran lamun di pulau-pulau kecil Kecamatan Membalong antara lain berada di pulau : Baguk, Batu seribu, Betangan, Genting kecil, Kapak, Keringan, Mendiak besar, Mendiak kecil, Mendulu, Mengokong, Perot, Rumput, Seliu, dan Seribu.

I Sebaran Terumbu Karang

Sebaran karang di puiau-pulau kecil Kecamatan Membalong antara lain berada di puiau : Baguk, Basar bergunung, Basar tengah, Batu seribu, Betangan, Blatok, Blatok kecil, Getting kecil, Kapak, Keringan, Ketupai, Mendiak besar, Mendiak kecil, Mendulu, Mengokong, Palma, Perut, Pluntang, Pluntang kecil, Rumput, Seliu, dan Seribu. Jenis karang mendominasi di Kecamatan Membalong diantaranya Acropora, Porites dan Coral. Jenis dan sebaran terumbu secara rinci yang ada di Kecamatan Membalong disajikan pada tabel berikut. Tabel Kondisi terumbu karang di Gugusan Pulau di Kecamatan Membalong Sumber: LIPI 2005 J Potensi Sumberdaya Ikan Berdasarkan penelitian LIPI 2005, terkumpul 66 jenis ikan karang dengan ikan sampel sebanyak 1.917 ekor dari 18 famili, yang tertangkap di sekitar perairan Kabupaten Belitung Pulau Kalimambang, Pulau Sekutai, Pantai Batu Itam, Pulau Keran dan Pulau Ake-ake, dan terdiri dari : l Ikan major 42 jenis, 8 famili; l Ikan targetpangan 21 jenis, 9 famili; dan l Ikan indikator Chaetodontidae 3 jenis, 1 famili. Kepadatan ikan major sebanyak 6.100 ekorha, ikan target 1.300 ekorha, ikan indikator 300 ekorha dan total ikan karang sebanyak 7.700 ekorha, seperti yang terlihat pada Tabel 5.4. Ikan napoleon Cherlinus undulates ditemukan di perairan Pulau Kalimambang, dan tidak menutup kemungkinan keberadaan ikan ini di lokasi perairan karang lainnya. Ikan napoleon merupakan ikan bernilai tinggi dan dilindungi, sehingga keberadaan ikan ini perlu dijaga. Jenis ikan ini merupakan ikan yang perlu mendapat perlindungan di Kawasan Konservasi Perairan di Kabupaten Belitung. K Potensi dan Sebaran Sumberdaya Non Ikan Sumberdaya non ikan yang banyak ditemui di wilayah perairan Kecamatan Membalong diantaranya penyu, moluska, teripang, dan makroalga. Berdasarkan penelitian LIPI 2005 penyu di Kabupaten Belitung ditemukan di Pulau lengkuas, Pulau Piling dan Pulau Pelma dengan jenis penyu sisik dan penyu hijau. Pulau Pelma terdapat di gugusan pulau di Kecamatan Membalong. Sumber: LIPI 2005 No. Jenis Mangrove Seliu Basar Tengah Basar Gunung Pelma Sumedang Seribu 1. Rhizophora 3 4 12 - 2 - 2. Avicennia 13 5 3 5 3 4 3. Soneratia 5 2 6 2 - 2 4. Bruguiera 6 - - - - - 27 11 21 7 5 6 C C P R C S . 37 8 . 28 18 . 29 21 . 28 12 . 28 18 . 29 22 . 25 20 No. Lokasi Persentase Rata-Rata Biodata Yang Dominan HC SC SP ALG R DC S 1. Pulau Seliu 34 4 2 6 37 29 8 Acropora, Porites, Coral 2. Pulau Basar Tengah 5 6 2 4 28 39 18 - 3. Pulau Basar Gunung 17 5 3 2 29 23 21 Acropora, Porites, Coral 4. Pulau Malang Batu 19 5 3 2 28 31 12 Acropora, Porites, Coral 5. Pulau Seribu 4 6 2 4 28 40 18 - 6. Pulau Pelma 11 7 3 5 29 23 22 Acropora 7. Pulau Simedang 7 8 3 4 25 34 20 - Keterangan : HC = hard Coral R = rubber SC = soft Coral Dc = dead coral SP = sponge S = sand Alg = algae STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 238 239 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Berdasarkan penelitian LIPI 2005, makrobentik yang tercatat sekitar 28 jenis moluska, 5 jenis krustasea dan 10 jenis ekhinodermata. Jumlah jenis fauna makrobentik yang tercatat relatif sama dengan jumlah fauna makrobentik dan daerah perairan timur Pulau Bangka. Tetapi kepadatan individunya relatif lebih rendah dan perairan timur pulau Bangka, yaitu berkisar antara 3 – 4 ekorm 2 di Bangka Timur dan kurang dan 1 individu di perairan Kabupaten Beitting. Rendahnya tingkat kepadatan fauna makrobentik di perairan Kabupaten Belitung diduga akibat kasus tangkap lebih over ishing dan akibat kerusakan habitat yang disebabkan oleh tingginya tingkat sedimentasi yang ditandai dengan keruhnya perairan. Teripang yang ada di perairan Kabupaten Belitung, hanya diwakili oleh teripang berkualitas rendah sepertiHolothuna atra, H. Coluber dan Bohadschia matmorata. Kelangkaan jenis-jenis teripang ini diduga sebagai akibat kasus tangkap lebih over ishing. Dimana jenis-jenis teripang ini diburu terus-menerus. Hal yang sama juga terlihat pada krustaseakepiting marga Portunus dan Thallamita yang kehadirannya sangat langka. Fauna moluska relatif lehih beragam dan lebih kaya dari fauna ekhinodermata dan krustasea. beberapa jenis moluska yang dapat digunakan sebagai bahan pangan ditemukan di perairan ini, seperti marga Triciacna, Trochus, Strombus dan Lambis. Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi: Penduduk Berdasarkan hasil registrasi penduduk pada akhir tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Belitung berjumlah 155.640 jiwa. Jumlah ini merupakan jumlah yang telah diterbitkan NIK berdasarkan hasil pencocokan dan penelitian yang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2010, sedangkan data tahun sebelumnya merupakan data kotor berdasarkan database tahun 2005 yang ternyaata terdapat data ganda serta yang telah meninggal dunia atau belum dilaporkan. Mengenai perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat dari sex ratio. Sex ratio penduduk Kabupaten Belitung pada tahun 2010 adalah 106,1. Ini Perekonomian A. PDRB Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indicator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah dalam satu periode tertentu, biasanya satu tahun. PDRB Merupakan jumlah nilai tambahan bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah tertentu. PDRB atas dasar hagra berlaku menggambarkan nilai tambah bruto barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh ekonomi berdasarkan harga tiap tahunnya. Pada tahun 2010 PDRB Kabupaten Belitung atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 2.817.475 juta atau naik sebesar 14,17 dibandingkan tahun 2009 yang hanya mencapai Rp 2.467.754 juta. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Belitung tahun 2010 lebih cepat dibandingkan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Belitung mencapai sebesar 5,96 sedangkan pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Belitung mencapai 4,30 . B Pertumbuhan Ekonomi Salah satu tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Diharapkan dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan memberikan dampak ganda yang semakin positif dengan tidak melupakan masyarakat papan bawah dan menengah. Secara tidak langsung pertumbuhan ekonomi yang semakin baik akan memperkecil perbedaan distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat. Pertumbuhah ekonomi suatu wilayah dapat dihitung dari variable PDRB atas dasar harga konstan. Karena PDRB atas dasar harga konstan merupakan gambaran nyata dari berbagai sector ekonomi. Kenaikan terbesar terjadi pada sector listrik, gas dan air sebesar 18,00 , sedangkan sector yang paling rendah pertumbuhannya adalah pertambangan dan penggalian yang hanya mampu tumbuh sebesar 2,01 . artinnya bahwa ada 106,1 penduduk laki-laki di Kabupaten Belitung per 100 penduduk perempuan. Angkatan Kerja Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan proses berlangsungnya demograi. Angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas dalam status bekerja, sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja merupakan bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan dari pasar kerja, sedangkan angkatan kerja yang tidak terserap dikategorikan sebagai penganggur. Kesempatan kerja merupakan gambaran dari tingkat permintaan dan penawaran tenaga kerja diakibatkan tinggi rendahnya factor produksi. Tabel. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Kecamatan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 Sumber: Belitung Dalam Angka Tahun 2011 Tabel. Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Per Kecamatan Di Kabupaten Belitung Tahun 2011 Sumber: Belitung Dalam Angka Tahun 2011 Kecamatan Rumah Tangga Penduduk Laki laki Perempuan Jumlah Total 1 2 3 4 5 Membalong 6.935 12.558 11.614 24.172 Tanjungpandan 21.556 44.144 41.887 86.031 Sijuk 6.968 13.911 12.766 26.677 Badau 3.371 6.818 5.934 12.752 Selat Nasik 1.599 3.281 3.052 6.333 Jumlah 40.429 80.712 75.253 155.965 87 59 ,83 72 64 ,55 40 58 ,29 40 90 ,79 34 90 ,44 73 61 ,97 91 97 ,56 47 72 ,50 68 64 ,65 o m ut 40 28 05 92 98 00 - - 35 17 10 72 70 - - - 05 - 88 85 50 - - - 48 34 12 30 14 - 00 - 28 79 15 79 32 00 00 85 18 53 14 73 25 - 70 40 69 50 05 85 00 - - 19 09 27 10 55 - - - 08 86 93 90 75 - - - Kecamatan Laki laki Perempuan Sex ratio 1 3 4 5 Membalong 11.387 10.659 106,83 Tanjungpandan 46.172 44.164 104,55 Sijuk 6.240 5.658 110,29 Badau 13.140 12.190 107,79 Selat Nasik 3.134 2.890 108,44 Jumlah Total 80.073 75.561 105,97 2009 85.391 80.897 105,56 2008 82.047 77.772 105,50 2007 73.668 71.764 102,65 o m ut 40 28 05 92 98 00 - - 35 17 10 72 70 - - - 05 - 88 85 50 - - - 48 34 12 30 14 - 00 - 28 79 15 79 32 00 00 85 18 53 14 73 25 - 70 40 69 50 05 85 00 - - 19 09 27 10 55 - - - 08 86 93 90 75 - - - Tabel. Pertumbuhan Ekonomi Per Sektor Di Kabupaten Belitung Tahun 2010 Atas dasar harga konstan tahun 2000 Sumber: Belitung Dalam Angka Tahun 2011 C Pendapatan Per Kapita Indikator makro yang biasa digunakan oleh para ekonom untuk menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam pendapatan per kapita yang merupakan base line dalam mengukur keberhasilan pembangunan. Bahkan lembaga Internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional IMF selalu menggunakan per kapita untuk mengetahui kersejahteraan penduduk suatu Negara yang dikonversikan ke dalam US . Tetapi pendapatan per kapita yang tinggi belum menjamin telah terjadi perbaikan tingkat kesejahteraan, kalau hanya dinikmati oleh sekelompok orang. Dalam PDRB yang dapat disajikan adalah perkembangan pendapatan per kapita dari tahun ke tahun. Tahun 2010 pendapatan per kapita penduduk atas dasar harga berlaku mencapai Rp 12.732.078 atau meningkat sebesar 4,41 dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar Rp 12.193.843, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp 5.196.385 pada tahun 2010 atau naik 1,59 dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp 5.115.051. Potensi Perikanan Kabupaten Belitung memiliki potensi perikanan dan kelautan yang sangat besar baik sektor perikanan tangkap, budidaya, sumber daya non ikan harta karun, energi dan gelombang, bahan tambang, wisata bahari maupun maupun sumber daya No Sektor Persen Pertumbuhan 1 Pertanian 2,78 2 Pertambanangan dan Pengalian 2,01 3 Industri Pengolahan 7,25 4 Listrik, Gas dan Air 18,00 5 Bangunan 10,39 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,19 7 Pengangkutan dan Komunikasi 7,60 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,83 9 Jasa-jasa 6,76 PDRB Kab. Belitung 5,96 m ut 40 28 05 92 98 00 - - 35 17 10 72 70 - - - 05 - 88 85 50 - - - 48 34 12 30 14 - 00 - 28 79 15 79 32 00 00 85 18 53 14 73 25 - 70 40 69 50 05 85 00 - - 19 09 27 10 55 - - - 08 86 93 90 75 - - - STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 240 241 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Tabel. Jumlah Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Belitung Tahun 2010 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Tabel. Jumlah Sarana dan Prasarana Perikanan di Kabupaten Belitung Tahun 2010 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Potensi Pariwisata :

1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam.

Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam yang terdapat di kabupaten Belitung meliputi : Pantai, Pulau dan Perairan. l Pantai Tanjung Pendam l Pantai Tanjung kelayang l Pantai Tanjung Tinggi l Pantai Tanjung Binga l Pantai Mabai manusia perikanan dan kelautan yang handal di bidangnya. Pembangungan balai benih ikan BBI di Membalong pada tahun 2007 dan 2008 diharapkan dapat dijadikan jalan perintis untuk pengembangan sector perikanan budiadaya ikan air tawar di kabupaten Belitung. Dulu sector ini belum banyak diminati oleh masyarakat karena lebih mengandalkan perikanan tangkap. Awal tahun 200 perikanan budidaay mulai dilaksanakan. Perairan laut Kabupaten Belitung masih dikategorikan baik jika ekploitasi tambang laut tidak dilaksanakan. Kondisi perairan yang baik ini sangat berguna untuk menunjang proses budidaya ikan air laut, kerang mutiara dan kerang laut. Budidaya kerapu system KJA sudah banyak dikembangkan sehingga penerapan teknologi sudah sampai ke masyarakat dan hasilnya saat ini sudah bias dinikmati oleh pembudidaya. Peluang investasi pada perikanan tangkap tidak kalah dengan perikanan budidaya, sector ini sudah berkembang dengan baik di Kabupaten Belitung. Pengadaan kapal pengawas dan alat komunikasi pengawasan pada tahun 2007 diharapkan dapat meningkatkan keamanan di wilayah perairan Belitung. Proses penggunaan alat tangkap yang dilarang, illegal ishing, pengeboman serta pengiriman ikan dengan dokumen yang tidak lengkap dapat dikurangi sehingga akan meningkatkan pendapatan nelayan local dan pendapatan asli daerah Kabupaten Belitung. Peluang usaha lain yang mungkin dapat dikembangkan dianataranya: 1. Penjualan ikan segar 2. Usaha pengangkutanDistribusi 3. Rumah MakanRestoran Ikan 4. Pemancingan 5. Wisata Kelautan dan Perikanan 6. Bisnis alat perikanan 7. Bisnis Ikan hias, dll. Tabel. Jumlah Ekspor Ikan Tahun2004 – 2011 Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011 Tabel. Data Pengolahan Hasil Perikanan Di Kabupaten Belitung Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011 Tabel. Jumlah Nelayan di Kabupaten Belitung Tahun 2010 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung Tabel. Produksi Perikanan Budidaya di Kabupaten Belitung Tahun 2011 Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011 Tabel. Daftar Pembudidaya Ikan dan Sarana prasarana Per Kecamatan Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011 Tabel. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Di Kabupaten Belitung Tahun 2011 Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011 No TRIWULAN Produksi Budidaya Ikan Tahun 2011 kg Lele Kerapu Bawal Nila Patin Tiram Mutiara Rumput Laut Arwana Total kg 1 Triwulan 1 4.340 4.228 1.805 2.292 698 5.700 - - 19.063 2 Triwulan 2 5.135 4.617 2.010 2.372 1.170 - - - 15.304 3 Triwulan 3 3.505 - 988 1.685 1.050 - - - 7.228 4 Triwulan 4 2.348 2.034 912 1.330 1.014 - 3.000 - 10.638 Total 15.328 10.879 5.715 7.679 3.932 5.700 3.000 52.233 2010 8.485 19.218 12.753 3.0314 4.573 14.825 - 70 90.238 2009 7.640 14.069 4.350 4.505 3.585 1.200 - - 35.349 2008 5.819 10.109 4.127 3.210 1.055 - - - 24.320 2007 2.908 4.886 2.693 890 175 - - - 11.552 Kecamatan Jumlah Pembudidaya Kelompok Jumlah Sapras Buah Laut Tawar Laut KJA Tawar Kolam Sijuk 15 8 171 107 Selat Nasik 13 380 Badau 19 14 161 90 Membalong 12 9 74 144 Tanjungpandan 2 4 38 105 Jumlah 61 35 824 446 o ,63 ,30 ,60 ,61 ,61 ,69 ,66 ,60 ,33 ,08 ,50 ,98 ,69 ,07 ,00 ,60 ,76 ,41 ,20 ,15 ,00 ,40 ,64 ,30 ,11 ,19 ,70 ,91 ,11 ,50 ,20 ,65 ,00 ,18 ,03 ,76 ,61 ,71 No Jenis Ikan Jumlah Total Ton 1 Manyung 2582,63 2 Ekor Kuning 1768,30 3 Lolosi Biru 9801,60 4 Selar 125,61 5 Kuwe 946,61 6 Bawal Hitam 0,69 7 Tembang 3193,66 8 Lemuru 11,60 9 Teri 6257,33 10 Julung Julung 0,08 11 Ikan Gaji 1,50 12 Kakap Merabbambanagan 620,98 13 Kurisi 876,69 14 Tongkol krai 0,07 15 Tongkol komo 84,00 16 Kembung 1025,60 17 Benyar 149,76 18 Tenggiri 2587,41 19 Kerapu Bebek 4,20 20 Kerapu Sunu 819,15 21 Ikan Beronang 15,00 22 Beronang Kuning 8,40 23 Alu-Alu 3,64 24 Cucut Botol 23,30 25 Pari kembangpari macan 26,11 26 Ikan lainnya 3508,19 27 Udang putih 800,70 28 Udang BarongUdang karang 20,91 29 Udang Lainnya 168,11 30 Kepiting 1271,50 31 Rajungan 4,20 32 Cumi-Cumi 6535,65 33 Teripang 3,00 Jumlah Total 43.245,18 2010 43.362,03 2009 41.990,76 2008 40,472,61 2007 39,219,71 Tahun Jumlah Ekspor Ton Tujuan 2011 1.481 Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan dan Cina 2010 866 Singapura, Malaysia, Hongkong 2009 852 Singapura 2008 696 Singapura 2007 856 Singapura 2006 594 Singapura 2005 409 Singapura 2004 181 Singapura laut, gar, 61 5 30 6 60 7 21 8 72 5 44 55 65 16 76 Desa Jumlah UKM Jenis Produk Olahan Tanjung Binga 34 Kerupuk ikan, kritcu, empek-empek, abon dan bakso Sungai Padang 24 Terasi Sijuk 12 Kerupuk Ikan Terong 8 Kerupuk Ikan Keciput 17 Kerupuk Ikan, Kritcu, Abon ikan Batu Itam 8 Kritcu Air Seruk 23 Pilus rumput laut, es krim rumput laut, dodol rumput laut, selai rumput laut. Tanjungpandan 18 Kerupuk Ikan, teri kerispy, dodol rumput laut,dodol agar, pilus rumput laut. Badau 6 Kerupuk Ikan kulit Membalong 6 Keripik rebo, abon ketam Selat Nasik 23 Kerupuk ikan, abon ikan, rusip 61 5 30 6 60 7 21 8 72 5 44 55 65 16 76 KECAMATAN JUMLAH NELAYAN ORANG PERSENTASE Membalong 2.361 25 Tanjungpandan 1.530 16 Sijuk 2.560 27 Badau 721 8 Selat Nasik 2.372 25 JUMLAH 9.544 100 2009 9.455 2008 9.365 2007 9.316 2006 9.276 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung JENIS ALAT TANGKAP KECAMATAN JUMLAH MEMBALONG TANJUNGPANDAN BADAU SIJUK SELAT NASIK Sodo Sungkur 30 36 40 5 - 111 Bubu Ikan 59 1.030 395 270 265 2.019 Sero 32 10 75 25 27 169 Jaring Kepiting 2.420 95 545 57 90 3.207 Tangkul Pentor 40 75 478 - - 593 Bubu Kepiting 685 248 470 - - 1.403 Bagan Tancap 10 - - 12 5 27 Bagan Perahu 8 16 3 148 47 222 Jaring cincin 5 5 Muroami - 38 - - - 38 Payang - - - - 121 121 Pukat Tepi 240 40 80 125 95 580 Pukat Udang 298 - - - 28 326 Gilnet Hanyut 45 20 - 18 60 143 Pancing 2.100 1.860 1.345 2.560 2.870 10.735 Ancau - - 40 55 14 109 Lainnya 4.575 3.350 2.554 3.275 3.432 17.186 Jumlah 2010 10.542 6.823 6.025 6.550 7.054 36.994 2009 10.465 6.710 6.015 6.540 7.040 36.770 2008 10.387 6.644 5.926 6.494 7.012 36.463 2007 10.231 6.532 5.871 6.397 6.914 35.945 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung AT - PI 1 2 21 3 2 2 8 9 9 4 - SARANA PRASARANA KECAMATAN JUMLAH MEMBALONG TANJUNGPANDAN BADAU SIJUK SELAT NASIK 1. Pelabuhan Nusantara - 1 - - - 1 2. Pelabuhan Perikanan - - - - - - 3. Pangkalan Pendaratan Ikan PPI - - - - 1 1 4. Tempat Pelelangan Ikan - 1 - - 1 2 5. Dermaga Tempat Labuh 6 3 3 5 4 21 6. Dok Slip Way - 3 - - 1 3 7. Perbengkelan - 1 - - 1 2 8. Balai Pertemuan Nelayan - 1 - - 1 2 9. Galangan Kapal - 1 - 3 4 8 10. Pabrik Es - 7 - 1 1 9 11. Cold Storage - 9 - - - 9 12. Cool Room - 1 - 2 1 4 13. Depot Es - - - - - - STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 242 243 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA l Pantai Pedaunan Indah l Pulau Lengkuas l Pulau Burung. l Pulau Babi l Pantai Teluk gembira. l Pantai Penyabong l Pantai Tanjung Kiras l Pantai Batu Lobang l Pulau Seliu l Pulau batu Dinding Sungai, Danau, Kolam Renang l Pemandian Dayang Sri Pinai l Pemandian Jerry. l Pemandian Air Serkuk l Pemandian Putri Marini l Pulau Rasau Indah l Pemandian Tirta Marundang Air Terjun. l Air Terjun Gurok Beraye l Air Terjun Batu Mentas Pegunungan. l Bukit Berahu Tanjung Binga . l Bukit Baginde. l Gunung Tajam Bini. l Gunung Paramund Lainnya. l Goa Nek Santen

2. Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya.

Obyek wisata Budaya dan atraksi budaya di Kabupaten Belitung meliputi : l Musium Pemkab. Belitung l Makam Keramat Gunung Tajam l Makam Raja Badau l Musium Badau Upaya Pengelolaan Kawasan: Uraikan lengkap, tambahkan dengan gambar-gambar. l Makam Pendiri Kota Tanjung Pandan di Desa Kembiri. l Upacara Buang Jong l Upacara Nirok Nanggok. l Upacara Maras Taun. l Upacara Adat Perkawinan. l Upacara Kelahiran. l Permainan Beripat, l Permainan Lesung Batang l Atraksi Sembayang Rebut. l Atraksi Sembayang Kubor

3. Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus.

l Wisata Selam l Penambangan Timah Rakyat. l Desa Nelayan Tanjung Binga. l Perkampungan Suku Bali Balitong. l Wisata Berburu. l Wisata Mancing di Laut. l Perkebunan Kelapa Sawit, Perkebunan Lada l Ngerepak Durin Aksesibilitas : Kabupaten Belitung sangat mudah di akses, baik melalui darat, laut maupun udara. Kabupaten Belitung sudah memiliki sarana dan prasarana yang sangat memadai. Memiliki 2 dua buah pelabuhan pelayaran besar yaitu Pelabuhan Laskar Pelangi di Tanjungpandan, yang melayani rute pelayaran kapal dari dan menuju Jakarta serta Pangkalbalam, Pangkalpinang. Baik kapal cepat Express Bahari yang melayani rute Tanjungpandan-Pangkal Balam, yang menempuh waktu ±4,5 jam perjalanan maupun kapal fery yang melayani rute Tanjungpandan-Tanjung periok, Jakarta yang menempuh waktu ±15 jam. serta Pelabuhan Tanjung Ru di Badau yang melayani rute pelayaran kapal PELNI yang melayani rute Belitung-Tanjung Priok Jakarta, serta kapal fery menuju Bangka. Selain itu Kabupaten Belitung juga memiliki Bandara Udara H.A.S Hanandjoedin, yang sudah melayani beberapa rute penerbangan dengan beberapa maskapai. Diantaranya Rute Tanjungpandan-Jakarta yang dilayani oleh maskapai Garuda Indonesia, City Link, Sriwijaya Air. Rute Tanjungpandan-Pangkalpinang yang dilayani oleh maskapai Sriwijaya Air, dan Wings Air. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 244 245 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 246 247 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Belitung Timur STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 248 249 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas tentang Kawasan Selain karena keanekaragaman hayati sumber daya ikan yang masih tejaga keasliannya, alas an lain kawasan ini dicadangkan menjadi kawasan konservasi karena lokasinya yang sangat strategis karena bersinggungan langsung dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia ALKI. Lokasi ini juga merupakan daerah tempat penyu berkembang biak serta telah lama dikenal sebagai habitat ikan-ikan langka dan dilindungi yakni Ikan Napoleon. Peluang pengembangan kawasan ini sebagai lokasi ekowisata pun kini terbuka luas karena potensi-potensi tersebut. Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Belitung Timur Dasar Hukum : Pencadangan melalui Keputusan Bupati Belitung Timur Nomor 2.05.5021DKPI2012 tentang Penunjukan Kawasan Konservasi Perairan Gugusan Pulau Pemesut Sebagai Zona Inti, Pulau Nangka Sebagai Zona Perikanan Berkelanjutan dan Pulau Sandung Sebagai Zona Pemanfaatan Mina Wisata Bahari Kabupaten Belitung Timur Tahun 2012 Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 801.568 Ha Status Pengelolaan : Telah diinisiasi dan dicadangkan pada tahun 2012 Letak Geograis dan Administratif : Kawasan ini terletak di wilayah administrasi Kabupaten Belitung Timur Provinsi Bangka Belitung. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 250 251 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Mukomuko STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 252 253 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas Tentang Kawasan: Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Mukomuko Pada Saat Ini adalah pengelolaan berbasis masyarakat, dimana pemerintah daerah merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi pengelolaaan habitat penyu dengan melibatkan memberdayakan masyarakat setempat. Pemerintah Daerah, Pemerintah Provinsi, BKSDA dan LSM YSI Yayasan Sipef Indonesia Perusahaan Setempat memfasilitasi dalam hal biaya operasional, sarana dan prasarana bagi kelompok masyarakat yang mengelola menjaga kawasan konservasi. Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Muko-Muko Dasar Hukum : Berdasarkan Perda Kabupaten Mukomukono. 4 Tahun 2010. Luas Kawasan : ± 2.240 Ha Lokasi : Desa Retak Ilir Kec. Ipuh Kabupaten Mukomuko Keanekaragaman Hayati : Penyu, mangrove. Penyu di Kabupaten Mukomuko sejak dahulu mendarat di Kawasan pantai Desa Retak Ilir sampai dengan Muara air Hitam. Dalam tiap musim penyu bertelur bisa mencapai 15 sampai 20 ekor per malam. Dari Bulan Januari sampai bulan Juni bisa mencapai ratusan penyu yang mendarat dengan berbagai jenis penyu, dari jenis –jenis tersebut masyarakat belum bisa mengidentiikasikan, tetapi hanya bisa mengenalnya dengan penyu besar, penyu pendek, penyu menengah dan penyu ceper. Namun lama kelamaan jumlah penyu yang mendarat semakin lama semakin berkurang sehingga terlihat drastis penurunannya. Urgensi pencadangan kawasan konservasi ini adalah untuk melindungi dan melestarikan penyu dan habitatnya dari pemanfaatan pihak yang tidak bertanggung jawab. Dukungan masyarakat yang concern terhadap upaya-upaya konservasi merupakan alas an kuat didirikannya kawasan konservasi ini. Potensi Pariwisata : Obyek Pariwisata yang terdapat di Kabupaten Muko-Muko antara lain: l Pulau Enggano l Taman Buru Gunung nana’ua l Danau Gedang, l Pemandian Gunung Selan, l Pantai Lais l Pantai Muko-Muko Status Pengelolaan : Sejak dicadangkan tahun 2010, kawasan ini belum memiliki rencana pengelolaan dan zonasi secara deinitive. Pengelolaan saat ini dilakukan secara kolaboratif di bawah koordinasi dinas perikanan dan kelautan setempat. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 254 255 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bengkulu Utara STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 256 257 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara Dasar Hukum : Peraturan Bupati Bengkulu Utara No Tahun 2010 Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 37.167,93 Ha Letak Geograis dan Administratif : Kawasan ini terletak di sekitar perairan Pulau Enggano dengan rincian sbb : • Lokasi I seluas 20.512,183 Ha terletak antara Talang Enggano – Tanjung Labula termasuk Pulau Dua, Pulau Merbau, dan Pulau Bangkai. • Lokasi II seluas 16.655,210 Ha terletak antara Tanjung Laksaha –Tanjung Koomang Keanekaragaman Hayati : Pulau Enggano merupakan salah satu pulau terluar yang dimiliki Indonesia, oleh sebab itu kegiatan konservasi perlu diintensifkan dalam rangka melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati yang ada di sekitar Pulau Enggano seperti terumbu karang dan mangrove. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 258 259 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Kaur Linau, Merpas, Sekunyit Dasar Hukum: Dasar hukum pencadangan kawasan konservasi perairan Linau, Merpas, dan Sekunyit sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD Kabupaten Kaur adalah SK Bupati Kaur No. 180 tahun 2007 yang dikeluarkan pada tanggal 20 Juni 2007. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 50.308 Ha. Letak Geograis dan Administratif : Kawasan Konservasi ini berada pada posisi geograis 103 03’ – 103 34’ LS dan 04 55’ – 04 59’ BT. Sementara itu, secara administrasi, Kabupaten Kaur berbatasan langsung dengan Provinsi Lampung, sebelah Timur dengan Provinsi Sumatera Selatan, sebelah Barat dengan Samudera Hindia. Keanekaragaman Hayati : Terumbu karang dan ikan hias adalah 2 dua di antara sumberdaya unggulan di kawasan ini. Jenis-jenis karang yang sering ditemukan antara lain Porites lobata, Favia sp, Goniastrea sp, Leptoria phrgia, Leptastrea teransversa, jenis encrusing: Porites lichen, Montipora verrucosa dan sedikit karang bercabang : Acropora formosa, Pocillopora damicornis. Selain itu terdapat hard coral berupa CME karang api jenis Mellipora sp, ACB Acropora bercabang acropora formosa, CF Coral fo liose Montipora foliosa. Sementara itu, Jenis ikan hias yang ditemukan di perairan ini disusun berdasarkan kelompok-kelompok, seperti Acanthuridae Acanthurus glaucopareius,Acanthurus leusternon, Acanthurus lineatus, Acanthurus nigrofuscus,Paracanthurus hephatus, Antennaridae Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Kaur Histrio histrio, Apogonidae Apogon cyanasoma, Sphaeramia nematoptera, Balastidae Balistoides conspicillum, Balistapus undulates, Rhinecanthus aculeatus, Rhinecanthus verrucosus, Ephippidae Platax pinnatus, Platax teira, Holocentridae Myrispitis sp, Sargocentron diadema dsb. Potensi Pariwisata : Beberapa obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Kaur diantaranya adalah, lokasi pantai Laguna Ujung Lancang di Desa Merpas, Kecamatan Nasal, Pantai Way Hawang Desa Waihayang Kecamatan Maje, pantai dan Pelabuhan Linau Desa Linau, Kecamatan Maje, Pantai Desa Sekui yit Kecamatan Kaur Selatan serta Pantai Hili Kecamatan Semidang Gumay. Aksesibilitas : Kawasan Konservasi Kabupaten Kaur berada di pesisir Barat dari Kabupaten Kaur. Untuk menuju ke lokasi tersebut dari Jakarta menggunakan Pesawat menuju bandar udara Fatmawati Soekarno di Provinsi Bengkulu. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan mobil menuju kota Bintuhan ibukota Kabupaten Kaur de ngan jarak sekitar 250 km dari Kota Bengkulu. Kawasan Konservasi tersebut dapat dicapai melalui Jalan Lintas Barat Sumatera yang melewati Kota Bintuhan, Kabupaten Kaur. Status Pengelolaan : Meskipun rencana pengelolaan dan zonasi serta lembaga pengelola khusus masih dalam proses pembentukan, sejumlah upaya pokok pengelolaan telah dilakukan pemerintah antara lain melalui kegiatan : l Sosialisasi kepada masyarakat l Pembuatan Gedung Penetasan Penyu l Pemasangan papan papan pengumuman l Pengadaan perahu karet untuk pengawasan l Zonasi KKPD Dekonstrasi 2012 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 260 261 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Lampung Barat STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 262 263 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Potensi Pariwisata : Pantai Barat merupakan kawasan potensial dan terdapat berbagai lokasi wisata yang memiliki daya tarik terutama sebagai lokasi olahraga laut, misalnya memancing, menyelam, dayung, selancar, dan ski air. Lokasi dan obyek wisata tersebut tersebar di Kecamatan Lemong, Pesisir Utara, Pesisir Tengah, Karya Penggawa, Pesisir Selatan, dan Bengkunat. Selain obyek wisata bahari, terdapat juga obyek wisata budaya, antara lain: Pesta Sakura, dan Nabuh Kelukup, kebiasaan menabuh memukul kelukup kentongan raksasa yang dilakukan pada setiap bulan puasa dsb. Aksesibilitas : Ibukota Kabupaten Lampung Barat di Liwa, yang berjarak sekitar 330 km dari Bandar Lampung ibukota Provinsi Lampung dan dapat ditempuh melalui jalan darat sekitar 6 jam. Jalan akses dari Liwa menuju ke berbagai ibukota kecamatan di wilayah pesisir dengan mudah ditempuh melalui jalan darat beraspal yang merupakan jalan negara dan provinsi. Sedangkan aksesibilitas antar kecamatan yang terletak di wilayah pesisir mudah ditempuh, baik menggunakan alat transportasi darat melalui jalan negara yang kondisinya cukup baik maupun menggunakan alat transportasi laut perahu, speed boat. Status Pengelolaan : l Dilakukan kegiatan sosialisasi dan publikasi pada masyarakat dan pemerintah daerah tentang KKLD 2007- 2011, melalui diskusi, pameran, baliho, poster dan lealet. l Melakukan pengelolaan KKLD laporan terlampir 2006- 2010 l Membangun sarana dan prasarana pengelolaan KKLD di Pekon Muara Tembulih yang meliputi : l Pembebasan tanah pusat penangkaran penyu 2008 l Pembangunan pondok penangkaran penyu 2008 l Pembangunan Kantor Pengawasan 2009 l Pembangunan Pondok Wisata, Pondok Jaga, dan menara pengawas 2009 l Pagar penangkaran penyu 2010 l Pengadaan Kapal Operasional KKP 2008 dll. l Pembuatan Dokumen Manajemen Plan KKLD 2009 l Kerjasama dengan Yayasan Mitra Bentala dalam rangka pemberdayaan kelompok penangkar penyu di KKLD 2007-2009. l Mengusulkan ketetapan menteri Kelautan dan Perikanan melalui Surat Bupati Lambar No. 9121070II.09-KP3K VI2010 perihal Usulan Tindak Lanjut Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan. l Kajian Populasi dan Habitat Penyu di Lampung Barat Dekon 2006 l Renstra Wisata Bahari Lampung Barat Pariwisata Lampung, 2007 l Pembuatan Proil Pulau Betuah DKP, 2007 l Renstra Wilayah Pesisir dan P2K Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tulang Bawang dekon 2008 l Rencana Zonasi WP3K Kab. Lampung Barat dekon 2009 l Renstra Wilayah Pesisir dan P2K Provinsi Lampung 2010 l Rencana Induk Pariwisata Daerah Provinsi Lampung 2011 l Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Lampung Barat 2011 Nama Kawasan : Taman Pesisir Ngambur dan Taman Pulau Betuah Kabupaten Lampung Barat Dasar Hukum: SK Pencadangan Bupati Lampung Barat Nomor B206KPTS II.122012 Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 5.741,32 Ha untuk Taman Pesisir Ngambur dan 9.718,36 Ha untuk Taman Pulau Betuah.. Letak Geograis dan Administratif : Kawasan Konservasi Kabupaten Lampung Barat terletak pada posisi 104 o 05’55,92 LU - 104 o 07’11,97” LS dan 5 o 29’51,30” - 5 o 31’44,99” BT ini memiliki luas kawasan sekitar 14.866,87 ha. Topograi wilayahnya sebagian besar berupa dataran tinggi yang curam, daerah berbukit sampai bergunung yang merupakan bagian dari Bukit Barisan yang membentang dari Utara ke Selatan Sumatera. Keanekaragaman Hayati : Satwa-satwa penting yang ada di pesisir Lampung Barat adalah penyu, lumba-lumba, paus dan udang lobster. Penyu bisa ditemukan di hampir seluruh pesisir Lampung Barat. Jenis-jenis penyu yang bisa ditemukan adalah Penyu Hijau Chelonia mydas, Penyu Sisik Erethmochelys imbricata, Penyu Lekang Lepidochelys olivacea dan Penyu Belimbing Dermochelys coriacea. Sementara lumba-lumba dan paus diperkirakan ada di Samudera Hindia seperti lumba- lumba risso abu-abu Grampus griseus, lumba-lumba biasa Delphinus delphis, paus sejati Selatan Eubalaena australis, paus biru Balaenoptera musculus, paus bersirip Balaenoptera physalis, lodanpaus kerdil Kogia breviceps, paus cebol Kogia simus, dan lumba-lumba pintal Stenella longirostris yang sering dekat pulau Klinowska, 1991; Silalahi dan Suwelo, 2003. Terdapat beberapa jenis udang lobster yang ditemukan di beberapa tempat di Lampung Barat yaitu Udang Mutiara Panulirus ornatus, Udang Batu P. penicilatus, Udang Bambu P. versicolor dan Udang Hijau P. homarus. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 264 265 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Tanggamus STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 266 267 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Penyebaran mangrove di pesisir Teluk Kiluan tidak berada disepanjang pesisirTeluk Kiluan, namun hanya terdapat dipesisir Teluk Kiluan sekitar Dusun BandungJaya. Hutan mangrove yang ada hanya seluas 1,5 ha, terdiri dari 1 ha dalam kondisi baik sedangkan sisanya dalam kondisi rusak. Jenis vegetasi mangroveyang ada terdiri dari jenis Pedada Sonneratia alba, Kacangan Aedicerascorniculaum, Terumtum Lumnitzera racemosa, Tinjang Rhizophora sp dan Nipahbuyuh Nypa Fructicans Perairan di sekitar Teluk Kiluan menjadi habitat dari 2 jenis penyu, yaituPenyu Sisik Erethmochelys imbricata dan Penyu Hijau Chelonia mydas. Populasi penyu yang pernah teridentiikasi di wilayah Teluk Kiluan diperkirakan mencapai 32 ekor pada tahun 2007. Namun saat ini, semakin sulit menemukan penyu di kawasan Teluk Kiluan, baik penyu yang berada perairan maupun yang mendarat untuk bertelur. Hal ini diduga disebabkan penurunan populasi yang drastis akibat perburuan penyu dan pengambilan telurnya yang pernah marak pada awal tahun 2000-2005. Terdapat 2 dua jenis spesies lumba-lumba yaitu lumba- lumbaparuh panjangSpinner dolphin Stenella longirostris dan Lumba-lumba hidung botolBottlenose dolphin Tursiop Nama Kawasan : Taman Wisata Perairan Teluk Kiluan dan sekitarnya di Kabupaten Tanggamus Dasar Hukum: SK Pencadangan Bupati Tanggamus Nomor B.39932112014 tanggal 11 November 2014 Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 76.214,33 Ha. Letak Geograis dan Administratif : Teluk Kiluan adalah teluk kecil yang merupakan bagian dari Teluk Semangka di Provinsi Lampung. Secara administrasi, termasuk dalam wilayah pekon desa Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Pekon Kiluan Negeri memiliki luas wilayah 276,1 km 2 termasuk perairan Teluk Kiluan. Topograi wilayah Pekon Kiluan Negeri sangat beragam. Wilayahnya terdiri dari daratan, persawahan, hingga perbukitan, dengan ketinggian wilayah bervariasi, mulai dari ketinggian 5-400 meter dpl. Berdasarkan pengamatan, Teluk Kiluan merupakan teluk yang dikelilingi oleh perbukitan dengan wilayah dataran Salah satu potensi di Kawasan Konservasi yang menjadi andalan adalah adanya kegiatan ekowisata di teluk Kiluan. . Keanekaragaman Hayati : Kondisi tutupan terumbu karang hidup yang ada disekitar Teluk Kiluan sangatbervariasi. Tutupan terumbu karang hidup terutama berada disekitar selat antaraDusun Bandung Jaya dan Pulau Kelapa serta disekitar Pulau Kelapa. Sekitarperairan ini menjadi lokasi wisata snorkling. Namun dibanyak lokasi, terutamayang terletak di pesisir barat dan timur bagian dalam Teluk Kiluan kondisi terumbukarang tergolong rusak. Hal ini ditandai dengan tingkat tutupan terumbu karanghidup yang kurang dari 10. Kerusakan terumbu karang ini diduga disebabkanoleh pengambilan terumbu karang sebagai bahan bangunan dan kegiatan destruktif ishing penggunaan bahan peledak bom ikan truncatus yang hidup disekitar perairan Teluk Kiluan. Kedua jenis lumba-lumba tersebut cenderung untuk membentuk kelompok kecil dengan jumlah 4-6 ekor. Kemudian pada saat tertentu, kelompok-kelompok kecil ini bersatu membentuk kelompok yang lebih besar. Pemunculan lumba-lumba di perairan umumnya sebanyak 2 kali setiap hari, yaitu pada pagi hari sekitar pkl.07.00-08.00 WIB dan sore hari, sekitar pukul 17.00 WIB. Potensi Pariwisata : Keberadaan lumba-lumba di sekitar Teluk Kiluan menjadi daya tarik utama kunjungan wisatawan ke kawasan ini. Kegiatan wisata yang berkembang yaitu pengamatan lumba-lumba Dolphin watching. Wisatawan dapat berlayar ke laut lepas menggunakan perahu ketinting untuk berburu foto dan mengamati tingkah laku lumba-lumba diperairan bebas. Aksesibilitas : Pekon Desa Kiluan Negeri termasuk daerah yang terpencil dan jauh dari pusat pemerintahan. Jarak tempuh kawasan Teluk Kiluan dari kota-kota terdekat antara lain: 1 Jarak dari Bandar Lampung ibukota Provinsi Lampung ke Pekon KiluanNegeri kurang lebih 78 km, dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda 4selama 3-3,5 jam. Kondisi jalan sebagian besar baik, namun rusak berat dibeberapa lokasi. 2 Jarak dari Kota Agung ibukota Kabupaten Tanggamus ke Pekon Kiluan Negeri kurang lebih 148 km. 3 Jarak dari Pekon Napal ibukota Kecamatan Kelumbayan ke Pekon Kiluan Negeri kurang lebih 18 km. Belum ada angkutan umum resmi yang sampai ke pekon. Untuk menuju pekon Kiluan Negeri menggunakan angkutan umum non trayek yang berangkatdari Pekon Kiluan Negeri – Bandar Lampung PP 1 kali dalam sehari. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 268 269 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Jawa PADEGLANG SUKABUMI INDRAMAyU CIAMIS PANGANDARAN BREBES TEGAL PEKALONGAN BATANG JEPARA GUNUNG KIDUL BANTUL SIDOARJO SITUBONDO PASURUAN SUMENEP STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 270 271 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Dasar Hukum : Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pandeglang dan laut sekitarnya ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati Pandeglang Nomor 660Kep.369-Huk2007. Letak Kawasan: Perairan Labuan, Panimbang, Cigeulis, Sumur Cibitung. Potensi Pariwisata : Potensi pariwisata yang telah dikelola antara lain; i sumber mata air panas Cisolong, ii Situ Cikedal di Kecamatan Cikedal, iii Pantai Carita, kolam Renang Alam Cikoromoy, iv wisata Pantai Bama, dan v wisata Tanjung Lesung. Kabupaten Pandeglang juga menjadi pintu masuk menuju Taman Nasional Ujung Kulon dengan masuk melalui Kecamatan Panimbang yang merupakan batas timur dari Taman Nasional. Aksesibilitas : Kabupaten Pandeglang berjarak 111 KM dari Jakarta dengan waktu tempuh sekitar dua setengah jama hingga tiga jam dari Jakarta. Untuk menjangkau Kabupaten Pandeglang dapat ditempuh dengan jalan darat dengan menggunakan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum. Akses darat ke Pandeglang menggunakan kendaraan umum bisa melalui Kota Serang via Terminal Pakupatan. Status Pengelolaan : Kawasan ini dicadangkan oleh Bupati pada Tahun 2007. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pandeglang STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 272 273 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Sukabumi STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 274 275 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Sukabumi Taman Pesisir Penyu Pantai Pangumbahan Dasar Hukum : Kawasan Konservasi Pesisir Pantai Pangumbahan dicadangkan dengan status Taman Pesisirmelalui pencadangan SK Bupati Sukabumi Nomor 523Kep.639-Dislutkan2008 yang dikeluarkan pada tanggal 31 Desember 2008. Surat Edaran Bupati Sukabumi No. 523851.ADislutkan-08 tanggal 30 April 2008 perihal Pengelolaan Penyu Pantai Pangumbahan. Surat Edaran Bupati Sukabumi No. 523932.ADislutkan-09 tanggal 16 April 2009 perihal Pengelolaan Konservasi Penyu di Pantai Pangumbahan. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 1.771 Ha. Letak Geograis dan Administratif : Kawasan Konservasi Pesisir Pantai Pangumbahan merupakan bagian dari Kecamatan Ciracap dan terletak pada posisi geograis 106 19’37”-106 20’07”LS-07 19’08”- 07 20’52”BT. Secara administratif, Desa Pangumbahan berbatasan dengan Cagar Alam BKSDA Cikepuh dan Desa Gunung Batu di sebelah Utara, sebelah Timur dengan Desa Gunung Batu, sebelah Timur dengan Desa Gunung Batu dan Desa Ujung Genteng, dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia. Keanekaragaman Hayati : Penyu Belimbing Dermochelys coriecea, Penyu Sisik Eretmochelys imbricata, Penyu Lekang Lepidochelys olivacea, Penyu Tempayan caretta caretta, Penyu Pipih Narator depressus, Penyu Hijau Chelonia mydas Potensi Pariwisata : Taman Pesisir Penyu Pantai Pangumbahan dapat dijadikan tempat wisata minat khusus yakni turtle watching melihat penyu bertelur, pelepasan tukik dan wisata kolam sentuh. Di kawasan ini juga telah dibangun pusat informasi yang bisa dijadikan sebagai tempat wisata pendidikan dalam rangka memperkenalkan konservasi penyu kepada para pelajar- mahasiswa. Aksesibilitas : Kawasan Konservasi Pesisir Pantai Pangumbahan dapat diakses melalui berbagai rute, yaitu: 1. Rute dari Bogor menggunakan jalan darat menuju Palabuhanratu dengan waktu tempuh 2-3 jam. 2. Rute dari Lebak melalui jalur Selatan menggunakan jalan darat menuju Palabuhanratu. 3. Rute dari Cianjur menggunakan jalan darat menuju Palabuhanratu dengan waktu tempuh 1-2 jam. 4. Untuk mencapai wilayah Kawasan Konservasi Pesisir Pantai Pangumbahan dapat diakses dengan jalan darat dari Palabuhanratu. Status Pengelolaan : Taman Pesisir Pangumbahan saat ini telah memiliki rencana pengelolaan dan zonasi serta UPTD pengelola kawasan yang sudah operasional. Sejumlah sarana dan prasarana juga telah diadakan untuk mendukung pengelolaan seperti Pusat informasi, Pos Jaga, Gerbang kawasan, aula dsb. Sejumlah Program Corporate Social Responsibility CSR juga telah berpartisipasi aktif dalam pengelolaan kawasan seperti dari PT Bio Farma dan Pt Astra Daihatsu Motor. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 276 277 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Indramayu STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 278 279 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Indramayu Pulau Biawak Dasar Hukum : Dasar hukum Penetapan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi dan Wisata Laut adalah SK Bupati Indramayu No. 556Kep.528 Diskanla2004 yang dikeluarkan pada tanggal 7 April 2004 Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 720 Ha. Letak Geograis dan Administratif : Pulau Biawak dan sekitarnya terdiri dari tiga pulau kecil, yaitu Pulau Biawak atau yang dikenal juga dengan Pulau Rakit, Pulau Gosong, dan Pulau Candikian Pulau Rakit Utara. Secara Potensi Pariwisata : Pulau Biawak dan sekitarnya memiliki sejumlah obyek wisata menarik, antara lain: Situs Makam Belanda, Situs Makam Syarif Hasan, Menara Mercu Suar. Selain itu, kawasan ini juga sering dijadikan tempat wisata ‘menonton Biawak’ yang merupakan satwa langka di Indonesia. Aksesibilitas : Pulau Biawak dan sekitarnya yang terletak di sebelah Utara Indramayu, yaitu sekitar 26 mil ± 50 km dari daratan Indramayu ini dapat dijangkau dengan menggunakan kapal nelayan dengan lama perjalanan 4-6 jam. Akses menuju pulau ini berasal dari beberapa daerah sekitarnya, misalnya Brondong dan Karangsong. Untuk menuju pulau tersebut harus memakai perahu yang disewa dari nelayan karena tidak ada angkutan khusus yang berangkat setiap hari. geograis, Kawasan Konservasi ini terletak pada koordinat sbb: P. Biawak 06°56’022’’ LS dan 108°22’015’’ BT P. Gosong 5°52’076”LS dan 108°24’337’’ BT P. Candakian 5°48’089”LS dan 108°24’487’’BT Keanekaragaman Hayati : Pulau Biawak merupakan pulau hutan yang banyak ditumbuhi berbagai jenis bakau sebagai ciri khas eksosistem mangrove. Kondisi ekosistem mangrove masih baik dengan tumbuhnya berbagai ragam jenis mangrove yang sudah langka sebagaimana jarang dijumpai di pantai Utara Jawa. Jenis-jenis bakau yang tumbuh diantaranya adalahSonneratia sp, Avicennia sp, Bruguiera sp, Rhizophora sp, Ceriops sp, Acanthus sp, Lummitterae, Xylocarpus, Aigicera, Nipa sp dan sebagainya. Status Pengelolaan Tahun 2006 l Kantor Pengelola KKLD di Komplek Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. l Kapal Wisata KKLD, kapasitas 25 Orang, Kecepatan 10 knotjam, dilengkpai Life Jacket sebanyak 25 pcs Jaket Pelampung, Life Bouy 5pcs, Radio SSB single side band, GPS geographic position system, HT handy talky, dan Pemandu Wisata guideinterpreter. l Radar dan Fish Finder l Pusat Informasi dan Pos Jaga di Pulau Biawak l Dermaga Pelabuhan Jetty di Pulau Biawak. l Tempat Penangkaran Biota Laut Langka dan Ikan Hias. l Peralatan Selam diving sebanyak 3 Unit dan Kompresor STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 280 281 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA l Mouring Bouy tempat tampat perahu di laut l Papan informasi penunjuk arah potensi wisata. l Sarana kebersihan, Tempat duduk dan shelter. Tahun 2007 l Kantor Pengelola KKLD di Komplek Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. l Kapal Wisata KKLD, kapasitas 25 Orang, Kecepatan 10 knotjam, dilengkpai Life Jacket sebanyak 25 pcs Jaket Pelampung, Life Bouy 5pcs, Radio SSB single side band, GPS geographic position system, HT handy talky, dan Pemandu Wisata guideinterpreter. Pelampung, Life Bouy 5pcs, Radio SSB single side band, GPS geographic position system, HT handy talky, dan Pemandu Wisata guideinterpreter. l Radar dan Fish Finder l Pusat Informasi dan Pos Jaga di Pulau Biawak l Dermaga Pelabuhan Jetty di Pulau Biawak. l Tempat Penangkaran Biota Laut Langka dan Ikan Hias. l Peralatan Selam diving sebanyak 3 Unit dan Kompresor l Mouring Bouy tempat tampat perahu di laut l Papan informasi penunjuk arah potensi wisata. l Sarana kebersihan, Tempat duduk dan shelter. Tahun 2009 l Pembangunan grassblok Bangunan KKLD l Rehab dan Peninggian Jembatan l Pembangunan Tempat Tambat Perahu l Radar dan Fish Finder l Pusat Informasi dan Pos Jaga di Pulau Biawak l Dermaga Pelabuhan Jetty di Pulau Biawak. l Tempat Penangkaran Biota Laut Langka dan Ikan Hias. l Peralatan Selam diving sebanyak 3 Unit dan Kompresor l Mouring Bouy tempat tampat perahu di laut l Papan informasi penunjuk arah potensi wisata. l Sarana kebersihan, Tempat duduk dan shelter. Tahun 2008 l Kantor Pengelola KKLD di Komplek Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. l Kapal Wisata KKLD, kapasitas 25 Orang, Kecepatan 10 knotjam, dilengkpai Life Jacket sebanyak 25 pcs Jaket STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 282 283 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Ciamis STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 284 285 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Ciamis Dasar Hukum : Dasar hukum pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Ciamis adalah Peraturan Bupati Ciamis Nomor : 15 Tahun 2008. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 29.823,99 Ha. Letak Geograis dan Administratif : Kawasan Konservasi Kabupaten Ciamis terletak pada posisi geograis 07 41’01”– 07 49’11” LS dan 108 26’58” – 108 46’56” BT. Sementara secara administratif, Kabupaten Ciamis berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan di sebelah Utara, Kabupaten Tasikmalaya di sebelah Barat, Provinsi Jawa Tengah di sebelah Timur, dan Samudera Indonesia di sebelah Selatan. Keanekaragaman Hayati : Di wilayah pesisir Kabupaten Ciamis ditemukan 18 jenis mangrove yang didominasi oleh jenis Rhizophora apiculata, Scyphiphora hydrophyllaceae, Acantus ilicifolius, Nypa fruticans dan Acrosticum aureum dan 9 jenis mangrove ikutan yang didominasi oleh jenis Pongmia pinnata dan Terminalia cattapa, Pandanus tektorius, Hibscus sp, dan Cerbera manghas. Namun demikian, Rhizophora apiculata adalah jenis mangrove yang paling dominan di wilayah pesisir Kabupaten Ciamis. Ekosistem lamun di pesisir Ciamis didominasi oleh Thallasia hemprichii dan Enhalus acoroides, sementara biota laut yang berasosiasi dengan lamun yaitu jenis-jenis ikan tertentu, crustacea, molusca Pinna, Lambis, dan Strombus, echinodermata Holothuria dan Aste roidea, bulu babi Diadema sitosum dan cacing laut polychaeta. Terumbu karang Pangandaran didominasi oleh karang-karang massif, yang merupakan karang-karang berbentuk padat dan keras. Hasil pengamatan bawah air ditemukan berbagai jenis karang diantaranya Goniastrea retiformis, G. favulus, G. aspera, G. pectinata, Platygyra pini, P. lamellina, Montastrea curta, M. annuligera, M. magnistellata,Leptastrea transversa, Cyphastrea serailia, C. Chaldium, Echinopora lamellose, E. gemmacea, E. hirsutissima. Berkembangnya karang padat dan keras disebabkan oleh faktor kedalaman air dan kerasnya hempasan gelombang Samudera Hindia. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 286 287 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Potensi Pariwisata : Kabupaten Ciamis memiliki banyak lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata, diantaranya adalah Cagar Alam Pangandaran, Karang Tirta, Batu Hiu dan Batu Karas Aksesibilitas : Kawasan Konservasi Perairan Ciamis mempunyai jarak yang cukup dekat, baik dengan ibu kota provinsi maupun kabupaten. Lokasinya dapat dicapai melalui jalur Utara dan Selatan. Untuk transportasi darat bisa menggunakan angkutan umum atau menyewa mobil. Kendaraan umum berupa bus antar kota bisa ditempuh dengan rute Jakarta- Ciamis-Pangandaran dan Bandung-Ciamis-Pangandaran. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 288 289 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Brebes STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 290 291 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sementara itu, Waduk Malahayu terletak di Desa Malahayu, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes,Jawa Tengah; ± 6 km dari Banjarharjo atau 17 km dari Tanjung. Luas kawasan ini sekitar 944 hektare dan dibangun pada tahun 1930 oleh Kolonial Belanda. Fungsi waduk ini disamping sebagai sarana irigasi lahan pertanian wilayah Kecamatan Banjarharjo, Kersana, Ketanggungan, Losari, Tanjung dan Bulalakamba juga sebagai pengontrol banjir serta dimanfaatkan untuk rekreasi. Di obyek wisata ini dapat ditemukan panorama alam pegunungan yang indah, dikelilingi hutan jati yang luas dan telah dijadikan bumi perkemahan dan wana wisata. Berbagai fasilitas tersedia di kompleks wisata ini antara lain kolam renang anak, mainan anak, becak air, perahu pesiar, perahu dayung, panggung terbuka serta disediakan tempat parkir yang cukup luas Wikipedia. Nama Kawasan : Suaka Perikanan Waduk Malahayu dan Waduk Penjalin Dasar Hukum : Dasar hukum pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Brebes adalah Keputusan Bupati Brebes Nomor : 523177 Tahun 2007 Tentang penetapan daerah perlindungan sumberdaya ikan suaka perikanan sebagai zona penyangga penebaran benih ikan di perairan umum waduk mahalayu kecamatan Banjarharjo dan Waduk Penjalin Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Sekilas tentang kawasan Waduk Penjalin memiliki luas 1,25 km2 dan isi 9,5 juta m3, terletak di tengah-tengah Desa Winduaji , 2,4 km arah selatan ibu kota Kecamatan Paguyangan . Dari ibu kota kecamatan ke arah selatan jurusan Purwokerto , kemudian sampai Desa Winduaji belok kanan ke lokasi waduk. Dari kota Paguyangan jaraknya 6 km, dari kota Bumiayu 12 km. Sedangkan dari Purwokerto 30 km. Waduk Penjalin terletak perbatasan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Brebes. Waduk ini dibangun tahun 1930 oleh pemerintah kolonial Belanda bersamaan dengan Waduk Malahayu. Air waduk ini dipersiapkan untuk menyuplai irigasi Sungai Pemali bawah dan areal persawahan. Penjalin dalam Bahasa Jawa berati rotan. Di bagian muka waduk ini terdapat tanggul dengan ketinggian 16 m, lebar 4 m, dan panjang 850 m. Keliling waduk dikitari pedukuhan Mungguhan, Keser Kulon, Kali Garung, Kedung Agung, Soka, Karangsempu, Pecikalan, dan Karangnangka. Sedangkan di sebelah timur yang merupakan tanggul dan pintu gerbang waduk adalah dukuh Keser Tengah. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 292 293 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Tegal STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 294 295 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan KonservasiPerairan Karang Jeruk Dasar Hukum : Keputusan Bupati Tegal Nomor: 5234482010 Luas Kawasan Kawasan Suaka Perikanan Karang Jeruk memiliki luas sekitar 53 Hektar dengan rincian sebagai berikut : Zona Inti 10,365 hektar antara 109°11’57,068” – 109°12’16,249” BT dan 06°48’34,689” – 06°48’45,240” LS Zona Penyangga 42,825 hektar antara 109°11’50,560” – 109°12’22,766” BT dan 06°48’28,174” – 06°48’51,741” LS Zona Pemanfaatan : Di luar Zona inti Karang jeruk dan zona pemanfaatan Potensi Pariwisata :

1. Wisata Pantai Purwahamba

Pantai Purwahamba Indah atau biasa disebut Purin. Ada pula yang menyebutnya Pantai Sosro. Salah satu wisata pantai alternatif yang patut dicoba. Dengan lokasi yang strategis, yaitu di Jalan Pantai Utara Pantura Jawa Tengah, membuat tempat wisata ini mudah diakses dari mana saja

2. Wisata Pantai Alam Indah PAI

Setelah penat beraktiitas, yuk kita berwisata di Pantai Alam Indah PAI Tegal. Tempat wisata ini dekat dengan pusat Kota Tegal. Jadi masih bisa dijangkau dengan kendaraan. Lokasinya pun cukup strategis, karena melalui Jalan Pantura. Lokasi : Karang Jeruk dalam wilayah administratif Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal Rencana Pengelolaan Zonasi Kawasan Konservasi ini telah memiliki zonasi dengan lokasi, koordinat dan rincian sbb : Zona Inti : 10,635 ha 109°11’57,068” – 109°12’16,249” BT 06°48’34,689” – 06°48’45,240” LS Mutlak dilindungi dan tidak boleh terjadi perubahan apapun didalamnya oleh aktivitas manusia. Kegiatan yang diperbolehkan hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, inventarisasi, pemantauan perlindungan dan pengamanan. Zona Penyangga : 42,825 ha 109°11’50,560” – 109°12’22,766” BT 06°48’28,174” – 06°48’51,741” LS Zona yang diperuntukan bagi pengamanan zona inti sebagai upaya konservasi. Boleh dilakukan kegiatan penangkapan yang tidak merusak ramah lingkungan. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang dapat memberikan dampak negatif terhadap zona inti. Zona Pemanfaatan Lokasi menyebar diluar zona inti Karang Jeruk dan zona pemanfaatan Zona pemanfaatan perikanan dengan menggunakan peralatan atau sarana prasarana pemanfaatan ramah lingkungan. Penangkapan diperkenankan tanpa batasan waktu dan spesies. Sekilas tentang Kawasan Kabupaten Tegal, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Slawi, sekitar 14 km sebelah selatan Kota Tegal. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Tegal dan Laut Jawa di utara, Kabupaten Pemalang di timur, Kabupaten Banyumas di selatan, serta Kabupaten Brebes di selatan dan barat. Bagian utara wilayah Kabupaten Tegal merupakan dataran rendah. Di sebelah selatan merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Slamet 3.428 meter, gunung tertinggi di Jawa Tengah. Di perbatasan dengan Kabupaten Pemalang, terdapat rangkaian perbukitan yang tidak terlalu terjal. Di antara sungai besar yang mengalir adalah Kali Gung dan Kali Erang, keduanya bermata air di hulu Gunung Slamet. Kabupaten Tegal terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Slawi. Slawi dulunya merupakan kota kecamatan, yang kemudian dikembangkan menjadi ibukota kabupaten yang sebelumnya berada di Kota Tegal. Secara geograis disebelah utara kabupaten tegal merupakan daerah pesisir yang terumbu karangnya rusak karena adanya penambangan liar, penangkapan menggunakan bahan peledak, pencemaran, sedimentasi, eksploitasi berlebih, pembuangan jangkar kapal di daerah terumbu karang, bencana alam pemangsaan oleh Achantaster plancii maka pemerintah daerah , masyarakat pesisir , dan stakeholder tekait menginisiasi perlu adanya konservasi kawasan perairan untuk melindungi ekosistem terumbu karang. Kerentanan ekosistem terumbu karang dan berbagai ulah manusia terus memaksa terdegradasinya terumbu karang. Kawasan Konservai Perairan diatur dengan sistem zonasi. pembagian zonasi yang dapat dikembangkan di dalam kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil, yaitu zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan dan zona lainnya. Dengan konservasi, masyarakat telah memperoleh manfaat hasil tangkapan lebih baik, sebagai dampak limpahan ikan yang dilindungi pada zona larang ambil. selain itu, berbagai alternatif mata pencaharian juga berkembang dengan meningkatnya pengelolaan kawasan konservasi, seperti pemanfaatan wisata bahari serta berbagai kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 296 297 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Konservasi Kawasan Mangrove pada Pusat Informasi Mangrove dan Sekitarnya Kabupaten Pekalongan. Dasar Hukum : Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Walikota Pekalongan Nomor 52302.A tahun 2012 tentang Konservasi Kawasan Mangrove pada Pusat Informasi Mangrove dan Sekitarnya Kabupaten Pekalongan; Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 66,4 Ha. Letak Geograis dan Administratif : Kawasan Konservasi ini terletak di Kecamatan Pekalongan Utara diantaranya terdapat di tiga Kelurahan yaitu: Kelurahan Kandang Panjang seluas 10,7 Ha dan 3,2 Ha Kelurahan Bandengan seluas 49,5 Ha Kelurahan Degayu seluas 3 Ha. Keanekaragaman Hayati : Pencadangan kawasan konservasi dilakukan oleh pemerintah Kota Pekalongan mengingat tingginya abrasi yang terjadi di wilayah pesisir. Mangrove di pesisir Kota Pekalongan diharapkan dapat mengurangi abrasi dan mengembalikan habitat penting bagi biota ekonomis penting yang berasosiasi dengan mangrove. Mangrove mempunyai fungsi penting dalam melindungi daerah pantai dari gelombang besar dan abrasi pantai. Penggunaan tumbuhan mangrove sangat berguna karena sabuk hijau mangrove tidak saja akan mencegah terjadinya abrasi tetapi, secara ekologis juga akan membantu mengembalikan serta meningkatkan produksi perikanan di perairan disekitarnya mengingat bahwa hutan mangrove merupakan tempat hidup dan tempat memijah dari banyak jenis organisme laut baik yang secara ekonomis penting maupun tidak. Selain itu mangrove mempunyai fungsi ekologis sebagai tempat berlindung dan nursery ground bagi beberapa jenis hewan seperti ikan, udang, ular, dan burung. Potensi Pariwisata : Pesisir kota Pekalongan mempunyai beberapa potensi wisata yang dapat dikembangkan. Salah satunya adalah Pusat Informasi Mangrove yang menjadi Kawasan Konservasi. Pada Kawasan ini sudah dibangun infrastruktur yang mendukung kegiatan wisata baik edukasi, wisata alam maupun wisata kuliner.. Aksesibilitas : Pusat Informasi Mangrove dapat diakses dari Jakarta dengan transportasi darat baik itu kereta maupun kendaraan umum dan pribadi. setelah itu menuju lokasi yang berada di Kecamatan Pekalongan Utara. Status Pengelolaan : Di samping upaya-upaya pokok pengelolaan seperti pengadaan sarana prasarana, sosialisasi, dan monitoring, penyusunan Rencana Pengelolaan dan zonasi kawasan ini telah dilaksanakan, begitu pula dengan penunjukan unit organisasi pengelola. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pekalongan STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 298 299 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Batang STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 300 301 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Pesisir Kabupaten Batang Taman Pesisir Ujungnegoro-Roban Dasar Hukum : Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Batang Nomor 5231942012 tentang Pencadangan Kawasan Taman Pesisir Batang; Dasar hukum penetapan kawasan yakni SK Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.29MEN2012 Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 4.015,2 Ha. setempat cukup mengenal komunitas karang-karang tesebut. Nama-nama komunitas karang menurut masyarakat lokal, berturut-turut mulai dari arah Barat ke Timur di sepanjang pantai KKLD antara lain Karang Maeso, Karang Pancer Darat, Karang Pancer, Karang Angrik, Karang Wuluhan, Karang Jojogan, Karang Guo, Karang Kepuh, Karang Kembar, Karang Ipik, dan Karang Kretek. Berdasarkan hasil survey, persentase tutupan karang keras sebesar 6, seperti Porites Lobata dengan bentuk pertumbuhan masive dan submasive. Selain itu, juga terdapat sedikit karang dari familia Faviidae yaitu Favites sp dijumpai dalam bentuk pertumbuhan masive. Jenis ikan karang yang terdapat di lokasi berasal dari 3 famili yaitu Pomacentridae dengan kelimpahan relatif sebesar 78,78, Labridae sebesar 3,02 dan Siganidae 18,18 . Spesies ikan karang yang paling melimpah ialah jenis Neopomacentrus yaitu Neopomacentrus Cyanomos dan N. azysron. Famili Labridae yang ditemukan adalah ikan pembersih cleanerish Labroides dimidiatus. Ikan karang ekonomis penting yang dijumpai di lokasi adalah ikan beronang jenis Siganus javus. Potensi Pariwisata : Obyek wisata yang berkembang di Kabupaten Batang adalah wisata pantai yaitu Pantai Ujungnegoro. Selain itu, ada pula lokasi Makam Syech Maulana Maghribi yang sering dijadikan tempat wisata sejarahreligi. Aksesibilitas : Pantai Ujungnegoro-Roban dapat diakses dari arah Pekalongan, Banjarnegara, dan Kendal menuju Batang, setelah itu menuju lokasi yang berada di Kecamatan Kandeman, Kecamatan Tulis dan Kecamatan Subah. Status Pengelolaan : Di samping upaya-upaya pokok [engelolaan seperta pengadaan sarana prasarana, sosialisasi, dan monitoring, penyusunan Rencana Pengelolaan dan zonasi kawasan ini telah dilaksanakan, begitu pula dengan penunjukan unit organisasi pengelola. Letak Geograis dan Administratif : Kawasan ini terletak di pesisir Ujungnegoro hingga Roban yang terbentang sepanjang Pantai Utara wilayah administrasi Kabupaten Batang. Keanekaragaman Hayati : Ekosistem mangrove di Kawasan Konservasi Laut Daerah terdapat di Desa Sengon Kecamatan Subah. Mang rove jenis Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Avicennia marina dan Bruguiera cylindrica termasuk golongan mangrove komponen mayor. Golongan mang rove ini paling banyak ditemui dibanding mangrove komponen minor seperti Excoecaria agallocha serta mangrove komponen asosiasi seperti waru, ketapang, dan cemara laut. Hasil interpretasi citra satelit menunjukkan penurunan luasan mangrove yang terjadi antara tahun 2003-2006 di wilayah pesisir Kabupaten Batang pada umumnya,yaitu dari 363,842 ha pada tahun 2003 menjadi 159,847 ha. Terumbu karang yang ditemukan terdiri atas karang mati dan karang yang masih tumbuh. Masyarakat STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 302 303 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Taman Pulau Kecil Pulau Panjang Kabupaten Jepara Dasar Hukum : Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Jepara Nomor 522.52728 tahun 2013 tentang Pencadangan Kawasan Taman Pulau Kecil Pulau Panjang Kabupaten Jepara; Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 180,13 Ha. Letak Geograis dan Administratif : Kawasan ini terletak di pesisir Kabupaten Jepara tepatnya di Kelurahan Ujung Batu, Kecamatan Jepara dengan luas zona inti 6,09 Ha, zona pemanfaatan seluas 19,68 Ha dan zona Perikanan Berkelanjutan seluas 154,36 Ha. Pulau panjang berada di koordinat 05°40’-05°57’ LS dan 110°04’-110°40’ BT. Dengan luas wilayah teritorial seluas 30 Ha. Keanekaragaman Hayati : Secara umum, pulau Panjang merupakan sebuah pulau yang didominasi oleh vegetasi pohon yang cukup tinggi. Diantaranya adalah; pohon randu, pohon duri, ketapang, petet, waru, kelor, setigi, cemara dan asam jawa. Secara umum kondisi terumbu karang di Pulau Panjang termasuk dalam kategori sedang mencapai 57 dari keseluruhan area pengamatan. Selanjutnya kondisi terumbu karang dengan kategori buruk mencapai 29 dan hanya 7 dalam kategori baik dan buruk sekali. Karakteristik perairan di Pulau Panjang adalah pantai batu berpasir. Lereng terumbu dalam kategori landai hingga agak curam, dengan kemiringan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Jepara lereng terumbu berkisar antara 10 - 20°. Kecerahan perarian tergolong rendah yaitu 6 meter. Persebaran mangrove tidak cukup tinggi, dengan hanya ditemukan tiga jenis mangrove, yaitu: jenis rhizopora, avicenia dan lumnitzera. Potensi Pariwisata : Obyek wisata yang berkembang di Kabupaten Jepara adalah wisata pantai yaitu Pantai Kartini. Selain itu juga banyak wisatawan menyeberang menuju Taman Nasional Karimunjawa untuk berwisata. Untuk Pulau Panjang sendiri merupakan destinasi wisata bagi para wisatawan untuk menikmati keindahan pantainya dan ekosistemnya. Di sisi lain, keberadaan mercu suar dan makam juga menjadi daya tarik tersendiri Aksesibilitas : Menuju Kawasan Konservasi Pulau Panjang dapat diakses dari pantai Kartini di Kabupaten Jepara menggunakan perahu boat wisata, Pantai Kartini di Kabupaten Jepara berjarak 3 km dari pusat kota Jepara. Pusat kota Jepara berjarak 85 km dari Semarang ibukota Propinsi Jawa Tengah.. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 304 305 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Suaka Alam Perairan Kabupaten Gunungkidul Dasar Hukum : Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Gunung Kidul Nomor 271KPTS2013 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan di Kabupaten Gunung Kidul; Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 3.195,67 Ha. Dengan luas kawasan daratan sebesar 192,79 Ha dan Kawasan Perairan seluas 3.195,67 Ha. Luas Zona Inti 420,105 Ha atau 12,39 dari total luas kawasan konservasi perairan Letak Geograis dan Administratif : Kawasan ini terletak di pesisir Kabupaten Gunung Kidul tepatnya di sekitar Wediombo. Kawasan Pantai Wediombo terletak di Desa Balong dan Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo.. Keanekaragaman Hayati : Potensi Pariwisata : Pantai Wediombo merupakan teluk bertebing terjal, berpasir putih, tersusun oleh pasir vulkanis dan pasir organis yang selama ini telah menjadi salah satu destinasi wisata di Kab. Gunung Kidul. Wisatawan dapat menikmati sunset dan aktiitas memancing di lokasi wisata tersebut. Aksesibilitas : Wediombo yang merupakan lokasi Kawasan Konservasi terletak di Kecamatan Girisubo yang berjarak 28 km dari Kota Wonosari ke arah tenggara. Sedangkan Wonosari berjarak sekitar 39 km dari kota Yogyakarta. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Gunung Kidul STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 306 307 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bantul STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 308 309 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Taman Pesisir Kabupaten Bantul Dasar Hukum : Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Bantul Nomor 284 tahun 2014 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Kabupaten Bantul; Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 182 Ha. Terdiri dari Kawasan Konservasi Penyu, seluas 50 Ha dan Kawasan Keanekaragaman Hayati : Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul memiliki potensi sumberdaya alam berupa satwa penyu, vegetasi mangrove, dan gumuk pasir yang mempunyai daya tarik sumberdaya hayati, formasi geologi, danatau gejala alam yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pemanfaatan pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan dan peningkatan kesadaran konservasi sumberdaya alam hayati, wisata bahari, dan rekreasi. Konservasi Mangrove, seluas 132 Ha. Untuk Kawasan Konservasi Penyu, Zona inti seluas 19 Ha, zona lainnya seluas 9 Ha dan zona pemanfaatan terbatas seluas 22 Ha. Sedangkan Kawasan Konservasi Mangrove, Zona inti seluas 10 Ha, zona lainnya seluas 94 Ha dan zona pemanfaatan terbatas seluas 28 Ha. Letak Geograis dan Administratif : Kawasan ini terletak di pesisir Kabupaten Bantul tepatnya di Kecamatan Kretek, yang ada di dua lokasi kawasan konservasi, yaitu: konservasi penyu penangkaran tukik di Pantai Patehan Desa Gadingsari dan Pantai Pandansimo Desa Poncosari. Kemudian konservasi mangrove di Baros DesaTirtohargo Potensi Pariwisata : Obyek wisata yang berkembang di Kabupaten Bantul adalah wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan minat khusus. Namun khususnya di Kawasan Konservasi yang dapat dinikmati wisatawan adalah wisata pantai. Sebagian dari wilayah Kawasan Konservasi memang bersinggungan dengan objek wisata pantai yang sudah berkembang. Sehingga pengelolaan kawasan konservasi dapat dipadukan dengan konsep wisata. Aksesibilitas : Menuju Kawasan Konservasi Kabupaten Bantul dapat diakses dari Kota Bantul menggunakan transportasi darat dengan jarak kurang lebih 10 km, Sedangkan kota Bantul berjarak sekitar 16 km dari Jogya ibukota Propinsi Yogyakarta... STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 310 311 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Pulau-pulau Kecil Kabupaten Sidoarjo Dasar Hukum : Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Sidoarjo Nomor 188859404.1.3.22012 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Pulau-pulau Kecil Kabupaten Sidoarjo tanggal 24 Oktober 2012; Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 3005 Ha, terdiri dari Area Pulau Kedung seluas 1330 Ha dengan wilayah laut seluas 250 Ha dan wilayah darat seluas 1080 Ha Area Pulau Watu seluas 825 Ha dengan wilayah laut seluas 200 Ha dan wilayah darat seluas 625 Ha Area Pulau Pandansari seluas 850 Ha, dengan wilayah laut seluas 600 Ha dan wilayah darat seluas 250 Ha Letak Geograis dan Administratif : Pulau Kedung berlokasi di Kecamatan Jabon dengan letak geograisnya adalah 7 33’50” LS dan 112 51’47” BT Pulau Watu berlokasi di Kecamatan Jabon dengan letak geograisnya adalah 7 33’51” LS dan 112 51’38” BT. Pulau Pandansari berlokasi di Kecamatan Jabon dengan letak geograisnya adalah 7 33’45” LS dan 112 51’40” BT Keanekaragaman Hayati : Pulau Kedung merupakan pulau yang sebagian besar wilayahnya merupakan tambak. Pulau Watu merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Pulau Pandansari merupakan hasil endapan sungai porong Aksesibilitas : Menuju Kawasan Konservasi Kabupaten Sidoarjo dapat diakses dari Kota Sidoarjo menggunakan transportasi darat dengan jarak kurang lebih 30 km, Sedangkan kota Sidoarjo berjarak sekitar 20 km dari Surabaya ibukota Propinsi Jawa Timur. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Sidoarjo STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 312 313 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Taman Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo Dasar Hukum : Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Situbondo Nomor No. 19 Tahun 2012 tentang Pencadangan Kawasan Terumbu Karang Pasir Putih sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Situbondo Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 195,2 Ha, terdiri dari: Area I daratan, seluas 580 m2 lima ratus delapan puluh meter persegi yang terletak pada koordinat 7º41’18,18” LS dan 113º49’52,45” BT. Area II laut, seluas 195,2 Ha seratus sembilan puluh lima koma dua hektar dengan panjang keliling kawasan sebesar 8458,2 m delapan ribu empat ratus lima puluh delapan koma dua meter. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Situbondo Keanekaragaman Hayati : Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah didasarkan pada prinsip-prinsip pencegahan pengrusakan terumbu karang, pencegahan aktivitas pariwisata yang destruktif, pencegahan tangkap lebih overishing, pengaturan penggunaan alat penangkapan ikan, cara penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan yang ramah lingkungan, pengelolaan berbasis masyarakat, pertimbangan kearifan lokal dan pertimbangan bukti ilmiah. Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Daerah diprioritaskan untuk melindungi potensi sumberdaya kelautan dan perikanan khususnya terumbu karang dari eksploitasi yang tidak ramah lingkungan dan untuk menjamin ketersediaan sumber daya ikan secara berkelanjutan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengembangan budidaya perikanan, pengembangan pariwisata bahari yang memberi manfaat secara langsung kepada masyarakat serta konservasi terumbu karang beserta ekosistemnya yang potensinya semakin terancam. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 314 315 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pasuruan Dasar Hukum : Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Pasuruan Nomor No. 523513HK424.013201 Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pasuruan STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 316 317 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas tentang Kawasan Meski baru dicadangkan pada Tahun 2010 melalui SK Bupati, kawasan ini telah malalui proses yang panjang dalam kaitannya dengan kegiatan konservasi. Misalnya, pada Tahun 19961997 dilakukan study kelayakan oleh BAPPEDA Prov. Jatim yang menghasilkan rekomendasi pembentukan daerah sepanjang dan sekitarnya sebagai taman laut nasional. Surat Gubernur Jatim tgl. 05 Desember 1997 Nomor : 0502583201.31997 serta rekomendasi Bupati Sumenep tgl. 17 Desember 1997 Nomor : 050403444.2011997 perihal Rekomendasi Taman Nasional Laut di Kepulauan Sepanjang dan sekitarnya, telah diusulkan menjadi Taman Laut Nasional di Jawa Timur. Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur. Dasar Hukum : Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Sumenep melalui Surat Keputusan Bupati No. 8 Tahun 2010 yang diterbitkan pada tanggal 3 Mei 2010. Luas Kawasan : Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Sumenep dan sekitarnya memiliki luas sekitar 118.406,2 Ha. Lokasi Kawasan: Kawasan konservasi ini masuk dalam areal Pulau Sepanjang dimana secara administratif merupakan wilayah Kecamatan Sepekan Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur. Secara geograis, wilayah perairan Kepulauan Sepanjang dan sekitarnya terletak pada koordinat 06 48’ - 07 8’ LS dan 115 48’ - 115 53’ BT. Keanekaragaman Hayati : Pulau Sepanjang didominasi oleh vegetasi mangrove. Keanekaragaman ikan yang dijumpai di perairan Sepajang sangat bervariasi antara ikan hias dan ikan ekonomis terumbu karang. Jumlah jenis ikan yang dijumpai 64 spesies. Wilayah yang dikelilingi terumbu karang ini merupakan spawning ground dan nursery ground dengan inidkasi banyaknya juvenil ikan di sekitar perairan. Terdapat 6 jenis ikan dijumpai dalam kelimpahan besar 80 ekor dari jenis Dascyllus reticulatus, Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Sumenep Dascyllus trimaculatus, Pomacentrus auriventris, Acanthurus nigrofuscus, Labroides dimidiatus, dan Pomacentrus moluccensis Aksesibilitas : Untuk menjangkau Pulau Sepanjang dapat ditempuh melalui pelabuhan penyeberangan Kalianget di Sumenep. Waktu tempuh sekitar 8 jam dengan menggunakan moda transportasi laut berupa kapal penumpang milik Pemerintah Kabupaten Sumenep Dharma Sumekar, dengan jadwal pelayaran setiap hari satu kali kecuali hari Selasa dan Kamis. Jam keberangkatan yaitu jam 21.00 WIB turun di Pelabuhan Bilis-Bilis Kangean Kec. Arjasa. Selain dengan kapal penumpang ada juga pelayaran lainnya yaitu yaitu Kapal Perintis dengan rute Banyuwangi – Kalianget – Batu Guluk Arjasa – Sapeken pulang pergi. Jadwal pelayaran adalah dalam 1 minggu 2 kali yaitu setiap hari Sabtu dan Rabu. Dari Bilis-bilis bisa dianjutkan dengan kapal kayu nelayan atau kapal tradisional menuju Sapeken, yang dilanjutkan ke Pulau Sepanjang yang ditempuh sekitar 6-8 jam. Adapun alternatif lain jalur darat menuju ke ujung Pulau Kangean yaitu Kayu Waru yang ditempuh sekitar 1 jam selanjutnya dengan kapal tradisional kapal nelayan ke Sapeken - Sepanjang dengan waktu tempuh 3 jam perjalanan. Potensi Pariwisata : Perairan sebelah utara Pulau Sepanjang mempunyai daya tarik alam berupa panorama tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologinya yang indah, unik dan nyaman. Untuk menjangkau wilayah ini relatif mudah karena akses dekat dengan pemukiman penduduk. Kondisi tersebut secara tidak langsung memberikan peluang Kawasan ini menjadi tempat Parawista. Status Pengelolaan : l Dicadangkan melalui SK Bupati dengan rencana aksi sbb : l Review rencana zonasi Kawasan Konservasi Perairan Daerah l Pembentukan kelembagaan pusat Tradisi Maritim Sepanjang oleh para Kades di Kec. Sapeken l Kunjungan lapangan dan inalisasi program aksi 2013 sampai dengan 2017 bersama mitra Prancis Best Metropole l Instalasi batas-batas isik kawasan konservasi l Pengusulan penetapan KKPD kepada Menteri Kelautan dan Perikanan. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 318 319 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Bali dan Nusa Tenggara BuLeLeNG KLuNGKuNG NuSA PeNIDA JeMBRANA LOMBOK BARAT LOMBOK TeNGAH LOMBOK TIMuR SuMBAwA BARAT SuMBAwA BIMA DOMPu SIKKA FLOReS TIMuR ALOR LeMBATA STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 320 321 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Buleleng STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 322 323 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas tentang Kawasan Kawasan konservasi perairan di Kab. Buleleng telah diinisiasi sejak tahun 2004 oleh DKP-RI melalui kegiatan Inventarisasi dan Penilaian Potensi Calon KKLD di Buleleng - Bali. Pada tahun 2006 dilanjutkan oleh DKP-RI melalui kegiatan Evaluasi Laporan Inventarisasi dan Penilaian Potensi Calon Kawasan Konservasi Laut Daerah CKKLD Kabupaten Buleleng- Bali. Pada tahun 2007, Balai Riset dan Observasi Kelautan melakukan kegiatan Survey dan Analisa KKLD Pemuteran. Namun sampai akhir tahun 2007, kawasan-kawasan yang diusulkan belum dapat ditetapkan yang disebabkan masih adanya pro-kontra terhadap rencana ini. Pada tahun 2010, kembali dilakukan inisiasi pembentukan Kawasan Konservasi Perairan skala kabupaten dan pada tahun 2011 rencana pencadangan Kawasan Konservasi Perairan telah disepakati oleh seluruh masyarakat didalam areal calon kawasan. Akhirnya, pada tanggal 22 Agustus 2011, Bupati Buleleng menandatangani SK Nomor 523 630 HK 2011 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kab. Buleleng. Luas wilayah perairan yang dicadangkan: Taman Wisata Perairan Buleleng Timur seluas 6.661,68 Ha, Taman Wisata Perairan Buleleng Tengah seluas 6.727,91 Ha, Taman Wisata Perairan Buleleng Barat seluas 651,24 Ha. Total 14.040,83 Ha. SK Pencadangan ini telah pula diikuti dengan Pembentukan Kelompok Kerja Penyusunan Rencana Pengelolaan KKP yang di Ketuai oleh Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Buleleng dan beranggotakan seluruh stakeholder terkait. Setiap tahunnya, Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Buleleng hanya mampu mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 90 juta – 150 juta untuk mendukung kegiatan konservasi sehingga dibutuhkan kolaborasi dalam mekanisme pendanaan. Nama Kawasan : Taman Wisata Perairan Kabupaten Buleleng Timur, Buleleng Tengah dan Buleleng Barat Dasar Hukum : Pencadangan melalui Keputusan Bupati Buleleng No. 523630HK2011 Tentang Pencadangan Kawasan Konserrvasi Perairan di Kabupaten Buleleng Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 14.041,13 Ha Letak Geograis dan Administratif : Kawasan ini terletak di kawasan perairan pantai lobina Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. Keanekaragaman Hayati : Diperkirakan terdapat 8 spesies komunitas Lumba-Lumba dan Paus di Buleleng yaitu: Spinner dolphins dwarf Hawaiian, spotted dolphins, Fraser’s dolphins, Risso’s dolphins, bottlenose dolphins, short-inned, pilot whale, Bryde’s whale, false killer whale. Lumba-Lumba merupakan salah satu ikon wisata di Buleleng. Pariwisata Lumba-Lumba telah ada di Buleleng Lovina sejak tahun 1987. Wisata Lumba-Lumba di Lovina merupakan wisata sepanjang tahun, didukung oleh 179 Armada Perahu dan menjadi armada wisata lumba-lumba terbesar kedua didunia setelah wisata yang serupa di India Status Pengelolaan : Kawasan ini saat ini dikelola oleh POKJA dan tengah dalam proses penyusunan SK Bupati untuk pembentukan kelembagaan yang lebih permanen. Demikin pula dengan Rencana Pengelolaan dan zonasi yang saat ini masih dalam proses penyusunan. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 324 325 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Klungkung STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 326 327 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas tentang Kawasan : KKP Nusa Penida dibentuk dengan salah satu tujuan yaitu perikanan yang berkelanjutan selain pariwisata yang berkelanjutan dan perlindungan keanekaragaman hayati laut. Di dalam KKP diatur zona-zona seperti zona inti yang gunanya untuk melindungi tempat-tempat ikan berpijah dan bertelur sehingga zona ini sama sekali tidak boleh diganggu. Sementara itu zona perikanan berkelanjutan diperuntukan agar nelayan Nusa Penida tetap dapat menangkap ikan, tentunya dengan alat tangkap dan cara-cara yang ramah lingkungan. Penangkan ikan dengan cara merusak seperti bom dan potasium-sianida dilarang digunakan di dalam KKP Nusa Penida. Sementara zona lainnya juga berperan di dalam melindungi terumbu karang, hutan bakau dan padang lamun yang merupakan ekosistem penting pesisir dimana ikan dan biota laut lainnya bereproduksi,m bertelur, berlindung dan mencari makan di dalamnnya. Jika ekosistem ini rusak maka ikan akan semakin berkurang dan akan berdampak kepada nelayan Nusa Penida. Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Kabupaten Klungkung Provinsi Bali. Dasar Legal : Pencadangan Perairan Nusa Penida Kabupaten Klungkung sebagai Kawasan Konservasi Perairan KKP melalui Surat Keputusan Bupati Klungkung Nomor 12 Tahun 2010 yang diterbitkan pada tanggal 7 Juli 2010. Luas Kawasan : 20,057 Ha Titik Koordinat Batas Luar KKP Nusa Penida : Batu Nunggul : 115034’37.10” BT – 80 39’14.43” LS Batu Abah : 115039’41.36” BT – 80 46’25.54” LS Sekartaji : 115035’32.37” BT – 80 51’39.59” LS Sakti : 115026’6.53” BT – 80 45’46.33” LS Lembongan : 115024’13.28” BT – 80 41’5.82” LS Jungut Batu : 115026’42.52” BT – 80 38’34.63” LS Keanekaragaman Hayati : Perairan Nusa Penida memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, dimana teradapat sekitar 149,05 Ha terumbu karang dengan 296 jenis karang. Wilayah ini termasuk dalam segitiga terumbu karang dunia the global coral triangle yang saat ini menjadi prioritas dunia untuk dilestarikan. Keanekaragaman Ikan Karang dan Biota Lainnya. Kawasan ini memiliki 576 jenis ikan, 5 diantaranya jens ikan baru. Kelompok ikan tersebut adalah ikan karang, ikan pelagis dan ikan dasar. Mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba melintas di kawasan ini. Selain itu, terdapat 2 jenis penyu, yaitu penyu hijau green turtle dan penyu sisik hawksbill turtle. Beberapa daerah dalam kawasan ini merupakan lokasi penyu bertelur. Keunikan kawasan ini salah satunya adalah kemunculan ikan Mola-Mola sunish yang merupakan ikan laut pada bulan Juli – September. Beberapa lokasi di kawasan Nusa Penida menjadi cleaning station baik ikan Mola-Mola. Aksesibilitas : KKP Nusa Penida terletak di kecamatan Nusa Penida dan relatif mudah dicapai. Kecamatan kepulauan ini terletak tidak lebih dari 15 mil laut dari pulau utama Bali. Calon KKP Nusa Penida dapat dicapai dari 5 tempat yaitu Sanur, Pelabuhan Benoa, Kusamba, Tanjung Benoa dan Padang Bai. Banyak terdapat sarana atau moda tranportasi laut dan public-boat setiap harinya yang dapat mengantar penumpang pengunjung dari dan ke Kecamatan Nusa Penida baik pada saat pagi, siang dan sore hari. Calon KKP Nusa penida dapat dicapai dengan waktu tempuh sekitar 40 menit dengan menggunakan speedboat double engine 85 PK. Terdapat pelabuhan ferry di Nusa Penida tempat bersandarnya kapal Roro dari Padang Bai Karangasem. Potensi Pariwisata : Kekayaan hayati laut Nusa Penida telah membawa manfaat ekonomi dan jasa lingkungan bagi Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung dan Propinsi Bali. Terumbu karang coral reef, hutan bakau mangrove, ikan pari manta manta ray, ikan mola-mola sunish, penyu sea turtle, lumba- lumbadolphin, Hiu shark dan Paus whale merupakan atraksi menarikbagi wisata bahari. Terdapat lebih dari 20 titik lokasi penyelaman di perairan Nusa Penida dengan beberapa lokasi penyelaman favorit seperti Crystal Bay, Manta Point, Ceningan Wall, Blue Corner, SD-Sental, Mangrove-Sakenan, Gemat Bay, dan Batu Abah, Terdapat 3 cruises besar di Nusa Penida yang masing-masing memiliki pontoon seperti Bali Hai, Bounty dan Quick-Silver yang rata-rata membawa turis 200 orang per hari. Wisata Bahari lainnya di Nusa Penida seperti suring, snorkeling, sailing, ishing, lying ish, Para –Sailing, kayaking dan sea- walker. Terdapat 6 penyelam operator base di Nusa Lembongan dan Nusa Penida. Diperkirakan sekitar 200.000 turis dating berkunjung ke Nusa Penida setiap tahunnya. Puncak jumlah kunjungan palingramai di Nusa Penida peak- season adalah bulan Agustus – September, sementara bulan paling sepi low-season bulan Januari – Februari. Status Pengelolaan : Pasca pencadangan, sudah banyak upaya yang dilakukan dalam pengelolaan kawasan konservasi ini, antara lain pembentukan pokja nusa Penida, penyusunan zonasi kawasan, monitoring sumberdaya, penyusunan proil perikanan, penyusunan proil wisata bahari dsb. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 328 329 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Sekilas tentang Kawasan Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Jembrana Dasar Hukum : Pencadangan melalui Keputusan Bupati Jembrana No. 770 DKPK2013 Tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Jembrana Luas Kawasan : Kawasan Konservasi ini memiliki luas 3532,52 Ha, terdiri dari: Kawasana Konservasi Perairan dan Taman Pesisir Perancak, Kabupaten Jembrana yang terdiri dari kawasan darat seluas 1.137,72 Ha dan kawasan laut seluas 1.165,50 Ha. Kawasan Konservasi Perairan Melaya, Kabupaten Jembrana seluas 1.229,30 Ha. Letak Geograis dan Administratif : Kawasan ini terletak di perairan pesisir Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Kawasan konservasi perairan dan taman pesisir perancak berada di kecamatan jembrana berada pada koordinat antara 8°24’01,45” LS – 8°25’22,88” LS dan 114°35’43,68” BT – 114°40’06,93” BT. Sedangkan Kawasan Konservasi Perairan Melaya berada di Kecamatan Melaya dengan koordinat antara 8°14’56,45” LS – 8°18’20,04” LS dan 114°27’21,87” BT dan 114°30’13,94” BT. Keanekaragaman Hayati : Potensi lestari sumberdaya ikan di wilayah perairan Kabupaten Jembrana sebesar 56.947 tontahun, terdiri dari ikan pelagis 53.947 tontahun dan ikan demersal 3.877 tontahun Dinas Kelautan, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Jembrana, 2012. Selain ikan lemuru sebagai sumber daya ikan utama, jenis sumberdaya ikan pelagis lain lainnya yaitu ikan layang, layur, tongkol, manyung, kembung, bawal hitam, bawal putih, kuwe, teri, peperek, kurisi, belanak, banyar, srengseng, tenggiri, beronang, kerong-kerong, dan ikan lainnya. Sedangkan jenis ikan demersal meliputi ikan cucut, kerapu, kakap dan pari. Komoditas lainnya yaitu cumi dan lobster. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Jemrana STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 330 331 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Lombok Barat STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 332 333 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA c. Terumbu karang l Luasan tutupan ekosistem terumbu karang 2.701,6 Ha l Ditemukan 57 genera dari 15 famili karang keras. Didominasi oleh Acropora dan Porites l Rata-rata tutupan karang keras 35 dengan kisaran 25 – 56,8 l Ditemukan 379 spesies dari 43 famili ikan karang. l Kelimpahan ikan berkisar 9.730 – 98.240 indha dengan rata-rata kelimpahan 23.033 Haind l Biomasa ikan karang 382,4 – 2.876,9 kgHa, dengan rata- rata sebesar 818,4 kgHa Foto : Md Dharma WCS Gambar 1 ekosistem terumbu karang dan kelimpahan ikan karang Kondisi Sosial Budaya dan ekonomi: l Jumlah penduduk sekitar kawasan pada tahun 2012 sejumlah 57.476 jiwa, dengan rata-rata kepadatan 198,8 jiwakm 2 l Dominan beretnis Sasak, Jawa dan Sumbawa l Tingkat pendidikan nelayan didominasi lulusan SD l Rentang pendapatan mayoritas nelayan berkisar antara Rp 700.000 – 1.400.000 per bulan

1. Nama Kawasan :

Taman Wisata Perairan Gili Tangkong Gili Nanggu Gili Sudak TWP Gita Nada Foto : Md Dharma WCS

2. Dasar Hukum :

- Pencadangan: Peraturan Bupati Lombok Barat No. 562011 yang telah direvisi Peraturan Bupati Lombok Barat No 232014 - Rencana Pengelolaan dan Zonasi: - - Unit Organisasi Pengelola: - - Penetapan: - - Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah PERDA, PERBUP, dll. : sesuai dengan RTRW

3. Luas Kawasan : 21.556 Ha 4. Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:

TWP Gita Nada terletak di Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat . batas-batas TWP Gita Nada dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Batas luar koordinat TWP Gita Nada No Bujur Timur Lintang Selatan 1 116° 2’ 43,09” 8° 43’ 24,59” 2 116° 2’ 38,83” 8° 42’ 52,59” 3 115° 54’ 57,66” 8° 39’ 56,11” 4 115° 48’ 37,32” 8° 43’ 2,77” 5 115° 48’ 20,88” 8° 43’ 46,63” 6 115° 47’ 31,54” 8° 47’ 53,32” 7 115° 48’ 11,74” 8° 50’ 52,38” 8 115° 54’ 57,41” 8° 50’ 54,03” 9 115° 54’ 57,45” 8° 50’ 38,26” Target Konservasi: Target Sumberdaya Bioekologis l Ekosistem terumbu karang l Ekosistem mangrove l Ekosistem padang lamun l Biomasa ikan karang kakap dan kerapu l Species Duyung Dugong dugong, Kima Tridacna sp dan Lola Trochus sp Target Sosial, Budaya dan Ekonomi l Dukungan dalam pengelolaan l Partisipasi dalam pengelolaan l Kepatuhan terhadap zonasi l Peningkatan kesejahteraan masyarakat Kondisi Ekologis - Keanekaragaman Hayati: a. Ekosistem Mangrove Berdasarkan hasil analisis citra, luasan hutan mangrove di Kabupaten Lombok Barat diestimasi seluas 398,2 Ha. Kawasan hutan mangrove tersebar di Kecamatan Lembar dan Kecamatan Sekotong. Berdasarkan DKP Lombok Barat 2011, luasan mangrove pada akhir tahun 2009 adalah 606,81 Ha. Hutan mangrove dengan kondisi rusak ringan seluas 118,83 Ha, kondisi rusak berat seluas 487,98 Ha, dan luasan yang telah direhabilitasi 195,1 Ha. Berdasarkan data tersebut, hingga 2014 luas tutupan hutan mangrove di Lombok Barat telah berkurang hingga 65,6. b. Ekosistem Lamun Berdasarkan hasil analisis citra, sebaran luas padang lamun di pesisir Lombok Barat mencapai 413,9 Ha. Sebaran ekosistem padang lamun ditemukan di pesisir utara Kecamatan Sekotong meliputi Desa Batu Putih, Desa Pelangan, Desa Gili Gede Indah dan Desa Sekotong Barat. Berdasarkan data DKP, luasan padang lamun pada tahun 2009 adalah 291,87 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan tutupan padang lamun sekitar 41,8 dari tahun 2009 hingga 2014. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh WCS di Gili Gede Lombok Barat, persentase penutupan vegetasi lamun adalah 43,9 ± 3,4. Jenis yang ditemukan antara lain Enhalus acoroides, Thallasia hemprichii, dan Syringodium isoetifolium. Persen penutupan terbesar adalah Thallasia hemprichii dengan rata-rata penutupan 19,2 ± 2,9, diikuti oleh persen tutupan Enhalus acoroides dengan rara-rata persen penutupan 17,1 ± 3,6, dan terakhir persentase tutupan Syringodium isoetifolium 7,6 ± 3,7.Jenis lamun yang ditemukan Enhalus acoroides, Thallasia hemprichii, dan Syringodium isoetifolium STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 334 335 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA l Survei ekologi 2013 l Survei sosial ekonomi budaya 2014 - Kegiatan wisata telah berjalan di Gili Nanggu. Kegiatan budidaya KJA di Gili Gede. Kegiatan perikanan karang berlangsung di sekitar perairan Gili Tangkong, Gili Nanggu, Gili Sudak - Pembentukan dan pembinaan Pokmaswas serta pengadaan boat patrol. - Rehabilitasi terumbu karang - Rehabilitasi Kima Foto : Md Dharma WCS Gambar 4 Kegiatan rehabilitasi terumbu karang dan kima Gambar 5 Graik hasil survey EKKP3K bulan agustus 2014 l Aset utama berupa tanah dan hewan ternak. l Kontribusi terbesar PDRB Sekotong pada 2011 adalah pertanian 51,7, diikuti hotel, perdagangan dan restoran 19,1 Kondisi Perikanan l Potensi area pengembangan rumput laut 499,84 Ha l Pengembangan tambak garam 354,19 Ha l Komoditas perikanan tangkap KKPD Gita Nada didominasi perikanan pantai, perikanan karang, dan pelagis kecil. l Produk perikanan yang cukup banyak dihasilkan di kawasan ini antara lain tongkol pindang Foto : Tezar WCS Gambar 2. Potensi perikanan karang di TWP Gita Nada Potensi Pariwisata : l Bentuk wisata yang berkembang wisata pantai, snorkeling, surving dan selam. l Destinasi wisata yang berkembang Pantai pasir putih Mekaki, Gili Nanggu, Gili Tangkong, Gili Sudak, Gili Gede, Gili Rengit, Gili Kedis, Gili Layar Foto : Md Dharma WCS Gambar 3. Fasilitas Pariwisata di TWP Gita Nada Aksesibilitas : l Transportasi jalur darat dari Gerung , ibukota Kabupaten Lombok Barat menuju Sekotong berjarak tempuh sekitar 30 km. l Transportasi udara melalui Bandara Internasional Lombok BIL di Praya. Jarak tempuh antara Praya ke Sekotong kurang lebih 50 km. l Transportasi laut diakses melalui Pelabuhan Lembar dengan jarak tempuh ke Sekotong sekitar 10 km Upaya Pengelolaan Kawasan: - Peningkatan Efektivitas Pengelolaan kawasan: l SK pencadangan telah direvisi 2013 l Pengadaaan kapal patroli 2013 l Pelatihan Dasar Pengelolaan KKP MPA101 dilaksanakan pada 2013 Peta Lokasi : Referensi : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat. 2014. Identiikasi dan Inventarisasi Calon Kawasan Konservasi Perairan Daerah Gita Nada, Kabupaten Lombok Barat. Kartawijaya, T., R. Anggraeni, T. Rafandi,P. Ningtias, dan Y. Herdiana. 2014. Aspek Sosial-Ekonomi Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Gita Nada Kabupaten Lombok Barat. Wildlife Conservation Society – Indonesia Marine Program. Pardede, S.T., E. Muttaqin, S.A.R. Tarigan, dan S. Dewa. 2013. Status Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Lombok, 2013: Dalam Mendukung Perancangan Zonasi dan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Wildlife Conservation Society – Indonesia Marine Program. Ningtias, P., I. Yulianto, A. Soemodinoto, T. Kartawijaya, Y. Herdiana, I.D.G. Warmadewa, K.M. Hasbi, dan H. Murtawan. 2013. Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil E-KKP3K di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Wildlife Conservation Society – Indonesia Marine Program. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 336 337 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi Perairan Daerah Lombok tengah STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 338 339 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA

1. Nama Kawasan :

Taman Wisata Perairan Teluk Bumbang Foto: TezarWCS

2. Dasar Hukum :

l Pencadangan: l Peraturan Bupati Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan Teluk Bumbang. l Rencana Pengelolaan dan Zonasi: SK Pokja: Keputusan Bupati Lombok Tengah Nomor 263 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan TWP Teluk Bumbang dan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Lombok Tengah. l Unit Organisasi Pengelola:- l Penetapan:- l Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah PERDA, PERBUP, dll. l Sedang disesuaikan dengan RZWP3K Kabupaten. l Peraturan Derah Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten l Lombok Tengah Sebagai Daerah Otonom Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008 Nomor 2; l Peraturan daerah nomor 7 tahun 2012 tentang Rencanan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012 Nomor 7; l Peraturan Bupati Lombok Tengah Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan Teluk Bumbang di Kabupaten Lombok Tengah.

3. Luas Kawasan :

22.940,45 Ha Kebijakan dari pemkab untuk merevisi luasan KKPD

4. Letak, Lokasi, dan Batas-batas Kawasan:

Taman Wisata Perairan TWP Teluk Bumbang terletak di pesisir selatan Pulau Lombok. Secara administratif, TWP Teluk Bumbang termasuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat NTB. Terdapat 9 desa yang bersentuhan langsung dengan Kawasan TWP ini, yaitu Desa Tumpak, Desa Prabu, Desa Kuta, Desa Sukadana dan Desa Mertak, Desa Selong Belanak, Desa Sengkol, Desa Teruwai, dan Desa Mekar Sari. Secara geograis TWP Teluk Bumbang terletak pada koordinat 116°09’34.72”-116°24’17.46” BT dan 08°53’47.62” - 08°53’58.38” LS. Koordinat batas kawasan TPW Teluk Bumbang sebagai berikut: Titik 1 : 116 09’34.72”BT - 8 53’47.62” LS Titik 2 : 116 09’18.65” BT - 8 58’24.63” LS Titik 3 : 116 25’29.40” BT - 8 59’28.76” LS Titik 4 : 116 25’05.69” BT - 8 54’39.57” LS Titik 5 : 116 24’17.46” BT - 8 53’58.38” LS

5. Target Konservasi:

- Target Sumberdaya Bioekologis l Ekosistem terumbu karang l Perikanan Lobster dan rumput laut - Target Sosial, Budaya dan Ekonomi l Dukungan dan partisipasi dalam pengelolaan l Kepatuhan terhadap zonasi l Peningkatan kesejahteraan masyarakat

6. Potensi ekologis - Keanekaragaman Hayati:

A. ekosistem Mangrove

Menurut Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi NTB, pesisir Lombok Tengah dengan garis pantai 85 km memiliki areal hutan bakau seluas 325,79 Ha tahun 1999 dan mengalami penurunan menjadi 202,68 Ha pada tahun 2006. Hutan mangrove tersebut terkonsentrasi di dua lokasi, yaitu Teluk Bumbang Kecamatan Pujut dan Teluk Awang Kecamatan Praya Timur. Jenis-jenis pohon bakau mangrove di Kabupaten Lombok Tengah didominasi oleh Rhizopora mucronata, Rhizopora apiculata, Rhizopora Stylosa, Avicennia aicinalis, Avicennia alba, Sonneratia griithii, dan Sonneratia alba. Sedangkan jenis-jenis bakau lainnya yang agak jarang ditemukan antara lain Bruguiera gymorhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Excoecaria sp., Xylocarpus mollucensis, Xylocarpus granatum, Aegiceras corniculatum, Aegiceras annulata dan Lumnitzera recemosa Soeroyo, 1989. Jenis tanaman lainnya yang dapat dijumpai antara lain Pandan Pandanus sp, Waru laut Hibiscus sp, Ketapang Terminalia catappa, nyamplung Callophylum inophylum dan Jati pasir Scaerota frustescens. Di beberapa tempat sepanjang pantai ditemukan tumbuhan bawah seperti Ipoemoa sp dan Scaevola sp.

B. ekosistem Padang Lamun

Hamparan padang lamun di Kabupaten Lombok Tengah menyebar di sepanjang pantai, seperti Pantai Kuta dan Gerupuk di Kabupaten Lombok Tengah. Vegetasi lamun di Kabupaten Lombok Tengah termasuk yang kaya dengan jenis, yaitu sekitar 11 jenis lamun dari 12 jenis yang ada di Indonesia. Kesebelas jenis lamun tersebut adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serulata, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Syringodium isoetifolium, Halophila Ovalis, Halophila minor, Halophila Spinulosa dan Thalassodendron Ciliatum. Jenis yang dominan di pesisir Pulau Lombok adalah Enhalus acoroides, Cymodocea sp., dan Halodule sp. Dari hasil pengamatan di 4 lokasi ditemukan 5 jenis lamun yaitu Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, dan Thalassia hemprichii. Enhalus acoroides ditemukan dengan tutupan tertinggi di Kute sebesar 43.61 ‘ dengan substrat pasir dan memiliki tinggi canopy 103 cm.

C. ekosistem Terumbu Karang

Perairan Lombok Tengah dominan ditutupi oleh tiga tipe substrat yaitu alga 33,10, karang keras 29,48 dan karang lunak sejumlah 26,92. Tipe substrat lainnya seperti pasir hanya sedikit yaitu tidak lebih dari 10. Genera karang keras yang ditemukan di Perairan Lombok Tengah cukup beragam. Dari 8 lokasi pengamatan, terdapat 27 genus karang keras yang ditemukan di seluruh lokasi pengamatan. Jumlah genera karang keras tertinggi terdapat di lokasi Merta yaitu ditemukan 17 genera. Jumlah genera karang keras terendah terdapat di Bugulang yaitu ditemukan 6 genera. Dari 4 lokasi pengamatan, dapat ditentukan komposisi karang keras yang mewakili Perairan Lombok Tengah. Komposisi genera karang keras yang mendominasi perairan adalah karang dari genus Acropora 27, Porites 25, dan Montipora 13, sedangkan genus lainnya masing-masing berkisar kurang dari 10 WCS, 2011.

7. Potensi Sosial Budaya dan ekonomi:

Karakteristik masyarakat pesisir Kabupaten Lombok Tengah hampir sama dengan karakter masyarakat suku sasak yang tersebar diseluruh Pulau Lombok, yang pada umumnya mempunyai interaksi yang tinggi dan pola hidup gotong royong. Pola kehidupan masyarakat dapat dikategorikan ke dalam masyarakat modern. Hal ini dapat terlihat dari penggunaan alat-alat modern dalam kehidupan sehari- sehari seperti televisi, handphone, kulkas dan peralatan rumah tangga modern lainnya, bahkan sudah banyak masyarakat yag menggunakan fasilitas yang tergolong mahal seperti motor. Pola kehidupan ini sebagai dampak dari status pengembangan pariwisata dikawasan tersebut, sehingga pola kehidupan masyarakat di kawasan tersebut banyak dipengaruhi oleh gaya kehidupan wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Roda perekonomian di kawasan pesisir Kabupaten Lombok Tengah didominasi oleh aktiitas pariwisata dan perikanan. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai karyawan swasta di bidang jasa pariwisata yaitu sekitar 10.561 jiwa 70, nelayan 3.541 jiwa 23 dan pegawai negeri sipil 975 jiwa 7 BPS, 2011. Mata pencaharian nelayan menduduki peringkat ke-2, setelah mata pencaharian yang berhubungan dengan pariwisata.

8. Potensi Perikanan

Potensi perikanan tangkap yang ada di pesisir pantai selatan Kabupaten Lombok Tengah adalah ikan karang, ikan pelagis dan lobster. Sedangkan potensi perikanan budidaya meliputi rumput laut, lobster dan ikan kerapu. Ikan karang yang menjadi komoditi adalah kerapu, kakap, kakak tua, ekor kuning, dan jenis ikan lainnya. Sedangkan ikan pelagis yang menjadi komoditi di pesisir pantai selatan Kabupaten Lombok Tengah adalah tongkol, tenggiri, kuwe, layaran dan cakalang, dan lain-lain. Berdasarkan data statistik perikanan Kabupaten Lombok Tengah 2012, total tangkapan adalah 1.358.8 ton tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kartawijaya 2013, bahwa rata-rata masyarakat di pesisir Lombok Tengah menjadi nelayan sejak dulu karena hanya itu yang bisa dilakukan dan orang tua ayah mereka adalah nelayan. Secara umum, jenis alat tangkap yang digunakan nelayan berupa pancing tangan, tonda, jaring air dalam, panah, jaring sret, jaring layang, jaring benang, jaring mogong, jaring tasik, dan jaring terinjang. Komposisi hasil tangkapan nelayan terdiri atas ikan karang, ikan pelagis, dan ikan demersal dengan STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 340 341 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Berdasarkan hasil penelitian survei sosial ekonomi yang dilakukan oleh Kartawijaya 2013, jenis wisata yang paling banyak diminati oleh wisatawan yang berkunjung ke TWP Teluk Bumbang adalah wisata selancar suring, berjemur sunbathing, berenang, menyelam diving, snorkeling dan wisata memancing. Ketertarikan wisatawan terhadap wisata di hutan mangrove masih rendah, hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas dan informasi yang didapat oleh wisatawan tentang manfaat yang dapat mereka peroleh dari berwisata di hutan mangrove. Beberapa Objek dan kegiatan wisata bahari di kawasan TWP Teluk Bumbang antara lain: Pantai, Selancar Surving, menyelam diving, snorkling, berjemur sunbathing, dan spot ishing.

10. Aksesibilitas :

Sarana transportasi yang tersedia untuk mencapai Lombok Tengah dari ibu kota mataram yaitu jalur darat laut dan udara. Transportasi jalur darat dari Praya , ibukota Kabupaten Lombok Tengah menuju Bumbang berjarak tempuh sekitar 20 km. Transportasi udara melalui Bandara Internasional Lombok BIL di Praya. Jarak tempuh antara Praya ke Bumbang kurang lebih 20 km. Transportasi laut diakses melalui Pelabuhan Lembar dengan jarak tempuh ke Bumbang sekitar 50 km

11. Peta Kawasan

Gambar 2, Graik hasil survey EKKP3K TWP Teluk Bumbang Agustus 2014 Referensi: Kartawijaya, et al., 2013. Laporan Kajian Aspek Sosial-Ekonomi dalam Pengelolaan Taman Wisata Perairan Teluk Bumbang dan Pengelolaan Perikanan Lobster Lombok. musim penangkapan sepanjang tahun. Sebesar 97,1 nelayan menyatakan bahwa hasil tangkapan yang diperoleh adalah untuk dijual. Persentase hasil tangkapan yang dijual sebesar 75 - 95. Metode pengambilan bibit lobster di TWP Teluk Bumbang adalah dengan menggunakan karung bekas yang disobek, dimana bagian atas karung tersebut diikat pada bambu disepanjang sisi luar keramba. Masyarakat setempat memberi nama alat tersebut dengan “Pocong”. Alat tangkap ini dilengkapi pemberat dan diletakkan pada kedalaman 1-1,5 meter dari permukaan air laut. Pada umumnya, penangkapan lobster dilakukan pada pagi hari. Frekuensi pengambilan bibit di keramba dilakukan dengan durasi 3 hari 1 kali, bibit lobster yang menempel mencapai 50-100 bibit per keramba pada satu kali pengambilan. Modal usaha yang dikeluarkan responden berkisar antara kurang dari Rp 100.000 hingga lebih dari Rp 1.000.000,-. Bibit yang didapat berukuran antara 0,5 cm – 10 cm. Foto: HasbiWCS Gambar 1. Pengumpulan benih lobster di TWP Teluk bumbang

9. Potensi Pariwisata

Pengembangan pariwisata di Kawasan Taman Wisata Perairan Teluk Bumbang Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah satu faktor utama penggerak roda perekonomian di kawasan terebut. Hampir seluruh pantai di pesisir Kabupaten Lombok Tengah mempunyai potensi pariwisata yang tinggi. Hamparan pantai berpasir putih, keindahan bawah laut dengan berbagai bentuk pertumbuhan karang dan warna-warni ikan hias yang berasosiasi di dalamnya, serta potensi gelombang laut yang cukup besar, yang sangat cocok sebagai area bermain selancar menjadi daya tarik khusus bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini. KeTeRANGAN Peningkatan sumberdaya manusia diarahkan pada peningkatan kapasitas pengelola kawasan konservasi yaitu berupa pelatihan perencanaan dan pengelolaan KKP, sumber daya pesisir dan laut terpadu, studi banding ke KKP lain dan pelatihan penegakan hukum lingkungan. Peningkatan kapasitas masyarakat untuk menunjang kegiatan pariwisata diarahkan pada pelatihan kegiatan pariwisata berkelanjutan, pelatihan bahasa inggris Penatakelolaan kawasan diarahkan pada penataan batas- batas kawasan baik batas luar kawasan maupun tanda batas zonasi TWP Teluk Bumbang, serta papan informasi batas kawasan dan zonasi. Peningkatan kapasitas infrastruktur diarahkan pada pengadaan sarana dan prasarana pengawasan kawasan konservasi perairan, pembuatan sarana kebersihan, penataan kawasan wisata dan penambahan sarana prasarana wisata yang sudah ada. Monitoring dan evaluasi pada penguatan kelembagaan diarahkan pada monitoring pelaksanaan pengelolaan KKP, monitoring pelanggaran KKP, evaluasi efektiitas pengelolaan dan kelembagaan KKP. Pengawasan dan pengendalian diarahkan pada pengawasan pemanfaatan sumber daya ikan dan penegakan hukum. Rehabilitasi habitat dan populasi ikan diarahkan pada penanaman pohon di kawasan pantai dan transplantasi terumbu karang Penelitian dan pengembangan diarahkan kepada penyususnan protokol monitoring, monitoring sumberdaya alam dan sosial ekonomi masyarakat serta meminta dukungan pemerintah pusat dan provinsi untuk pendanaan program KKP. Pelestarian adat dan budaya diarahkan pada membangun kebersamaan, kekompakan dan keberanian dalam penegakan hukum adat serta koordninasi dengan berbagai pihak terkait tentang pengaturan area penagkapan dan alat tangkap yang digunakan Pemberdayaan masyarakat diarahkan pada sosialisasi tentang batas kawasan, zonasi dalam KKP, aturan-aturan terhadap nelayan dan pengunjung di sekitar KKP, dan pengembangan ekonomi masyarakat Peningkatan sumberdaya manusia Peningkatan kapasitas masyarakat untuk menunjang kegiatan pariwisata Penatakelolaan kawasan Peningkatan kapasitas infrastruktur Monitoring dan evaluasi Pengawasan dan pengendalian Rehabilitasi habitat dan populasi ikan Penelitian dan pengembangan Pelestarian adat dan budaya Pemberdayaan masyarakat Penguatan Kelembagaan Penguatan Pengelolaan Sumberdaya Kawasan Penguatan Sosial, Ekonomi dan Budaya STRATeGI DAN uPAyA PeNGeLOLAAN KAwASAN NO. 1 2 3

13. upaya pengelolaan kawasan

WCS Wildlife Conservation Society, 2011. Laporan Kegiatan Identiikasi dan Penilaian Potensi Calon Kawasan Konservasi Perairan di Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Mataram. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 342 343 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi perairan Daerah Lombok Timur Foto: Made dharmaWCS STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 344 345 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA

1. Nama Kawasan :

Taman wisata perairan Gili Sulat dan Gili Lawang

2. Dasar Hukum

A. Pencadangan:

• Keputusan Bupati Lombok Timur Nomor 188.45452 KP2004 tentang Penetapan Gili Sulat dan Gili Lawang Kecamatan Sambelia sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah. • Surat Keputusan Bupati Lombok Timur Nomor 188.45332KP2014 Tentang Penetapan Taman Wisata Perairan Gili Sulat dan Gili Lawang sebagai Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Kabupaten Lombok Timur. B. Rencana Pengelolaan dan Zonasi: belum ada sedang di susun ulang C. Unit Organisasi Pengelola: Unit Pengelola KKLD Sulat lawang D. Penetapan:- E. Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah PERDA, PERBUP, dll. 1. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah; 2. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lombok Timur sebagaimana te1ah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 15 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lombok Timur; 3. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012-2032; 4. Keputusan Bupati Lombok Timur Nomor 188.45452 KP2004 tentang Penetapan Gili Sulat dan Gili Lawang Kecamatan Sambelia sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah.

F. Luas Kawasan : 10.000 Ha G

. Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan: Taman Wisata Perairan Gili Sulat dan Gili Lawang terletak di pesisir pulau lombok bagian Timur. Secara administratif, TWP Gili Sulat dan Gili Lawang terletak Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Tmur. Terdapat 5 desa yang bersentuhan langsung dengan kawasan TWP ini yaitu: desa Sugian. Belanting, Dadap, Dara Kunci dan Labu Pandan. Secara geograis, TWP Gili Sulat dan Gili Lawang terletak pada koordinat 8°16’56,00-8°24’15,35 LS dan 116°37’36,41- 116°43’01,99 BT. Lintang Selatan 8°16’56,00 Bujur Timur 116°37’36,41 8°14’21,20 116°39’31,18 8°15’45,15 8°20’12,42 116°42’02,96 116°45’50,39 8°24’02,76 116°46’09,10 8°24’15,35 116°43’01,99

H. Target Konservasi:

 Target Sumberdaya Bioekologis • Ekosistem Terumbu Karang • Ekosistem Mangrove  Target Sosial, Budaya dan Ekonomi • Dukungan dan partisipasi dalam pengelolaan • Kepatuhan terhadap zonasi I . Potensi Ekologis a. Ekosistem Mangrove Berdasarkan hasil analisis citra, luasan hutan mangrove di Kabupaten Lombok Timur diestimasi seluas 1.731 ha. Ha Pardede et al.,2013. Ekosistem mangrove tersebut banyak ditemukan pada perairan Gili Sulat dan Gili Lawang serta sebagian kecil Teluk Ekas di Lombok Timur. Gili Sulat dan Gili Lawang merupakan kawasan hutan mangrove alami dan terbaik di Pulau Lombok, sehingga sangat cocok untuk ekoturisme. Jenis-jenis mangrove yang terdapat di Gili Sulat dan Gili Lawang meliputi Rhizophora apiculata,. R. stylosa, R.mucronata, Bruguiera gemnorrhyza, Sonneratia alba, Ceriops tagal, Luminitzera recemosa, dan Avicenia marina. b. Ekosistem Lamun Berdasarkan hasil analisis citra, sebaran luas padang lamun di pesisir Lombok Timur mencapai 1.631,66 Ha. Ekosistem lamun ditemukan tertinggi secara berurutan berada pada wilayah Gili Sulat dan Gili Lawang. Vegetasi lamun cukup padat, persentase tutupannya berkisar antara 70 sd 100 dengan luasan sekitar 100 hektar. Di Gili Sulat dan Gili Lawang ditemukan 7 species lamun sesuai dengan urutan dominansinya yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Cymodocea serrulata, Halodule pinifolia dan Halophila ovalis. c. Ekosistem Terumbu Karang Berdasarkan hasil analisis citra, ekosistem terumbu karang di kawasan Lombok Timur mencakup area seluas 6.188,66 ha. Lombok Timur merupakan daerah dengan luasan terumbu karang terbesar di pulau Lombok dengan genera karang tertinggi yaitu sekitar 60 genera karang. 48 genera karang diantaranya ditemukan di Gili Sulat Barat Daya, sehingga menjadikan lokasi tersebut menjadi lokasi dengan keragaman genera karang tertinggi. Biomasa ikan di perairan Lombok Timur berkisar antara 109.24– 1032.30 kgha, dengan rata-rata sebesar 529,06 kgha. Lokasi dengan biomasa ikan tertinggi ditemukan di Gili Sulat Selatan dan biomasa terendah ditemukan di Teluk Serewe. Komposisi kelompok troik komunitas ikan karang berdasarkan kelimpahan jenis di perairan Lombok Timur didominasi oleh kelompok planktifor 51,73 dan omnivor 32,43. Foto: Made DharmaWCS Gambar 1 potensi ekosistem hutan mangrove di TWP Gili Sulat dan Gili Lawang STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 346 347 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA responden lulusan sekolah menengah pertama, 0,8 responden lulusan sekolah menengah atas, dan 0,8 responden lulusan perguruan tinggi. Sedangkan 51,7 responden tidak pernahselesai menamatkan pendidikan formal mereka, yaitu 31,7 responden tidak pernah sekolah dan 19,2 responden tidak menamatkan sekolah dasar. Jumlah responden nelayan yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal cukup tinggi, hal ini disebabkan terbatasnya fasilitas pendidikan di lokasi studi pada masa usia sekolah responden nelayan. K . Potensi Perikanan Potensi perikanan tangkap di Lombok Timur mencapai 12.691,5 ton. Pada tahun 2009, nilai produksi perikanan tangkap sebesar Rp.150.709.100.000. Armada perikanan tangkap terdiri dari perahu tanpa motor 479 unit, motor temple 3138 unit, dan kapal motor 345 unit. Daerah penangkapan dari nelayan di Lombok Timur menyebar di Selat Alas, Samudra Hindia dan Laut Jawa Jenis ikan yang ditangkap mencakup lebih dari 50 jenis ikan laut. Berdasarkan data tahun 2012, ada 3 jenis ikan yang tangkapanya diatas 1000 ton yaitu, ikan Tongkol 1.783,1 ton,ikan Cakalang 1.788,6 ton, dan ikan Tuna 1.685,2 ton. Ikan lainnya termasuk tinggi hasil tangkapanya adalah Cumi-cumi, ikan ekor Kuning, Lemuru, ikan Teri, ikan Cucut dan lain-lainnya. Pelabuhan pendaratan ikan yang paling ramai bahkan untuk pulau Lombok adalah Labuhan Lombok 5.948,6 ton, kemudian Tanjung Luar 5.071 ton, Batu Nampar 790,6 ton, Sugian 299,7 ton, Labuhan Haji 248,3 ton, dan Sakra Timur 162,1 ton. BPS Lombok Timur, 2013.

L. Potensi Pariwisata :

Potensi wisata alam yang ada di Gili Sulat dan Gili Lawang berupa pantai pasir putih, ekosistem terumbu karang dan mangrove. Sedangkan atraksi wisata dapat berupa renang, snorkling, selam, berjemur sun bathing, dayung boating, mangrove tracking, perahu layar sailling dan camping. - Revisi rencana pengelolaan dan zonasi - Survey gap analisis 2014 - Survey sosial ekonomi budaya 2014 - Kegiatan pengawasan kawasan secara partisipatif Foto: Made DharmaWCS Gambar 4 Kegiatan Pengawasan partisipatif yang dilakukan oleh satgas TWP Gili Sulat dan Gili Lawang Gambar 5 Graik hasil survey EKKP3K TWP Gili Sulat dan Gili Lawang Agustus 2014 Daftar pustaka Pardede, S.T., E. Muttaqin, S.A.R. Tarigan, dan S. Dewa. 2013. Status Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Lombok, 2013: Dalam Mendukung Perancangan Zonasi dan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Wildlife Conservation Society – Indonesia Marine Program. Foto: Made DharmaWCS Gambar 3 kegiatan wisata snorkling di TWP Gili Sulat dan Gili Lawang

M. Aksesibilitas :

Gili Sulat dan Gili Lawang dapat ditempuh sekitar 30 menit dari Desa Sambelia dengan menggunakan perahu motor. Desa Sambelia dapat dicapai dengan menggunakan transportasi laut dan darat melalui jalur Utara dan Selatan, yaitu:  Jalur dari arah Selatan Perjalanan ke Sambelia dapat ditempuh melalui empat rute melalui jalan darat, yaitu: - Dari Mataram sekitar 2,5 jam - Dari Kuta sekitar 2 jam - Dari Tele Batu, atau dari Senaru, sekitar 1 jam  Jalur dari arah Utara, dapat ditempuh dengan: - Dari Senggigi ke Sambelia ±100 km, dengan jalan darat sekitar 2,5 jam. - Dari Gili Indah dengan perahu motor, sekitar 2,5 jam.

N. Upaya Pengelolaan Kawasan:

- Upaya peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan dengan: - SK Pencadangan telah di revisi dengan penambahan luas kawasan 2 x lipat dari luas sebelumnya menjadi 10.000 Ha. Foto: Made DharmaWCS Gambar 2 potensi ekosistem terumbu karang di TWP Gili Sulat dan Gili Lawang. J . Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi: Jumlah total penduduk di lokasi studi Kecamatan Sambelia adalah 29.646 jiwa atau sekitar 49,4 dari total penduduk di Kecamatan Sambelia. Berdasarkan data statistik 2013, jumlah penduduk Kecamatan Sambelia mencapai 30.175 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk di 3 desa lokasi studi Kecamatan Sambelia adalah 92,7 jiwa km2, dengan kepadatan tertinggi di Labuhan Pandan, yaitu 117 jiwakm2. Secara umum, struktur penduduk berdasarkan umur di Kecamatan Sambelia didominasi oleh penduduk usia produktif, yaitu sebesar 57,6 dari total populasi. Ratio ketergantungan penduduk total di Kecamatan Sambelia adalah 73,5, dimana setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung beban 74 orang usia belumtidak produktif. Sebagian besar wilayah yang ada di Kecamatan Sambelia adalah lahan keringbukan lahan sawah. Lahan kering di Kecamatan Sambelia mencapai 21.823 ha dan sebagian besar berupa hutan negara 14.427 Ha. Lahan Sawah yang terdapat di Kecamatan ini seluas 2.699 ha dan umumnya merupakan sawah dengan irigasi teknis 1.535 Ha. Kondisi ekonomi responden nelayan terdiri atas beberapa indikator kesejahteraan, yaitu tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kepemilikan aset berupa rumah, tanah, hewan ternak, dan kendaraan bermotor, dan fasilitas rumah tangga. Sebesar 48,3 responden nelayan mengenyam pendidikan formal di sekolah, dengan rincian 36,7 responden lulusan sekolah dasar, 10 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 348 349 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi perairan Daerah Lombok Barat Foto: Anggi PrayogaWCS STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 350 351 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA

1. Nama Kawasan

Taman Pulau Kecil Gili Balu

2. Dasar Hukum

A. Pencadangan:

SK Bupati Sumbawa Barat No. 849 Tahun 2011 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang Sekongkang dan Kawasan Konservasi Taman Pulau Kecil Gugusan Gili Balu’ Poto Tano sebagai Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumbawa Barat.

B. Rencana Pengelolaan dan Zonasi:- C. Unit Organisasi Pengelola:-

D. Penetapan:- E. Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah

PERDA, PERBUP, dll. 1. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Kewenangan Kabupaten Sumbawa Barat Sebagai Derah Otonom.

F. Luas Kawasan : 6005,2 Ha G. Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:

Kawasan konservasi Gili Balu’ merupakan bagian dari Desa Poto Tano, Kecamatan Poto Tano. Secara geograis, kawasan konservasi Gili Balu’ di Poto Tano berada pada posisi 08 ̊28’45,85”–08 ̊34’23,35” Lintang Selatan dan 116 ̊45’07,18” – 116 ̊53’27,33” Bujur Timur. Batas-batas wilayah Gili Balu’ sebagai berikut: • Sebelah Utara : Selat Alas • Sebelah Timur : Desa Poto Tano dan Desa UPT Tambak Sari • Sebelah Selatan : Selat Alas • Sebelah Barat : lat Alas Kawasan Konservasi Gili Balu‘ merupakan sebuah gugusan pulau-pulau kecil yang terdiri dari 8 delapan pulau. Pulau- pulau yang termasuk dalam Kawasan Gili Balu’ tersebut adalah Pulau Kalong, Pulau Namo, Pulau Kenawa, Pulau Ular, Pulau Mandiki, Pulau Paserang, Pulau Kambing dan Pulau Belang. Luas daratan pulau-pulau kecil tersebut mencapai 941,19 Ha DKP NTB, 2012. Tabel 1. Letak dan Luas Pulau-Pulau Kecil di KKP Gili Balu’

H. Target Konservasi:

- Target Sumberdaya Bioekologis - Ekosistem terumbu karang - Ekosistem Mangrove - Ekosistem padang lamun - Species Duyung Dugong sp, ular laut. - Target Sosial, Budaya dan Ekonomi - Dukungan dan partisipasi dalam pengelolaan - Kepatuhan terhadap zonasi - Peningkatan kesejahteraan masyarakat

I. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati:

a. Ekosistem mangrove Sebaran ekosistem mangrove di Gugusan Gili Balu’ terdapat di Pulau Kalong, Pulau Namo, Pulau Kenawa, Pulau Paserang, Pulau Kambing dan Pulau Belang dengan luas total berdasarkan analisis citra yaitu 604,8 ha. Ekosistem lamu Tabel 2. Luas dan Kerapatan Tajuk Hutan Mangrove di KKP Gili Balu’ Jenis-jenis vegetasi mangrove major terdiri dari Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorhiza, Lumnitzera racemosa, Avicennia marina. Jenis Rhizophora mucronata sangat dominan terutama pada zonasi terluar yang berbatasan dengan laut. Jenis-jenis mangrove kelompok minor terdiri dari jenis Xylocarpus granatum, Pemphis ocidula, Excoecaria agalocha dan Aegiceras comiculatum. Sedangkan kelompok asosiasi meliputi Hibiscus tiliaceus, Spinifex littoreus, Acanthus ilicifolius, Leucaena leucocephala, Sesuvium portucalastrum dan Ipomoea pes-caprae. Tabel 3. Jenis vegetasi mangove yang ada di Gili Balu’ b. Ekosistem Lamun Sebaran padang lamun di Gugusan Gili Balu’ hanya ditemukan di Pulau Belang, Pulau Paserang, Pulau Kenawa dan Pulau Kalong dengan luas total 130,5 ha. Sebaran padang lamun yang relatif luas terdapat di Pulau Belang yaitu 117,5 ha, sedangkan sebaran padang lamun di Pulau Kaserang seluas 12,3 ha, Pulau Kenawa hanya 0,1 ha dan Pulau Kalong hanya 0,2 ha. Secara keseluruhan padang lamun di Gugusan Gili Balu’ terdiri dari 7 jenis yaitu Enhalus acoroides, Thallassia hemprechii, Cymmodocea rotundata, Cymmodocea serrulata, Halophila ovalis, Halodule pinifolia, dan Syringodium isoetifolium Tabel 4. Sebaran Jenis Lamun di KKP Gili Balu’ Keterangan: EA : Enhalus acoroides, TH : Thallassia hemprechii, CR : Cymmodocea rotundata,CS : Cymmodocea c. Ekosistem Terumbu Karang Seluruh perairan sekitar pulau-pulau kecil di Gugusan Gili Balu’ merupakan habitat terumbu karang. Berdasarkan analisis citra dan survei lapangan, estimasi luas sebaran terumbu karang di Gugusan Gili Balu’ yaitu 665,5 ha. Sebaran terumbu karang terluas terdapat di Pulau Belang dan Pulau Kambing yaitu 411,0 ha. Sebaran terumbu karang terluas kedua terdapat di Pulau Paserang yaitu 96,0 ha, sedangkan Pulau Ular memiliki luas terumbu karang terkecil yaitu 5,0 ha. Pada umumnya formasi habitat terumbu karang di Gugusan Gili Balu’ merupakan terumbu miring reef slope, kecuali terumbu karang di Pulau Kenawa dan Pulau Mandiki yang formasinya cenderung datar reef lat. Berdasarkan tutupan karang hidup, dari 41 lokasi pengukuran kondisi terumbu karang di Gugusan Gili Balu”, terdapat 9 lokasi 21,95 kondisinya sangat baik excelent, 16 lokasi 39,02 kondisinya baik good, 15 36,59 lokasi kondisinya sedang fair dan hanya satu lokasi 2,44 kondisinya buruk poor. Lintang Selatan Bujur Timur 1 Pulau Kalong 8 o 29’33,2” – 8 o 30’18,5” 116 o 51’53,1” – 116 o 52’55,2” 198,80 2 Pulau Namo 8 o 30’09,3” - 8 o 31’06,6” 116 o 50’30,3” - 116 o 51’34,7” 190,80 3 Pulau Kenawa 8 o 29’45,9” - 8 o 30’03,5” 116 o 49’50,6” - 116 o 50’07,5” 11,83 4 Pulau Ular 8 o 29’55,7” - 8 o 30’00,8” 116 o 49’50,6” - 116 o 49’10,9” 1,90 5 Pulau Mandiki 8 o 29’28,0” - 8 o 29’29,1” 116 o 48’29,8” - 116 o 48’31,7” 0,24 6 Pulau Paserang 8 o 30’41,7” - 8 o 31’06,6” 116 o 47’12,6” - 116 o 47’38,9” 40,63 7 Pulau Kambing 8 o 31’26,5” - 8 o 31’34,2” 116 o 47’22,9” - 116 o 47’31,8” 5,05 8 Pulau Belang 8 o 31’37,9” - 8 o 33’32,4” 116 o 45’59,0” - 116 o 47’19,9” 492,65 Sumber: DKP Nusa Tenggara Barat, 2012 Tidak berpenduduk No. Nama Pulau Letak Geografis Luas Ha Keterangan No. Pulau Luas Ha Kerapatan Tajuk 1 Pulau Kalong 64.2 Jarang - Rapat 2 Pulau Namo 99.3 Rapat 3 Pulau Kenawa 2.4 Jarang 4 Pulau Paserang 4.3 Rapat 5 Pulau Kambing 1 Rapat 6 Pulau Belang 433.6 Rapat 604.8 Sumber: DKP Nusa Tenggara Barat, 2012 Jumlah Kalong Namo Kenawa Paserang Kambing Belang A Jenis Major 1 Rhizophora mucronata Rhizophoraceae       2 Rhizophora apiculata Rhizophoraceae       3 Rhizophora stylosa Rhizophoraceae   4 Sonneratia alba Sonneratiaceae      5 Bruguiera gymnorhiza Rhizophoraceae    6 Lumnitzera racemosa Combretaceae    7 Avicennia marina Avicenniaceae     B Jenis Minor 1 Xylocarpus granatum Meliaceae    2 Pemphis ocidula Lythraceae      3 Excoecaria agalocha Euphorbiaceae    4 Aegiceras comiculatum Myrsinaceae    C Jenis Asosiasi 1 Hibiscus tiliaceus Malvaceae    2 Spinifex littoreus Gramineae   3 Acanthus ilicifolius Acanthaceae    4 Leucaena leucocephala Fabaceae   5 Sesuvium portucalastrum Aizoaceae    6 Ipomoea pes-caprae Convolvulaceae     Sumber: DKP Nusa Tenggara Barat, 2012 No. JenisSpesies Mangrove Famili Sebaran EA TH CR CS HP HO SI 1 Pulau Belang 117.5 15.78 – 37.65     2 Pulau Paserang 12.5 27.52    3 Pulau Kenawa 0.1 26.75     4 Pulau Kalong 0.2 9.55     130.3 9.55 - 37.65 Sumber: DKP Nusa Tenggara Barat, 2012 Keterangan: EA : Enhalus acoroides, TH : Thallassia hemprechii, CR : Cymmodocea rotundata,CS : Cymmodocea No. Pulau Luas Ha Pe nutupan Je nis Lamun Jumlah STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 352 353 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Foto: Anggi PrayogaWCS Gambar 1 Potensi terumbu karang di TPK Gili Balu

J. Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi:

Populasi penduduk di Kecamatan Poto Tano tahun 2011 tercatat 9.279 jiwa 8,08 yang terdiri dari 4.757 jiwa laki-laki dan 4.622 jiwa perempuan. Sex ratio penduduk Kecamatan Poto Tano mencapai 103. Kepadatan penduduk mencapai 59 jiwakm2. Populasi penduduk Kecamatan Poto Tano tergabung dalam 2.296 rumah tangga Struktur perekonomian Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2011 didominasi oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang mencapai 89,10. Kawasan Gili Balu merupakan kawasan yang tidak berpenghuni. Yang memanfaatkan kawasan adalah nelayan-nelayan yang singgah untuk beristirahat.

K. Potensi Perikanan

Potensi lestari sumber daya ikan SDI laut di KSB tercatat 15.000 tontahun. Potensi SDI laut yang telah dimanfaatkan mencapai 20,89. Masih besar peluang nelayan dan pemerintah KSB untuk meningkatkan pemanfaatan SDI sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan nelayan pada masa mendatang. Tabel 5. Perkembangan Produksi Ikan Laut di KSB Tahun 2007-2011 Kegiatan perikanan tangkap di laut perairan pesisir yang dilaksanakan oleh para nelayan Kabupaten Sumbawa Barat KSB selama ini menggunakan jenis-jenis perahu tanpa motorPTM jukungsampan, perahu motor tempelPMT, dan kapal motorKM. Usaha perikanan budidaya di KSB yang telah berkembang meliputi usaha perikanan air tawar budidaya ikan di sawahminapadi dan kolam, air payau tambak udang dan bandeng serta budidaya ikan laut yang meliputi komoditi kerang mutiara, kerapu, lobster dan rumput laut serta teripang. Tabel 6. Potensi, Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Laut di KSB Tahun 2008-2011

L. Potensi Pariwisata :

Kegiatan kepariwisataan di Kecamatan Poto Tano dan termasuk kawasan Gili Balu’ relatif lebih sedikit dibanding di kecamatan lainnya. Namun demikian, pada beberapa tahun terakhir ini kegiatan wisata di daerah kajian telah berkembang yaitu meliputi kegiatan wisata lokal oleh masyarakat setempat pada hari-hari libur atau event-event tertentu. Lokasi wisata di kecamatan Poto Tano diantaranya adalah: - Wisata pantai di pasir putih di Desa Poto Tano - Wisata pantai di Pulau Kanawa. - Wisata pantai di Pulau Kalong. Kegiatan wisata ini dilakukan secara periodik, dimana kapal-kapal wisata yang mengangkut wisatawan dari Bali menuju Gili Mtra NTB, Pulau Komodo di NTT dan sebaliknya singgah di Pulau Kalong. Foto: Anggi PrayogaWCS Gambar 2. Pengembangan wisata di TPK Gili Balu

M. Aksesibilitas :

Gili Balu dapat diakses dari jalur laut karena letaknya yang berdekatan dengan pelabuhan Poto Tano. Sarana Transportasi yang ada di kawasan Gili Balu’masih terbatas pada Transportasi laut perahusampan. Daratan pulau-pulau di kawasan Gili Balu’ belum tersedia prasarana jalan, kecuali di Pulau Kenawa telah dibangun jalan setapak dari rabat beton, jalan tersebut menghubungkan berugak wisata yang satu dengan yang lainnya. Foto: Anggi prayoga WCS Gambar 3 Pelabuhan yang terdapat di kawasan TPK Gili balu

N. Upaya Pengelolaan Kawasan:

- Pembangunan sarana dan prasarana wisata - Pengadaan boat patroli - Pembentukan dan pembinaan pokmaswas - Peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan: l SK Pencadangan telah di revisi 2014 l Survey ekologi 2014 l Penyusunan ulang dokumen inventarisasi calon KKPD l Penyusunan ulang dokumen Rencana Zonasi dan Pengelolaan l Menyatukan pengelolaan antara TPK Gili balu dengan TP tatar sepang

O. Survey EKKP3K

Gambar 4 hasil survey EKKP3K bulan Agustus 2014 Daftar Pustaka [DKPP Sumbawa Barat] Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sumbawa Barat. 2013. Buku Pusat Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012. Taliwang. Halaman 68 tabel 18, [DKP Nusa Tenggara Barat] Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2012. Penyusunan Manajemen Plan dan Rencana Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Gili Balu’ Kabupaten Sumbawa Barat 2012. Mataram 2007 2008 2009 2010 2011 1 Sekongkang 111.00 167.00 199.10 159.96 58.49 -11.83 2 Jereweh 112.00 206.00 210.20 153.48 60.00 -11.61 3 Maluk 87.00 284.00 304.40 470.08 58.76 -8.11 4 Taliwang 979.00 1,615.90 1,628.70 1,253.44 236.20 -18.97 5 Poto Tano 876.00 602.30 673.50 1,096.72 177.83 -19.92 2,165.00 2,875.60 3,015.90 3,133.68 591.28 -18.17 Sumber: DKPP KSB 2013 No. Landing Place Volume Produksi Ton Pe rubahan Rata-Rata Total 2008 2009 2010 2011 1 Kerang Mutiara 550.00 - Pemanfaatan Ha 375.00 375.00 337.50 370.50 - Produksi Ton 0.15 0.15 0.14 0.15 2 Kerapu 15.00 - Pemanfaatan Ha 1.00 1.00 1.00 1.30 - Produksi Ton 2.00 8.50 7.65 8.00 3 Lobster 17.00 - Pemanfaatan Ha 1.00 1.00 1.00 1.00 - Produksi Ton 2.00 2.00 1.80 1.90 4 Rumput Laut 1,167.00 - Pemanfaatan Ha 130.30 150.00 450.00 460.00 - Produksi Ton 4,673.00 7,620.00 8,001.00 9,937.88 5 Teripang 25.00 - Pemanfaatan Ha - - - 0.50 - Produksi Ton - - - 0.00 1,774.00 507.30 527.00 789.50 833.30 4,677.15 7,630.65 8,010.59 9,947.93 Sumber: DKPP KSB 2013 Tahun Pote nsi he ktar Jumlah: - Pote nsi Pe rairan Ha - Pe manfaatan Ha - Produksi Ton No. Komoditi STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 354 355 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Taman wisata perairan Daerah Tatar Sepang Sekongkang Foto: Anggi PrayogaWCS STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 356 357 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA

1. Nama Kawasan

Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang

2. Dasar Hukum

A. Pencadangan: SK Bupati Sumbawa Barat No. 849 Tahun 2011 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang Sekongkang dan Kawasan Konservasi Taman Pulau Kecil Gugusan Gili Balu’ Poto Tano sebagai Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumbawa Barat. B. Rencana Pengelolaan dan Zonasi: sedang di susun, rencananya akan dijadikan satu pengelolaan dengan TPK Gili Balu C. Unit Organisasi Pengelola: Belum ada, unit organisasi pengelola, rencana akan disatukan pengelolaannya dengan TPK Gili Balu D. Penetapan:- E. Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah PERDA, PERBUP, dll. 1. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Kewenangan Kabupaten Sumbawa Barat Sebagai Derah Otonom.

F. Luas Kawasan : 723,16 Ha G. Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:

Kawasan konservasi Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang sebagaimana dicadangkan berdasarkan SK Bupati Kabupaten Sumbawa Barat No. 8492011 terletak di Desa Talonang Baru, Kecamatan Sekongkang. Kecamatan Sekongkang merupakan salah satu dari delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat. Sebelah Utara : Kecamatan Maluk Sebelah Selatan : Samudra Indonesia Sebelah Barat : Selat Alas Sebelah Timur : Kecamatan Lunyuk

H. Target Konservasi:

- Target Sumberdaya Bioekologis • Habitat penyu • Alur migrasi mamalia laut Paus dan Lumba-lumba - Target Sosial, Budaya dan Ekonomi • Dukungan dan partisipasi dalam pengelolaan • Kepatuhan terhadap zonasi

I. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati: a. Ekosistem pantai dan habitat penyu

Kawasan pantai antara Tatar dan Sepang terdapat 15 ruas pantai sebagai habitat penyu bertelur, yaitu Pantai Tatar, Labewe, Liang Jalu, Batu Bersun, Liang Melung,Selambeta, Mawil, Butin, Ranga, Talonang, Penyali, Batu Liang, Pancar, Jemboro, dan Sepang Gambar 14 Terdapat 4 jenis penyu yang bertelur di kawasan pantai tersebut yaitu penyu hijau Chelonia mydas, penyu sisik Eretmochelys imbricata, penyu belimbing Dermochelys coriacea, dan penyu tempayan Caretta caretta. Penyu hijau bertelur di 13 ruas pantai atau hampir di semua ruas pantai kecuali Pantai Talonang dan Pantai Sepang. Penyu sisik bertelur hanya Pantai Talonang dan Pantai Sepang. Penyu belimbing bertelur hanya di Pantai Tatar dan Pantai Sepang. Penyu tempayan juga hanya bertelur di Pantai Tatar dan Sepang. Penyu hijau umumnya bertelur pada pantai berpasir putih sedangkan penyu sisik, penyu belimbing dan penyu tempayan bertelur pada pantai berpasir kwarsa hitam kelabu.

b. Ekosistem mangrove, terumbu karang, dan Lamun

Perairan pantai kawasan Taman pesisir Tatar Sepang merupakan sebaran terumbu karang yang sekaligus sebagai habitat pencarian makanan bagi penyu. Karena kondisi gelombang dan ombak yang besar serta arus yang dibangkitkan oleh gelombang sangat kuat maka tidak memungkinkan dilakukan pengamatan terumbu karang di lokasi ini. Jika ditinjau dari kondisi batimetri perairan, maka terumbu karang di lokasi ini termasuk formasi terumbu datar. Dari hasil identiikasi terhadap Foto: Anggi PrayogaWCS Gambar 1, Penyu bertelur di kawasan TP Tatar sepang STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 358 359 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA pecahan karang di pinggir pantai, komunitas terumbu karang di kawasan ini didominasi oleh karang masif yang merupakan tipologi komunitas karang dengan kondisioseanograi ekstrim. Setidak‐tidaknya terdapat 5 genus karang dan 8 spesies karang di sekitar perairan ini yang tergolong karang massive yakni : Porites rus, P. lichen, Favites lexuosa, F. halicora, Favia mathaii, Platigyra lamellina, P. verweyi dan Tubipora musica. Ekosistem padang yang terdapat di pantai kawasan Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang berkembang pada zona litoral dengan kerapatan yang sangat rendah yaitu kurang dari 15 terdiri dari jenis Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis dan Thalassia hemprichii

J. Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi:

Penduduk di Kecamatan Sekongkang tahun 2012 berdasarkan data BPS Kabupaten Sumbawa Barat berjumlah 8.430 jiwa, terdiri dari 4.299 jiwa penduduk laki-laki dan 4.131 jiwa penduduk perempuan. Mayoritas penduduk Kecamatan Sekongkang memeluk Agama Islam. Persentase penduduk beragama Islam menurut desa berkisar 60 – 100. Kondisi isik rumah keluarga di Kecamatan Sekongkang sebagian besar berada dalam kondisi bangunan tidak permanen, terutama di Desa Ai Kangkung, Tatar dan Talonang Baru. Prasarana energi listrik untuk penerangan yang bersumber dari PLN baru menjangkau tiga desa yaitu Sekongkang Bawah, Sekongkang Atas dan Persiapan Kemuning. Air bersih di Kecamatan Sekongkang berasal dari empat sumber yaitu PAM, sumur pompa, sumur perigi dan sungai. Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Sekongkang mayoritas di bidang pertanian yaitu mencapai 60,27 dari total penduduk yang bekerja. Dominasi mata pencaharian di sektor pertanian terdapat hampir di seluruh desa kecuali Desa Tatar dan Desa Persiapan Kemuning. Mata pencaharian penduduk di bidang perikanan sangat kecil yaitu hanya 26 jiwa 1,09. Penduduk dengan mata pencaharian perikanan hanya terdapat di Desa Ai Kangkung, Tatar dan Talonang Baru Foto: Anggi PrayogaWCS Gambar 2, Pemanfaatan telur penyu oleh masyarakat

K. Potensi Perikanan

Mata pencaharian penduduk di bidang perikanan sangat kecil yaitu hanya 26 jiwa 1,09. Penduduk dengan mata pencaharian perikanan hanya terdapat di Desa Ai Kangkung, Tatar dan Talonang Baru. Perkembangan produksi ikan laut di kecamatan Sekongkang cukup rendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya di kabupaten Sumbawa Barat. 2007 2008 2009 2010 2011 1 Sekongkang 111.00 167.00 199.10 159.96 58.49 -11.83 2 Jereweh 112.00 206.00 210.20 153.48 60.00 -11.61 3 Maluk 87.00 284.00 304.40 470.08 58.76 -8.11 4 Taliwang 979.00 1,615.90 1,628.70 1,253.44 236.20 -18.97 5 Poto Tano 876.00 602.30 673.50 1,096.72 177.83 -19.92 2,165.00 2,875.60 3,015.90 3,133.68 591.28 -18.17 Sumber: DKPP KSB 2013 No. Landing Place Volume Produksi Ton Pe rubahan Rata-Rata Total Tabel 1. Perkembangan Produksi Ikan Laut di KSB Tahun 2007-2011

L. Potensi Pariwisata :

Desa Talonang Baru, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat memiliki panjang garis pantai lebih kurang 20 km dengan tipologi pantai teluk berpasir putih dengan pantang 4,4 km, pantai berpasir hitam kelabu dengan panjang 2,0 km dan pantai bertebing dengan panjang 13,6 km. Di dalamnya setidaknya terdapat 15 ruas pantai sebagai lokasi peneluran nesting site penyu. Kondisi pesisir Kecamatan Sekongkang sangat cocok sebagai habitat penyu bertelur sehingga kawasan ini dapat dijadikan kawasan pariwisata berbasis konservasi dan edukasi

M. Aksesibilitas :

Jaringan jalan menuju Desa Talonang Baru lokasi kawasan konservasi Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang adalah jalan lingkar selatan yang termasuk jalan provinsi ruas Bebete‐Sejorong danSejorong‐Tatar‐Batas KSB. Akses jalan menuju kawasan Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang dari jalan lingkar selatan dihubungkan oleh jalan lingkungan dengan permukaan tanah. Sarana angkutan umum menuju kawasan konservasi Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang dilayani oleh angkutan umum perintis. Sarana angkutan umum yang terdapat di Desa Talonang Baru terdiri atas trukmini truk 2 buah, mini bisengkel 1 buah dan ojek 5 buah.

N. Upaya Pengelolaan Kawasan:

- SK Pencadangan telah di revisi 2014 - Survey ekologi 2014 Daftar Pustaka [DKPP Sumbawa Barat] Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sumbawa Barat. 2013. Buku Pusat Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012. Taliwang. Halaman 68 tabel 18, [DKP Nusa Tenggara Barat] Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2012. Penyusunan Manajemen Plan dan Rencana Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Gili Balu’ Kabupaten Sumbawa Barat 2012. Mataram STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 360 361 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA Kawasan Konservasi perairan Daerah Kabupaten Sumbawa Foto: Anggi PrayogaWCS STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 362 363 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA

1. Nama Kawasan

Taman Pulau Kecil Pulau Kramat, Bedil dan Temudong

2. Dasar Hukum

A. Pencadangan:

SK Bupati Sumbawa No. 642 Tahun 2011 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Pulau Kramat, Pulau Bedil, dan Pulau Temudong Kabupaten Sumbawa.

B. Rencana Pengelolaan dan Zonasi:- masih revisi C. Unit Organisasi Pengelola:-

D. Penetapan:- E. Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah

PERDA, PERBUP, dll. 1. Peraturan Bupati Sumbawa Nomor 17 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa.

F. Luas Kawasan : 2.000 Ha G. Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:

Gugusan Pulau Kramat, Bedil, dan Temudong secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Desa Labuhan Bajo, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa. Pulau-pulau tersebut memiliki merupakan pulau sangat kecil dengan luas yaitu Pulau Kramat 60,07 ha, Pulau Bedil 1,92 ha, dan Pulau Temudong 39,69 ha. Secara geograis, letak masing- masing pulau adalah sebagai berikut: • Pulau Kramat terletak pada koordinat 8o22’38,76” LS; 117o03’32,97” BT sd 8o22’53,46” LS; 117o03’21,32” BT dan 8o22’50,33” LS; 117o03’08,35” BT sd 8o22’39,75” LS; 117o03’34,62” BT. • Pulau Bedil terletak pada koordinat 8o23’22,01” LS; 117o04’27,01” BT sd 8o23’25,02” LS; 117o04’26,78” BT dan 8o23’24,18” LS; 117o04’22,98” BT sd 8o23’22,50” LS; 117o04’28,77” BT. • Pulau Temudong terletak pada koordinat 8o22’20,83” LS; 117o04’23,33” BT sd 8o22’40,91” LS; 117o04’39,83” BT dan 8o22’26,10” LS; 117o04’14,76” BT sd 8o22’23,29” LS; 117o04’55,84” BT. Gugusan Pulau Kramat, Pulau Bedil dan Pulau Temudong membentuk formasi segitiga dimana jarak terdekat antara Pulau Kramat dengan Pulau Bedil adalah 0,7 mil laut, antara Pulau Kramat dengan Pulau Temudong sejauh 0,7 mil laut dan antara Pulau Bedil dengan Pulau Temudong berjarak 0,7 mil laut. Batas-batas gugusan Pulau Kramat, Bedil, dan Temudong sebagai berikut: • Sebelah Utara : Laut Flores • Sebelah Selatan : Selat Alas • Sebelah Timur : Selat Alas • Sebelah Barat : Selat TemudongPulau Saringi dan Selat Alas

H. Target Konservasi:

- Target Sumberdaya Bioekologis • Ekosistem terumbu karang • Ekosistem mangrove • Ekosistem padang lamun - Target Sosial, Budaya dan Ekonomi • Dukungan dan partisipasi dalam pengelolaan • Kepatuhan terhadap zonasi • Peningkatan kesejahteraan masyarakat

I. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati: a. Ekosistem mangrove

Sebaran ekosistem mangrove pada gugusan Pulau Kramat, Bedil, dan Temudong terdapat di Pulau Kramat dan Pulau Temudong, sedangkan di Pulau Bedil hanya terdapat beberapa vegetasi mangrove pada tingkat anakan dari jenis Rhizophora mucronata dengan kerapatan rendah dan sebatang pohon sentigi Pemphis acidula. Luas sebaran mangrove di Pulau Kramat adalah 41,0 Ha, tersebar dengan kerapatan tinggi di bagian utara pulau. Luas mangrove di Pulau Temudong adalah 40,0 Ha, tersebar di bagian barat, utara dan timur pulau. Tingkat kerapatan vegetasi mangrove di Pulau Kramat sangat tinggi dan dominan berupa formasi tingkat pohon. Jenis-jenis mangrove mayor yang terdapat di Pulau Kramat sama dengan yang ada di Pulau Temudong. Jenis mangrove mayor didominasi oleh Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata. Jenis-jenis mangrove mayor lainnya yaitu Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza, Avicennia marina, dan Lumnitzera racemosa. Jenis minor yaitu Xylocarpus granatum., Excoecaria agallocha, Pemphis acidula, Aegiceras comiculatum, dan Acrostichum aureum. Jenis Xylocarpus granatum tidak ditemukan di Pulau Kramat. Sementara itu, jenis-jenis asosiasi mangrove yang terdapat di Kramat yaitu Hibiscus tiliaceus, Spinifex littoreus, Acanthus ilicifolius, Sesuvium portucalastrum, dan Ipomoea pes-caprae, sedangkan di Pulau Temudong ditambah jenis Leucaena leucocephala

b. Ekosistem Lamun

Pulau Kramat, Bedil, dan Temudong dikelilingi oleh ekosistem padang lamun. Ekosistem padang lamun di Pulau Bedil tersebar di sekeliling pulau secara tidak terputus. Luas sebaran padang lamun di Pulau Bedil adalah 5,1 Ha. Formasi sebaran padang lamun memanjang ke arah barat pulau dan pada ujungnya menyatu dengan formasi terumbu karang datar reef lat. Sebaran ekosistem pada lamun di Pulau Kramat menyatu dengan Pulau Temudong. padang lamun di Pulau Kramat terputus sebarannya di bagian selatan pulau. lamun tidak dapat tumbuh di lokasi ini karena lidah pasir yang labil dan dibatasi oleh batimetri perairan yang curam di dekat pantai. Padang lamun di Pulau Temudong berkembang di sekeliling pulau. Luas sebaran padang lamun di Pulau Kramat dan Pulau Temudong adalah 215,0 Ha. Jenis lamun yang ditemukan di gugusan Pulau Kramat, Bedil, dan Temudong berjumlah 8 jenis dari 7 genus, 3 subfamili, dan 2 famili. Jenis-jenis lamun tersebut yaitu dari Famili Potamogetonacea terdiri dari Zostera sp., Halodule pinifolia, H. Uninervis, Cymodocea rotundata dan Syringodium isoetifolium ; serta Famili Hydrocharitacea terdiri dari Enhalus acoroides, Halophila ovalis dan Thalassia hemprichii. STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA 364 365 STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA

c. Ekosistem terumbu karang