STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
80 81
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan laut di sekitarnya Kabupaten Pangkajene Kepulauan.
Dasar Hukum :
l Kawasan Kepulauan Kapoposang dan perairan di sekitarnya telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan RI
sebagai Kawasan Taman Wisata Alam Laut TWAL berdasarkan Surat Keputusan No. 588Kpts-VI1996
tanggal 13 September 1996.
l Saat ini, pengelolaan Kepulauan Kapoposang dan perairan di sekitarnya telah diserahkan kepada Kementerian
Kelautan dan Perikanan RI sesuai dengan Berita Acara Serah Terima No. BA.01Menhut-IV2009 dan No. BA. 108
MEN.KPIII2009 pada tanggal 4 Maret 2009 dengan nama Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan laut di
sekitarnya Provinsi Sulawesi Selatan.
l Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan laut di sekitarnya Provinsi Sulawesi Selatan ditetapkan
berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 66MEN2009 tanggal 3 September 2009.
l Pada tahun 2014 ditetapkan Rencana Pengelolaan dan Zonasi melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia Nomor 59KEPMEN-KP2014 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan
Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2014-2034
Luas :
Luas Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan laut di sekitarnya adalah 50.000 Ha.
Letak :
Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan laut di sekitarnya secara geograis terletak pada 118º54’00’’ -
119º10’00’’BT dan 04º37’00’’ - 04º52’00’’LS. Batas-batas kawasan Taman Wisata Perairan Kapoposang
adalah sebagai berikut; l Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Makassar
l Sebelah Timur berbatasan dengan Mattiro Walie l Sebelah Selatan berbatasan dengan Perairan Kota
Makassar, dan l Sebelah Barat berbatasan dengan Liukang Kalmas dan
Selat Makassar
Keanekaragaman Hayati :
Fauna laut khususnya jenis ikan yang banyak dijumpai di kawasan ini adalah berbagai jenis ikan perairan, jenis ikan
konsumsi dan jenis ikan hias. Lutjanus decussates, Siganus Spp dan Naso Spp yang mendominasi jenis ikan pangan.
Sementara jenis ikan hias didominasi jenis Hemitaurichtys polylepis dan Chaetodon kleini dari suku Chaetodontidae. Jenis-
jenis ikan ini dapat ditemu pada daerah paparan terumbu karang dan drop of.
Aksesibilitas
Akses menuju kawasan TWP Pulau Kapoposang saat ini dapat menggunakan beberapa jalur pelayaran yakni; i
dari Makassar melalui pelabuhan Paotere dan POPSA; ii dari Maros melalui pelabuhan Kalibone, dan iii dari
Pangkep melalui pelabuhan Semen Tonas. Pelayaran yang menggunakan perahu bermotor milik nelayan yang disewa,
dengan tingkat keamanan pelayaran yang relatif baik. Dengan perahu bermotor yang lazim dipakai nelayan, waktu
tempuh Makassar – Kapoposang sekitar 6 jam, sedangkan waktu tempuh dari Maros dan Pangkep masing-masing 7
dan 8 jam. Wisatawan umumnya ke TWP Pulau Kapoposang melalui pelabuhan di Makassar. Selain menggunakan perahu
bermotor, dapat menggunakan speed boat juga sudah dirintis oleh pengusaha operator wisata yang mengkoordinir
kunjungan ke Pulau Kapoposang, waktu tempuhnya bisa 2 – 3 jam. Terdapat 3 pelabuhan untuk masuk ke kawasan TWP
kepulauan Kapoposang, yaitu; pelabuhan Gondongbali untuk kunjungan penduduk dari luar kawasan, pelabuhan pulau
Papandangan untuk transportasi internal wisata dan biasa, dan pelabuhan pulau Kapoposang untuk kunjungan wisata
dan internal kawasan TWP antara lain untuk pengambilan air, perikanan, dan lain-lain.
Potensi Pariwisata :
Potensi wisata di dalam dan sekitar kawasan TWP Kepulauan Kapoposang, antara lain;
Penyelaman Diving
Selama ini pantai Pulau Kapoposang dijadikan tempat untuk bermain diving oleh wisatawan. Hal ini karena keindahan
terumbu karang Kapoposang mempunyai nilai keindahan yang cukup besar bila dibandingkan dengan pantai lainnya.
Kegiatan ini sangat menarik wisatawan untuk mengunjungi pantai pulau Kapoposang. Ditambah lagi dengan kualitas
pantai yang belum tercemar oleh kerusakan alam dan juga pasir putih yang mengelilingi sepanjang kawasan pantai.
a. Snorkling
Pantai pulau Kapoposang mempunyai ekosistem terumbu karang dan jenis lora dan fauna yang keanekaragamannya
cukup tinggi. Keindahan ini sangat menarik minat wisatawan untuk melakukan kegiatan snorkling untuk menikmati
keindahan pantai Kapoposang di waktu senggang.
b. Memancing Fishing
Pantai pulau Kapoposang juga memiliki jenis ikan yang sangat beranekaragam. Jenis ikannya masih cukup banyak
keran masih belum dirusak oleh aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan alat-alat keras ataupun karena faktor
lingkungan. Wisatawan melakukan kegiatan ishing pada waktu-waktu senggang sambil menikmati suasana keindahan
pantai pulau Kapoposang.
d. Kegiatan Budidaya Rumput Laut
Terdapat kegiatan masyarakat yang terbilang unik dan ternyata dapat dijadikan sebagai paket wisata alam, yaitu
kegiatan budidaya rumput laut yang sudah turun termurun dilakukan oleh masyarakat pulau Kapoposang. Kegiatan
budidaya rumput laut ternyata mengundang minta wisatawan untuk melakukannya. Wisatawan tergerak untuk datang dan
belajar mengenai tata cara budidaya rumput laut yang sudah dijadikan tradisi bagi masyarakat pulau Kapoposang.
e. Melihat Penyu Bertelur dan Aktiitas Penangkapan Nener
Pada lokasi pantai lain, kegiatan melihat penyu bertelur dan aktiitas penangkapan nener sudah jarang ditemui. Hal ini
disebabkan karena kondisi kerusakan pantai yang belum ditangani dengan baik. Di pantai pulau Kapoposang keadaan
lora seperti penyu dan nenera masih terjaga dengan baik dari kondisi kerusakan, sehingga wisatawan tertarik untuk datang
mengunjunginya.
f. Menyaksikan Sun Rise dan Sun Set
Dengan panorama yang indah dan kondisi pantai yang masih alami serta lingkungan perairan yang masih bagus
mendorong wisatawan untuk menyaksikan dan menikmati keindahan alam pulau Kapoposang pada saat matahari terbit
sun rise dan matahari terbenam sun set.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
82 83
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Taman Wisata Perairan
Laut Banda
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
84 85
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Dasar Hukum :
l Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep.69MEN2009 tentang Penetapan
Kawasan Konservasi Perairan Nasional Laut Banda di Provinsi Maluku
l Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 58KEPMEN-KP2014 tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan Laut Banda di Provinsi Maluku Tahun 2014-2034
Secara resmi Cagar Alam Taman Laut Banda yang sebelumnya telah ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 221KptsUm1977 tanggal 25 April 1977 seluas 2.500 dua ribu lima ratus hektar sebagai Cagar Alam Laut.
Dikeluarkannya surat keputusan penetapan status tersebut sehubungan dengan usulan penetapan kawasan tersebut
sebagai kawasan cagar alam laut oleh FAOUNDP berdasarkan studi kelayakan terhadap kawasan Maluku dan Irian Jaya
pada tahun 1981, kemudian pada tahun 1987 pengamatan dengan penekanan pada konservasi laut di Maluku oleh de
Jong et al WWF Netherland, usulan dari KSDA Maluku dan pengamatan dari WWF Indonesia pada tahun 1989 serta
misi yang dilakukan oleh Joop SchultPHPA yang melakukan pembangunan stasiun lapangan atau mengkoordinasikan
pengadaan transportasi di waktu yang akan datang, pada tahun 19911992.
Luas:
Luas Taman Wisata Perairan Laut Banda adalah 2.500 Ha.
Letak :
Secara geograis Taman Wisata Perairan TWP Laut Banda terletak kurang lebih 132 Km sebelah
Tenggara Ambon. Secara administratif, Taman Wisata Perairan TWP Laut Banda termasuk ke dalam Kecamatan
Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku dengan koordinat sbb :
Potensi Keanekaragaman Hayati :
Terumbu karang merupakan kekayaan sumberdaya melimpah ada di Kepulauan Banda. Potensinya tersebar di enam pulau
di kepulauan Banda, mulai dari Pulau Run di sebelah barat, sampai Pulau Hatta, serta 50 km ke arah selatan. Lebih dari
300 spesies karang keras telah tercatat, yang memiliki standar dunia yang tinggi sehingga diberikan wilayah kecil di Pulau
Banda. Pada umumnya terumbu karang yang terdapat di Pulau Banda adalah terumbu karang tepi yang sempit tanpa
adanya sebuah terumbu karang intertidal yang rata. Telah teridentiikasi empat jenis komunitas karang yaitu: dua jenis
berasal dari tempat landai yang dalam dan dua lainnya dari wilayah perairan yang agak dangkal.
Aksesibilitas :
Untuk mencapai kawasan Taman Wisata Perairan TWP Laut Banda, dapat ditempuh dengan cara, antara lain : dari
Ambon ke Banda Neira dengan menggunakan pesawat terbang dengan waktu tempuh berkisar satu jama tau dengan
menggunakan kapal laut, dengan waktu tempuh sekitar 8 jam. Dari Pulau Banda Neira dapat langsung ke Taman Wisata
Perairan TWP Laut Banda dengan perahu carteran dengan waktu tempuh sekitar 1 jam.
Potensi Pariwisata
Bandaneira memiliki lokasi wisata yang menarik untuk dikunjungi antara lain adalah Rumah Budaya yang berada
di Jl Gereja Tua. Bangunan ini dulunya merupakan vila milik petinggi Belanda namun saat ini berfungsi sebagai museum
yang memiliki koleksi antara lain meriam, mata uang kuno, peta dan helm kuno. Di museum ini juga terdapat lukisan
mengenai peperangan pada masa lalu. Museum ini juga memiliki diorama mengenai sejarah Banda. Lokasi wisata
bernilai sejarah di Bandaneira adalah Benteng Nassau yang merupakan benteng peninggalan Belanda. Benteng Nassau
pertama kali dibangun oleh Portugis pada tahun 1529 ketika mereka pertama kali ke Bandaneira dari pangkalan mereka
di Ternate. Namun sebelum pembangunan benteng ini selesai Portugis harus angkat kaki ketika Belanda datang
dan mengusai Bandaneira. Portugis meninggalkan benteng yang baru tahap pembangunan fondasi. Belanda kemudian
melanjutkan pembangunan benteng ini hingga selesai. Saat ini bangunan benteng yang tersisa hanyalah tiga dinding
dan sebuah pintu gerbang utama. Benteng Belgica terletak di sebelah timur tidak jauh dari Benteng Nassau. Benteng
Belgica dibangun Belanda pada Tahun 1611 dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Both yang ditugaskan
untuk membangun monopoli perdagangan oleh Belanda di wilayah ini. Benteng ini menjadi markas militer Belanda
hingga tahun 1860. Dari kondisi hampir runtuh, benteng ini mengalami perbaikan besarbesaran beberapa tahun lalu dan
saat ini dalam kondisi baik. Panorama di sekitar benteng ini sangat mengesankan dengan latar belakang Gunung Api
yang menjulang. Berjalan-jalan di sekitar benteng ini sangat menyenangkan sambil membayangkan suasana masa kolonial
tempo dulu.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
86 87
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Suaka Alam Perairan
Kepulauan Aru Bagian Tenggara dan Laut Sekitarnya
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
88 89
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Suaka Alam Perairan SAP Kepulauan Aru Bagian Tenggara Dan Laut Di Sekitarnya Di Provinsi Maluku
Dasar Hukum :
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.63MEN2009 tentang Penetapan
Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Aru Bagian Tenggara dan Laut di Sekitarnya di Provinsi Maluku
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 64KEPMEN-KP2014 tentang Rencana
Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam Perairan Kepulauan Aru Bagian Tenggara dan Laut Sekitarnya di Provinsi Maluku Tahun
2014-2034
Luas:
Luas Suaka Alam Perairan ini adalah sekitar 2.500 Ha.
Letak :
Perairan Laut Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku
Potensi Keanekaragaman Hayati :
Suaka Alam Laut Perairan Aru Tenggara memiliki tingkat keanekaragaman lora dan fauna yang tinggi, baik di
darat maupun di laut, dengan ciri khas khusus serta tinggi populasinya. Salah satu, jenis potensial dan terancam punah
adalah penyu. Pada kawasan tersebut khususnya Pulau Enu, merupakan hábitat bagi penyu dari jenis Chelonia mydas
penyuhijau, Natator depressus penyu pipih, Lepidochelys olivácea penyu lekang dan Eretmochelys imbricala penyu
sisik, disamping itu terdapat satwa lainnya seperti siput mutiara Pinctada máxima dan duyung Dugong dugong.
Jenisjenis penyu dimaksud merupkan jenis yang telah di lindungi oleh pemerintah, sehingga, untukmenjamin
keseimbangan di alam serta habitatnya, maka kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi..
Aksesibilitas :
Untuk mencapai Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Aru Bagian Tenggara memang penuh tantangan. Dari Ambon
perjalanan harus di tempuh dengan menggunakan pesawat atau kapal laut ke Tual, dilanjutkan dengan kapal Ferry
selama 11 jam ke Dobo. Dari Dobo ke Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Aru Tenggara tidak selalu tersedia sarana
transportasi umum. Untuk menuju daerah tersebut, harus menyewa ketinting, kapal motor kayu, speed boat 80PK milik
perusahaan local atau speed boat milik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Aru. Perjalanan dari Dobo
ke kawasan cagar alam memakan waktu selama 14-18 jam dengan ketinting atau kapal motor kayu, sedangkan dengan
speed boat 80PK perjalanan memerlukan waktu selama 6-9 jam. Sebenarnya, ada juga angkutan laut regular kapal
perintis yang melayani rute Dobo ke desa-desa sekitar kawasan cagar alam yang berlabuh di Desa Batu Goyang
salah satu desa di Pulau Trangan, namun jadwal satu bulan sekali dan belum terlalu efektif sehingga masih jarang
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Potensi Pariwisata
Meskipun tidak secara spesiik ditujukan bagi pengelolaan pariwisata, namun kawasan konservasi ini memiliki sejumlah
potensi sumberdaya alam hayati bagi pemanfaatan wisata bahari seperti pemandangan alam, diving spot dsb.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
90 91
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Suaka Alam Perairan
Kepulauan Raja Ampat dan Laut Sekitarnya
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
92 93
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Suaka Alam Perairan Raja Ampat dan laut di sekitarnya Provinsi Papua Barat.
Dasar Hukum :
l Perairan Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan KKPN
pada tanggal 3 September 2009 melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor : Kep.64
Men2009 dengan tipe kawasan Suaka Alam Perairan SAP.
l Rencana Pengelolaan dan Zonasi ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 63KEPMEN-KP2014 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam Perairan Kepulauan
Raja Ampat dan Laut Sekitarnya di Provinsi Papua Barat Tahun 2014-2034
Luas Kawasan :
Kawasan Suaka Alam Perairan KKPN Raja Ampat dan laut sekitarnya memiliki luas sekitar 60.000 Ha.
Lokasi Kawasan :
Secara geograis, kawasan Suaka Alam Perairan Kepulauan Raja Ampat dan laut di sekitarnya terletak pada 0º14’18’’BT -
0º25’29’’LS dan 130º18’32’’ - 130º10’29’’BT. Sementara secara administratif, wilayah ini masuk ke dalam Distrik Waigeo Barat
Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Kawasan Suaka Alam Perairan Raja Ampat dan laut sekitarnya
memiliki batas-batas sebagai berikut; l Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Waigeo;
l Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan Kepulauan Fam;
l Sebelah Timur berbatasan dengan perairan Pulau Gam; dan l Sebelah Barat berbatasan dengan perairan Pulau
Batangpele dan Pulau Maijafun.
Keanekaragaman Hayati :
Penetapan Raja Ampat sebagai Kawasan Konservasi Perairan Nasional KKPN karena memiliki keanekaragaman
sumberdaya alam yang tinggi, berupa terumbu karang, mangrove, litoral dan rumput laut. Wilayah ini disebut juga
sebagai “jantung” terumbu karang dunia yang dikenal sebagai The Coral Triangle Segitiga Karang. Kepulauan Raja Ampat
memiliki fauna karang terkaya di dunia, yaitu sedikitnya 1.074 spesies dan merupakan areal pembesaran sebagian besar
jenis penyu yang terancam punah. Terdapat 537 jenis karang keras, dimana 9 diantaranya merupakan jenis baru dan 13
jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75 karang dunia CI, TNC-WWF. Di wilayah ini terdapat sekitar 899 jenis ikan
karang, sementara di seluruh wilayah Raja Ampat tercatat 1104 jenis ikan, dimana terdiri dari 91 famili. Diperkirakan
terdapat 1346 jenis ikan di seluruh kawasan Raja Ampat, sehingga menjadikan kawasan ini sebagai kawasan dengan
kekayaan jenis ikan karang tertinggi di dunia. Selain itu, di kawasan ini juga ditemukan 699 jenis hewan
lunak jenis molusca yang terdiri atas 530 siput-siputan gastropoda, 159 kekerangan bivalva, 2 scaphoda, 5 cumi-
cumian cephalopoda, dan 3 chiton.
Aksesibilitas :
Sebagai daerah kepulauan yang memiliki 610 pulau, perangkat transportasi yang menunjang kegiatan masyarakat
Raja Ampat adalah angkutan laut. Untuk menjangkau ibu kota Raja Ambat Waisai, pengunjung harus lebih dulu
menuju Kota Sorong dengan pesawat. Setelah itu, dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan moda
transportasi laut. Sarana yang tersedia adalah kapal cepat dan juga tersedia kapal laut reguler setiap hari. Waisai dapat
juga dijangkau dalam waktu 1,5 hingga 2 jam. Dari Waisai menuju SAP Raja Ampat dapat ditempuh dengan speed boat
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
94 95
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
kira-kira 1,5 jam. Raja Ampat bisa dicapai dari Jakarta dengan penerbangan ke Sorong selama 6 jam melalui Manado.
Beberapa maskapi penerbangan yang melayani rute ini adalah Silk Air, Garuda Indonesia, Pelita Air dan Merpati.
Potensi Pariwisata :
Raja Ampat mengandalkan wisata bahari sebagai tulang punggung sektor pariwisata. Keanekaragaman hayati yang
tinggi dan pemandangan alam yang luar biasa menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Raja
Ampat. Para wisatawan biasanya tinggal di resort yang ada di Waigeo Selatan Pulau Mansuar namun sebagian besar
tinggal di atas kapal liveaboard dengan lama tinggal 10 sampai 21 hari.
Wisatawan asing banyak yang tinggal di atas kapal karena mereka mengikuti paket kunjungan yang disediakan
perusahaan penyedia jasa pariwisata. Musim kunjungan wisatawan liveaboard ke Raja Ampat adalah mulai dari bulan
September sampai bulan Mei setiap tahunnya. Liveaboard yang beroperasi di Raja Ampat berjumlah 18 kapal dan yang
sudah resmi terdaftarmelapor kepada Dinas Pariwisata sebanyak 10 kapal. Hampir semua perusahaanoperator
liveaboard ini berbasis di luar Sorong dan Raja Ampat. Sejumlah potensi wisata lain yang juga dapat dikembangkan
di Raja Ampat antara lain tersebar di beberapa kawasan;
1. Kepulauan Ayau
Kepulauan ini terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil yang berada di atas kawasan atol yang sangat luas. Pantai-
pantai di kepulauan ini berpasir putih dengan areal dasar laut yang luas yang menghubungkan satu pulau dengan
pulau yang lain. Di kepulauan ini terdapat pulau-pulau pasir yang unik, masyarakat setempat menyebutnya
zondploot, dan di atasnya tidak terdapat tumbuhan vegetasi. Jenis wisata yang dapat dikembangkan di
Kepulauan Ayau adalah keunikan kehidupan suku dan budaya yang berupa penangkapan cacing laut insonem
yang dilakukan secara bersama-sama oleh ibu-ibu dan anak-anak, mengunjungi tempat peneluran penyu hijau,
dan wisata dayung tradisional dengan perahu karures.
2. Waigeo Utara
Di Waigeo Utara terdapat beberapa tempat yang dapat dijadikan lokasi wisata yaitu goa-goa peninggalan perang
dunia II dan keidahan bawah laut.
3. Waigeo Timur
Di Waigeo Timur khususnya di depan kampung Urbinasopen dan Yesner terdapat atraksi fenomena alam
yang sangat menarik dan unik yang hanya bisa disaksikan setiap akhir tahun, yaitu cahaya yang keluar dari laut dan
berputar-putar di permukaan sekitar 10-18 menit, setelah itu hilang dan bisa disaksikan lagi saat pergantian tahun
berikutnya. Masyarakat di kedua kampung ini menamakan fenomena ini sebagai “hantu laut”.
4. Teluk Mayalibit
Lokasi wisata teluk Mayalibit cukup unik, karena merupakan sebuah teluk yang cukup besar dan hampir
membagi Pulau Waigeo menjadi dua bagian. Banyak atraksi yang bisa dilihat disini, seperti cara penangkapan
ikan tradisional dan bangkai kerangka pesawat yang bisa dijadikan sebagai tempat penyelaman.
5. Salawati
Di salawati para wisatawan dapat menyaksikan bunker- bunker peninggalan perang dunia II buatan Belanda
dan Jepang Jefman dan juga merupakan tempat yang menarik untuk snorkling dan diving.
Menurut data Bappeda Raja Ampat tahun 2009, sedikitnya terdapat 13 penginapan yang beroperasi untuk mendukung
pariwisata baik berupa hotel, cottage, resort maupun wisata.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
96 97
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Suaka Alam Perairan
Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan Laut Sekitarnya
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
98 99
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Keanekaragaman Hayati :
Wilayah ini memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Sejumlah fauna dapat dijumpai seperti ketam kenari,
Birgus latro, Soa-soa Hydrosaurus amboinensis, burung elang laut perut putih Holiaeetus leucogaster, dara laut kepala putih
Anour minibus, nuri merah kepala hitam Lorius lory dan burung raja udang halcyon sp. Jenis ikan hias diantaranya
jenis kupu-kupu Chaetodon spp, sersan mayor Abudefdul spp dan ikan badut Amphiprion sp, kepe-kepe Pamacentrus
spp dan mujair laut Dascyllus spp. Terdapat 537 jenis karang keras, dimana 9 diantaranya merupakan jenis baru dan 13
jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75 karang dunia CI, TNC-WWF. Berdasarkan indeks kondisi karang di Kepulauan
Raja Ampat, 60 dalam kondisi baik dan sangat baik. Jenis terumbu karang yang dijumpai seperti Acropora sp dan porites.
Beberapa biota laut yang dilindungi terdapat di wilayah ini, seperti; Kima Sisik Tridacna squamosa, Lola Trochus niloticus,
Kima Raksasa Tridacna maxima, Kima Tapak Kuda Hippopus hippopus, Akar Bahar Antiphates sp, Keong Terompet
Charonia tritonis Beberapa lokasi di kawasan ini merupakan tempat penyu
bertelur dan tempat untuk mencari makan utamanya penyu hijau Chelonia mydas penyu sisik Eretmochelys imbricata,
penyu belimbing Dermochelys coriacea dan Duyung Dugong-dugong.
Aksesibilitas
Sebagai daerah kepulauan yang memiliki 610 pulau, perangkat transportasi yang menunjang kegiatan masyarakat
Raja Ampat adalah angkutan laut. Untuk menjangkau ibu kota Raja Ambat Waisai, pengunjung harus lebih dulu
menuju Kota Sorong dengan pesawat. Setelah itu, dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan transportasi laut.
Sarana yang tersedia adalah kapal cepat juga tersedia kapal laut reguler setiap hari. Waisai dapat juga dijangkau dalam
waktu 1,5 hingga 2 jam. Dari Waisai menuju SAP Raja Ampat dapat ditempuh dengan speed boat kira-kira 1,5 jam.
Raja Ampat bisa dicapai dari Jakarta dengan penerbangan ke Sorong selama 6 jam melalui Manado. Beberapa maskapi
penerbangan yang melayani rute ini adalah Silk Air, Garuda Indonesia, Pelita Air dan Merpati. Dari Waisai menuju
Waigeo sebelah Barat Kepulauan Panjang Wayang Sayang ditempuh dengan speed boat sekitar 2 jam.
Potensi Pariwisata :
Raja Ampat termasuk di Distrik Waigeo Barat mengandalkan wisata bahari sebagai tulang punggung sektor pariwisata.
Keanekaragaman hayati yang tinggi dan pemandangan alam yang luar biasa menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan
untuk berkunjung ke Raja Ampat. Para wisatawan biasanya tinggal di resort yang ada di Waigeo Selatan P. Mansuar
namun sebagian besar tinggal di atas kapal liveaboard dengan lama tinggal 10 sampai 21 hari.
Wisatawan asing banyak yang tinggal di atas kapal karena mereka mengikuti paket kunjungan yang disediakan
perusahaan penyedia jasa pariwisata. Musim kunjungan wisatawan liveaboard ke Raja Ampat adalah mulai dari bulan
September sampai bulan Mei setiap tahunnya. Liveaboard yang beroperasi di Raja Ampat berjumlah 18 kapal dan yang
sudah resmi terdaftarmelapor kepada Dinas Pariwisata sebanyak 10 kapal. Hampir semua perusahaanoperator
liveaboard ini berbasis di luar Sorong dan Raja Ampat.
Nama Kawasan :
Suaka Alam Perairan SAP Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan laut di sekitarnya Provinsi Papua Barat.
Dasar Hukum :
Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan laut di sekitarnya ditetapkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan
KKPN pada tanggal 3 September 2009 melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor Kep.65Men2009
dengan tipe kawasan Suaka Alam Perairan SAP. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 60KEPMEN-KP2014 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Suaka Alam Perairan Kepulauan
Waigeo Sebelah Barat dan Laut Sekitarnya di Provinsi Papua Barat Tahun 2014-2034.
Luas Kawasan :
Kawasan Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan laut sekitarnya memiliki luas sekitar 271.630 Ha.
Letak Geograis:
Secara geograis, kawasan Suaka Alam Perairan Kepulauan Waigeo Sebelah Barat dan laut di sekitarnya terletak pada
0º24’29’’BT - 0º14’22’’LS dan 129º50’25’’ - 129º40’32’’BT. Sementara secara administratif, wilayah ini masuk ke dalam
Distrik Waigeo Barat Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
100 101
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Taman Wisata Perairan
Kepulauan Padaido dan Laut Sekitarnya
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
102 103
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya Kabupaten Biak Numfor Provinsi Papua.
Dasar Hukum :
l Kawasan Kepulauan Padaido dan perairan di sekitarnya telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan
RI sebagai Kawasan Taman Wisata Alam Laut TWAL berdasarkan Surat Keputusan No. 91Kpts-VI1997 tanggal
13 Pebruari 1997. Saat ini, pengelolaan Kepulauan Padaido dan perairan di sekitarnya telah diserahkan kepada
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sesuai dengan Berita Acara Serah Terima No. BA.01Menhut-IV2009 dan
No. BA. 108MEN.KPIII2009 pada tanggal 4 Maret 2009 dengan nama Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido
dan laut di sekitaarnya TWP Pulau Padado. Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya
Provinsi Papua ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : 68MEN2009.
l Rencana Pengelolaan dan Zonasi ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 62KEPMEN-KP2014 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Wisata Perairan Kepulauan
Padaido dan Laut Disekitarnya di Provinsi Papua tahun 2014-2034
Luas:
Luas Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya adalah 183.000 Ha.
Letak :
Taman Wisata Perairan Kepulauan Padaido dan laut di sekitarnya secara geograis terletak pada 01º07’00’’ -
01º22’00’’LS dan 136º10’00’’S - 136º46’00’’BT. Dengan batas- batas kawasan sebagai berikut;
l Sebelah Utara : Samudera Pasiik dan Distrik Biak Timur l Sebelah Selatan : Selat Yapen
l Sebelah Barat : Distrik Biak Timur, dan l Sebelah Timur : Samudera Pasiik
Potensi Keanekaragaman Hayati :
Keragaman karang di Kepulauan Padaido cukup tinggi terdiri dari 90 jenis yang tergolong dalam 41 genera dan 13 famili
serta beberapa jenis karang lunak, yaitu Sinularia, polydatil,
Sacrophyton trocheliophorum, Labophytum strictum dan L. Crassum. Jenis karang dominan adalah Faviidaer, Fungidae,
Pociloporidaer dan Acroporidae. Di Kepulauan Padaido ditemukan kurang lebih 127 jenis ikan target, 34 jenis ikan
indikator dan 185 jenis ikan mayor. Mangrove ditemukan 7 jenis yaitu; Bruguiera gymnorhiza, Rhizophora apiculata, R.
Stylosa, Sonnetaria alba, Cerops tagal, Lumnitzera littorea, dan Avicenia alba. Sementara Lamun ditemukan 9 jenis, yaitu;
Thalassia, Hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea serrulata, C. Serullata, Halodule universis, H. Pinifolia, Holophila ovalis,
H. Spinulosa, dan Syringodium isoetifolium. Rumput laut ditemukan 58 jenis, 11 jenis diantaranya bernilai ekonomis,
seperti; Euchema, Glacilaria, Hypnea, Laurencia, Gelidiella, Halimenia, Caulerpa, Chaetomorpha, Sargassum dan Turbinaria.
Aksesibilitas :
Untuk mencapai Kepulauan Padaido dapat menggunakan speed boat dari pelabuhan Bosnik selama kurang lebih 1
jam atau dengan perahu tradisional nelayan dengan waktu 3 hingga 4 jam perjalanan. Selain itu dapat menggunakan
pesawat terbang dari Jakarta Bandara Soekarno Hatta. Sejumlah maskapai penerbangan menyediakan perjalanan
dari Jakarta menuju Pulau Biak dalam rangka meningkatkan potensi bahari dan lokasi sejarah di Kabupaten Biak Numfor,
Provinsi Papua.
Potensi Pariwisata
Kepulauan Padaido sebagai Kawasan Taman Wisata Perairan dengan luas 183.000 dengan keaneragaman hayati
yang cukup tinggi merupakan wilayah yang potensial dikembangkan kegiatan pariwisata. Dengan keunikan dan
karakter wilayah yang dimiliki sangat cocok ditawarkan sebagai destinasi wisata, baik itu wisata alam, wisata budaya
dan wisata bahari. Selama ini, keberadaan Kepulauan Padaido sudah cukup diketahui oleh pelancong pengunjung wisata
dari domestik maupun manca negara. Dari data yang ada, pelancong yang berkunjung ke Kepulauan Padaido berasal
dari 15 negara. Untuk menunjang kegiatan pariwisata tersebut terdapat sarana pariwisata termasuk angkutan yang disiapkan
oleh masyarakat setempat. Sarana pariwisata yang tersedia antara lain pondok wisata yang juga dikelola oleh masyarakat.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
104 105
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sumatera
Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
SAbANg ACEH bESAR
ACEH JAYA SIMEULUE
NIAS UTARA NIAS SELATAN
TAPANULI TENgAH SERDANg bEDAgAI
PADANg PARIAMAN PASAMAN bARAT
AgAM SOLOK
PADANg KOTA PARIAMAN
PESISIR SELATAN PENYU PESISIR SELATAN SUNgAI bATANg
PELANgAI
KEPULAUAN MENTAWAI bATAM
bENgKALIS NATUNA
NATUNA SERASAN LINggA
bINTAN SAROLANgUN
bUNgO bANgKA bARAT
bANgKA SELATAN bELITUNg
bELITUNg TIMUR bELITUNg TIMUR MOMPARANg
MUKOMUKO bENgKULU UTARA
KAUR LAMPUNg bARAT
TANggAMUS
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
106 107
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kota Sabang
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
108 109
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang
Dasar Hukum :
- Pencadangan: Keputusan Walikota Sabang Nomor 729 Tahun 2010
Tentang Pecadangan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang
- Rencana Pengelolaan dan Zonasi: Peraturan Walikota Sabang Nomor 7 Tahun 2013 Tentang
Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang
- Unit Organisasi Pengelola: 1. Keputusan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota
Sabang Nomor 523802012 Tentang Penunjukan Penetapan Badan Pengelolaan Kawasan Konservasi
Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Sabang
- Penetapan: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 57KEPMEN-KP2013 tentang Kawasan Konservasi Perairan Pesisir Timur Pulau Weh Kota Sabang
di Provinsi Aceh.
Luas Kawasan :
3.207,08 Ha
Letak, Lokasi dan batas-batas Kawasan:
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
110 111
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Selain keanekaragaman yang tinggi, stok ikan karang di wilayah ini juga cukup tinggi.
Gambar 2. Sebaran kekayaan jenis ikan karang di beberapa wilayah kerja Panglima Laôt di Pulau Weh dan Pulo Aceh
Ardiwijaya et al. 2009.
Potensi Sosial budaya dan Ekonomi:
Pesisir timur Pulau Weh terdiri dari dua Lhok yaitu: Lhok Ie Meulee dan Lhok Anoe Itam. Lhok Ie Meulee terdiri dari
tiga kelurahan yaitu Kelurahan Kota Atas, Ie Meulee dan Ujung Kareung. Lhok Anoe Itam meliputi satu kelurahan
yaitu Kelurahan Anoe Itam.
Jumlah penduduk Pesisir Timur Pulau Weh 9.818 jiwa yang terdiri dari 2.421 KK, 4.665 jiwa
laki-laki dan 4.891 jiwa perempuan. Penduduk pesisir timur sebagian besar berada di kelurahan Kota atas yaitu sebanyak
1.115 KK. Penduduk kelurahan Ie Meulee sebanyak 984 KK, Kellurahan Ujung Kareung 154 KK dan 168 KK di Kelurahan
Anoe Itam BPS, 2008. Dari total 9.818 jiwa penduduk pantai timur 95 menganut agama Islam. Penduduk pesisir
timur memiliki keanekaragaman suku mulai dari suku Aceh, Batak, Jawa, Sunda, Makasar bahkan Papua karena sebagian
penduduk berprofesi sebagai pegawai dan TNIPOLRI. Karakteristik masyarakat Pesisir Timur Pulau Weh hampir sama
dengan masyarakat Sabang dan Aceh pada umumnya yang mempunyai interaksi yang tinggi dan pola gotong royong.
Pola kehidupan masyarakat dapat dikategorikan kedalam
Target Konservasi:
- Target Sumberdaya Bioekologis
Menciptakan keberlanjutan perikanan di Kawasan konservasi perairan pesisir timur Pulau Weh
- Target Sosial, Budaya dan Ekonomi
Menumbuhkembangkan hukum adat yang kuat untuk mengelola kawasan konservasi perairan
Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati:
Wilayah Pulau Weh didominasi oleh ekosistem terumbu karang di hampir seluruh bagian pesisirnya. Tipe terumbu
karang yang meliputi Pulau Weh secara morfologi merupakan tipe terumbu karang tepi fringing reef. Wilayah Pesisir Timur
Pulau Weh mempunyai penutupan terumbu karang yang relatif tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya di Pulau
Weh. Di wilayah ini terumbu karang didominasi oleh karang dari genus: Acropora, Porites, Pocillopora dan Heliopora. Selain
penutupan karang yang tinggi, wilayah Pesisir Timur pulau Weh juga memiliki keanekaragaman karang yang tinggi.
Gambar 1. Perbandingan persentase tutupan karang keras di setiap wilayah di Pulau Weh
Sumber : Survei WCS, 2009.
Keanekaragaman ikan-ikan karang di pesisir
timur Pulau Weh tergolong cukup tinggi dan hampir sama dengan
keanekaragaman jenis ikan karang di wilayah wisata Iboih. masyarakat modern. Hal ini dapat terlihat dari penggunaan
alat-alat modern dalam kehidupan seharihari seperti TV, telepon seluler, kulkas, bahkan fasilitas yang tergolong mahal
seperti motor dan mobil. Pola kehidupan ini sebagai dampak dari status Sabang yang pernah menjadi Pelabuhan Bebas
sehingga arus barang dari luar negeri banyak masuk ke Kota Sabang.
Panglima Laôt merupakan lembaga adat masyarakat nelayan yang terdapat di daerah pesisir Aceh. Panglima Laôt adalah
sebuah nama lembaga masyarakat nelayan tersebut dan juga sebutan atau gelar yang diberikan kepada seorang tokoh
atau orang yang dipercaya sebagai pemimpin dalam satu kelompok masyarakat nelayan wilayah pesisir yang dikenal
dengan istilah Lhok. Pesisir Timur Pulau Weh terdiri dari 2 dua Lhok yaitu Panglima Laôt Lhok Ie Meulee dan Panglima
Laôt Anoe Itam. Fungsi Panglima Laôt secara umum meliputi tiga hal penting yaitu menjaga keamanan di wilayah laut,
mengatur pengelolaan sumberdaya laut dan mengatur pengelolaan lingkungan laut. Dalam menjalankan fungsi-
fungsinya, Panglima Laôt pada umumnya memiliki tiga kewenangan antara lain mengembangkan dan menegakkan
adat laut, mengatur pemanfaatan sumberdaya kelautan, dan mengatur peradilan adat laut. Salah satu bentuk mengatur
pemanfaatan sumberdaya laut, Panglima Laôt Ie meulee dan Anoe Itam menerapkan aturan penggunaan alat tangkap.
Di kedua wilayah tersebut tidak diperkenankan untuk menggunakan alat tangkap berbagai bentuk jaring dan alat
bantu kompresor. Sedangkan alat tangkap tangkap yang perbolehkan beroperasi di wilayah pesisir timur adalah
pancing, tonda dan jala.
Potensi Perikanan
Potensi perikanan tangkap yang ada di Pesisir Timur adalah ikan karang dan ikan pelagis. Potensi ikan karang di Pulau
Weh dimanfaatkan oleh nelayan Pulau Weh utamanya nelayan pesisir timur, sehingga pesisir timur merupakan salah satu
penghasil ikan karang
y ang utama di Kota Sabang. Ikan-ikan
karang yang menjadi komoditi adalah: Kerapu, Kakap, Kakak Tua, Ekor KuningPisang-pisang, dan Merah Mata. Selain itu
komoditi lain yang juga dimanfaatkan adalah gurita. Untuk ikan pelagis, ikan-ikan yang menjadi komoditi di daerah
pantai timur adalah Tongkol, Tuna, Tenggiri, Kuwe, Layaran dan Cakalang.
Berdasarkan survei hasil tangkapan ikan yang dilaksanakan oleh oleh WCS Indonesia Marine Program, total
tangkapan rata-rata per trip mencapai 10.78 kgtrip. Total tangkapan pesisir timur menempati peringkat tertinggi kedua
setelah Lhok Pasiran.
Gambar 3. Rata-rata hasil tangkapan per unit upaya kgtrip di masing-masing wilayah penangkapan di Pulau Weh Sumber :
.Survei WCS, 2009
Potensi Pariwisata :
Kota Sabang merupakan salah satu tujuan wisata utama di Aceh, terutama untuk jenis wisata bahari. Kota Sabang dapat
ditempuh melalui jalur laut dari Banda Aceh menggunakan ka pal ferry maupun kapal cepat dari Pelabuhan Ulee-Lheu ke
pelabuhan Balohan Sabang. Waktu tempuh menggunakan kapal ferry selama 1 jam 30 menit, sedangkan menggunakan
kapal cepat sekitar 45 menit.
Selain objek wisata bahari, Kota Sabang juga memiliki objek wisata sejarah, religi dan objek wisata geograis lainnya. Objek
wisata sejarah antara lain benteng-benteng peninggalan Jepang di Benteng Anoe Itam, Sumur Tiga Ujong Kareung,
dan Ujung Asam Kuta Barat. Ob jek wisata geograis di Kota Sabang adalah Tugu Nol 0 Kilometer Indonesia.
Berdasarkan survey majalah National Geographic Traveller Indonesia pada tahun 2009, Kota Sabang menempati
urutan ke 10 lokasi penyelaman terbaik di Indonesia, setelah
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
112 113
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
2. Pantai Sumur Tiga
Pantai Sumur Tiga terletak di Gampong Ie Meulee, sekitar 4 km sebelah timur Kota Sabang hamparan pasir putih dan kondisi
terumbu karang yang cantik menjadikan pantai ini menjadi salah satu lokasi favorit untuk berenang dan snorkeling
bagi wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal. Pantai ini ramai dikunjungi wisatawan pada akhir pekan dan hari
libur. Terdepat fasilitas bungalow dan restoran yang cukup memadai di sepanjang Pantai Sumur Tiga.
Gambar 5. Panorama Pantai Sumur Tiga
3. Pantai batee gajah
Pantai Bate Gajah terletak di Gampong Anoe Itam, sekitar 12 km arah tenggara Kota Sabang. Lokasi ini merupakan
tempat wisata favorit bagi masyarakat Kota Sabang dan ramai dikunjungi pada akhir pekan. Di lokasi ini juga terdapat
Daerah Perlindungan Laut – Anoe Itam. Terdapat resort dan restoran di dekat lokasi pantai ini, juga terdapat café-café
pinggir pantai yang menye diakan makanan dan minuman bagi para pelancong.
Kepulauan Derawan. Adapun objek –objek wisata yang terdapat di Kota Sabang yang terletak pada KKPD Kota Sabang
antara lain :
1. Pantai Ujung Asam, Pantai Paradiso, Pantai Kasih dan Pantai Tapak gajah
Pantai Ujung Asam terletak di Gampong Kuta Barat, ini merupakan salah satu lokasi wisata ku liner di Kota Sabang,
berjarak sekitar 1 km dari pusat kota. Aneka jajanan seperti jagung bakar, mie bakso dan minuman ringan tersedia di sini.
Pengunjung kebanyakan adalah masyarakat lokal maupun rombongan wisatawan lokal dari Banda Aceh. Panorama
pantai yang indah merupakan sajian utama pantai ini.
Pantai Paradiso terletak di Gampong Kuta Ateuh, sekitar 1 km dari pusat Kota Sabang. Pantai ini dengan Boulevard
pantainya merupakan lokasi yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat lokal dan pendatang untuk melihar
panorama pantai di senja hari. Hari sabtu dan malam minggu merupakan waktu-waktu dimana Pantai Paradiso dipenuhi
pengunjung.
Gambar 4. Panorama laut di Pantai Paradiso dan Pantai Kasih Pantai Kasih dan Pantai Tapak Gajah terletak di Gampong
Kuta Ateuh, sekitar 1 km dari pusat Kota Sabang. Pantai ini memiliki hamparan pasir putih sepanjang 100 meter, dan
ramai dikunjungi oleh masyarakat setempat terutama pada hari sabtu dan minggu. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah
berenang dan snorkling. Gambar 6. Aktivitas Wisata di Pantai Batee Gajah
4. Pantai Reuteuk Anoe Itam
Pantai ini berjarak sekitar 10 km ke arah selatan Kota Sabang, tepatnya di Gampong Anoe Itam. Pada hari minggu banyak
wisatawan lokal dari Kota Sabang yang melakukan aktivitas wisata seperti berenang dan bakar ikan di kawasan pantai
Mata Ie Ini, selain itu juga terdapat sum bermata air yang jernih dengan kolam kecilnya yang hanya berjarak sekitar 20 meter
dari jalan utama. Masyarakat setempat sering menggunakan aliran air dari mata air tersebut untuk mencuci kendaraannya.
Terdapat kolam-kolam ikan air tawar milik penduduk setempat dan juga menjual souvenir berbahan dasar pohon kelapa.
A. Wisata Religi
Wisata religi yang dapat ditemui di Kota Sabang antara lain masjid kuno di Kampung Haji, Kuta Timue, fasilitas karantina
jamaah haji di Pulau Rubiah, Meunasah Al-Ikhlas di Gampong Cot Ba’u dan situs mesjid kuno di Jaboi. Selain itu terdapat
makam-makam aulia keramat yang terse bar di hampir semua wilayah Kota Sabang, mulai dari ujung Seukee hingga ke Pulau
Rubiah dan Pulau Rondo. Beberapa makam yang terkenal antara lain : Makam Tgk di Iboih Tgk. Ibrahim dan Siti Rubiah
di Iboih, Makam Tgk. Tapak Gajah dan Keramat Pandan di Kuta Ateuh, Makam Tgk. Ie Masen di Kuta Timue, Makam Tgk. Ba’ U
Lien dan Tgk di Pasie di Balohan, Makam Tgk di Jaboi,
Makam Tgk di Pria Laôt Tgk. Abdurrauf, dan
Makam Tgk. Anoe Raya di Cot Abeuk.
b. Wisata Sejarah
1. Bungker-bungker Peninggalan Jepang Banyak bungker Jepang tersebar di seluruh pulau dan
menjadi alasan mengapa pulau ini dike nal sebagai “Kota Seribu Benteng” Benteng-benteng itu semuanya
dibangun antara tahun 1943 dan 1945 yang dulunya saling terhubung melalui terowongan-terowongan
yang sekarang ditutup karena alasan keamanan. Meski demikian, di Anoe Itam masih terdapat benteng
perlindungan dalam kondisi cukup baik. Selain itu ada juga tempat benteng besar dengan banyak pintu masuk
ke terowongan di Gunung Batu. Bungalow Flamboyant di Lhong Angen dibangun di bekas lokasi kamp Jepang dan
masih banyak peninggalan yang dapat ditemui.
2. Kerkhof Merbabu Terdapat di Gampong Kuta Ateuh, lingkungan Merbabu,
yang berbatasan dengan Gampong Ie Meulee. Taman makam besar ini merupakan pemakaman peninggalan
bangsa belanda. Komplek pemakaman ini hanya berjarak 20 menit berjalan kaki dari pusat Kota Sabang. Letak
makam Kherkof ini berdampingan dengan komplek pemakaman umat Islam, Kristen, dan Budha. Di dalam
komplek kherkof ini dikebumikan warga negara, Belanda, Jepang, Perancis, dan Jerman.
3. Bangunan-bangunan Kolonial Terdapat di Gampong Kuta Ateuh, antara lain di Jalan
Diponogoro, Jl. Teuku Umar, Jl. T. Cik Di Tiro, Jl. Ahmad Yani, Jl. O.Soeropati dan di Jl. T. Hamzah. Sedangkan di
Ie Meulee terdapat di Jalan Agus Salim dan di Cot Ba’u di sepanjang Jl. Yos Soedarso. Bangunan-bangunan
peninggalan masa kolonial ini ada yang berupa bangunan perkantoran dan rumah sakit serta rumah-rumah tinggal.
Kondisi bangunan-bangunan tersebut saat ini se bagian besar masih bagus dan terawat, dan sebagian sisanya
perlu perhatian pihak terkait untuk direnovasi.
4. Tugu Pemancungan Terletak di Gampong Batee Shok, situs ini merupakan
lokasi pemancungan 11 orang pribumi dan 1 orang warga negara Belanda Dr. Coelon oleh bangsa Jepang pada
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
114 115
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Gambar 7. Sosialisasi terhadap zonasi dan penghargaan E-KKP AWWARD
Gambar 8. Rapat pengelola dan Rapat dengan para Tokoh
Gambar 9. Foto Bersama Untuk Pengelolaan KKP Kota Sabang yang lebih baik lagi. masa awal masuknya Jepang ke Kota Sabang pada tahun
1942. Ke 12 orang ini di pancung karena mencoba mem- berikan isyarat-isyarat komunikasi dengan pihak pejuang
republik di daratan melalui stasiun radio yang terdapat di Gampong Ie Meulee.
5. Tugu Beevak Tugu ini terletak di Gampong Jaboi, di bukit Cot
Semeureugoh. Lokasi ini dulunya merupakan titik dimana para serdadu belanda memberikan sinyal berupa suar
untuk berkomunikasi dengan pihak Belanda di Banda Aceh.
6. Wisata Kuliner Selain memilikin obyek wisata bahari, wisata religi, dan
wisata sejarah, Kota Sabang juga memiliki beberapa pilihan wisata kuliner bagi anda-anda yang gemar makan
enak. Adapun wisata kuliner yang dapat kita jumpai di Kota Sabang antara lain: sate gurita, mie jalak dan mie
sedap di Jalan Perdagangan, jagung bakar di pantai Ujung Asam, rujak Cot Klah di Gampong Krueng Raya, dan rujak
Benteng di pantai Batee Gajah, Anoe Itam.
Aksesibilitas :
Sentra kegiatan perhubungan Kota Sabang di pusatkan di kawasan Terminal Pelabuhan Balohan dan Pusat Kota
Sabang. Ke depannya sentra-sentra perhubungan juga akan dikembangkan di kawasan Cot Damar, Iboih, Gapang,
Cot Abeuk dan Keunekai. Pembangunan terminal tipe B akan dikembangkan di Balohan, sedangkan pembangunan
terminal tipe C akan dikembangkan di lokasi lainnya. Gapang akan disiapkan sebagai pelabuhan khusus wisata, sedangkan
untuk kawasan pusat Kota Sabang akan dikembangkan jalur bus umum.
Jaringan jalan utama yang direncanakan akan membentuk suatu jalan lingkar luar di Kota Sabang khususnya di Pulau
Weh, yang terdiri dari simpul-simpul Ruas Pusat kota - Anoi Itam - Balohan - Paya Keuneukai - Ujung Gua Sarang - Ujung
Putroe - Ujung Ba’U - Iboih - Gapang - Cot Damar - Pusat Kota Sabang. Untuk pengembangan sistem angkutan umum di
rencanakan dengan menggunakan sistem angkutan Bus. Dengan prasarana penunjang setingkat Bus Way. Dimana
simpul-simpul pelayanannya adalah Pelabuhan Balohan, Pelabuhan Sabang, Kawasan Kota, Bandar Udara, Kawasan
Wisata di sekitar Kota Sabang. Untuk Pelayanan Angkutan Wisata ke Iboih dilayani oleh angkutan Bus yang ukurannya
lebih kecil. RTRW Kota Sabang 2012-2032, bab 3
Sentra perhubungan laut akan di pusatkan di Teluk Sabang dan Pelabuhan Balohan, Pengembangan Pelabuhan Nasional
Balohan saat ini sebagai pelabuhan utama yang melayani angkutan penyeberangan dalam negeri dalam provinsi.
Angkutan penyeberangan ini direncanakan untuk rute atau lintasan baik untuk pelayanan umum maupun mendukung
kegiatan pariwisata.
Pengembangan pelabuhan khusus dimaksudkan untuk menunjang kepentingan pertumbuhan ekonomi Kota Sabang.
Untuk menunjang kawasan industri di Balohan direncanakan dikembangkan Pelabuhan Khusus Industri. Sedangkan untuk
menunjang kepentingan pengembangan pariwisata di Iboih dan Gapang, maka direncanakan adanya Pelabuhan Khusus
Wisata di Gapang sebagai pengembangan dermaga yang ada saat ini.
Sentra perhubungan udara akan di pusatkan di Bandara Maimun Saleh. Bandara Maimun Saleh merupakan Bandara
Pengumpan yang mendukung PKW dan PKSN Sabang. Sebagai inlet ke Kota Sabang, bandara ini dimanfaatkan
untuk mendorong aktivitas wisata ke Sabang sehingga dapat menjadi salah satu tujuan dalam jalur penerbangan komersil.
Jalur penerbangan Bandara Maimun Saleh direncanakan akan melayani penerbangan domestik. Jalur penerangan ini dapat
menghubungkan anatara Sabang dengan Kota Banda Aceh dan Medan.
Upaya Pengelolaan Kawasan:
Saat ini, berbagai kegiatan sudah dan akan dijalankan guna meningkatkan nilai dari E-KKP. Berbagai rapat, diskusi dan
sosialisasi telah dilakukan, sedangkan untuk penyusunan SOP Administrasi pekantoran dan pengelolaan keuangan, SOP
saran dan prasaran, dan SOP Pegelolaan KKP Kota Sabang akan dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober .
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
116 117
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Aceh Besar
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
118 119
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Lampuuk, Amad Rhang Manyang, Ujong Panuc, Pulau Aceh
Dasar Hukum :
Keputusan Bupati Aceh Besar Nomor 190 Tahun 2011 tentang Pembentukan Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh
Luas:
Sekitar 7.975,38 Hektar Tersebar di 4 Lokasi : Lampuuk, Amad Rhang Manyang, Ujong Pancu, Pulau Aceh
Letak :
Lampuuk, Amad Rhang Manyang, Ujong Pancu, Pulau Aceh
Keanekaragaman Hayati :
Penyu, Terumbu Karang.
Aksesibilitas :
Bisa diakses dengan pesawat dari Jakarta melalui jalur udara kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat.
Status Pengelolaan :
Telah ditunjuk Bidang Kekayaan Laut sebagai Koordinator Pengelola Kawasan Konservasi Perairan dibantu oleh Kasi
Konservasi
Workshop Konsultasi Kebijakan Investasi Hijau Bidang Perikanan dan Sosialisasi Publik Peraturan Bupati Nomor 11
Tahun 2011 Sepanjang tahun 2010 September 2011 Workshop dan Diskusi Terfokus Bersama Panglima Laot se-
Aceh Besar guna mendapatkan rekomendasi kunci dalam penyusunan rencana tindak lanjut dan Rencana Strategis
Pengelolaan Kawasan Konservasi terkait Keputusan Bupati No. 190 Tahun 2011 Agustus September 2011
Feasibility Budidaya Kerapu Pulau Aceh bersama WWF- Indonesia dan Jaringan KuaLA September 2011
Penempatan Fish Apartement di Perairan pantai Kecamatan Lhoong, Aceh Besar Desember 2011
Dukungan Konservasi penyu dan pantai peneluran penyu di Kecamatan Lhoknga, Lampuuk, Aceh Besar sejak Oktober 2011
s.d. sekarang Penyusunan rencana strategis pengelolaan kawasan
konservasi, peraturan dan kebijakan implementatif perikanan berkelanjutan di Aceh Besar Tahun 2012, bersama mitra
terkait.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
120 121
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Aceh Jaya
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
122 123
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Aceh Jaya
Dasar Hukum:
SK Bupati Aceh Jaya No 3 Tahun 2010 tanggal 21 Januari 2010
Luas Kawasan :
Luas Kawasan Konservasi Perairan sekitar 1.609,14 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Terbagi di dua lokasi yakni Lhok Rigaih, Kecamatan Setia Bakti Lhok Keuluang, Kecamatan Jaya
Keanekaragaman Hayati :
Pulau Simelue dikelilingi oleh pulau-pulau yang dilingkupi oleh karang tepi fringing reefs. Terdapat juga jenis-jenis
karang keras hard coral, seperti karang batu massive
coral, karang meja table coral, karang kipas gorgonian,
karang daun leaf coral dan karang jamur mushroom coral. Pesisir pantai Pulau Simeulue ditumbuhi beragam jenis
mangrove, antara lain jenis Rhizopora sp, api-api Avicenna
sp dan Bruguiera sp. Jenis lamun didominasi oleh Enhalus sp, Thallasia, Syrongodium, Thalosodendrum dan Chimodecea.
Sementara jenis rumput laut yang terdapat di perairan Pulau Simeulue adalah alga hijau Chlorophyceae, alga coklat
Phaeophyceae dan alga merah Rhodophyceae.
Aksesibilitas
Jarak tempuh dari Banda Aceh ke KPL Keuluang Daya sekitar 2 jam, kondisi jalan cukup bagus, dapat ditempuh
menggunakan angkutan travel L300 atau mobil carteran.
Potensi Pariwisata
Jenis pariwisata yang cocok adalah adalah wisata bahari, wisata alam dan wisata budaya. Snorkeling dan Diving di Aceh
Jaya telah banyak dilakukan oleh para wisatawan.
Status Pengelolaan
Saat ini rencana pengelolaan dan zonasi kawasan tengah disusun oleh pemerintah daerah dengan tetap melaksanakan
upaya pokok pengelolaan seperti :
1. Mengadakan sosialisasi dengan nelayan, panglima laot dan tokoh masyarakat
2. Penentuan area yang akan dijadikan Kawasan Konservasi Perairan KKP
3. Penentuan Titik Koordinat dan pengambilan foto bawah air
4. Pembahasan dan penyusunan draft kesepakatan bersama dan pemilihan pengelola KKP
5. Peresmian Kawasan Ramah Lingkungan Lhok Rigaih dan Kawasan Peudhiet Laot Lhok Kuala Daya sebagai Kawasan
Konservasi Perairan Daerah
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
124 125
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Simeulue
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
126 127
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas tentang Kawasan
Kawasan ini, sama dengan kawasan konservasi di wilayah Aceh lainnya, memiliki aspek budaya adat yang sangat
kuat dalam pengelolaan wilayah laut sehingga pelibatan masyarakat cukup aktif. Lembaga adat setenpat bahkan telah
menetapkan Hari Pantang Melaut di wilayah PiSiSi yang berisi Pantangan kegiatan melaut pada hari-hari besar dan hari
Jum’at, seperti :
1. Khanduri Adat Laot Khanduri NaeyKhanduri Ikan. Khanduri laot dilaksanakan 1 satu tahun sekali,
selambat-lambatnya 3 tiga tahun sekali atau tergantung kesepakatan dan kesanggupan nelayan setempat,
dinyatakan 3 tiga hari pantang melaôt pada acara khanduri laôt dihitung sejak keluar matahari pada hari
khanduri hingga tenggelamnya matahari pada hari ketiga.
2. Hari Jumat. Hari Jumat dilarang melakukan aktivitas penangkapan
ikan, terhitung dari jam 18.00 WIB hari Kamis sampai dengan jam 15.00 WIB pada hari Jumat.
3. Hari Raya Idul Fitri. Pada Hari Raya Idul Fitri dilarang melaut selama batas
waktu 3 hari penuh mulai dari hari pertama hari raya sampai hari ke 3 hari raya.
4. Hari Raya Idul Adha. Hari Raya Idul Adha, dilarang melaut selama Hari Raya
Idul Adha 4 hari penuh mulai dari hari pertama hari raya sampai hari ke 4 hari raya.
5. Hari Kemerdekaan Tanggal 17 Agustus. Hari Kemerdekaan RI dilarang melakukan aktivitas
penangkapan ikan, terhitung dari jam 06.00 WIB sampai dengan jam 18.00 WIB tanggal 17 Agustus.
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Pinang, Siumat dan Simanaha PiSiSi Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh.
Dasar Hukum:
Perairan Pinang, Siumat dan Simanaha ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah berdasarkan SK Bupati
Simeulue No. 523.1104SK2006 yang diterbitkan pada tanggal 9 April 2006. Penetapan KKLD Pulau Pinang, Pulau
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
128 129
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Siumat dan Pulau Simahana didasarkan pada keunikan kawasan ini dengan karakteristik dan ciri khas tertentu
dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi dengan nilai estitika yang sangat menarik.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Pinang, Siumat dan Simanaha PiSiSi Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh Darussalam
memiliki luas sekitar 50.000 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Secara geograis, Kawasan Konservasi Perairan Pinang, Siumat dan Simanaha PiSiSi Kabupaten Simeulue terletak
pada 96º13’ - 96º47’’LU dan 2º40’ - 2º59’ BT. Sementara secara administratif, wilayah ini masuk ke dalam Kabupaten Simeulue
Provinsi Aceh Darussalam.
Keanekaragaman Hayati :
Pulau Simelue dikelilingi oleh pulau-pulau yang dilingkupi oleh karang tepi fringing reefs. Terdapat juga jenis-jenis
karang keras hard coral, seperti karang batu massive
coral, karang meja table coral, karang kipas gorgonian,
karang daun leaf coral dan karang jamur mushroom coral. Pesisir pantai Pulau Simeulue ditumbuhi beragam jenis
mangrove, antara lain jenis Rhizopora sp, api-api Avicenna sp dan Bruguiera sp. Jenis lamun didominasi oleh Enhalus sp,
Thallasia, Syrongodium, Thalosodendrum dan Chimodecea. Sementara jenis rumput laut yang terdapat di perairan Pulau
Simeulue adalah alga hijau Chlorophyceae, alga coklat Phaeophyceae dan alga merah Rhodophyceae.
Aksesibilitas
Untuk menjangkau Kawasan Konservasi Perairan Pulau Pinang, Siumat, dan Simanaha PiSiSi dapat dilakukan dengan
menempuh dua rute, yaitu;
l Dari Medan dengan menggunakan moda transportasi udara menuju Bandara Lasikin-Sinabang ibukota
Kabupaten Simeulue dengan jadual penerbangan sebanyak 5 kali dalam seminggu. Sementara perjalanan
menuju kawasan dapat dicapai dengan menggunakan kapal motor dari pelabuhan Sinabang dengan waktu
tempuh sekitar 20 menit, dan
l Dari Medan dengan menggunakan moda transportasi udara menuju Bandara Binaka di Gunung Sitoli, Sibolga,
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan moda transportasi laut menuju Pelabuhan Sinabang, dengan
waktu tempuh sekitar 8 jam.
Potensi Pariwisata
Potensi wilayah dan kondisi sosial budaya di Pulau Simeulue dan sekitarnya sangat baik untuk mengembangkan kegiatan
pariwisata. Model pariwisata yang cocok adalah adalah wisata bahari, wisata alam dan wisata budaya. Tempat-tempat yang
dapat dijadikan sebagai destinasi wisata yang antara lain:
l Tunggu indah resort, merupakan obyek wisata berenang dan snorkling,
l Pulau Teupah, Kecamatan Simeuleu Timur, merupakan tempat peselancar karena ombaknya yang cukup besar
sekitar 4 meter, l Pulau Mincu yang bersebelahan dengan Pulau Teupah
merupakan tempat penyu bertelurnya, l Pantai Ganding, merupakan pantai pasir putih,
l Pantai Laskin, merupakan pantai pasir putih, l Teluk Sibigo, tempat wisata alam laut dan menyelam,
l Pantai Angkeo, Kecamatan Simeuleu Tengah, merupakan pasir putih,
l Goa Sembilan, Desa Sembilan, Kecamatan Simeuleu Barat, l Pantai Alus-alus dengan pasir putihnya.
Status Pengelolaan :
Setelah tahap pencadangan, telah banyak upaya pengelolaan Kawasan Konservasi PISISI yang telah dilaksanakan meliputi
beberapa aspek kegiatan yang terdiri dari:
a. Penataan kawasan Penataan kawasan PISISI berdasarkan pertimbangan
koordinat titik batas wilayah konservasi yang dicantumkan dalam SK pencadangan tahun 2006 tidak akurat,
dimana koordinat yang tertulis tidak sama dengan yang ditampilkan pada peta. Sehingga telah dilakukan review
kawasan untuk membenahi ketidakakuratan tersebut.
b. Pengembangan penelitian Pengembangan peelitian yang telah dilakukan meliputi
monitoring terumbu karang dan survei lokasi peneluran SPAGS=Spawning Aggregation Sites lobster dan kerapu.
c. Pengembangan kemitraan Pengembangan kemitraan pengelolaan Kawasan
Konservasi peraian juga telah dilakukan secara intensif yang melibatkan DKP Aceh, Fauna Flora International dan
Yayasan Pelagis.
d. Konsultasi publik dan sosialisasi Sosialisasi kesepakatan tata batas dan zonasi PISISI di
level masyarakat belum mendapat banyak respon positif sehingga perlu dilakukan mekanisme yang tepat untuk
proses tersebut.
e. Pengembangan partisipatif masyarakat. Salah satu partisipasi masyarakat yang telah berjalan di
tingkat masyarakat adalah pembentukan wilayah kelola adat masyarakat pulau siumat.
f. Pembahasan penyusunan dokumen rencana pengelolaan dan zonasi kawasan saat ini masih terus dilakukan.
g. Penerbitan SK Bupati tentang lembaga pengelola kawasan.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
130 131
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Nias Utara
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
132 133
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Dasar Hukum:
Dasar hukum pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Nias Utara adalah SK Bupati Nias No. 188.45 K
TAHUN 2015 yang dikeluarkan pada tanggal Januari 2015. Ka- wasan tersebut dicadangkan dalam rangka mewujudkan kele-
starian sumber daya ikan dan ekosistemnya, melindungi dan mengelola ekosistem perairan Nias Utara dan Laut sekitarnya.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 29.230,85 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Kawasan Konservasi Kabupaten Nias Utara terletak pada po- sisi geograis 97002’58,92” – 97025’04,86” BT dan 01024’38,22”
– 01033’38,18” LS memiliki luas kawasan sekitar 29.000 Ha. Kabupaten Nias Utara dengan karakteristik kepulauan yang
dikelilingi oleh laut, berbatasan dengan Samudera Hindia di sebelah Barat, sebelah Utara dengan Pulau-pulau Banyak
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sebelah Timur dengan Pulau-pulau Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah, dan sebelah
Selatan dengan Kabupaten Nias Utara Selatan.
Keanekaragaman Hayati :
Kawasan ini memiliki potensi sumberdaya mangrove dengan luas mencapai 3.700 Hektar. Hasil studi kajian penetapan
site COREMAP II, menyatakan bahwa luas terumbu karang di Kabupaten Nias Utara adalah 2.204 Ha yang tersebar
di empat kecamatan yaitu Kecamatan Lahewa 1.250 Ha, Kecamatan Tuhemberua 156 Ha, Kecamatan Afulu 617 Ha dan
Kecamatan Sirombu 217 Ha.
Aksesibilitas
Kawasan ini dapat diakses dengan kombinasi jalur darat, laut dan udara melalui :
1. Jalur pertama dari Jakarta menggunakan pesawat udara menuju Medan dan dilanjutkan dengan pesawat berjenis
Foker 50 menuju bandar udara Binaka di Kabupaten Nias kemudian dengan menggunakan transportasi darat dapat
ditempuh sekitar dua jam.
2. Jalur kedua, setelah sampai di Medan dapat dilanjutkan dengan menggunakan jasa travel nenuju Sibolga
Ibukota Tapanuli Tengah dengan waktu tempuh sekitar 8 jam. Kemudian dilanjutkan menyeberangi dengan
menggunakan perahu menuju pelabuhan Gunungsitoli selama kurang lebih 10 jam. Dapat juga dipersingkat
menggunakan kapal cepat yang waktu tempuhnya hanya 4 jam.
3. Jalur ketiga merupakan jalur yang jarang ditempuh, yaitu dari Jakarta menggunakan pesawat udara menuju
Bandara Dr. Ferdinand Lumban Tobing sekitar 40 km dari kota Sibolga ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah.
Setelah itu menyeberang menuju pelabuhan Gunungsitoli menggunakan kapal Feri.
4. Sebelum Tahun 2007 tersedia juga jalur Kapal Laut langsung menuju Pelabuhan Gunungsitoli dari Pelabuhan
Tanjung Priok, Jakarta setiap 2 minggu sekali. 5. Untuk mencapai wilayah Kawasan Konservasi Perairan
dapat diakses dengan menggunakan mobil dengan waktu tempuh antara 1-3 jam.
Potensi Pariwisata
Kabupaten Nias Utara memiliki banyak lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata, salah satunya
adalah Pulau Asu yang merupakan pulau terpencil yang termasuk ke dalam Kepulauan
Hinako dan merupakan salah satu pulau terluar Indonesia. Luas pulau ini lebih kurang 18 km ini dengan penghuni tetap
sekitar 20 keluarga. Keistimewaan pulau ini adalah ombak yang mencapai 3-4 meter sehingga bagus untuk berselancar.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
134 135
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Nias Selatan
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
136 137
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Nias Selatan.
Dasar Hukum:
Dasar Hukum penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Nias Selatan adalah SK Bupati Nias Selatan Nomor
: 523371K2008 yang ditetapkan pada tanggal 5 Desember 2008.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 56.000 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Kawasan Konservasi Kabupaten Nias Selatan terletak di Kecamatan Pulau-Pulau Batu terletak antara: 0º - 15º Lintang
Utara dan 90º 58’ - 97º 48’ Bujur Timur. Luas Wilayah 121,05 km2, jarak dari ibu kota Kabupaten sejauh. Jarak Ibukota
Kecamatan ke Ibukota Kabupaten yaitu 48 mil atau kira- kira 77,25 km dengan batas-batas wilayah sebagai berikut,
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Dalam, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Hibala,
sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Keanekaragaman Hayati :
Salah satu ekosistem yang banyak ditemukan di kawasan ini adalah ekosistem mangrove yang terdapat pada beberapa
pulau di sekitar Pulau Tello, Pono, Tanah Masa dan Kecamatan Hibala dengan luas mencapai 842, 27 Ha, didominasi oleh
Rhizopora sp.
Aksesibilitas
Kabupaten Nias Selatan dapat diakses melalui jalur dari Jakarta menggunakan pesawat udara menuju Medan dan
dilanjukan dengan pesawat berjenis Foker 50 menuju Bandar udara Binaka di Gunungsitoli Ibukota Kabupaten Nias dan
dilanjutkan dengan jalur darat menggunakan travel dengan waktu tempuh 2,5 Jam.
Potensi Pariwisata
Kabupaten Nias Selatan terkenal dengan wisata pantai, wisata bahari, dan wisata budaya. Tempat wisata pantai yang terkenal
adalah Pantai Lagundri dan Sorake. Daerah Pulau-pulau Batu merupakan daerah wisata bahari yang terkenal dengan
keindahan lautnya yang mengundang wisatawan untuk berjemur sun bathing dan menyelam diving. Sedangkan
Bawomataluo merupakan tempat wisata budaya yang terkenal dengan pesona rumah adatnya dan aksi lompat batu.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
138 139
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Tapanuli Tengah
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
140 141
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Tapanuli Tengah.
Dasar Hukum:
Dasar hukum penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD Kabupaten Tapanuli Tengah adalah SK Bupati Tapanuli
Tengah No. 1421DKPTahun 2007 yang dikeluarkan pada tanggal 7 November 2007. KKLD tersebut diprioritaskan untuk
mendukung kegiatan pemanfaatan perikanan berkelanjutan dan kegiatan pariwisata bahari.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 81.243 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Kawasan Konservasi ini terletak pada koordinat sebagai berikut :
a. Koordinat batas terluar di Timur : 1. 1
o
42’N’ 98
o
47’E 2. 1
o
38’N 98
o
50’E 3. 1
o
31’N 98°44’E b. Koordinat Batas terJuar di Barat
1.. 1
o
37’N 98°25’E 2. 1
o
43’N 98
o
25’E c. Koordinat batas terluar di Utara :
1. 1
o
43’N 98
o
25’E 2. 1
o
43’N 98
o
43’E 3. 1
o
t42’N 98
o
47’E d. Koordinat batas terluar di Selatan :
1. 1
o
31’N 98°44’E 2. 1
o
31’N 98°29’E
Keanekaragaman Hayati :
Tutupan Mangrove di Tapanuli Tengah mencapai 1.800 ha, dari keseluruhan luasan tersebut yang masih dalam kondisi
baik sekitar 1.579 ha sedangkan sisanya sekitar 230 ha telah mengalami kerusakan. Vegetasi mangrove didominasi oleh
Rhizopora mucronata. Terumbu karang yang terdapat di Tapanuli Tengah antara lain fringing reef, patch reef dan shoal
yang luasannya mencapai sekitar 25,3572 km2. Sementara itu, tutupan karang hidup antara 0,00-79,70, dengan rata-rata
persentase tutupan karang hidup 26,98. Sementara itu, Neopomacentrus cynamos merupakan jenis ikan karang yang
memiliki kelimpahan yang tertinggi dibandingkan dengan ikan karang jenis lainnya, yaitu sebesar 4.571 indha.
Aksesibilitas
Dari Jakarta, kita harus menuju Medan terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan dengan
pesawat berjenis Foker 50 menuju bandar udara Pinangsori di Kabupaten Tapanuli Tengah dengan waktu tempuh kurang
dari 1 jam.
Sejak tahun 2014 dari jakarta sudah terdapat penerbangan langsung menuju bandar udara Pinangsori di Kabupaten
Tapanuli Tengah, sehingga mempermudah untuk menuju ke lokasi Kawasan Konservasi.
Potensi Pariwisata
Potensi Pariwisata di wilayah Kawasan Konservasi sini salah satunya adalah Pulau Mursala yang terletak pada 1,7º LU
dan 98,5º BT dan termasuk wilayah Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah. Luas Pulau Mursala ± 8.000 Ha,
merupakan daerah perbukitan yang indah. Terdapat beberapa aliran sungai berbatu dengan aliran cukup deras yang
mengalir membelah Pulau Mursala. Perairan Pulau Mursala dijadikan konservasi terumbu karang sedangkan Pulau
Mursala berpeluang untuk dijadikan tempat wisata berburu dan resort. Jarak tempuh ke Pulau Mursala dari Kota Pandan
maupun Kota Sibolga dengan Speed Boat sekitar 60 menit.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
142 143
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Serdang Bedagai
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
144 145
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas tentang Kawasan
Secara geograis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2º 57’ – 3º 16’ Lintang Selatan, 98º 33 ‘ – 99º27’ Bujur
Timur dengan luas daerah ± 1.900,22 Km2 dengan batas wilayah disebelah Utara dengan Selat Malaka dan diapit
3 tiga daerah Kabupaten di Sumatera Utara. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki Pulau Berhala sebagai based
point antara RI-Malaysia, akan tetapi pengelolaannya belum optimal. Berdasarkan ketinggian permukaan wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai berada pada ketinggian 0 – 500 m dari permukaan laut di Pantai Timur, Sumatera
Utara. Panjang Garis Pantai ± 51 km. Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 kecamatan yang diantaranya memiliki
wilayah pesisir di 5 kecamatan dengan jumlah 23 desa yaitu Kecamatan Pantai Cermin, Kecamatan Perbaungan,
Kecamatan Teluk Mengkudu, Kecamatan Tanjung Beringin, Kecamatan Bandar Khalifah. Kawasan Konservasi Perairan
KKP adalah wilayah perairan laut termasuk pesisir dan pulau-pulau kecil yang mencakup tumbuhan dan hewan
didalamnya, sertaatau termasuk bukti peninggalan sejarah dan sosial-budaya dibawahnya, yang dilindungi secara hukum
atau cara lain yang efektif, baik dengan melindungi seluruh atau sebagian wilayah tersebut, dengan pengaturan zona
perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan termasuk ekosistemnya.
Dasar Hukum :
l Pengelolaan KKPD Kabupaten Serdang Bedagai didukung melalui SK Bupati Serdang Bedagai No. 975232008
l Perda No. 12 tahun 2006 tentang pengelolaan P. Berhala sebagai kawasan Eco-Marine Tourism.
Luas Kawasan :
± 41.7 Ha
Lokasi
l Pulau Berhala Induk luas 40,351 Ha l Pulau Sokong Nenek di sebelah timur menyatu dengan
pulau Berhala saat air surut Luas 0,645 Ha l Pulau Sokong Siembah yang berada disebelah barat pulau
Pulau Sokong Siembah sekitar 0,765 Ha.
Status Pengelolaan
Beberapa upaya pokok pengelolaan yang telah dilakukan : u Pembangunan Pos Jaga Keamanan Laut KAMLA dan
petugas marinir yang ditugaskan di Pulau Berhala. u Penempatan petugas dari TNI AL marinir dan KAMLA
secara bergantian. u Usaha penangkaran penyu yang dilakukan Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Serdang Bedagai TA. 2009-2012.
u Kegiatan Transplantasi terumbu karang TA. 2009-2011. u Pembangunan Pondok Wisata 3 kamar TA. 2009.
u Penyusunan rencana tata ruang wilayah pesisir termasuk P. Berhala.
u Pemasangan torent air tawar dan rumah ikan di P. Berhala.
u Pengadaan Listrik Tenaga Surya di Pondok Wisata TA. 2010.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
146 147
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Rencana ke depan : l Pengembangan kawasan Pantai Cermin dan Tanjung
Beringin sebagai kawasan entry point menuju P. Berhala. l Pengembangan jaringan tranportasi darat dan laut
menuju P. Berhala. l Pengembangan P. Berhala sebagai daerah persinggahan
dengan tetap mengedepankan aspek kelestarian sumberdaya alam.
l Rencana pengembangan Sarana dan prasarana mooring bouy, striger dan bangunan untuk wisata.
Sarana dan Prasarana
l Pos Jaga Keamanan Laut KAMLA dan petugas marinir yang ditugaskan di Pulau Berhala.
l Pembangunan Pondok Wisata 3 kamar TA. 2009. l Pemasangan torent air tawar dan rumah ikan di P. Berhala.
l Listrik Tenaga Surya di Pondok Wisata TA. 2010.
Potensi Pariwisata :
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki sejumlah objek wisata menarik untuk dikunjungi antara lain:
l Pantai Mutiara 88, l Pantai Gudang Garam,
l Pantai Pondok Permai, l Pantai Cermin Theme Park,
l Pantai Kuala Putri, l Pantai Klang,
l Pantai Sialang Buah, l Pantai Citra Wangi, 47 km dari Medan jalur P.Cermin
menelusuri pantai l Pantai Sri Mersing, 48 km dari Medan jalur P.Cermin
menelusuri pantai l Pantai Matik-matik, 53 km dari Medan jalur P.Cermin
menelusuri pantai l Pantai Nipah Indah, 55 km dari Medan jalur P.Cermin
menelusuri pantai l Pantai Sentang, 61 km dari ibukota Propinsi dan 48 km
dari ibukota Kabupaten. Desa Sentang, Kecamatan Teluk Mengkudu.
l Pantai Merdeka Indah, 65 km dari ibukota Propinsi dan 48 km dari ibukota Kabupaten. Desa Bagan Kuala, Kecamatan
Tanjung Beringin. l Pantai Budi, 65 km dari ibukota Propinsi dan 48 km dari
ibukota Kabupaten. Desa Bogak Besar, Kecamatan Teluk Mengkudu.
Peta Kawasan
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
148 149
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Padang Pariaman
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
150 151
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas tentang Kawasan
Kabupaten Padang Pariaman merupakan satu diantara 7 tujuh kabupatenkota yang berada di wilayah pesisir dan
memiliki ekosistem perairan laut dan perairan payau yang luas dan didalamnya terkandung potensi keanekaragaman
hayati, baik secara ekologis maupun ekonomis. Untuk itu, Pemerintah Daerah Padang Pariaman berkomitmen membuat
suatu model pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut melalui konsep “Model Konservasi Berbasis Nagari”, dengan salah
satu langkahnya yaitu mencadangkan sebagian wilayahnya sebagai kawasan konservasi.
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat.
Dasar Legal :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Padang Pariaman dan laut sekitarnya ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati
Padang Pariaman Nomor 02 KepBPP-2010 pada tanggal 2 Januari 2010. KKLD ini dimanfaatkan sebagai Suaka Alam
Perairan.
Luas Kawasan :
684 Hektar
Lokasi Kawasan :
Kawasan ini berada dalam wilayah Kecamatan Batang Gasan. Wilayah Kecamatan Batang Gasan terletak memanjang sejajar
dengan garis pantai dengan Koordinat 0º33’ 00’’ LS dan 100º 07’ 00”BT, dengan luas daerah 40.31 Km². Kecamatan ini terdiri
dari 2 kenagarian dan 11 korong jorong dengan Ibu Kota kecamatan berada di Gasan Gadang. Secara administrasi,
kecamatan Batang Gasan berbatasaan dengan Kabupaten Agam sebelah utara, Kecamatan IV Koto Aur Malintang,
Kecamatan Sungai Limau sebelah selatan, Samudera Hindia sebelah Barat.
Keanekaragaman Hayati :
Di wilayah ini terdapat 98 jenis spesies ikan karang yang terbagi ke dalam 22 family ikan karang. Jenis Neopomacentrus
azryson merupakan jenis ikan karang yang memiliki kelimpahan tertinggi dibandingkan dengan jenis ikan karang
lainnya, lalu diikuti oleh caesio xanthoptera dan ctenochaetus sriatus. Pantai Gasang juga merupakan tempat habitat penyu
bertelur dan berkembang biak.Jenis Penyu yang banyak ditemukan adalah jenis Penyu Hijau dan Penyu Sisik. Pada
bulan Agustus sampai Desember merupakan waktu dimana jumlah penyu yang bertelur lebih banyak dari bulan lainnya.
Aksesibilitas :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Padang Pariaman merupakan bagian dari daratan utama sehingga untuk
menjangkau kawasan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan moda transportasi darat. Dari Kota Padang
ke kawasan konservasi dapat ditempuh kurang lebih 1,5 jam dengan kendaraan darat.
Potensi Pariwisata :
Kawasan perairan Kecamatan Batang Gasan memiliki potensi terumbu karang yang cukup luas dengan persentase tutupan
rata - rata yang baik shingga sangat bagus untuk dijadikan lokasi penyelaman site diving. Selain itu, di wilayah pantai
kawasan ini terdapat estuaria dan laguna yang cukup luas dan ditumbuhi mangrove dengan kerapatan yang tinggi.
Demikian juga pada pantai berpasir di tumbuhi cemara laut sehingga menambah nilai estetika wilayah tersebut sehingga
sangat tepat untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata khususnya untuk kegiatan wisata pantai.
Status Pengelolaan :
Rencana pengelolaan dan zonasi kawasan ini masih dalam proses penyusunan demikian pula untuk kelembagaan
masih dalam proses yang sama. Meski begitu, upaya pengelolaan telah dilakukan antara lain pembangunan sarana
penangkaran penyu melalui Dana Alokasi Khusus pada tahun 2011
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
152 153
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Pasaman Barat
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
154 155
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas tentang Kawasan
Kabupaten Pasaman Barat merupakan kabupaten termuda di Provinsi Sumatera Barat bersama-sama dengan Kabupaten
Solok Selatan, dan Dharmasraya. Kabupaten Pasaman Barat dimekarkan dari Kabupaten Pasaman berdasarkan Undang-
undang No. 38 tanggal 18 Desember Tahun 2003. Legalitas formal peresmian berdirinya Kabupaten Pasaman Barat
dilakukan pada tanggal 7 Januari 2004 di Jakarta oleh Menteri Dalam Negeri bersama 24 Kabupaten lainnya di Indonesia,
sehingga tanggal 7 Januari tersebut ditetapkan sebagai hari ulang tahun berdirinya Kabupaten Pasaman Barat. Secara
geograis sebelah barat Kabupaten Pasaman barat
berbatasan dengan Lautan Samudra Indonesia. Luas laut sesuai dengan
batas administrasi laut seluas 4 Mil dari darat yaitu seluas 1126,016 Km² ZEE kabupaten dan pada batas administrasi
laut provinsi seluas 12 Mil dari darat yaitu seluas 3378,048 Km² ZEE provinsi yang juga dimanfaatkan Kabupaten untuk untuk
usaha ekonomi.
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Pasaman Barat
Dasar Hukum
Surat Keputusan Bupati Pasaman Barat NO. 188.45456BUP- PASBAR2012 tanggal 31 mei 2012
Luas Kawasan:
±6.795,8 Ha
Lokasi Kawasan :
l Pulau Talua l Pulau Panjan
l Pulau Tamiang l Pulau Pigago
l Pulau Harimau l Pulau Pangkal
Potensi Pariwisata :
1. Larangan Lubuak Landua 2. Goa Jepang
3. Pemandian Air Panas 4. Air Terjun Simpang Panco
5. Pantai Sasak
Status Pengelolaan
Kendati termasuk kawasan yang baru didirikan, pengelola kawasan, dalam hal ini Dinas Kelautan dan Perikanan
setempat telah melakukan sejumlah upaya pengelolaan seperti :
1. Mendirikan Pos Jaga KP3K 2. Sosialisasi ke Masyarakat
3. Pembuatan Papan Informasi 4. Pembentukan Kelompok masyarakat Pengawas
POKMASWAS 5. Pembangunan pondok wisata 5 unit
6. Penyusunan zonasi pulau-pulau kecil 7. Pengadaan Kapal Pengawas
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
156 157
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Agam
Dasar Hukum:
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Agam dicadangkan dengan SK Bupati Agam Nomor 520 tahun 2012
yang dikeluarkan pada tanggal 31 Oktober 2012.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 10.79 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Kabupaten Agam memiliki panjang pantai 43 Km² dengan luas laut mencapai 313,04 Km². Sementara untuk luas perairan
umum air tawar yang ada di Kabupaten Agam, luasnya mencapai 10.518 Ha
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Agam berada di Kecamatan Tanjung Muara tepatnya berada di perairan
sekitar pulau Tangah dan Pulau Ujuang. Kawasan Konservasi yang berada di pulau Tangah seluas 5,5 Ha dan yang berada
di perairan Pulau Ujuang seluas 4,5 Ha. Kawasan Pulau Tangan terletak pada posisi geograis 0
27’10” LS -99 54’00” BT dan
Pulau Ujuang terletak pada posisi geograis 0 26’00” LS -
99 56’00”BT.
Keanekaragaman Hayati : Potensi Pariwisata :
Kawasan Pesisir Tiku merupakan sentra perikanan laut dan da- rat merupakan salah satu outlet komoditi unggulan perikanan
Kabupaten Agam. Produk wisata alam dan budaya bahari rekreasi pantai, pulau, diving snorkling, budaya, nelayan dan
lain-lain memanfaatkan potensi perikanan, sumber daya alam bahari, dan budaya bahari; pendukung: wisata kuliner..
Aksesibilitas :
Dari Jakarta, kita harus menuju Padang terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan
dengan transprtasi darat sekitar 100 km menuju Lubuk Basung ibukota Kabupaten Agam. Untuk mencapai Kawasan
Konservasi harus menyeberang dengan kapal sekitar 30 menit dari Tanjung Muara. Tanjung Muara berjarak kurang lebih 20
km dari Kota Lubuk Basung.
Potensi Perikanan:
Untuk perikanan laut, terdapat di Kecamatan Tanjung Mutiara, dimana hasil tangkapan ikan laut dominan adalah jenis ikan
tembang, ikan teri, tongkol, ikan layang, ikan kembung, ikan layur, cakalang, mayang dan udang. Sementara untuk
kegiatan budidaya ikan, terdapat di danau maninjau dengan jumlah keramba jaring apung KJA sebanyak 8.930 petak
dengan jumlah pengelola 330 orang. Usaha budidaya lainnya adalah pada kolam air deras, kolam air tenang, keramba irigasi
dan sawah. Untuk penangkapan ikan di perairan umum, dilakukan di Danau Maninjau dan sungai-sungai yang tersebar
di Kabupaten Agam seperti di Batang Masang Kiri, Masang Kanan, Batang Antokan dan Batang Tiku.
Untuk produksi perikanan di Kabupaten Agam terbagi menjadi 3 jenis produksi yaitu jenis ikan laut, budidaya
dan perairan umum. Dari ketiga jenis tersebut, untuk jenis budidaya merupakan jenis yang paling banyak terdapat
di Kabupaten Agam dengan jumlah tangkapan 55.670,36 ton sedangkan untuk jenis perairan umum memiliki nilai
tangkapan yang paling rendah yaitu hanya 755,98 ton.
Sektor pengolahan dan pemasaran ikan yang ada di Kabupaten Agam, umumnya masih dalam tahap pengolahan
dan pemasaran sederhana. Dari data yang ada, jumlah unit pengolahan ikan terdapat 278 unit, sementara jumlah
produksi ikan olahan pada tahun 2009 mencapai 679,27 ton, dengan jumlah tenaga pemasar sebanyak 672 orang.
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Agam
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
158 159
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Solok
Dasar Hukum:
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Solok dicadangkan dengan SK Bupati Solok No. 520-572-2013.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 2 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Secara geograis letak Kabupaten Solok berada antara 00° 32’ 14’’ dan 01° 46’45” Lintang Selatan dan 100° 25’ 00”
dan 101° 41’ 41” Bujur Timur. Topograi wilayahnya sangat bervariasi antara dataran, lembah dan berbukit-bukit,
dengan ketinggian antara 329 meter – 1 458 meter di atas permuakaan laut. Pada akhir tahun 2003, Kabupaten Solok
kembali dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan. Pemekaran ini di lakukan
berdasarkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2003 dan menjadikan luas wilayah Kabupaten Solok berkurang menjadi
4.594,23 Km². Pemekaran inipun berdampak terhadap pengurangan jumlah wilayah administrasi Kabupaten Solok
menjadi 14 Kecamatan, 74 Nagari dan 403 Jorong
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Solok
Keanekar Solokan Hayati : Potensi Pariwisata :
Kabupaten Solok memiliki pesona alam yang tidak dimiliki daerah lain seperti pesona Danau Diatas dan Danau Dibawah,
Danau Singkarak, Danau Talang serta Danau Tuo. Kemudian juga terdapat Gunung Talang yang masih aktif dan hamparan
hijau kebun teh di kawasan Kecamatan Gunung Talang serta banyak lainnya. Keunggulan komparatif di bidang pariwisata
ini harus mampu dikelola dengan sebaik-baiknya untuk mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan ke Kabupaten
Solok.
Aksesibilitas :
Dari Jakarta, kita harus menuju Padang terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Semenjak pusat pemerintahan
dialihkan ke Arosuka sebagai ibukota Kabupaten Solok, jarak tempuh ke Kota Padang selaku ibukota Provinsi menjadi
semakin pendek yaitu 40 km. Sedangkan jarak ke Kota Medan 825 km dan ke Banda Aceh 1.433 km. Disisi lain terjadi
sedikit penambahan jarak kalau bepergian dari ibu kota kabupaten ke ibu kota provinsi lain seperti Pekanbaru 231
km, Jambi 495 km, Palembang via Muara Enim 993 km, Bengkulu via Muaro Bungo 736 km dan Bandar
Lampung 1 170 km
Potensi Perikanan:
Danau singkarak yang berada di Kabupaten Solok masih menyimpan banyak potensi untuk dikembangkan, salah
satunya yaitu potensi ikan perairan danau..
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
160 161
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas tentang Kawasan
Kawasan ini diinisiasi oleh Dinas Perikanan dan Kelautan setempat pada tahun 2011 dengan fokus pembentukan
Taman Wisata Perairan TWP Pulau Bindalang, Pasumpahan dan Laut disekitarnya
.
Nama Kawasan :
Taman Pulau Kecil Kota Padang
Dasar Hukum :
Pencadangan melalui Keputusan Walikota Padang Nomor 224 Tahun 2011 Tentang Pencadangan Kawasan Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Sebagai Taman Pulau Kecil Kota Padang
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 1.815,10 Ha
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kota Padang
Letak geograis dan Administratif :
Hasil identiikasi dan penilaian potensi di kawasan ini tidaqk menunjukan adanya Biota Endemik tertentu. Meski demikian,
ditemukan beberapa biota khas yang cukup unik. Biota ini terdapat di beberapa daerah dalam satu wilayah
biogeograi yang sama dan Bisa digolongkan biota langka dan dilindungi misalnya ikan napoleon, akar bahar, kima, penyu.
Kuda laut. Biota tersebut didapat di kawasan ini walaupun jumlahnya tidak banyak.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
162 163
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas tentang Kawasan
Kota Pariaman adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Sumatera Barat, kota ini merupakan hamparan dataran
rendah yang landai terletak di pantai barat Sumatera. KabupatenKota yang berada di wilayah pesisir dan memiliki
ekosistem perairan laut dan perairan payau yang luas dan didalamnya terkandung potensi keanekaragaman hayati,
baik secara ekologis maupun ekonomis. pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut, perlu dilakukan upaya
pelestarian sumberdaya dan habitat yang terdapat di wilayah pesisir dan laut tersebut, yakni melalui melalui pembentukan
konservasi perairan. Untuk penetapan kawasan konservasi harus berpedoman kepada Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan
Penetapan kawasan konservasi perairan merupakan salah satu upaya konservasi ekosistem yang dapat dilakukan terhadap
semua tipe ekosistem yaitu terhadap satu atau beberapa tipe ekosistem penting untuk dikonservasi berdasarkan
kriteria ekologi, social budaya dan ekonomi. Keberhasilan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan tidak hanya dilihat
dari kemampuan melindungi sumberdaya alam hayati yang ada di dalamnya. Lebih dari itu, Kawasan Konservasi Perairan
itu harus mampu memberikan manfaat bagi masayrakat di sekitarnya.
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Pulau Kasiak, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso
Dasar Hukum :
Keputusan Walikota Pariaman No. 337KEPWAKO-2006 tentang Penetapan Pulau Kasiak sebagai Daerah Konservasi
Penyu dan Kawasan Wisata Bahari
Keputusan Walikota Pariaman No. 338KEPWAKO-2006 tentang Penetapan Pulau Ujung, Pulau Tangah dan Pulau
Angso sebagai Daerah Konservasi Terumbu karang dan Kawasan Wisata Bahari.
Keputusan Walikota Pariaman No. 3345232010 tentang Penetapan Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan
Kota Pariaman yang merupakan perubahan atas Keputusan Walikota No. 337 dan 338KEPWAKO2006
Luas Kawasan
11.525,89 Ha
Potensi Wisata
1. Pantai Kata, Pantai Cermin, Pantai Gandoriah 2. Pulau Angso
3. Makam Panjang 4. Pusat Penangkaran Penyu
Status Pengelolaan
Upaya pengelolaan yang telah dilakukan : l Kajian Potensi dan Arah Pengembangan Pulau Kasiak dan
Pulau Angso Kota Pariaman l Rencana Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan
Kota Pariaman l Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil Kota Pariaman. l Penyusunan Rencana Zonasi rinci Kawasan Minapolitan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Pariaman. Rencana Tindak Lanjut :
l Penyusunan Manajemen Plan l Pembentukan UPTD yang menangani konservasi
l Pengembangan Pusat Penangkaran Penyu dengan membangun Kolam bermain penyu dewasa, instalasi
air laut, Pintu gerbang, Pembangunan Sea World Mini Aquaria.
l Penyusunan Perda tentang Perlindungan Biota langka. l Penyusunan rencana Detail Tata Ruang RDTR Laut, Pesisir
dan Pulau-pulau kecil.
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kota Pariaman
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
164 165
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
166 167
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas tentang Kawasan :
Kawasan ini dibentuk dalam rangka melestarikan populasi penyu dimana Kab. Pesisir Selatan merupakan salah satu
tempat habitat penyu terbesar di sumatera barat. Selain itu sekaligus juga untuk melestarikan habitat terumbu karang
dimana dari luas 1.287 Ha, 75 di antaranya sudah mengalami kerusakan akibat illegal ishing. Habitat hutan mangrove juga
telah mengalami degradasi tutupan akibat pembukaan lahan
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Pesisir Pulau Penyu
Dasar Hukum
SK Bupati No 53 Tahun 2003 Tanggal 19 Mei 2003
Luas Kawasan :
174.894 Ha
Letak Kawasan :
Pulau Penyu
Keanekaragaman Hayati :
Penyu
Status Pengelolaan :
Sejumlah upaya telah dilakukan dalam rangka pengelolaan kawasan ini seperti pembangunan Pondok Informasi KKP
Daratan, Pembangunan Fasilitas Penangkaran Penyu, Pembangunan Pos Jaga, Pembuatan Pemasangan Papan
Informasi, Pengadaan Kompresor dsb. Pemerintah daerah
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Pesisir Selatan
juga telah menjadikan pulau karabak ketek sebagai pusat penangkaran penyu dengan biaya operasional melalui dana
APBD II, Melakukan sosialiasi informal dengan masyarakat dan pemangku kepentingan mengenai kawasan konservasi
perairan daerah KKPD kab. Pesisir selatan dan manfaatnya dalam melestarikan SDA, Memasukkan KKPD kab. Pessel
dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Menjalin komunikasi dan sosialisasi dgn pemilik pulau di
wilayah KKPD ttg pentingnya menjaga kelestarian habitat dan penyu.
Sejumlah langkah ke depan juga tengah diproyeksikan pemerintah daerah setempat dalam rangka
pengembangan kawasan ini, yaitu : l Pada tahun 2013 ditargetkan dapat dilaksanakan
pembuatan dokumen rencana pengelolaan KKPD melalui dana APBD 1
l Pengusulan Pembentukan UPTD KKPD kepada pemerintah daerah sehingga diharapkan pengelolaan KKPD bisa lebih
optimal l Meningkatkan hubungan jejaring KKPD dengan
Kabupaten lain melalui forum jejaring KKPD sumbar. l Pengusulan KKPD Kab. Pessel untuk di SK kan dengan SK
menteri KP
Aksesabilitas :
Kabupaten Pesisir Selatan yang beribukota Kota Painan dapat ditempuh dengan kendaraan darat dari Kota Padang sekitar
± 1,5 jam. Kawasan Konservasi Pulau Penyu dan sekitarnya hanya dapat dicapai melalui jalur laut dengan menggunakan
perahu bermesin tempel, dengan waktu tempuh ± 1,5 jam dari Kota Painan.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
168 169
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Rencana Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Kab. Pesisir Selatan KKPD
V. Sarana dan Prasarana
Pembebasan Pulau Kerabak Ketek 5 Ha sebagai Pusat Konservasi Penyu di Kab. Pesisir Selatan
Tahun 2006 APBN l Pembuatan 2 unit pondok wisata
l Pembuatan Pondok Informasi l Pembuatan Pondok Jaga
l Pembuatan Selter l Pembuatan Dermaga Kayu
l Pembuatan Papan Informasi l Pengadaan Kapal Operasional KKLD
l Pengadaan Kendaraan Roda 2 l Pengadaan Peralatan Selam
l Mouring Boy l Pembuatan Menara
l Pembuatan WC Melalui Dana Pendamping
Honor Staf Sekretariat Bahan bakar Kapal ke lokasi Kawasan Konservasi Laut Daerah
KKLD Tahun 2007 APBN
l Pengadaan Papan Informasi l Pengadaan Alat Selam
l Pengadaan Genset l Pengadaan Bak Air
l Pembuatan Jalur di lokasi KKLD Melalui Dana Pendamping
l Pembuatan Rumah Genset l Pemeliharaan Tukik
l Pengadaan Pakan Penyu l Honor Penjaga Pulau
l Pengadaan Tempat Pengeraman Telur Penyu Tahun 2008 APBN
l Pembangunan Pondok Informasi KKP Daratan l Pembangunan Fasilitas Penangkaran Penyu
l Pembangunan Pos Jaga l Pembuatan Pemasangan Papan Informasi
l Pengadaan Kompresor l Pengadaan Moubiler
Tahun 2009 APBD l Pengadaan Organic Farming Pembuatan Sauh Tanam
Kapal l Pengadaan Pompa Air
l Belanja Gordyn Pintu l Pengadaan Konstruksi Jaringan Irigasi
l Pengadaan Instalasi Listrik l Pengadaan Jaringan PDAM
Tahun 2010 – 2012 APBD l Pemeliharaan Tukik
l Pembelian Pakan Tukik l Biaya Operasional Pulau
l Honor Petugas Penjaga Pengelola Pulau l Rehab. Bak penangkaran Penyu
l Pembangunan bak penangkaran penyu dan Pondok Informasi di Pulau Semangki yang akan dijadikan objek
wisata pelepasan tukik dan tempat penangkaran penyu
VI. Upaya Pengelolaan
l Menjadikan pulau karabak ketek sebagai pusat penangkaran penyu dengan biaya operasional melalui
dana APBD II l Melakukan sosialiasi informal dengan masyarakat dan
pemangku kepentingan mengenai kawasan konservasi perairan daerah KKPD kab. Pesisir selatan dan
manfaatnya dalam melestarikan SDA.
l Memasukkan KKPD kab. Pessel dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
l Menjalin komunikasi dan sosialisasi dgn pemilik pulau di wilayah KKPD ttg pentingnya menjaga kelestarian habitat
dan penyu. l Sosialisasi Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD
l Pengembangan potensi perairan umum sungai untuk konservasi dilakukan dengan metoda lubuk
larangan telah di SK-kan sebanyak 22 lubuk larangan dan sungai Batang Pelangai telah di SK kan sebagai
kawasan konservasi perairan air tawar dalam mendukung konservasi jenis ikan mungkus.
VII. Rencana Tindak Lanjut
l Pada tahun 2013 ditargetkan dapat dilaksanakan pembuatan dokumen rencana pengelolaan KKPD melalui
dana APBD 1 l Pengusulan Pembentukan UPTD KKPD kepada pemerintah
daerah sehingga diharapkan pengelolaan KKPD bisa lebih optimal
l Meningkatkan hubungan jejaring KKPD dengan Kabupaten lain melalui forum jejaring KKPD sumbar.
l Pengusulan KKPD Kab. Pessel untuk di SK kan dengan SK menteri KP
VIII. Potensi Pariwisata
l Pantai Batu Kalang dan Pantai Teluk Sikulo l Pantai Muara Bayang
l Kawasan Wisata Pantai Carocok, Langkisau dan Pulau Cingkua
l Pantai Sago
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
170 171
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Kepulauan Mentawai
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
172 173
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Status Pengelolaan :
Kawasan Konservasi ini telah dikelola secara mandiri melalui sebuah UPTD yang khusus dibentuk Bupati Kepulauan
Mentawai untuk mengelola kawasan ini. Rencana pengelolaan saat ini tengah dilakukan penyesuaian dengan Peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.30MEN2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi
Perairan.Sementara penyusunan dokumen rencana pengelolaan sedang disusun, upaya-upaya pokok pengelolaan
seperti sosialisasi, monitoring sumberdaya dan pelibatan masyarakat terus dilakukan. Kawasan ini juga telah diusulkan
untuk ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanandan saat ini tengah dalam proses evaluasi mendalam oleh tim
DItjen KP3K KKP.
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Kepulauan Mentawai Taman Wisata Perairan Selat Bunga Laut dan Sekitarnya.
Dasar Hukum:
Dasar hukum Pencadangan Taman Wisata Perairan Selat Bunga Laut dan Sekitarnya adalah SK Bupati Kabupaten
Kepulauan Mentawai Nomor 188.45-142 Tahun 2012.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 172.191 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Kawasan Konservasi ini tersebar pada beberapa wilayah administrative antara lain Desa Katurai, Sipora, Siburu dan
Seiberut.
Keanekaragaman Hayati :
Mangrove 15 jenis, Terumbu Karang 157 jenis 33 suku,jenis ikan Balong padang, napoleon.
Aksesibilitas :
Untuk menuju ke Kabupaten Kepulauan Mentawai, kita harus melalui Kota Padang. Selanjutnya perjalanan laut dari
Padang, bisa menggunakan Kapal Laut Ambu Ambu milik PT ASDP Padang-Sumatera Barat yang secara rutin berlabuh
ke Pelabuhan Tua Pejat pada hari Senin, Rabu dan Sabtu. Sementara itu, perjalanan menggunakan pesawat udara, dari
Bandara Internasional Minangkabau-Padang setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Pesawat dari perusahaan penerbangan
Sabang Merauke Air Charter rutin mengunjungi Bandara Rokot di Tua Pejat.
Potensi Pariwisata :
Sebagai daerah kepulauan, wisata bahari merupakan andalan pariwisata daerah ini. Panorama kehidupan bawah laut dapat
dinikmati melalui wisata selam ataupun snorkeling. Selain itu, di Pulau Sipora terdapat 4 titik dengan gelombang bertaraf
dunia : Telescope,Scarcrow, Lance’s Left dan Hollow Trees. Titik suring juga dapat dijumpai di Pulau Siberut antara lain
E-Bay, Bankvaults, Nipussi, Kandui Left, Riles, Four Bobs dan Burgerworld. Semua titik selancar ini terdapat di sekitar Pulau
Nyang Nyang dan Pulau Karangmajat dekat mulut Teluk Katurai. Begitu juga dengan Pulau Pagai Utara dan Pagai
Selatan terdapat sejumlah titik dengan ombak yang tak kalah menantang : Macaroni’s, Rags Left, Thunders dan The Hole.
Daftar tersebut merupakan tempat selancar yang dikenal luas di lingkar pengarung ombak
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
174 175
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kota Batam
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
176 177
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
l Tahun 2007 – 2011; pengembangan kegiatan mpa pokmas budidaya ikan, rumput laut, pengolahan kerupuk
ikan, kerajinan tangan Di samping itu, aktivitas lain yang pernah dilakukan antara lain
sbb : l Telah terbentuk dive centre dengan nama “Laksanas
Scuba Dive” dan Eureka Dive Centre oleh stakeholder yang sudah mengajukan surat permohonan kerjasama
dengan UPT - KKP Kota Batam
Telah tersedia homestay di Pulau Abang sebagai pendukung kegiatan wisata
l Selama COREMAP II Kota Batam telah tercatat penyelam dari dalam dan luar negeri, antara lain dari : Hongkong,
New Zealand, Singapura, Filiphina, Norwegia, Batam, Jakarta
l Event nasional FFI 2010 melakukan iled trip dan fun dive l Kunjungan mahasiswa S2 IPB
l Kunjungan mahasiswa Singapore Ocean Science l Kunjungan Miss Indonesia 2005, Nadine Chandrawinata
sebagai Icon Diver Indonesia. l Event Lomba“Mancing Hebat” piala Kapolda Cup Pertama
2012 Kota Batam l Event Lomba Mancing untuk perebutan Piala Walikota
Cup I tahun 2012 Kota Batam
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kota Batam Taman Wisata Perairan Pulau Abang
Dasar Hukum:
l Keputusan Walikota Batam No. KPTS.114HKVI2007 tentang PenetapanLokasiMarine Management Area MMA
Coremap Kota Batam. l RencanaTata Ruang Kota Batam 2011–2031
l Peraturan Daerah Kota Batam No. 07 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Terumbu Karang.
l Perwako No. 26 Tahun 2012 tentang Perubahan Perwako No. 31 Tahun 2010 Tentang Perubahan Nomenklatur UPT-
KKLD Kota Batam Menjadi UPT-KKPD Kota Batam
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 66.867 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kota Batam terletak pada kawasan antara 103
57’27” - 104 25’53” BT, 0
50’4,99” – 25’41,99 LU”, di Kecamatan Galang
Keanekaragaman Hayati :
Selain ekosistem terumbu karang, Ekosistem mangrove banyak tumbuh di Pulau Galang Baru, Pulau Abang Besar
dan Pulau Abang Kecil. Jenis bakau yang dominan adalah Rhizophora, sementara jenis-jenis lain yang terdapat di
kawasan MMA, yaitu api-api Avicenna marina, nyirih Xilocarpus granatum, bakau merah Rhizopora apiculata,
bakau putih Rhizopora mucronata, lenggadai Brugueira parvifora, dudukan merah Lumnitzera littorea, dudukan
merah Lumnitzera racemosa, tingi Ceriops tagal, pidada Sonneratia alba, gadelam Derris trifolta, waru Hibiscus
tiliacus, dan buta-buta Exacaecaria agallocha.
Potensi Pariwisata :
Salah satu wisata unggulan di daerah Batam adalah wisata pantai. Obyek wisata di kawasan konservasi perairan terdiri
dari spot-spot penyelaman yang dapat dieksplorasi untuk melihat keindahan terumbu karang dan ikan karang.
Aksesibilitas :
Akses menuju Kawasan Konservasi Perairan Kota Batam dapat ditempuh melalui jalur udara dan laut. Melalui jalur udara,
Batam dapat dicapai melalui Bandara Internasional Hang Nadim yang melayani rute penerbangan langsung dari banyak
kota di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Padang dan lain-lain. Batam juga memiliki empat pelabuhan ferry
internasional yang menghubungkannya dengan Singapura dan Malaysia. Sementara untuk menuju kawasan konservasi,
dapat ditempuh melalui jalur laut dari Batam ± 2 jam dengan menggunakan perahu atau ± 1 jam dengan speed boat.
Status Pengelolaan
Kawasan ini sudah diinisiasi pengelolaannyasejak tahun 2004. Saat ini pengelolaan diserahkan kepada UPTD setempat
yang bertugas mengelola kawasan ini. Selain UPTD, Terdapat 3 LPSTK Pulau Abang, Galang Baru dan Karas dan Tujuh
POKWASMAS di masing-masing project site Pulau Abang, Air Saga, P. Petong, P. Nguan, P. Sembur, P. Karas dan P. Mubut
yang aktif terlibat dalam pengelolaan. Sementara itu, rencana pengelolaan dan zonasi saat ini tengah dievaluasi dan
disesuaikan dengan Permen KP Nomor Per.30MEN2010. Adapun rincian kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka
pengelolaan adalah :
l Tahun 2004; sosialisasi dan penyiapan lokasi di kelurahan pulau abang p. Abang, air saga, p. Petong
l Tahun 2005; perluasan lokasi kel. Galang baru; p. Nguan dan p. Sembur, kel. Karas; p. Karas dan p. Mubut serta
penyiapan kelembagaan pengelola terumbu karang di tiga kelurahan pokmaswas, pokmas dan lpstk
l Tahun 2006; demplot kegiatan mpa pokmas budidaya ikan, kerupuk ikan, ternak ayam
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
178 179
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bengkalis
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
180 181
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Penetapan Status Perlindungan Terbatas Jenis Ikan Terubuk Tenualosa macrura.
Status Pengelolaan
l Kegiatan rutin pemantauan aktiitas penangkapan ikan terubuk di kawasan suaka perikanan ikan terubuk
Kabupaten Bengkalis
l Lanjutan kegiatan rekayasa budidaya ikan terubuk kerjasama dengan FAPERIKA UR
l Penyusunan rencana pengelolaan kawasan suaka perikanan terubuk kerjasama dengan FAPERIKA UR
l Sosialisasi dan pembinaan Peraturan Bupati dan Keputusan Menteri KKP
l Sinkronisasi program pengelolaan kawasan suaka perikanan terubuk dengan Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Riau Fasilitasi Penyusunan Peraturan Gubernur Riau tentang Kawasan Suaka Perikanan Ikan Terubuk di
Provinsri Riau yang meliputi 3 Kabupaten
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Terubuk Kabupaten Bengkalis
Dasar Hukum :
l Peraturan Bupati Bengkalis Nomor : 15 Tahun 2010 tentang Kawasan Suaka Perikanan Ikan Terubuk di
Kabupaten Bengkalis
l Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.59MEN2011 tentang Penetapan
Status Perlindungan Terbatas Jenis Ikan Terubuk Tenualosa macrura
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 40.741,8 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Kawasan ini terletak di perairan selat Bengkalis, Selat Padang dan muara sungai siak. Adapun koordinat lokasi terletak pada
101° 54’ 51.3’’ - 102° 15’ 9.3’’ BT dan 01° 07’ 35.9’’ LU - 01° 36’ 10.7’’ LU
Keanekaragaman Hayati :
Keanekaragaman hayati utama yang menjadi ciri khas kawasan ini adalah keberadaan ikan terubuk yang telah
dilindungi melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.59MEN2011 tentang
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
182 183
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Natuna
Dasar Hukum:
SK Bupati Natuna No. 299 Tahun 2007 yang dikeluarkan pada tanggal 5 September 2007,
dan perubahan SK Bupati Natuna No. 378 Tahun 2008
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 142.997 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Secara geograis, wilayah kawasan konservasi ini terletak antara 108
01’10” - 108 10’15” LU dan 3
47’00” - 4 06’00” BT
memiliki luas kawasan sekitar 142.997 Ha. Sementara secara administratif, wilayah kawasan konservasi ini terdapat di
wilayah Kecamatan Bunguran Utara, Timur dan Pulau Tiga Kabupaten Natuna.
Keanekaragaman Hayati :
Ekosistem mangrove berkembang relatif tipis ke arah dalam pulau menuju daratan hanya sampai 500 m mengikuti alur
setempat, terutama pada selat dan pada daerah-daerah
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kota Natuna
yang memiliki aliran sungai. Kepadatan anak pohon rata- rata mencapai 1.500 batangha dengan ketinggian 5 m,
sementara kepadatan pohon mencapai 200 batangHa dengan ketinggian hingga 11 m. Adapun jenis mangrove
yang dominan adalah jenis Rhizopora sp, dan terdapat 18 jenis vegetasi lainnya yaitu : Xylocarpus granatum, R. apiculata,
R. mucronata, R. stilosa, Bruguira parvifora, B.gymnorrhiza, Lumnitzera littorea, L. racemosa, L. Littora,Ceriops tagal,
Sonneratia alba, Derris trifolta, Hibiscus tiliacus, Exacaecaria agallacha, Flagellaria indica, Thespesia populnea, Nypa
fruticans, Pandanus tectorius. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, kondisi terumbu karang secara umum di Pulau
Bunguran berada pada kondisi buruk hingga sedang, dimana terumbu karang yang hidup hanya sekitar 24
berupa polip-polip karang, seperti jenis karang massive, Acropora.
Potensi Pariwisata :
Natuna memiliki obyek wisata yang menarik, terutama daerah pantainya dengan pesona pemandangan yang indah, seperti
kawasan pesisir dari Sepempang Bunguran Timur hingga Desa Tanjung di Bunguran Timur Laut. Sementara wisata
selam dapat dilakukan di wilayah Bu nguran Utara, Pulau Bunga, Tanjung Buton dan Pulau Panjang. Mengingat, di
wilayah ini memiliki tutupan karang hidup mencapai 70.
Aksesibilitas :
Akses menuju Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Natuna yang beribukota Pulau Bunguran dapat ditempuh
pesawat udara dari Batam Connecting light pesawat dari Jakarta.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
184 185
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Natuna
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
186 187
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Taman Pulau Kecil Kabupaten Natuna
Dasar Hukum:
SK Bupati Natuna No. 304 Tahun 2011 yang dikeluarkan pada tanggal 30 Desember 2011 tentang Kawasan Konservasi
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kabupaten Natuna.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 9.229,97 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Koordinat pencadangan Taman Pulau Kecil Kabupaten Natuna adalah sebagai berikut:
a Pulau Karang Aji terletak dalam garis maya yang menghubungkan koordinat-koordinat yaitu:
1 2°28’73” LU108°58’35” BT 2 2°28’73” LU108°59’17”BT;
3 2°27’32” LU108°59’17”BT; 4 2°27’33” LU108°58’34”BT;
b Pulau Bungin, Sedue, Cepate, Semuluk, Perantuan, Sempadi dan Genting terletak di dalam garis maya yang
menghubungkan koordinat-koordinat yaitu: 1 2°40’00”LU109°8’16”BT
2 2°39’80”LU109°10’27”BT; 3 2°35’13”LU109°10’17”BT;
4 2°31’39”LU109°9’55”BT; 5 2°25’560”LU109°9’18”BT;
6 2°26’10”LU109°6’40”BT; 7 2°31’39”LU109°7’54”BT;
8 2°33’58”LU109°6’56”BT; 9 2°37’21”LU109°7’47”BT
Sementara secara administratif, wilayah kawasan konservasi ini terdapat di wilayah
Kecamatan Serasan yang terletak di Pulau Karang Aji, Pulau Bungin, Pulau Sedue, Cepale dan Semuluk.
Wilayah Kecamatan Serasan Timur yang terletak di Pulau Perantuan, Pulau Sempadi dan Pulau Genting.
Keanekaragaman Hayati :
Pencadangan sebagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil beserta perairan sekitarnya di kecamatan Serasan dan
Serasan Timur sebagai Taman Pulau Kecil Kabupaten Natuna dimaksudkan untuk melakukan perlindungan terhadap
biota laut Penyu. Penyu Natuna yang biasa dikenal sebagai Penyu Belimbing. Penyu ini bisa tumbuh besar hingga
berukuran panjang mencapai 2,75 meter dengan bobot 600-900 kilogram. Di Natuna, beberapa pulau banyak dihuni
oleh berbagai jenis Penyu. Contohnya di pulau Subi Serasan, Bunguran, Letung dan Pulau Laut. Di lokasi pulau ini, penyu
menghampiri pantai untuk bertelur, terjadi pada bulan Juni hingga November atau pada musim Selatan hingga musim
Barat. Sedangkan di Bunguran, penyu juga terdapat di daerah Pulau Panjang, Pulau Bunga dan Pulau Meragu.
Potensi Pariwisata :
Natuna memiliki obyek wisata yang menarik, terutama daerah pantainya dengan pesona pemandangan yang indah, seperti
kawasan pesisir dari Sepempang Bunguran Timur hingga Desa Tanjung di Bunguran Timur Laut. Sementara wisata
selam dapat dilakukan di wilayah Bu nguran Utara, Pulau Bunga, Tanjung Buton dan Pulau Panjang. Mengingat, di
wilayah ini memiliki tutupan karang hidup mencapai 70.
Aksesibilitas :
Akses menuju Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Natuna yang beribukota Pulau Bunguran dapat ditempuh
pesawat udara dari Batam Connecting light pesawat dari Jakarta.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
188 189
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Lingga
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
190 191
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Pendahuluan
Kabupaten Lingga merupakan kabupaten termuda di Provinsi kepulauan Riau setelah lepas dari Kabupaten Kepulauan
Riau sejak 2003. Kaupaten Lingga memiliki sebaran terumbu karang yang hamper merata di setiap pulaunya denga
perkiraan total hamparan mencapai sekitar 15.178 ha. Oleh karenanya 85 penduduk Pulau Senayang dan Lingga
menggantungkan hidupnya pada terumbu karang baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perlu
suatu pengelolaan ekosisitem dalam pemanfaatan yang berkelanjutan.
Dasar Hukum
Pulau Senayang dan Lingga ketika masih berada di kabupaten Kepulauan Riau maka ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi
laut Daerah melalui SK Bupati Kepulauan Riau No 71III 2002 tentang penetapan wilayah pengelolaam Terumbu Karang.
Luas :
419.134,75 Ha
Letak Kawasan :
Secara geograis KKP Senayang dan Lingga berada diantara 103
41’03,37” – 105 17’04,15” Lu dan 0
30’07,21” – 3 52’28,41”
BT yang berlokasi di Desa Limbung, Desa Sekanah, Pulau Medang, Desa Temiang, Desa Batu Belonag, Desa mamut,
Desa penaah
Potensi Pariwisata
Kabupaten Lingga memiliki memiliki banyak lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata ,
diantaranya adalah :
l Pulau Kapal ::dengan pasir putih dengan penyu sisiknya l Selat Kongko dan Kongki dengan hutan mangrove dan
buayanya l Terumbu Cawan : dengan karang dan burung cawarnya
l Ulu Temiang : dengan sungainya yang berliku – liku dan berhutan bakau lebat di kiri dan kanan serta memberikan
pengalaman yang menakjubkan bagi wisatawan, menikmati Mangrove Trak dengan kendaraan pompon
dan akan sampai di perkampungan yang damai dengan buah khasnya durian.
l Gunung Daik l Pulau Benan
l Klenteng Tua l Untuk Wisata bahari : Senayang – Lingga memiliki lokasi
penyelaman seperti Pulau Mamut, Pulau Perangoi, Pulau Enan, Pulau Katang dan beberapa pulau lainnya.
l Wisata Sejarah : sebagai pusat kerajaan melayu , Pulau lingga memiliki situs sejarah terbanyak dan dapat
dijadikan sebagai kawasan wisata sejarah.
Status Pengelolaan
l Sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk upaya pengelolaan kawasan
melalui daerah binaan Coremap II. l Masyarakat juga ikut ambil bagian dalam pengelolaan
terumbu karang dengan membentuk LPSTK Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang
l Ke depan, pemerintah Daerah Kabupaten Lingga melalui SKPD terkait berkomitmen dalam rangka mewujudkan
Kawasan Konservasi Daerah hal ini telah dituangkan dalam RUTR Kabupaten Lingga, yang nantinya akan
dilanjutkannya menentukan zonasi-zonasi yang ada pada KKPD tersebut.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
192 193
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bintan
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
194 195
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Tahun 2009 :
l Rencana zonasi dan rencana pengelolaan wilayah kab. Bintan
l Pemasangan tanda batas dan rambu-rambu laut untuk kawasan MMA di kec. Tambelan
l Pemasangan tanda batas dan rambu-rambu laut untuk kawasan pantai timur bintan
Tahun 2010
l Peraturan Bupati Tentang Rencana Zonasi Dan Rencana Pengelolaan Kawasan Nomor : 25 Tanggal 22 Oktober
2010 Sudah Di Tandatangani Oleh Bupati Bintan. Peta Lokasi
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Bintan
Dasar Hukum:
Dasar hukum pengelolaan kawasan konservasi Kabupaten Bintan adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Daerah PERDA Kabupten Bintan No. 12 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Terumbu Karang
2. Peraturan Bupati Bintan No. 13II2009 tentang Rencana Strategis RENSTRA Pengelolaan Terumbu Karang Kab.
Bintan Tahun 2009-2014 tanggal 5 Februari 2009 3. Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan Melaui
SK Bupati No. 261VIII2007 pada tanggal 24 Agustus 2007
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 472.905 Ha.
Letak geograis dan Administratif :
Kawasan Konservasi ini meliputi beberapa wilayah administrative antara lain Kecamatan Bintan Pesisir, Gunung
Kijang, Tambelan. Kecamatan Tambelan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan pada
bagian Utara dan Selatan, sedangkan pada bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Bintan Timur, dan bagian
Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat.
Adapun rincian zonasi adalah sbb : ZONA INTI terdapat di perairan laut Kecamatan Gunung
Kijang seluas 1.759 Ha, Pulau Mapur seluas 2.165 Ha Kecamatan Tambelan 8, 16 Ha
ZONA PERIKANAN bERKELANJUTAN terdapat di perairan laut Kecamatan Gunung Kijang seluas 11.264 Ha ,Pulau Mapur
seluas 31.647 Ha dan Kecamatan Tambelan 15, 58 Ha
ZONA PEMANFAATAN terdapat di perairan laut Kecamatan Gunung Kijang seluas 7.152 Ha,Pulau Mapur seluas 3.470 Ha
dan Kecamatan Tambelan 7, 63 Ha
Keanekaragaman Hayati :
Selain ekosistem terumbu karang, ekosistem mangrove masih sangat mudah kita temui khususnya di wilayah
Kecamatan Tambelan. Spesies ekosistem mangrove yang dapat ditemukan diantaranya adalah Rhizopora mucronata,
Bruguiera gymnorhiza, Soneratia alba, Rhizopora stylosa, Xylocarpus mluccensis, Rhizopora apiculata, Lumnitzera
littorea, Heritiera litoralis, Ceriops tagal, dan Excoecaria agallocha.Pomacentrus moluccensis, Lutjanus decussates,
Amblyglyphidodon curacao, Chaetodon octofaciatus,
Paraglyphidodon nigrosis, Abudefduf sexfaciatus, Thalassoma lunare. Selain itu, megabenthos yang ditemukan yaitu
Acanthaster planci, Diadema setosum, dan kima.
Potensi Pariwisata :
Salah satu wisata unggulan di daerah Bintan adalah wisata pantai. Pantai Lagoi, terletak di Kecamatan Bintan Utara
memiliki pemandangan alam yang indah dan kondisi lingkungan yang bersih. Pengunjung dapat berenang,
berendam dan menyelam keindahan dasar perairan pantai. Tempat wisata yang telah dikembangkan di Lagoi adalah
Kawasan Wisata Terpadu Eksklusif Lagoi, Pantai Sebong Pereh, dan Desa wisata Sebong Pereh yang menawarkan wisata
bahari. Pulau Bintan tidak hanya terkenal dengan Pantai Lagoi, akan tetapi tempat-tempat wisata lain mulai dari wisata alam,
wisata ekologi, wisata budaya, serta wisata sejarah. Alternatif wisata yang ada seperti Pantai Tanjung Berakit, Pantai Trikora
dan perkampungan Nelayan Kawal, pantai-pantai di Pulau Kecil di sekitar Pulau Bintan, dan Bintan Leisure Park, serta Air
Terjun Gunung Bintan, Goa Gunung Bintan, dan Danau Bekas Galian Bouksit Alam Tirta di Kecamatan Teluk Bintan.
Aksesibilitas :
Untuk menuju Bintan dari Jakarta, kita bisa melakukan perjalanan dengan dua alternative. Pertama, melalui laut
via Batam dan penerbangan langsung dengan rute Jakarta- Tanjung Pinang.
Status Pengelolaan :
Pengelola Kawasn ini adalah UPTD yang berdasarkan Peraturan Bupati Bintan Nomor 7 Tahun 2009 tentang
“perubahan Ketiga Atas Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi Unit Pelaksana Teknis
Daerah pada Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bintan”. Tanggal 26
Agustus 2010. Sementara itu upaya pengelolaan kawasan telah dilakukan sejak tahun 2007 dengan rincian sbb :
Tahun 2007 :
l Penyusunan zonasi di kab. Bintan
Tahun 2008 :
l Pengelolaan terumbu karang dan MMA untuk kawasan kec. Gunung kijang dan bintan pesisir
l Penyusunan rancana pengelolaan di kecamatan tambelan
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
196 197
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
1. Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten bintan
2. Dasar Hukum :
- Pencadangan : l Keputusan Bupati Bintan Nomor : 261VIII2007,
tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan.
- Rencana Pengelolaan dan Zonasi : l Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun
2008, tentang Pengelolaan Terumbu Karang. - Unit Organisasi Pengelola :
l Peraturan Bupati Bintan Nomor 20 Tahun 2010, tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Bupati
Bintan Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah pada Dinas
Daerah dan Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bintan.
- Penetapan : - - Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah
PERDA, PERBUP, dll.: l Perda Kabupaten Bintan Nomor 14 tahun 2007,
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan;
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bintan
l Perda Nomor 3 Tahun 2008, tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah;
l Perda Kabupaten Bintan Nomor 12 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Terumbu Karang;
l Peraturan Bupati Bintan Nomor 13II2009, tentang Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang
Kabupaten Bintan Tahun 2009-2014.
3. Luas Kawasan :
4. Letak, Lokasi, dan batas-batas Kawasan:
Luasan area kkld kab. Bintan dengan luas perairan laut 472.905 ha, mencakup dua wilayah perairan, yaitu:
1. Kawasan perairan laut pesisir timur Kecamatan Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan Pesisir seluas 116.000 ha;
2. Kawasan perairan laut di Kecamatan Tambelan seluas 356.905 ha.
No Nama
Zona Bintan
Pesisir Gunung
Kijang Tambelan
Total
Satuan Ha
Ha Ha
Ha Ha
1 Inti
2.165 7.036
25.260 34.461
2 Berkelanjutan
31.647 11
1.558 33.216
3 Pemanfaatan
3.470 7.152
7.630 18.252
4 Lainnya
167.897 63.945
155.134 386.976
5 205.179
78.145 189.582
472.905
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
198 199
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
5. Target Konservasi:
- Target Sumberdaya Bioekologis l Melindungi biota laut yang terancam punah;
l Melindungi kawasan dari kegiatan yang dapat merusak laut.
- Target Sosial, Budaya, dan Ekonomi l melatih masyarakat pesisir sebagai pengelola
kawasan; l melibatkan berbagai pihak untuk mewujudkan
kawasan konservasi; l membangun infrastuktur yang memadai;
l memanfaatkan kawasan sebagai kunjungan wisata.
6. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati :
Kabupaten Bintan memiliki luasan hutan mangrove hutan bakau ± 14.720 Ha yang tersebar di beberapa pesisir pulau
Bintan dan pulau-pulau kecil yang ada di sekitar pulau Bintan, dari hasil survey ditemukan sekitar 6.066 Ha hutan mangrove
mengalami kerusakan akibat penimbunan reklamasi lahan mangrove untuk sarana pertokoan, perumahan
tempat tinggal, dan adanya penebangan liar oleh beberapa oknum masyarakat. Kondisi baik masih ditemukan sekitar
8.154 Ha dimana lahan tersebut masih exis untuk beberapa pemanfaatan seperti untuk, lahan lindung, tempat kawasan
wisata alam, dan tempat perlindungan bagi garis pantai dari hempasan gelombang. Ada sejumlah lahan lebih kurang
500 Ha saat ini dijadikan kawasan rehabilitasi dari Dinas Kehutanan, Pertanian dan Peternakan.
Potensi sumberdaya lain yang terdapat di kawasan kabupaten Bintan adalah Seagrass atau yang dikenal dengan nama
padang lamun atau dalam bahasa daerahnya disebut dengan setu. Pada ekosistem ini terdapat berbagai organisme yang
berasosiasi baik sebagai pray maupun predator, slah satu hewan mamalia yang berperan sebagai predator dari padang
lamun ini adalah Dugong atau dikenal dengan nama ikan duyung. Hewan mamalia ini telah beberapa kali ditemukan
terdampar dan ada yang mati di dikawasan Konservasi Perairan Laut Bintan tepatnya di ekosistem seagrass. Kedua
sumberdaya ini diketahui mendapat ancaman dari berbagai tekanan.
Kerapatan mangrove yang berada di Bintan rata-rata 15 – 20 pohon untuk luasan 10 x 10 m², dimana ditemukan sebanyak
5 spesies yang hidup dikawasan tersebut dengan kepadatan yang bervariasi menurut jenis.Manfaat yang dapat diambil
dari ekositem mangrove yang ada saat ini adalah dalam bentuk langsung seperti tempat mencari organisme yang
berasosiasi seperti kepiting bakau yang dimanfaatkan sebagai pendapatan hasil tangkapan perikanan, konversi lahan
menjadi lahan tambak udang untuk kawasan dengan luasan tidak terlalu besar, sedangakan jenis pemanfaatan lain yang
telah memberikan kontribusi pada pendapatan masyarakat dengan tidak merusak lingkungan yaitu berupa jasa wisata
ekosistem mangrove terutama di kawasan Desa Sebong Lagoi.
Lamun juga berperan penting terhadap kesehatan ekosistem terumbu karang. Ekosistem padang lamun menyaring
sedimen yang berasal dari daratan kearah laut. Sedimen bisa berupa pasir, lumpur atau bahkan sampah yang bisa
menutupi karang dan menyebabkan karang stres. Sedimen di ekosistem padang lamun juga dimanfaatkan menjadi materi
organik yang bisa berguna bagi ekosistem terumbu karang. Daun lamun yang terbawa ke ekosistem terumbu karang
dapat terurai menjadi senyawa yang dibutuhkan oleh biota terumbu karang.
Pada ekosistem lamun, juga menjadi tempat memijah beberapa biota terumbu karang, seperti ikan baronang dan
beberapa jenis bintang laut. Lamun juga merupakan makanan bagi penyu. Padang lamun juga berperan sebagai perantara
transfer materi dari ekosistem mangrove ke ekosistem terumbu karang. Biota dari padang lamun juga bisa menjadi
makanan bagi biota terumbu karang, karena terkadang, biota dari padang lamun, baik secara sengaja atau tidak bisa ke
ekosistem terumbu karang.
7. Potensi Sosial budaya dan Ekonomi: 8. Potensi Perikanan :
Salah satu wilayah pesisir di Indonesia adalah Kabupaten Bintan yang memiliki luas wilayah 59 852.01 km
2
, terdiri dari 57 906.00 km
2
atau 96.75 luas lautnya dan 1 946.01 km
2
atau 3.25 luas daratannya, terletak diantara 1⁰15’ LU dengan 0⁰48’ LS⁰ dan 104⁰ BT disebelah Barat dengan 108⁰ BT.
Wilayah Pesisir Bintan memiliki sebaran ekosistem terumbu karang dengan luasan area mencapai 25 583.89 km
2
dimana telah ditemukan 181 spesies koral dengan kondisi 74 dalam
kondisi buruk dan 26 dalam kondisi sedang Bappeda Bintan, 2008. Hasil studi best line ekologi oleh tim CRITC-
COREMAP II-LIPI 2006 dan 2007 telah dilaporkan di wilayah Kecamatan Tambelan luas area terumbu karang fringing
Mangrove
a. Luas lahan mangrove yang dimiliki :
14.720 ha kondisi rusak
: 6.066 ha
kondisi sedang :
- ha kondisi baik
: 8.154 ha
b. Luas lahan mangrove yang di
rehabilitasi :
500 ha c.
Luas lahan mangrove yang berubah fungsi
: - ha
Konversi menjadi lahan tambak :
- ha lahan penggaraman
: - ha
lahan lainnya :
- ha d.
Penanaman mangrove dalam 3 tahun terakhir
: - ha
e. 5 Jenis mangrove yang ada dominan : 1. Rhizopora apiculata 2. Rhizopora mucronata
3. Avicennia alba 4. Sonneratia alba
5. Rhizopora stylosa
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
200 201
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Harapan yang dinginkan adalah segala aktivitas masyarakat di sekitar kawasan konservasi berupa usaha kerajinan, mata
pencaharian alternativ, kegiatan perikanan, penyewaan fasilitas home stay, pondok wisata, makanan tradisional,
jasa pemandun wisata selam dan lainnya yang telah memanfaatkan segala potensi pesisir dan laut di kawasan
memberikan dukungan pada pengembangan sektor parawisata yang akhirnya dapat memberikan kontribusi yang
positif dalam peningkatan perekonomian masyarakat pesisir di KKP Bintan.
Berdasarkan data keparawisataan di Bintan hingga tahun 2012 telah mencapai 20.000 orang pertahun berasal dari manca
negara, fokus kunjungan wisata berada di kawasan pusat parawista di Lagoi dan pantai Trikora Kecamatan Gunung
Kijang dan Pulau Nikoi serta Pulau Mangkil di Kecamatan Bintan Pesisir.
10. Aksesibilitas :
Aksesibilitas berupa jalan aspal sepanjang pantai Trikora
11. Upaya Pengelolaan Kawasan:
⁰ ⁰
⁰ ⁰
⁰
Padang Lamun Sea grass
a. Luas padang lamun yang dimiliki
: 2918,36 ha
b. Luas kondisi padang lamun yang
ada : kondisi rusak
: - ha
kondisi sedang :
- ha kondisi baik
: 2918,36 ha
c. Luas padang lamun yang
direhabilitasi - ha
d. Penanaman padang lamun dalam 3
thn terakhir :
- ha e.
5 Jenis padang lamun yang dominan
: 1. Thalassodendrom ciliatum 2. Thalassia hemprichii
3. Halodule pinifolia 4. Tahalus acoroides
5. Syringodium isotifolium
Proyeksi Kondisi Terumbu Karang di DPL Kabupaten Bintan
Kondisi Baik, di DPL 2011 T3
2012 T4 2013 T5
Target 2015 Cover TK
Cover TK Cover TK
Cover TK
DPL CENGOM 20,23
25,05 32,63
40,00 DPL BUSUNG BUJUR
47,57 45,00
50,03 55,00
DPL PENYUSUK 25,76
15,75 24,50
30.50 DPL KEPALA MAPUR
39,90 46,21
52,00 60.00
33,37 33,00
39,79 46.38
Kondisi Rusak, di DPL 2011 T3
2012 T4 2013 T5
Target 2015
DPL CENGOM 40,07
12,37 12,37
12,10 DPL BUSUNG BUJUR
34,92 18,13
18,13 18,00
DPL PENYUSUK 65,46
11,47 11,47
11,20 DPL KEPALA MAPUR
52,10 20,90
20,90 20,70
48,14 15,72
15,72 15,50
9. Potensi Pariwisata :
reef, patch reef dan soal adalah sebesar 31.2618 km
2
dengan tutupan karang hidup berkisar 10.00 - 90.00 dan rata-rata
sebesar 47.39 dengan estimasi karang hidup seluas 14.8150 km
2
. Sedangkan untuk wilayah kecamatan Gunung Kijang yang meliputi pesisir Desa Malang Rapat, Teluk Bakau dan
Kawal memiliki luasan terumbu karang sebesar 2.134.392 ha, dimana persentase tutupan karang hidup berkisar 5 – 61.90
dengan persen rata-rata 25.27 yang didominasi oleh karang jenis Acropora cytherea dengan bentuk pertumbuhan seperti
meja tabulet CRITC, Coremap II-LIPI, 2007.
Ekosistem terumbu karang di Bintan telah ditemukan beberapa organisme
yang berasosiasi hidup di dasar permukaan perairan dengan ukuran lebih 1mm yang dapat
terlihat oleh mata maupun melalui bantuan alat pemotretan bawah air yang disebut megabentos
Castro and Huber, 2007
. Megabenthos tersebut seperti bulu babi Diadema setosum telah ditemukan kelimpahannya berkisar 286 - 4143
individuha, Kima Tridacna gigas ukuran besar panjang 20 cm kelimpahannya 143 individuha, dan berukuran kecil
panjang 20 cm sebanyak 71 individuha. Pencil sea urchin dan lobster tidak ditemukan sama sekali. Kelimpahan Tripang
Holothurian yang berukuran kecil diameter 20 sebesar 71 individuha. Untuk moluska gastropoda kelompok
Drupella sp. ditemukan dalam jumlah kecil 71 – 429 individu ha, sedangkan lola Trochus niloticus berkisaran 71 – 429
individuha ditemukan di pesisir pantai Kecamatan Gunung Kijang. Sedangkan organisme pemakan polip karang seperti
Acanthaster planci hanya ditemukan di wilayah Kecamatan Tambelan saja dengan kelimpahan 631 individuha di tiga
stasiun Gambar 1, sedangkan di terumbu karang Kecamatan Gunung Kijang tidak ditemukan. CRITC, Coremap II-LIPI,
2007.
Untuk memahami bagaimana keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas terumbu karang tersebut diatas
seperti peran salah satu hewan pemakan polyp karang yaitu
Acanthaster planci terhadap kerusakan terumbu karang
juga sangat penting untuk mengetahui kondisi predator dari A.
planci i ni
seperti Triton raksasa , the Humphead maori
wrasse, starry Puferish dan titan Triggerish atau ada faktor
lain yang paling berpengaruh terhadap interaksi yang menjaga keseimbangan kerusakan terumbu karang di Bintan.
Berdasarkan observasi parameter dari masing-masing kondisi yang dikaji kemudian dengan implikasi yang kuat bagaimana
menyusun upaya dan strategi pengelolaan yang teraplikasi mengurangi kerusakan, penyelamatan, atau pemulihan
kondisi ekosistem terumbu karang.
Proyeksi Kondisi Terumbu Karang di DPL Kabupaten Bintan
9. Potensi Pariwisata :
Keanekaragaaman sumberdaya hayati pesisir dan laut di kawasan Konservasi Perairan Bintan telah memberikan
manfaat secara ekonomi dan jasa lingkungan yang sangat besar bagi masyarakat dan pemerintah kabupaten Bintan.
Ekosistem Terumbu karang coral reef, Padang Lamun Seagrass dan Mangrove merupakan sumberdaya yang
tumbuh dan berkembang menghiasi kawasan pesisir dan laut KKP Bintan. Ketiga ekosistem tersebut banyak di temukan
organisme yang berasosiasi yang berpotensi sebagai hewan yang jarang ditemukan di daerah lainnya seperti : Dugong,
Penyu Sea turtle, Bintang berbulu seribu Acanthaster planci, sejumlah ikan hias karang dan organisme lainnya.
Keindahan panorama bawah laut telah memberikan kontribusi dalam even kunjungan parawisata yang ada di
perairan laut Bintan dimana semua reshort maupun hotel yang ada di Bintan telah menawarkan aktivitas menyelam,
snorkling, marine sport, ishing sport, dan aktivitas wisata bahari lainnya, semua aktivitas tersebut telah memberikan
kontribusi secara ekonomi berupa peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar dan adanya peningkatan penerimaan
tenaga kerja.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
202 203
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Sarolangun
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
204 205
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Aksesabilitas :
Jarak lokasi kota Sarolangun ke desa Mounti : 30 Km dengan waktu tempuh kurang dari 45 menit dengan Kendaraan roda
2 ataupun kendaraan roda 4 Lokasi KKP berada dipinggir desa Mounti, 1 Km dari DAM kutur kearah hulumudik yang dimulai
dari muara kutur pertemuan antara sungai batang limun dengan sungai kutur hingga pertemuan dengan sungai
Tapah dengan panjang sungai 2 Km, di dalam lokasi terdapat sebuah daerah yang bernama Tanjung Putus.
Sekilas tentang Kawasan
Kawasan ini merupakan salah satu kawasan konservasi yang sangat penting dan unik karena merupakan salah satu
parameter penyokong kehidupan plasma nutfah sumberdaya perairan air tawar di DAS Batang Kutur Kecamatan Limun.
Selain itu sebagai satu-satunya habitat beragam jenis arwana yang merupakan ikon daerah sekaligus sebagai spesies ikan
yang dilindungi. Pembentukan Kawasan ini diharapkan bisa melindungi spesies ikan arwana di perairan umum Kabupaten
Sarolangun dengan kualitas ekologi yang perlu diselamatkan terhadap aktiitas pertambangan emas tanpa izin dengan
melibatkan Pokmaswas, Pemda, BKSDA, Polisi Pamong Praja, Camat, Kepolisian, dan TNI baik secara preventif maupun
represif.
Status Pengelolaan :
Dicadangkan melalui SK Bupati dengan penyusunan dokumen rencana pengelolaan yang akan disusun menggunakan APBD
Tahun 2013
Keanekaragaman Hayati :
Terdapat sedikitnya 72 Spesies ikan perairan umum dan 60 Spesies merupakan ikan konsumsi yang memiliki nilai
ekonomis. Diantaranya Arwana Sclerophages formosus warna putih kehijauan hingga kemerah-merahan, Gurami
Ospronemus goramy Lac, Baung Mystus nemurus, Barau Hampala macrolepidota, Julung Dermogenys pusilla,
Lais Kryptoterus, sp, Tilan Mastacembelus erythrotaenia, Semah Tor douronesis, Belida Notopterus notopterus, Patin,
Seluang dan Tapah. Kawasan ini juga merupakan habitat pemijahan dan pengasuhan spesies arwana jenis Putih
kehijauan dan merah.
Letak Geograis dan Administratif :
KKP Arwana Kutur berada dalam wilayah administrative Kab. Sarolangun. Terletak di Daerah Aliran Sungai DAS Kutur yang
ada dalam wilayah Desa Mounti Kecamatan Limun dengan titik koordinat 102035’34”BT – 2029’22” LU
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Arwana Kutur-Suaka Perikanan
Dasar Hukum :
Pencadangan berdasarkan SK Bupati Sarolangun nomor 81 Tahun 2011.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 7,5 Ha
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
206 207
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
1. Nama Kawasan :
Kawasan Suaka Perikanan Arwana Kuntur Kab Sarolangun
2. Dasar Hukum :
- Pencadangan : ·
Keputusan Bupati Sorolangun No. Nomor 81 Tahun 2011, tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten
Sorolangun.
3. Luas Kawasan: 28 Ha 4. Target Konservasi:
Luas wilayah perairan yang dijadikan Kawasan Suaka Perikanan Arwana Kutur adalah sebagai berikut:
a Daerah Tanjung Putus Sungai Kutur, Lubuk Bilik hingga Pulau Tlogu panjang ± 100 meter lebar rata-rata ± 22
meter seluas 22.000 m
2
sebagai Zona Inti. b Daerah Tanjung Putus hingga Muara Serambai; panjang
± 150 meter lebar rata-rata ± 20 meter seluas ± 3.000 m
2
sebagai Zona Penyangga Hulu. c Daerah Pulau Tlogu hingga Muara Sungai Kutur; panjang
± 100 meter lebar ± 30 meter seluas ± 3.000 m
2
sebagai Zona Penyangga Hilir.
5. Sekilas tentang Kawasan:
Kawasan ini merupakan salah satu kawasan konservasi yang sangat penting dan unik karena merupakan
salah satu parameter penyokong kehidupan plasma nutfah sumberdaya perairan tawar di DAS Batang
Kutur Kecamatan Limun. Selin itu sebagai satu-satunya habitat beragam jenis arwana yang merupakan ikon
daerah sekaligus sebagai spesies ikan yang dilindungi. Pembentukan kawasan ini diharapkan bisa melindungi
spesies ikan arwana di perairan umum Kabupaten dengan kualitas ekologi yang perlu diselamatkan terhadap aktiitas
pertambangan emas tanpa izin dengan melibatkan
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Sarolangun
Pokwasmas, Pemda, BKSDA, Pol PP, Camat, Kepolisian dan TNI baik secara preventif maupun represif.
.
6. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati :
Terdapat sedikitnya 72 spesies ikan perairan umum dan 60 spesies merupakan ikan konsumsi yang memiliki
nilai ekonomis tinggi. Diantaranya Arwana Scleropages formosus warna putih kehijauan hingga kemerah-
merahan, gurami Ospronemus goramy Lac, Baung Mystusnemurus, Barau Hampala macrolepidota,
Julung Dermogeny spusilla, Lais Kryptoterus, sp, Tilan Mastacembelu serythrotaenia, Semah Tor duoronesis,
Belida Notopterus notopterus, Patin, Seluang dan Tapah. Kawasan ini juga merupakan habitat pemijahan dan
pengasuhan spesies Arwana jenis putih kehijauan dan merah.
7. Letak Geograis dan Administratif:
KKP Arwana Kutur berada dalam wilayah administratif Kabupaten Sorolangun, terletak di Daerah Aliran Sungai
DAS Kutur yang ada dalam wilayah desa Mounti Kecamatan Limun dengan titik koordinat 102°35’34” BT –
2°29’22” LU.
8. Aksesibilitas :
Jarak lokasi kota Sarolangun ke desa Mounti sekitar 30 km dengan waktu tempuh kurang dari 45 menit
dengan kendaraan roda 2 dua ataupun kendaraan roda 4 empat. Lokasi KKP berada di pinggir desa Mounti,
1 satu km dari DAM Kutur ke arah hulumudik yang dimulai dari muara kutur pertemuan antara sungai
batang limun dengan sungai kutur hingga pertemuan dengan sungai Tapah dengan panjang sungai 2 km. Di
dalam lokasi terdapat sebuah daerah yang bernama Tanjung Putus.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
208 209
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bungo
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
210 211
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
1. Nama Kawasan:
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Bungo
2. Dasar Hukum
Pencadangan: • SK Bupati Nomor 53 Tahun 2013 Penetapan Kawasan
Konservasi Perairan Reservat Ikan Semah dan Ikan Lampam Pada Lubuk Manik di Dusun Rantau Pandan Kec.
Rantau Pandan Kab Bungo.
• SK Bupati Nomor 54 Tahun 2013 Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Baung dan Ikan Patin
Pada Lubuk Kasai di Dusun Koto Jayo Kec. Pelepat Ilir Kab Bungo.
• SK Bupati Nomor 55 Tahun 2013 Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Baung dan Ikan Patin
Pada Lubuk Keramat di Dusun Sepunggur Kec. Bathin II Babeko Kab Bungo.
• SK Bupati Nomor 56 Tahun 2013 Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Semah dan Ikan
Lampan Pada Lubuk Jantan di Dusun Rantel Kec. Pelepat Kab Bungo.
3. Gambaran Umum:
Kabupaten Bungo adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia. Kabupaten ini berasal dari
hasil pemekaran Kabupaten Bungo Tebo pada tanggal 12 Oktober 1999. Luas wilayahnya 4.659 km² 9,80
dari luas Provinsi Jambi dengan populasi 303.135 jiwa Sensus Penduduk Tahun 2010. Kabupaten Bungo secara
geograis terletak antara 101’ 27’ sampai 102’ 30’ Bujur Timur dan antara 01’ 55’ Lintang Selatan, yang merupakan
dataran rendah yang berada pada ketinggian 0 – 25 meter diatas permukaan laut.
4. Target Konservasi:
A. Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Semah dan Ikan Lampam pada Lubuk Manlk di Dusun Rantau Pandan
Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Bungo sebagal berlkut :
- Lubuk Manlk sebagal daerah kawasan konservasi perziran Reservat ikan semah dan ikan lampam
seluas 4.500 m2 empat ribu llma ratus meter persegl; - TItik koordlnat 01°38,3806 Lintang Selatan,
101°56,7852 Bujur TImur dengan ketlnggian darl permukaan laut 87 m delapan puluh tujuh meter;
- Lubuk Teplan Raden sebelah hulu dan Lubuk Napa sebelah Hilir untuk lubuk tarangan sebagal zona
penyangga masing-masing setuas 4.000 m2 empat ribu meter persegi.
B. Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Baung dan Ikan Patin pada Lubuk Kasai dl Dusun Koto Jayo
Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo sebagai berikut: - Lubuk Kasai sebagai daerah kawasan konservasi
perairan Reservat Ikan baung dan ikan patIn seluas 2,400 m2 dua rlbu empat ratus meter persegi
panjang 400 m empat ratus meter dan lebar 60 m enam puluh meter;
- Titik koordinat 01°37.25705 Lintang Selatan, 102°11.0663 Bujur Timur dengan ketinggian dari
permukaan laut 50,6 m lima puluh koma enam meter; .
- Lubuk Batu Kangkung sebelah hulu dan Lubuk Sungai Rambioh sebelah Hilir untuk lubuk larangan sebagai
zona penyangga masing-masing seluas 1.800 m2 seribu delapan ratus meter persegi
C. Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Baung dan Ikan Patin pada Lubuk Keramat di Dusun Sepunggur
Kecamatan Bathin II Babeko Kabupaten Sungo sebagai berikut :
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
212 213
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
- Lubuk Keramat sebagai daerah kawasan konservasl perairan Reservat ikan baung dan ikan patin seluas
1.800 m2 seribu delapan ratus meter persegi panjang 100 m seratus meter lebar 80 m delapa puluh meter
dengan kedalaman 6-7 m enam sampai dengan tujuh meter;
- Titik koordinat 01°33,2746 Untang Selatan, 102°13,4532 Bujur TImur dengan ketinggian dari
permukaan laut 44,6 m empat puluh empat koma enam meter;
- Lubuk Danau Batu sebelah hulu dan Lubuk Sungai Pauh sebelah Hilir untuk lubuk larangan sebagal zona
penyangga masing•masing seluas 1.800 m2 seribu delapan ratus meter persegi.
D. Kawasan Konservasi Perairan Reservat Ikan Semah dan Ikan Lampam pada Lubuk Jantan di Dusun Ranter
Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo sebagai berikut ; - Lubuk Jantan sebagai daerah kawasan konservasi
perairan Reservat ikan semah dan ikan lampam seluas 13.952 m2 tiga belas ribu sembilan ratus lima
puluh dua meter persegi;
- Titik koordlnat 01°45,5815 Lintang Selatan, 102°08,2270 Bujur Timur dengan ketinggian dari
permukaan laut 81,9 m delapan puluh satu koma sembilan meter;
- Lubuk Paku sebelah hulu dengan luas 5.600 m2 lima ribu enam ratus meter persegi dan Lubuk Sungsang
sebelah Hilir dengan luas 4.350 m2 empat ribu tiga ratus lima puluh meter persegi untuk lubuk larangan
sebagai zona penyangga.
5. Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi:
Mata pencaharian penduduk Kabupaten Bungo sebagian besar adalah bertani mencapai 59,55. Kemudian
berturut-turut diikuti oleh sektor lainya sebanyak 13,03, sektor jasa sebanyak 12,36 sektor Perdagangan
sebanyak 11,72 dan sektor industri pengolahan sebesar 3,34.
Dari aspek pendidikan sampai dengan tahun 2011, untuk menunjang kegiatan belajar mengajar secara
efektif, di Kabupaten Bungo memiliki sarana pendidikan Sekolah Dasar berjumlah 247, SLTP berjumlah 76 unit
dan SLTA berjumlah 51 unit. sarana tersedia merata di setiap kecamatan, tetapi untuk tingkat SMU masih ada
kecamatan yang belum mempunyai fasilitas pendidikan SMU yaitu Kecamatan Pasar Muara Bungo, Kecamatan
Bathin III Ulu dan Kecamatan Jujuhan Ilir.
6. Potensi Perikanan
1 Kawasan peruntukan perikanan meliputi: a. kawasan peruntukan perikanan tangkap; dan
b. kawasan peruntukan perikanan budidaya. 2 Kawasan peruntukan perikanan tangkap meliputi
perikanan tangkap di perairan umum berupa sungai dengan jenis komoditas ikan semah meliputi :
a. Kecamatan Rantau Pandan; b. Kecamatan Bathin III Ulu;
c. Kecamatan Pelepat; dan d. Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang.
3 Kawasan peruntukan perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dengah
luas kurang lebih 8.115 delapan ribu seratus lima belas hektar dengan jenis komoditas ikan gurami,
ikan nila, ikan patin, dan ikan mas meliputi:
a. Kecamatan Rantau Pandan; b. Kecamatan Bathin III Ulu;
c. Kecamatan Bathin II Babeko; d. Kecamatan Tanah Tumbuh; dan
e. Kecamatan Pelepat.
7. Potensi Pariwisata :
1 Pengembangan kawasan peruntukan pariwisata meliputi :
a. kawasan wisata alam; b. kawasan wisata budaya; dan
c. kawasan wisata buatan. 2 Kawasan wisata alam meliputi :
a. Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat di Kecamatan Bathin III Ulu, Kecamatan Pelepat,
Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang dan Kecamatan Tanah Tumbuh;
b. BendungDam Semagi di Kecamatan Bathin II Pelayang;
c. Wisata Alam Pulau Cinto di Kecamatan Bathin III Ulu;
d. Gua Alam di Desa Rantau Pandan Kecamatan Rantau Pandan;
e. Hutan Adat Desa Batu Kerbau terdapat di Kecamatan Pelepat;
f. Air Terjun Renah Sungai Ipuh terdapat di Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang;
g. Taman Wisata Bumi Perkemahan Pramuka dan Taman Hutan Cadika terdapat di Kecamatan Rimbu
Tengah; h. Taman Wisata Batu Gelagah Buto terdapat di
Kecamatan Bathin III Ulu; i. Wisata Air Terjun Rantau Pandan terdapat di
Kecamatan Rantau Pandan; j. Air Terjun Tegan Kiri terdapat di Kecamatan Rantau
Pandan; k. Goa Gending terdapat di Kecamatan Limbur
Lubuk Mengkuang; l. Air Terjun Rantau Tipu terdapat di Kecamatan
Limbur Lubuk Mengkuang; m. Air Terjun Sungai Inum terdapat di Kecamatan
Rantau Pandan; n. Air Terjun Pancuran Gading terdapat di Kecamatan
Rantau Pandan; o. Air Terjun Punjung Empat terdapat di Kecamatan
Pelepat; p. Goa Batu Luah Muaro terdapat di Kecamatan
Pelepat; q. Air Terjun Telentam di Kecamatan Tanah
Sepenggal; r. Air Terjun Lebuh Kampung Leban di Kecamatan
Tanah Sepenggal; dan s. Air Terjun Dusun Buat Sei. Letung Kecamatan
Bathin III Ulu. 3 Kawasan peruntukan pariwisata budaya meliputi :
a. Batu Patah Sembilan terdapat di Kecamatan Bathin III Ulu;
b. Kampung adat terdapat di Desa Tanah Periuk dan Desa Lubuk Landai Kecamatan Tanah Sepenggal
Lintas; dan c. Hutan adat dengan luas kurang lebih 3.110 tiga
ribu seratus sepuluh hektar di Kecamatan Pelepat dan Kecamatan Bathin III Ulu.
d. Kawasan peruntukan pariwisata buatan meliputi seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Bungo..
8. Aksesibilitas :
Untuk jalur udara Kabupaten Bungo telah memiliki sebuah Bandar Udara yaitu Bandar Udara Muara Bungo yang
diresmikan pada 9 Juni 2012. Bandar Udara ini berlokasi di Desa Sungai Buluh, Rimbo Tengah. Maskapai yang
beroperasi adalah Susi Air dan Aviastar Mandiri. Aviastar Mandiri rute penerbangannya menuju jakarta, sedang
untuk Susi Air rute penerbangannya adalah menuju jambi dan bengkulu.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
214 215
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Daerah Perlindungan Laut Desa Bakit Kecamatan Parit Tiga Kabupaten Bangka Barat.
Dasar Hukum:
Dasar hukum penetapan Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Barat adalah SK Bupati Bangka Barat
No. 188.453522.05.012013. KKLD tersebut diprioritaskan sebagai Kawasan Perlindungan Penuh terhadap Siput
Gonggong Strombus turturella.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 2.161,70 Ha.
Letak Geograis dan Administratif :
Letak geograis Kabupaten Bangka Barat di antara : 105o 00’ – 106o 00’ BT dan 01o 00’ – 02o 10’ LS, dengan batas wilayah:
- Sebelah utara : Laut Natuna;
- Sebelah timur : Kabupaten Bangka;
- Sebelah selatan : Selat Bangka dan Kabupaten
Bangka; dan - Sebelah barat
: Selat Bangka. Kabupaten Bangka Barat terdiri atas 6 enam Kecamatan,
yaitu: Muntok, Simpangteritip, Kelapa, Jebus, Parittiga, dan Tempilang. Luas wilayah daratan berdasarkan RPJP Kabupaten
Bangka Barat adalah sekitar 2.979,71 km², atau 297.971 Ha; dan wilayah laut kewenangan sekitar 1.541,29 km² atau
154.129 Ha yaitu selebar 4 mil-laut dari garis batas terluar pantai. Sementara berdasarkan data dari Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2003 luas wilayah Kabupaten Bangka Barat adalah sekitar 2.820,61 km² atau 282.061 Ha.
Keanekaragaman Hayati :
Siput gonggong Strombus turturella merupakan salah satu gastropoda dalam famili Strombidae yang banyak ditemukan
di perairan dangkal ataupun pasir berlumpur dan banyak dimanfaatkan untuk konsumsi dan dijual. Saat ini permintaan
akan daging siput gonggong meningkat dan adanya aktivitas penambangan timah di sekitar wilayah tersebut berpotensi
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bangka Barat
merusak habitat dan menurunkan populasi siput gonggong di alam.
Siput gonggong merupakan salah satu spesies dari siput laut menengah, yang termasuk dalam ilum moluska dan berada
dalam keluarga strombidae yang dianggap sebagai spesies ekonomis penting di Indo-Pasiik Barat. Pada tingkat individu
dewasa memiliki cangkang berwarna coklat kekuningan atau emas dan abuabu. Selain itu juga siput gonggong memiliki
karakteristik yaitu: cangkang menyerupai gasing dan tutup cangkang berbentuk sabit, mulut cangkang aperture
tumbuh melebar ke arah luar, lekukan stromboid terletak di sisi kanan anterior cangkang, tepi cangkang bagian luar outer
lip menebal, lapisan cangkangnya tebal, permukaan gelung besar rata tanpa tonjolan atau lekukan, panjang maksimum
cangkang dapat mencapai 100 mm, tetapi umumnya berukuran 65 mm. Habitat siput gonggong umumnya adalah
substrat lumpur berpasir yang banyak ditumbuhi tumbuhan bentik seperti lamun dan makro algae, mulai dari batas surut
terendah hingga kedalaman ± 6 meter.
Aksesibilitas
• Dari Jakarta, kita harus menuju Pangkalpinang terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Selanjutnya perjalanan
dilanjutkan dengan transportasi darat menuju Muntok ibukota Kabupaten Bangka Barat dengan waktu tempuh
kurang dari 1 jam.
Potensi Pariwisata
Potensi Wisata di Kabupaten Bangka Tengah meliputi:
• Pantai Tanjung Kalian, Tanjung Ular, Pantai Angel, Pantai Muntok Asin, Pantai Batu Rakit,Pantai Mentibak, Pantai
Air Mas Rambat, Pantai Airnyatoh, PantaiMenggris, Pantai Sadardaya Tungau dan Pantai Karang Aji,
BukitMenumbing dan Batu Balai yang terdapat di Kecamatan Muntok dan Simpang teritip.
• Pantai Tanjung Ru, PulauNenas, Pantai Blembang, Pantai Bembang, Bukit Mempari, BukitPenyabung dan Pantai
Siangau yang terdapat di Kecamatan Jebus dan Parittiga • Pantai Pasir Kuning,Pantai Kedacak, Air panas Dendang,
perkebunan sawit, sarang burung walet yang terdapat di Kecamatan Tempilang dan Kelapa.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
216 217
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Selatan.
Dasar Hukum:
Dasar hukum penetapan Daerah Perlindungan Laut Kabupaten Bangka Selatan adalah SK Bupati Bangka Selatan
No.188.45119.4DKP2012.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 186 Ha.
Letak Geograis dan Administratif :
Wilayah Kabupaten Bangka Selatan terletak di Pulau Bangka dengan luas lebih kurang 3.607,08 Km2 atau 360.708 Ha.
Secara geograis Kabupaten Bangka Selatan terletak pada 2° 26’ 27” sampai 3°5’ 56” Lintang Selatan dan 107° 14’ 31”
sampai 105° 53’ 09” Bujur Timur. Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka Selatan berbatasan langsung dengan
daratan wilayah kabupatenkota lainnya di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kabupaten Bangka
Tengah di sebelah Utara. Di sebelah Barat dan Selatan berbatasan dengan Selat Bangka dan Laut Jawa, sedangkan di
sebelah Timur berbatasan dengan Selat Gaspar.
Pada umumnya sungai di daerah Kabupaten Bangka Selatan berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara
di pantai laut. Sungai yang terdapat di daerah Kabupaten Bangka Selatan dapat dikelompokkan menjadi 3 tiga yaitu
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bangka Selatan
sungai utama, sungai sekunder dan sungai tersier. Sungai utama antara lain Sungai Bantel, Sungai Kepuh dan lain-lain
Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai sarana transportasi dan belum bermanfaat untuk pertanian dan perikanan karena
para nelayan lebih cenderung mencari ikan ke laut. Pada dasarnya di Daerah Kabupaten Bangka Selatan tidak ada
danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya seperti danau buatan yang
disebut kolong.
Kondisi perekonomian Kabupaten Bangka Selatan relatif banyak didukung oleh potensi unggulan di sektor pertanian,
perkebunan, peternakan, dan perikanan. Komoditi unggulan Kabuapaten Bangka Selatan yaitu pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan, dan jasa, sektor pertanian komoditinya adalah jagung, ubi jalar dan ubi kayu, sektor perkebunan
komoditinya adalah kelapa sawit, kerat, kopi, kelapa dan lada, sektor perikanan komoditinya adalah perikanan tangkap,
sektor peternakan komoditinya adalah sapi, babi, domba, kambing dan kerbau dan sektor jasa komoditinya adalah
wisata alam dan wisata budaya.
Keanekaragaman Hayati :
Kelautan dan Perikanan juga merupakan sektor unggulan dalam pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten Bangka
Selatan. Berkisar 7,35 dari total PDRB Kabupaten Bangka Selatan dikontribusikan dari sektor kelautan dan perikanan.
Wilayah pengembangan potensi kelautan perikanan di Kabupaten Bangka Selatan terletak di Kecamatan Lepar
Pongok, Kecamatan Tukak Sadai, Kecamatan Toboali dan Kecamatan Simpang Rimba. Sementara itu, komoditas yang
menjadi unggulan di Bangka Selatan terdiri Perikanan Laut, Budidaya Keramba Jaring Apung KJA , Udang dan Rumput
Laut.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
218 219
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Aksesibilitas
• Dari Jakarta, kita harus menuju Pangkalpinang terlebih dahulu untuk mencapai lokasi. Selanjutnya perjalanan
dilanjutkan dengan transportasi darat menuju Toboali ibukota Kabupaten Bangka Selatan dengan waktu tempuh
kurang dari 1 jam.
Potensi Pariwisata
Di kabupaten bangka selatan terdapat beberapa wisata spot menarik untuk di kunjungi diantaranya adalah:
- Pantai Tanjung Kerasak terletak di Desa Pasir Putih Berjarak kurang lebih 30 Km dari Toboali, dapat di tempuh selama
1 jam perjalanan dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Pantai ini memiliki air yang jernih dan pasir yang
putih, disekitar pantai merupakan hutan yang masih alami sering digunakan untuk kegiatan berkemah , rekreasi dan
olahraga voly pantai . Suasana hutan yang masih alami di sekitaran pantai juga membuat keindahan alam semakin
membuat kita betah untuk memanjakan diri disini.
- Pantai Gunung Namak terletak di Kecamatan Taboali Kabupaten Bangka Selatan, berjarak sekitar 18 km dari
kota Taboali dan dapat ditempuh selama 1 jam perjalanan dengan kendaraan roda dua dan empat. Dengan
hamparan pantai yang landai dan air laut yang masih sangat biru membuat pantai gunung namak ini sangat
cocok sekali untuk menjadi tujuan wisata keluarga. Dan terutama untuk wisatawan yang hobi memancing di laut.
- Pantai Tanjung Timur terletak di kecamatan toboali kabupaten Bangka Selatan, lokasi pantai ini dapat di
tempuh selama 45 menit perjalanan dari kota Toboali dengan menggunakan speed boat tradisional rakyat
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
220 221
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Belitung
Dasar Hukum :
- Pencadangan: SK Bupati Belitung Nomor : 188.45156.AKEPDKP2014
tanggal 28 Maret 2014 tentang Penetapan Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Belitung
- Rencana Pengelolaan dan Zonasi: Belum ada
- Unit Organisasi Pengelola: Belum ada
- Penetapan: Belum
- Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah PERDA, PERBUP, dll.
Luas Kawasan :
± 662.984 enam ratus enam puluh dua ribu sembilan ratus delatan puluh empat hektar
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:
Pencadangan kawasan konservasi perairan Kabupaten Belitung, ditetapkan sebagai Taman Wisata Perairan
Kabupaten Belitung dengan batas-batas koordinat sebagai berikut :
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Belitung
a. Zona Inti Pulau Lengkuas, luas perairan 282,05 luas darat 35,03 luas total 315,53 Hektar dengan titik koordinat 107
40’ 70” BT - 02 31’ 75” LS , 107
36’ 60” BT - 02 31’ 75” LS,
107 36’ 60” BT - 02
35’ 50” LS, 107 37’ 62” BT - 02
35’ 50” LS, 107
39’ 78” BT - 02 33’ 25” LS dan 107
40’ 70” BT - 02 33’ 25” LS.
b. Zona Inti Pulau Peling, luas perairan 284,62 luas darat 1,44 luas total 286,06 Hektar dengan titik koordinat 107
21’ 42” BT - 02
54’ 43” LS, 107 20’ 48” BT - 02
54’ 43” LS, 107 20’
48” BT - 02 55’ 39” LS dan 107
21’ 42” BT - 02 55’ 39” LS.
c. Zona Inti Pulau Pelma, luas perairan 169,53 luas darat 3,77 luas total 173,30 Hektar dengan titik koordinat 107
41’ 46” BT - 03
19’ 28” LS, 107 41’ 03” BT - 03
19’ 28” LS, 107 41’
03” BT - 03 20’ 11” LS dan 107
41’ 46” BT - 03 20’ 11” LS.
d. Zona Inti Pulau Selema, luas perairan 162,15 luas darat 2,25 luas total 164,4 Hektar dengan titik koordinat 107
06’ 80” BT - 02
58’ 80” LS, 107 06’ 20” BT - 02
58’ 80” LS, 107 06’ 200” BT - 02
59’ 60” LS, dan 107 06’ 80” BT - 02
59’ 60” LS.
e. Zona Perikanan Berkelanjutan Kecamatan Sijuk, luas perairan 18.611,27 luas darat 737,52 luas total 19.348,79
Hektar dengan titik koordinat 107 53’ 17” BT - 02
34’ 01” LS, 107
53’ 16” BT - 02 30’ 52” LS, 107
36’ 18” BT - 02 30’
54” LS, 107 36’ 19” BT - 02
41’ 18” LS dan 107 37’ 32” BT -
02 41’ 19” LS.
f. Zona Perikanan Berkelanjutan Kecamatan Selat Nasik dan sekitarnya, luas perairan 390.680,64 luas darat 23.804,45
luas total 414.485,09 Hektar dengan titik koordinat 107 36’
20” BT - 02 45’ 47” LS, 107
05’ 46” BT - 02 45’ 51” LS, 107
05’ 51” BT - 03 21’ 56” LS, 107
49’ 44” BT - 03 21’ 50” LS dan
107 49’ 42” BT - 03
10’ 02” LS.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
222 223
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
g. Zona Pemanfaatan, luas perairan 226.295,12, luas darat 1.916,20 luas total 228.211,32 Hektar dengan titik
koordinat 107 54’ 21” BT - 02
34’ 28” LS, 107 54’ 20” BT -
02 29’ 48” LS, 107
04’ 41” BT - 02 29’ 53” LS, 107
04’ 46” BT - 03
22’ 60” LS, 107 52’ 12” BT - 03
22’ 53” LS dan 107 51’
35” BT - 03 03’ 30” LS.
Target Konservasi:
- Target Sumberdaya Bioekologis - Target Sosial, Budaya dan Ekonomi
Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati:
1. Kecamatan Sijuk A. Kondisi Pantai
Kondisi pantai yang ada di wilayah Kecamatan Sijuk
B. Pola dan Kecepatan Arus
Seperti halnya di wilayah perairan Kabupaten Belitung, berdasarkan penelitian LIPI Oktober, 2005, kecepatan arus
di wilayah perairan Kecamatan Sijuk secara keseluruhan berkisar antara 17,80 – 42,10 cmdet dengan rata-rata 29,40
cmdet. Secara rata-rata kecepatan arus di lapisan permukaan lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 5 dan 10 meter.
Kecepatan arus di perairan ins masih termasuk kecepatan arus yang sedang.
Arah arus pada lapisan permukaan bergerak ke arah utara dan sebagian lagi ke arah barat laut dan barat daya namun pada
kedalaman 5 dan 10 meter arus bergerak ke arah barat daya, sehingga arah arus pada penelitian ini dominan bergerak ke
arah barat daya.
C. Pola Angin
Pola angin permukaan yang terjadi laut Cina Selatan khususnya di perairan Kecamatan Sijuk dipengaruhi oleh
angin muson, yang mana menurut Nontji 1987 pada saat musim barat angin berhembus dari Asia menuju Australia
yang mana pada saat itu terjadi musim dingin di belahan bumi bagian utara dan musim panas di belahan bumi bagian
selatan, sehingga terjadi tekanan tinggi di atas daratan Asia dan tekanan rendah di atas daratan Australia. Hal inilah yang
dikenal sebagai angin musim barat. Pada musim timur berlaku sebaliknya, dimana pusat tekanan tinggi terjadi terjadi di atas
daratan Australia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Asia, sehingga mengakibatkan angin berhembus dari daratan
Australia menuju daratan Asia, yang lebih dikenal dengan angin musim timur.
D. Pasang Surut
Secara umum fenomena naik turunnya paras muka air laut atau yang lebih dikenal dengan pasang surut terutama
disebabkan oleh gravitasi matahari dan bulan terhadap massa air laut. Posisi matahari dan bulan terhadap bumi berubah
setiap waktu, perubahan posisi tersebut membangkitkan gaya yang berbeda-beda, sehingga kedudukan muka laut serta
kisaran pasang surut juga berbeda-beda.
No Pulaupantai
Karakteristik a. Terong
Pantai berlumpur, baritonga, mangrove b. Tanjung Binga
Pasir putih, pantai berbatu, mangrove c. Batu Itam
Pantai berlumpur, baritonga, mangrove d. Keciput
Pasir putih, pantai berbatu, baritonga, mangrove, semak e. Sijuk
Pasir putih, pantai berbatu, baritonga, mangrove, semak f. Sungai Padang
Pasir putih, pantai berlumpur, baritonga, mangrove Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung, 2005
. .
. .
. .
. .
. 0.
e
e 12
u Kali
,22 ,24
,28 ,22
,12 3,2
,36 ,88
,94 ,62
,74 ,24
,24 11
,48 ,48
,06 ,26
3,5 ,68
,74 3,8
0,4 ,56
,88 0,6
,26 2
00 00
00 00
00
umumnya pantai berlumpur, pasir putih, pantai berbatu dengan tanaman pantai berupa semak,
baringtonia dan beberapa jenis mangrove. Pantai yang ada di wilayah Kecamatan Sijuk antara lain
Pantai Terong. Tanjung Binga, Batu Itam, Keciput, Sijuk dan Sungai Padang. Dari ke enam pantai tersebut,
Pantai Keciput dan Sijuk merupakan pantai yang memiliki kelengkapan ekosistem yang lebih lengkap
dibandingkan dengan pantai lainnya. Dasar perairan
di sekitar perairan Kecamatan Sijuk umumnya merupakan daerah atol terumbu karang dan
tempat bertemunya arus, sehingga banyak terdapat plankton yang merupakan makanan ikan
dan biota lainnya Bapeda Kabupaten Belitung, 2005. Secara rinci kondisi karakteristik dari masing-
masing pantai yang ada di wilayah Kecamatan Sijuk disajikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Kodisi Pantai di Kecamatan Sijuk Pasang surut yang terjadi di Perairan Kecamatan Sijuk seperti
halnya di perairan lainya di Kabupaten Belitung, bukan pasang surut yang secara langsung dibangkitkan oleh gravitasi
matahari dan bulan, akan tetapi dominan dipengaruhi oleh pasang surut di perairan Laut Cina Selatan yang merambat ke
selatan memasuki Laut Jawa Pariwono, 1985. Perambatan pasang surut dari Samudera Pasiik yang memasuki perairan
Sijuk melalui perairan Laut Cina Selatan telah dipengaruhi oleh morfotogi pantai dan kedalaman laut bathymetri
Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004.
E. Suhu Perairan
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air November 2012 suhu perairan di beberapa stasiun pengukuran di Kecamatan
Sijuk tercatat rata-rata 25 derajat Celcius. Pengambilan dan pengukuran sampel ini dilakukan sudah masuk musim
penghujan. Pada saat musim kemarau diperkirakan suhu perairan akan lebih meningkat lagi. Menurut LIPI 2005 pada
saat musim kemarau atau musim timur suhu maksimal dapat mencapai 29 derajat Celcius.
F. Kondisi Kimiawi Perairan
Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Kualitas perairan
bisa dilihat dari nilai parameter kimiawi perairan. Gambaran kondisi kimiawi perairan di wilayah perairan Kecamatan Sijuk
disajikan sebagai berikut:
1. Stasiun : Pulau Lengkuas
Koordinat : S02
32.323’ E107 37.679’ elv: 32 ft
Suhu : 25
C pH
: 8,05 Salinitas
: 30 Kecerahan
: 3 meter DO
: 8,3 Waktu Pengambilan jam 09.00
2. Stasiun : Pulau Burung
Koordinat : S02
34.000’ E107 37.629’ elv: 21 ft
Suhu : 25
C pH
: 7,9
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
224 225
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Salinitas : 38
Kecerahan : 3 meter
DO : 6,7
Waktu Pengambilan jam 10.00 3. Stasiun
: Pulau Kera
Koordinat : S02
35.013’ E107 37.411’ elv: 25 ft
Suhu : 25
C pH
: 7,98 Salinitas
: 31 Kecerahan
: 3 meter DO
: 8,3 Waktu Pengambilan jam 10.30
4. Stasiun : PesisirDekat Pemukiman
Koordinat : S02
35.398’ E107 37.085’ elv: 25 ft
Suhu : 25
C pH
: 7,96 Salinitas
: 34 Kecerahan
: 3 meter DO
: 7,4 Waktu Pengambilan jam 10.45
G. Sebaran Mangrove
Sebaran mangrove di pulau-pulau kecil Kecamatan Sijuk terdapat di Sungai Terong, Sungai Sijuk dan Sungai Padang.
Berikut gambarannya:
1. Sungai Terong
Keberadaan mangrove di lokasi ini terutama di daesah muara didominasi oleh Rhizophora apiculata dengan
ketebalan 100 m, selain jenis tersebut banyak ditemukan juga Brugulera gymnonilza, Bragulera dan Xylocarpus
granatum. Di muara ini jarang ditemukan mangrove yang berupa potion, akan tetapi di kiri kanan sungai yang
ketebalannya 5 – 10 m banyak ditemukan mangrove dalam bentuk pohon terutama Xylocaipus granatum
yang berdiameter 30 cm dan Bruguiera gymnorrhiza dengan diameter 25 cm yang ketinggiannya mencapai
20 m. Secara keseluruhan lokasi ini didapatkan 11 jenis mangrove.
H. Sebaran Padang Lamun
Sebaran lamun di pulau-pulau kecil Kecamatan Sijuk antara lain berada di pulau Aji, Babi, Batu berlayar, Batu garuda,
Bekukur, Bulu, Burung, Jemang, Jukong, Kelayang, Kera, Lengkuas, Lutung, Malang huya, Malang mas, Pegadur,
Tukong air labuh, Tukong kelayang, Tukong kelayang laut, Tukong makbulang, Tukong darat, dan Tukong Kera. Lamun
yang ditemui di pulau- pulau kecil di Kecamatan Sijuk antara lain dari jenis Enhalus sp, Thalasia sp, Halaophilia sp. Selain itu
juga ditemukan beberapa rumput laut dan jenis Caulapa sp. dan Sargasum sp.
2. Sungai Sijuk
Keadaan mangrove di kiri kanan sungai ini mempunyai ketebalan 25 sampai 50 m. Untuk pohon mempunyai
kepadatan 200 – 400 batangha dengan ketinggian 8 – 10 m, sedangkan untuk belta kepadatannya antara
800 – 1.600 batangha dengan ketinggian antara 4 – 6 m. Selain jenis Rhizophora apiculata sebagai dominan
juga jenis lain yang banyak ditemukan adalah Brugulera
gymnorrhiza. Secara keseluruhan di lokasi ini ditemukan 8 jenis mangrove.
3. Sungai Padang
Keberadaan mangrove di sebelah kanan sungai yang mengarah ke muara lebih tebal dari pada sebelah kiri
sungai yang mengarah ke muara. Ketebalan mangrove di sebelah kanan sungai berkisar antara 75 – 100 m.
Jenis yang mendominasi baik potion maupun belta adalah Rhizophora apiculata. Kepadatan pohon berkisar
antara 400 – 500 batangha dengan ketinggian antara 10 – 15 m bahkan ada yang mempunyai diameter 40 cm,
sedangkan untuk belta mempunyai kepadatan 600 – 800 batangha dengan ketinggian 4 – 6 m. Kondisi mangrove
di tempat ini rata-rata mempunyai kondisi dan potensi yang paling baik jika dibandingkan dengan tempat
lain. Secara keseluruhan di lokasi ini didapatkan 10 jenis mangrove. Dari semua lokasi, umumnya mangrove banyak
ditemukan pada daerah muara sungai sampai ke arah hulu sungai. Adapun jenis yang banyak ditemukan adalah
jenis Rhizophora apiculata. Berikut disajikan tabel spesies mangrove secara keseluruhan yang ditemukan di lokasi
penelitian.
Suku Jenis
Nama Daerah
. Apocynaceae
Cerbera odollum .
Avicenniaceae Avicenia alba
. Combretaceae
Lumnitzera racemosa WILLLD Api-api duduk
. Euphorbiaceae
Excoecaria agallocha L. Buta-buta
. Malvaceae
Hibiscus tiliaceus Waru
Thespesia populnea .
Meliaceae Xylocarpus granatum KOEN
Ngirili Xylocarpus moluccensis
. Myrtaceae
Aegiceros comiculatum Osbomea octodonta
. Palvuae
Nypa fructicans WURMB. Nipah
. Pteridophyta
Acrostichum aureum L. Wakas
0. Rhizophoraceae
Brugiera cylindrica Brugiera gymnorrhiza
Ceriops tagal Rhizophora apiculata BLUME
Bakau putih Rhizohora mucronata LMK
Bakau hitam Rhizophora stylosa GRIFF
Bakau rangkah Sonneratiaceae
Sonneratia alba J.E. SMITH Bogem
Sumber : LIPI, 2005 dan Hasil Survey 2012
u Kali
,22 ,24
,28 ,22
,12 3,2
,36 ,88
,94 ,62
,74 ,24
,24 11
,48 ,48
,06 ,26
3,5 ,68
,74 3,8
0,4 ,56
,88 0,6
,26 2
00 00
00 00
00
I. Sebaran Terumbu Karang
Sebaran karang di pulau-pulau kecil Kecamatan Sijuk antra lain berada di pulau : Agar, Aji, Babi, Batu berlayar, Batu
garuda, Bekukur, Bulu, Burung, Jemang, Jukong, Kelayang, Kera, Kijang, Lengkuas, Lutung, Malang besar, Malang huya,
Malang mas, Malang penyu, Pegadur, Sering, Siantu, Teluk
buaya, Tukong air labuh, Tukong kelayang laut, Tukong makbulang, Tukong darat, Tukong Kera, dan Tukong laut.
Berikut disajikan jenis dan sebaran terumbu karang di perairan Kabupaten Belitung secara keseluruhan.
Tabel 1.2 Jenis, Marga, Suku Serta Nama Daerah Mangrove Yang Ditemukan di Lokasi Penelitian
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
226 227
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Tabel 1.3. Persentase Penutupan Terumbu Karang Hidup Di Kabupaten Belitung
Sumber : LIPI, 2005 Tabel 1.4
Jenis, Famili, dan Kepadatan Ikan Karang Di Perairan Kabupaten Belitung
Benthic Lokasi
Pulau Sekutai
Pulau Kali Mambang
Pulau Batu Itam
Pulau Keran
Pulau Akeake
Hard Corals Acropora
0,22 0,24
8,28 4,22
Hard Corals Non Acropora
40,12 63,2
39,36 66,88
41,94 Dead
Soelaractinia 8,62
11,74 12,24
13,24 11
Algae 44,48
20,48 30,06
13,26 43,5
Other Fauna 5,68
3,74 3,8
0,4 3,56
Abiotic 0,88
0,6 6,26
2 Jumlah
100 100
100 100
100
Di Pantai Batu Itam ditemui adanya daerah rataan terumbu reef lat yang cukup luas yaitu sekitar 500 m, pantai
ditumbuhi oleh mangrove dari jenis Rhizophora sp. Di daerah ini juga dijumpai beberapa patch reef. Lereng terumbu
bagian etas reef lat landai dengan kemiringan sekitar 20°. Karang tidak tumbuh dengan baik, kehadiran alga dari jenis
Sargassum sangat mendominasi di daerah ini. Semakin kebawah reef slope, kemiringan bertambah yaitu antara 65°
– 75°. Pertumbuhan karang hidup terlihat – lebih bervariasi yang didominasi oleh bentuk pertumbuhan massive dari
jenis Porites lobata, Oulophylla sp., bentuk pertumbuhan bercabang dari jenis Porites dan Echinopora horrida juga
terlihat mengelompok. Bentuk pertumbuhan seperti daun juga terlihat dari jenis Turbinaria sp. Bentuk pertumbuhan
seperti jamur juga terlihat mendominasi di dasar perairan. Yang menarik, karang-karang anakan dari jenis Fungia sp.
juga terlihat mulai tumbuh. Di antara bongkahan-bongkahan karang matt dijumpai soft Coral dan spons Dari basil LIT Line
Intercept Transect, diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 47,64 .
J. Potensi Sumberdaya Ikan
Berdasarkan penelitian LIPI 2005, terkumpul 66 jenis ikan karang dengan Ikan sampel sebanyak 1.917 ekor dari 18 famili,
yang tertangkap di sekitar perairan Kabupaten Belitung Pulau Kalimambang, Pulau Sekutai, Pantai Batu Itam, Pulau Keran
dan Pulau Ake-ake, dan terdiri dari :
l Ikan major 42 jenis, 8 famili; l Ikan targetpangan 21 jenis, 9 famili; dan
l Ikan indikator Chaetodontidae 3 jenis, 1 famili.
Kepadatan ikan major sebanyak 6.100 ekorha, ikan target 1.300 ekorha, ikan indikator 300 ekorha dan total ikan
karang sebanyak 7.700 ekorha, seperti yang terlihat pada Tabel 5.4. Ikan Napoleon Cherlinus undulates ditemukan
di perairan Pulau Kalimambang, dan tidak menutup kemungkinan keberadaan ikan ini di lokasi perairan karang
lainnya. Ikan napoleon merupakan ikan bernilai tinggi dan dilindungi, sehingga keberadaan ikan ini perlu dijaga. Jenis
ikan ini merupakan ikan yang perlu mendapat perlindungan di Kawasan Konservasi Perairan di Kabupaten Belitung.
K. Potensi dan Sebaran Sumberdaya Non Ikan
Sumberdaya non ikan yang banyak ditemui di wilayah perairan Kecamatan Sijuk diantaranya penyu, moluska,
teripang, dan makroalga. Berdasarkan penelitian LIPI 2005 penyu di Kabupaten Belitung ditemukan di Pulau lengkuas,
Pulau Piling dan Pulau Pelma dengan jenis penyu sisik dan penyu hijau. Pulau Lengkuas terdapat di gugusan pulau di
Kecamatan Sijuk.
Berdasarkan penelitian LIPI 2005, makrobentik yang tercatat sekitar 28 jenis moluska, 5 jenis krustasea dan 10 jenis
ekhinodermata. Jumlah jenis fauna makrobentik yang tercatat relatif sama dengan jumlah fauna makrobentik dan daerah
perairan timur Pulau Bangka. Tetapi kepadatan individunya relatif lebih rendah dan perairan timur pulau Bangka, yaitu
berkisar antara 3 – 4 ekorm
2
di Bangka Timur dan kurang dan 1 individu di perairan Kabupaten Beitting. Rendahnya tingkat
kepadatan fauna makrobentik di perairan Kabupaten Beitting diduga akibat kasus tangkap lebih over ishing dan akibat
kerusakan habitat yang disebabkan oleh tingginya tingkat sedimentasi yang ditandai dengan keruhnya perairan.
Teripang yang ada di perairan Kabupaten Belitung, hanya diwakili oleh teripang berkualitas rendah sepertiHolothuna
atra, H. Coluber dan Bohadschia matmorata. Kelangkaan jenis-jenis teripang ini diduga sebagai akibat kasus tangkap
lebih over ishing. Dimana jenis-jenis teripang ini diburu terus-menerus. Hal yang sama juga terlihat pada krustasea
kepiting marga Portunus dan Thallamita yang kehadirannya sangat langka. Fauna moluska relatif lehih beragam dan
lebih kaya dari fauna ekhinodermata dan krustasea. beberapa jenis moluska yang dapat digunakan sebagai bahan pangan
ditemukan di perairan ini, seperti marga Triciacna, Trochus, Strombus dan Lambis.
Penelitian alga oleh LIPI tahun 2005 di perairan pantai Belitung yang berada di Pulau Sekutai, Pulau Kalimambang,
Tanjung Batu Pulau Akeake dan Pulau Keran menunjukkan kepadatan dan kelimpahan alga yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena pengaruh lingkungan perairan yang tidak mendukung untuk kelangsungan pertumbuhan makro alga.
a. Pulau Sekutal Diperoleh 34 jenis makro alga dengan panen berat basah
tertinggi 700 gm
2
. Makro alga nilal ekonomis yang ada dari marga Sargassum, Turbinaria, Hormophysa, Eucheuma
dan Gracilaria. Dominasi marga diduduki oleh Gracilaria dengan nilal dominasi 28,70. Pulau Sekutai termasuk yang
mengalami sedimentasi, banyak pertumbuhan alga yang tertutup oleh partikel lumpur. Pulau ini terletak sebelah
barat pelabuhan Tanjungpandan.
b Pulau Kalimambang Diperoleh makro alga sebanyak 30 jenis dengan panen
berat basah tertinggi 1170 gm
2
. Makro alga nilal ekonomis yang ada dari marga Sargassum, Turbinaria,
Honnaphysa dan Gracilaria. Dominasi marga diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 67,40. Pulau
Kalimambang merupakan pulau yang terietak sebelah utara Pulau Sekutal. Di pulau ini berada di daerah paparan
terumbu mengalami sedimentasi dengan penutupan pertumbuhan makro alga dari partikel lumpur yang cukup
tebal.
No. Item
Major Target
Indikator Total
1 Famili
8 9
1 18
2 Jenis
42 21
3 66
3 Ekor2.500m°
1.517 327
73 1.917
4 Ekorha
6.100 1.300
300 7.700
1 2
3 4
s μgAI
μgAI NO
μgAI μgAI
,15 ,01
,08 ,50
,61 ,13
,02 ,11
,57 ,74
,06 ,11
,15 ,75
,95 ,93
,62 ,02
,46 ,52
m ,37
,32 ,24
,88 ,12
,12 ,04
,14 ,60
,76
ran
,22 4,22
,12 66,88
,62 13,24
,48 13,26
,68 0,4
,88 2
00 100
No 1
2 3
4 5
6 7
8 9
g
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
228 229
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
c Batu Itam Pertumbuhan makro alga berada di gugus Batu Itam di
Kecamatan Sijuk. Makro alga yang diperoleh sebanyak 30 jenis dengan panen berat basah tertinggl 2.230 gm
2
. Pertumbuhan makro alga bemilai ekonomis dari marga
Sargassum, lormophysa dan Turbinaria. Dominasi marga diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 89,88.
d Pulau Akeake Terletak di depan muara Sungai Padang paparan terumbu
pada bagian garis pantai terbentuk dari batuan meteorit berwama ungu mengkilat, sedangkan pada bagian
paparan terumbu selalu tegenang air dan arus deras. Makro alga yang diperoleh 30 Jenis dengan panen berat
basah tertinggi 150 gm
2
dan marga bemilai ekonomis dari Sargassum dan Turbinaria. Dominasi marga diduduki
Sargassum dengan nilai dominasi 29,27. e Pulau Keran
Terletak sebelah utara Pulau Akeake, kondisi perairan jernih dan arus deras belum terjadi sedimentasi. Paparan
terumbu sangat luas, pertumbuhan karang masih ada dari tubir sampai paparan turumbu. Hasil pengamatan
B. Pola dan Kecepatan Arus Seperti halnya di wilayah perairan Kabupaten Belitung,
berdasarkan penelitian LIPI Oktober, 2005, kecepatan arus di wilayah perairan Kecamatan Selat Nasik secara
keseluruhan berkisar antara 17,80 – 42,10 cmdet dengan rata-rata 29,40 cmdet. Secara rata-rata kecepatan arus
di lapisan permukaan lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 5 dan 10 meter. Kecepatan arus di perairan ins
masih termasuk kecepatan arus yang sedang.
Arah arus pada lapisan permukaan bergerak ke arah utara dan sebagian lagi ke arah barat laut dan barat daya
namun pada kedalaman 5 dan 10 meter arus bergerak ke arah barat daya, sehingga arah arus pada penelitian ini
dominan bergerak ke arah barat daya.
C. Pola Angin Pola angin permukaan yang terjadi laut Cina Selatan
khususnya di perairan Kecamatan Selat Nasik juga dipengaruhi oleh angin muson, yang mana menurut
Nontji 1987 pada saat musim barat angin berhembus dari Asia menuju Australia yang mana pada saat itu terjadi
musim dingin di belahan bumi bagian utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan, sehingga terjadi
tekanan tinggi di atas daratan Asia dan tekanan rendah di atas daratan Australia. Hal inilah yang dikenal sebagai
angin musim barat. Pada musim timur berlaku sebaliknya, dimana pusat tekanan tinggi terjadi terjadi di atas daratan
Australia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Asia, sehingga mengakibatkan angin berhembus dari daratan
Australia menuju daratan Asia, yang lebih dikenal dengan angin musim timur.
D. Pasang Surut Secara umum fenomena naik turunnya paras muka air laut
atau yang lebih dikenal dengan pasang surut terutama disebabkan oleh gravitasi matahari dan bulan terhadap
massa air laut. Posisi matahari dan bulan terhadap bumi berubah setiap waktu, perubahan posisi tersebut
membangkitkan gaya yang berbeda-beda, sehingga kedudukan muka laut serta kisaran pasang surut juga
berbeda-beda.
No Pantai
Karakteristik 1
Selat Nasik Pasir berlumpur, mangrove
2 Suak Gual
Pasir berlumpur, mangrove 3
Petaling Pasir berlumpur, mangrove
4 Pulau Gersik
Pasir berlumpur, mangrove Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung, 2005
s μgAI
μgAI μgAI
μgAI
,15 ,01
,08 ,50
,61 ,13
1,56 ,13
,02 ,11
,57 ,74
,19 1,88
,06 ,11
,15 ,75
,95 ,29
2,77 ,93
,62 ,02
,46 ,52
,09 1,06
m ,37
,32 ,24
,88 ,12
,36 4,51
,12 ,04
,14 ,60
,76 ,20
2,06
,22 ,22
,12 ,88
,62 ,24
,48 ,26
,68 0,4
,88 2
00 00
No 1
2 3
4 5
6 7
8 9
g
menunjukan pulau ini masih ideal untuk lahan budidaya rumput laut. Pulau tidak berpenduduk dan daerah tepi
pantai berpasir putih, termasuk diantara pulau dalam katagori baik untuk perlakuan budidaya. Pertumbuhan
makro alga nilai ekonomis dari Marga Sargassum,
Turbinaria, Hormophysa, Gradlaria, Eucheuma dan Halimeda. Makro alga yang diperoleh 34 jenis. Panen berat
basah tertinggi yang diperoleh 1.268 gm2. Dominasi jenis diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 48,78.
2. Kecamatan Selat Nasik
A. Kondisi Pantai Kondisi pantai yang ada di wilayah Kecamatan Selat Nasik
umumnya pantai berlumpur, dengan tanaman pantai berupa beberapa jenis mangrove. Pantai yang ada di
wilayah Kecamatan Selat Nasik antara lain Pantai Selat Nasik, Suak Gual, Petaling dan Pulau Gresik. Ke empat
pantai tersebut umumnya memiliki karakteristik pantai yang seragam. Secara rinci kondisi karakteristik dari
masing-masing pantai yang ada di wilayah Kecamatan Selat Nasik disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kodisi Pantai di Kecamatan Selat Nasik Pasang surut yang terjadi di Perairan Kecamatan Selat
Nasik seperti halnya di perairan lainya di Kabupaten Belitung, bukan pasang surut yang secara langsung
dibangkitkan oleh gravitasi matahari dan bulan, akan tetapi dominan dipengaruhi oleh pasang surut di perairan
Laut Cina Selatan yang merambat ke selatan memasuki Laut Jawa Pariwono, 1985. Perambatan pasang surut
dari Samudera Pasiik yang memasuki perairan Sijuk melalui perairan Laut Cina Selatan telah dipengaruhi
oleh morfotogi pantai dan kedalaman laut bathymetri Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004.
E. Suhu Perairan Pola sebaran suhu perairan di wilayah Kecamatan Selat
Nasik Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004, dipengatuhi oleh dua musim yang berbeda, yaitu
musim barat dan musim timur. Suhu rata-rata perairannya adalah 28 °C pada bukan Februari mewakili musim
barat dan 29 °C pada bulan Juni mewakili musim timur. Berdasarkan penelitian LIPI 2005, suhu perairan di sekitar
perairan Kabupaten Belitung pada bulan Oktober tahun 2005 berkisar antara 28,93 °C – 29,37 °C, dimana nilai suhu
terendah terdapat pada kedalaman 10 meter dan nilai suhu tertinggi terdapat pada iapisan permukaan 0 meter.
Dengan demikian dapat disimpuikan bahwa suhu perairan di Kabupaten Belitung berkisar antara 28 °C – 29 °C,
dimana pada musim barat suhu turun mencapai minimum yang bertepatan pula dengan angin yang kuat dan curah
hujan yang tinggi, sedangkan pada musim timur suhu meningkat mencapai maksimum.
F. Kondisi Kimiawi Perairan Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme
perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Kualitas perairan bisa dilihat dari nilai parameter kimiawi perairan.
Berdasarkan data penelitian parameter kimia yang dilakukan LIPI 2005, rata-rata kandungan dari amonia,
nitrat, nitrit dan ortho fospat berturut-turut adalah sebagai berikut 2,06; 0,76; 0,20 dan 0,60 Tabel 2.3. Secara umum
perairannya termasuk bersih tidak tercemar.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
230 231
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Tabel 2.3 Persentase Penutupan Terumbu Karang Hidup di Kecamatan Selat Nasik
Sumber : LIPI diolah 2005
Tabel 2. 2
Rata-Rata Nilai Parameter Fisika - Kimia Perairan Kabupaten Belitung
Berdasarkan pengamatan kondisi terumbu karang LIPI tahun 2005 di Pulau Sekutai Kecamatan Selat Nasik,
terlihat pantai berbatu dengan reef lat sempit sekitar 50 m. Pada saat air surut karang muncul ke permukaan lereng
terumbu, bagian atas mempunyai kemiringan sekitar 20°. Pertumbuhan karang dijumpai pada kedalaman
2 – 5 meter yang merupakan spot-spot kecil. Bergerak ke lereng terumbu bagian bawah, kemiringan semakin
bertambah yaitu sekitar 45°. Kehadiran karang dimulai dan jenis Coral massive dari jenis Porites lobata, Pachyseris
speciosa. Di antara karang mat tampak pertumbuhan soft Coral dari jenis Sinularia sp. Perairan cukup jemih
dengan sekitar 15 m, kehadiran karang didominasi oleh bentuk pertumbuhan bercabang dari jenis Montipora
sp. dan bentuk pertumbuhan folios dan merayap dari jenis Pachyseris sp. Dari hasih LIT Line Intercept Transect
diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 40,34.
Untuk Puiau Kran terlihat adanya pantai berpasir di bagian barat yang diseiingi dengan batuan vulkanis di
pinggir pantai. Rataan terumbu bagian atas cukup luas yaitu sekitar 400 m. Selain itu di lokasi ini juga terdapat
beberapa patch reef. Pada saat pengamatan, terlihat perairan keruh dan sedimen terperangkap di bagian
karang yang bentuk pertumbuhannya seperti daun foliose. Kemiringan lereng terumbu di sekitar Pulau
Keran karang lebih 35°, dimana ditemukan kehadiran karang yang cukup bervariasi. Bentuk pertumbuhan
karang pun didominasi dengan bentuk pertumbuhan
bercabang dari jenis Porites nigrescens, Porites cylindrical. Bentuk pertumbuhan foliose juga banyak dijumpai yaitu
dati jenis Pectinia paeonia, Mycedium elephantotu, Karang hanya ditemukan sampai kedalaman 5 m, setelah itu hanya
pasir dan pecanan twang mat yang mendominasi. Dari hasii LIT Line Intercept Transect, diperoleh tutupan persentase
karang hidup yang cukup tinggi yaitu sebesar 71,10 , hal ini menunjukkan bahwa meskipun air keruh namun sirkulasi air
cukup bagus sehingga karang dapat memperoleh nutrient dengan baik.
Kedalaman m
Parameter Suhu
O
C Salinitas
O OO
pH PO4
μgAI NO
3
μgAI NO
2
μgAI NH
3
μgAI
29,15 33,01
8,08 0,50
0,61 0,13
1,56
5 29,13
33,02 8,11
0,57 0,74
0,19 1,88
10 29,06
33,11 8,15
0,75 0,95
0,29 2,77
Minimum 28,93
32,62 8,02
0,46 0,52
0,09 1,06
Maksimum
29,37 33,32
8,24 0,88
1,12 0,36
4,51
Rata-rata
29,12 33,04
8,14 0,60
0,76 0,20
2,06
,22 ,22
,12 ,88
,62 ,24
,48 ,26
,68 0,4
,88 2
00 00
No 1
2 3
4 5
6 7
8 9
g G. Sebaran Mangrove
Sebaran mangrove di pulau-pulau kecil Kecamatan Selat Nasik hanya terdapat di beberapa pulau. Sebaran
mangrove di Kecamatan Selat Nasik antara lain berada di pulau : Aur, Bakau, Batudinding, Gina, Kalangbau, Kimar,
Mendanau, Naduk, Sekutai, dan Sepindang. Di beberapa pulau di Kecamatan Selat Nasik sebaran mangrovenya
hingga mencapai 500 meter dari pantai.
Secara keseluruhan di lokasi ini didapatkan 10 jenis mangrove. Dari semua lokasi, umumnya mangrove banyak
ditemukan pada daerah muara sungai sampai ke arah hulu sungai. Adapun jenis yang banyak ditemukan adalah jenis
Rhizophora apiculata. H Sebaran Padang Lamun
Sebaran lamun di pulau-pulau kecil Kecamatan Selat Nasik antara lain berada di pulau : Aji, Aur, Bangkai, Batudinding,
Cina, Kera, Langir, Mendanau, Piling, Sebongkok, Sekutai, dan Selemar. Lamun yang ditemui di pulau- pulau kecil di
Kecamatan Sijuk antara lain dari jenis Enhalus sp, Thalasia sp, Halaophilia sp. Selain itu juga ditemukan beberapa
rumput laut dan jenis Caulapa sp. dan Sargasum sp.
I Sebaran Terumbu Karang
Sebaran karang di pulau-pulau kecil Kecamatan Selat Nasik antara lain berada di pulau : Aji, Aur, Bakau, Bangkai,
Batudinding, Bayan, Buntar, Cina, Gersik, Kalangbau, kembung, Keran, Kimar, Klirim, Kuil, Langir, Mendanau,
Naduk, Panjang, Piling, Sebongkok, Sekutai, Selemar, dan Sepindang. Berikut disajikan jenis dan sebaran terumbu
karang di perairan Kecamatan Selat Nasik.
μgAI μgAI
μgAI μgAI
Benthic Lokasi
Pulau Sekutai Pulau Keran
Hard Corals Acropora 0,22
4,22 Hard Corals Non Acropora
40,12 66,88
Dead Soelaractinia 8,62
13,24 Algae
44,48 13,26
Other Fauna 5,68
0,4 Abiotic
0,88 2
Jumlah 100
100 No
1 2
3 4
5 6
7 8
9
g J Potensi Sumberdaya Ikan
Berdasarkan penelitian LIPI 2005, terkumpul 66 jenis ikan karang dengan ikan sampel sebanyak 1.917 ekor dari
18 famili, yang tertangkap di sekitar perairan Kabupaten Belitung Pulau Kalimambang, Pulau Sekutai, Pantai Batu
Itam, Pulau Keran dan Pulau Ake-ake, dan terdiri dari :
l Ikan major 42 jenis, 8 famili; l Ikan targetpangan 21 jenis, 9 famili; dan
l Ikan indikator Chaetodontidae 3 jenis, 1 famili.
Kepadatan ikan major sebanyak 6.100 ekorha, ikan target 1.300 ekorha, ikan indikator 300 ekorha dan
total ikan karang sebanyak 7.700 ekorha, seperti yang terlihat pada Tabel 1.4. Ikan napoleon Cherlinus undulates
ditemukan di perairan Pulau Kalimambang, dan tidak menutup kemungkinan keberadaan ikan ini di lokasi
perairan karang lainnya. Ikan napoleon merupakan ikan bernilai tinggi dan dilindungi, sehingga keberadaan ikan
ini perlu dijaga. Jenis ikan ini merupakan ikan yang perlu mendapat perlindungan di Kawasan Konservasi Perairan
di Kabupaten Belitung.
K. Potensi dan Sebaran Sumberdaya Non Ikan Sumberdaya non ikan yang banyak ditemui di wilayah
perairan Kecamatan Selat Nasik diantaranya penyu, moluska, teripang, dan makroalga. Berdasarkan penelitian
LIPI 2005 penyu di Kabupaten Belitung ditemukan di Pulau lengkuas, Pulau Piling dan Pulau Pelma dengan
jenis penyu sisik dan penyu hijau. Pulau Piling terdapat di gugusan pulau di Kecamatan Selat Nasik.
Berdasarkan penelitian LIPI 2005, makrobentik yang tercatat sekitar 28 jenis moluska, 5 jenis krustasea dan 10
jenis ekhinodermata. Jumlah jenis fauna makrobentik yang tercatat relatif sama dengan jumlah fauna makrobentik
dan daerah perairan timur Pulau Bangka. Tetapi kepadatan individunya relatif lebih rendah dan perairan timur
pulau Bangka, yaitu berkisar antara 3 – 4 ekorm
2
di Bangka Timur dan kurang dan 1 individu di perairan
Kabupaten Beitting. Rendahnya tingkat kepadatan fauna makrobentik di perairan Kabupaten Beitting diduga
akibat kasus tangkap lebih over ishing dan akibat
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
232 233
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
kerusakan habitat yang disebabkan oleh tingginya tingkat sedimentasi yang ditandai dengan keruhnya perairan.
Teripang yang ada di perairan Kabupaten Belitung, hanya diwakili oleh teripang berkualitas rendah sepertiHolothuna
atra, H. Coluber dan Bohadschia matmorata. Kelangkaan jenis-jenis teripang ini diduga sebagai akibat kasus
tangkap lebih over ishing. Dimana jenis-jenis teripang ini diburu terus-menerus. Hal yang sama juga terlihat pada
krustaseakepiting marga Portunus dan Thallamita yang kehadirannya sangat langka. Fauna moluska relatif lehih
beragam dan lebih kaya dari fauna ekhinodermata dan krustasea. beberapa jenis moluska yang dapat digunakan
sebagai bahan pangan ditemukan di perairan ini, seperti marga Triciacna, Trochus, Strombus dan Lambis.
Penelitian alga oleh LIPI tahun 2005 di perairan pantai Pulau Sekutai dan Pulau Keran menunjukkan kepadatan
dan kelimpahan alga yang berbeda. Hal ini disebabkan karena pengaruh lingkungan perairan yang tidak
mendukung untuk kelangsungan pertumbuhan makro alga.
a. Pulau Keran Terletak sebelah utara Pulau Akeake, kondisi perairan
jernih dan arus deras belum terjadi sedimentasi. Paparan terumbu sangat luas, pertumbuhan karang
masih ada dari tubir sampai paparan turumbu. Hasil pengamatan menunjukan pulau ini masih ideal untuk
lahan budidaya rumput laut. Pulau tidak berpenduduk dan daerah tepi pantai berpasir putih, termasuk
diantara pulau dalam katagori baik untuk perlakuan budidaya. Pertumbuhan makro alga nilai ekonomis
dari Marga Sargassum, Turbinaria, Hormophysa,
Gradlaria, Eucheuma dan Halimeda. Makro alga yang diperoleh 34 jenis. Panen berat basah tertinggi yang
diperoleh 1.268 gm2. Dominasi jenis diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 48,78.
b. PuLau Sebongkok Letak geograis Pulau Sebongkok pada koordinat 107
°
29’ 42” BT dan 2
°
51’ 27” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Sekutai, sebelah selatan dengan
pulau Sekindang, sebelah timur dengan pulau tikus karang di pulau ini telah mengalami kerusakan cukup
parah akibat adanya pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Bentuk tipe pantai Pulau Sekutal adalah
landai berpasir dan sebagian ada yang berbatu.
d Pulau Batu Dinding Letak geograls pulau Batu Dinding pada koordinat
107
°
24’ 48” BT - 2
°
48’ 46” IS. Pada bagian sebelah utara berbatasan dengan perairan Selat Karimata,
sebelah selatan dengan Pulau Mendanau, sebelah timur dengan pulau tikus dan selat mendanau, dan
sebelah barat berbatasan dengan Selat Gaspar. Jarak dan pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 16.20 mil laut
dan ditempuh selama kurang lebih 2-3 jam perjatanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT.
Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyat telepon seluler. Pulau Batudinding tidak diami oteh
penduduk. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya padang lamun dan terumbu karang.
Bentuk tape pantai Pulau Batudinding adalah landai pasir dan berbatu.
e Pulau Mendanau Letak geograis Pulau Mendanau pada koordinat 107
°
25’ 24” BT dan 2
°
52’ 41” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Batudinding, sebelah selatan dengan
Pulau Naduk, sebelah timur dengan Pulau Sebongkok, dan sebelah barat berbatasan dengan pulau Selat
Gaspar. arak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 17.30 mil Laut dan ditempuh selama kurang lebih
2 - 3 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam
jangkauan sinyal telepon seluler. Pulau Sebongkok didiami oleh 2.335 jiwa penduduk. Sarana dan
prasarana di Pulau Mendanau cukup lengkap dibanding pulau lain di BeRung dimana terdapat 2
buah Sekolah Dasar, 1 buah SMP, 1 sekolah kejuruan, 4 buah masjid, sarana kesehatan dimana terdapat
1 buah puskesmas, 3 kantor desa, kantor potsek, dan wisma mendanau. Di pulau ini telah terdapat
perikanan budidaya laut dalam bentukan keramba jaring apung ikan kerapu. Pulau ini dikenal sebagai
dan selat mendanau, dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau Mendanau. Jarak dari pelabuhan
Tanjung Pandan sejauh 11.50 mil laut dan ditempuh selama kurang Lebih 2 jam perjalanan menggunakan
perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada datam jangkauan sinyal telepon seluler.
Pulau Sebongkok didiami oleh 11 jiwa yang tinggal di perairannya sebagai penjaga dan pemilik keramba
jaring apung. Di pulau ini telah terdapat perikanan budidaya laut daiam bentukan keramba jaring apung
ikan kerapu.
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang. Ekosistem mangrove di Pulau Sebongkok terdiri dan 3 jenis dan dominasi jenis Avecennia sp,.
Sedangkan ekosistem yang mengalami kerusakan parah adalah terumbu karang yang disebabkan
pemanfaatan yang kurang ramah lingkungan. Bentuk tipe pantai Pulau Sebongkok adalah landai dan
berpasir.
c Pulau Sekutai Letak geograis Pulau Sekutai pada koordinat 107
°
29’ 09” BT dan 2
°
49’ 42” LS. Pada bagaian sebelah utara berbatasan dengan pulau Kalimanbang, sebelah
selatan dengan Pulau Sebongkok, sebelah timur dengan pulau tikus dan selat mendanau, dan sebelah
barat berbatasan dengan Pulau Mendanau. Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 10.20 mil laut dan
ditempuh selama kurang lebih 1.5-2 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT.
Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyat telepon seluler. Pulau Sekutai tidak berpenduduk,
namun, dahulunya didiami oleh penduduk namun sekarang telah ditinggatkan oleh mereka.
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang. Ekosistem mangrove terdiri dan 3 jenis yaitu
Avecennia sp., Maia sp., dan Rhizophota sp.. Sama dengan yang terjadi di Pulau Sebongkok jenis yang
dominant adalah Avecennia sp. Kondisi terumbu peghasil perkebunan yang cukup tinggi yaitu
perkebunana buah durian. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini
diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Bentuk tipe pantai Pulau Mendanau adalah
Landai pasir berlumpur, pantai landai dengan vegetasi mangrove dan berbatu.
f Pulau Pilling
Letak geograis Pulau Pilling pada koordinat 107
°
21’ 369” BT dan 2
°
55’ 274” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Mendanau, sebelah selatan dengan
pulau Perairan Pulau Cina, Pulau Aji, Pulau Bangkai, sebelah timur dengan Pulau Mendanau,
dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Gaspar. iarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 24.42
mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2 - 3 jam perjatanan menggunakan perahu dengan kekuatan
5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon seluler. Pulau Piling tidak didiami ofeh
penduduk.
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya padang lamun dan terumbu karang.
Bentuk tipe pantai pulau Pelling adalah landai pasir berpasir dan pantai landai berbatu. Kondisi terumbu
karang di pulau ini telah banyak mengalami kerusakan akibat adanya kegiatan pengambilan karang dan ikan
karang yang menggunakan born atau potas.
g Pulau Naduk Letak geograis Pulau Sebongkok pada koordinat 107
°
26’ 716” BT dan 2
°
55’ 81” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Mendanau, sebelah selatan dengan
Pulau Ru’, sebelah timur dengan pulau Sikindang, dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau Mendanau.
Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 18.50 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2.5 jam
perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan
sinyal telepon seluler. Pulau Sebongkok didiami oleh 7 jiwa yang tinggal di perairannya sebagai penjaga
dan pemilik keramba jaring apung. Di pulau ini telah
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
234 235
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
terdapat perikanan budidaya laut dalam bentukan keramba jaring apung ikan kerapu.
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove dan terumbu karang. Bentuk
tipe pantai Pulau Sebongkok adalah landai dan berpasir. Kondisi terumbu karang di pulau ini cukup
baik terutama di daerah sebelah timur pulau. Hal ini disebabkan pemilik 10A ikut berperan aktif dalam
menjaga kelestariannya. Sedangkan mangrove hampir terdapat di sekeliling pulau ini.
h Pulau Ajimusa Letak geograis Pulau Ajimusa pada koordinat 107
°
23’ 303” BT dan 3
°
02’ 355” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Naduk, sebelah Selat Gaspar, sebelah
timur dengan pulau Belitung, dan sebelah barat berbatasan dengan pulau Lima. Jarak dari pelabuhan
Tanjung Pandan sejauh 26.5 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2 - 3 jam perjalanan dengan
menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal
telepon seluler. Pulau Ajimusa tidak didiami oleh penduduk. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau
ini terumbu karang. Bentuk tipe pantai Pulau Ajimusa adalah landal pasir berpasir dan pantai landal berbatu.
i Pulau Bau Karang Karang Bahu
Letak geograis Pulau Mendanau pada koordinat 107
°
104’ 923” BT dan 3
°
01’ 923” LS disebelah utara berbatasan dengan Selat Gispar, sebelah selatan
dengan Pulau Simedang, sebelah timur dengan Selat Umende, pulau Kelemar, pulau Gresik, dan sebelah
barat berbatasan dengan pulau Bakau, Selat Gaspar. 3arak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 37,5
mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 4-5 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan
5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon setuler. Pulau Bau Karang didiami oleh
32 Kepata keluarga. Sarana dan prasarana di pulau Bau Karang diantaranya terdapat sebuah Sekolah Dasar,
dan sebuah masjid. Di pulau ini rata-rata penduduk adalah bekerja sebagai nelayan tangkap dengan alat
sinyal telepon seluler. Pulau Sikindang didiami 3 jiwa yang merupakan penjaga dan pemilik KJA di sekitar
perairannya. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini adalah terumbu karang. Bentuk tipe pantai
pulau Sikindang adalah landai pasir berkarang. Berdasarkan hasil studi LIPI 2005 diketahui bahwa
ekosistem mangrove di pulau-pulau di Kecamatan Selat Nasik terdiri dari jenis Avecennia sp., Sonneratia
sp. dan Rhizophora sp.
3. Kecamatan Membalong
A. Kondisi Pantai Kondisi pantai yang ada di wilayah Kecamatan
Membalong umumnya pantai berlumpur, pasir, berbatu dengan tanaman pantai berupasemak, baringtonia dan
beberapa jenis mangrove. Pantai yang ada di wilayah Kecamatan Membalong antara lain Pantai Seliu, Mentigi,
Tanjungrasa, Membalong, Kembiri, Perpat, Lassar, Simpang rusa, dan Pulau Sumedang. Pulau Seliu memiliki
kelengkapan ekosistem lebih banyak dibanding pulau- pulau lainnya. Sementara Pulau Membalong dan Kembiri
memiliki ekosistem yang sedikit yaitu berupa pantai pasir. Secara rinci kondisi karakteristik dari masing-masing
pantai yang ada di wilayah Kecamatan Membalong disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Kodisi Pantai di Kecamatan Membalong
B Pola dan Kecepatan Arus Seperti halnya di wilayah perairan Kabupaten Belitung,
berdasarkan penelitian LIPI Oktober, 2005, kecepatan payang, gillnet dan pandng. Hasil tangkapan mereka
diantaranya adalah tongkol, tenggiri, sarden dan lain-lain. Areal pemasaran rnereka adalah ke pulau
Bangka. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang. Bentuk tipe pantai Pulau Bau Karang Pulau Karang Bahu adalah landai pasir berkarang dan pantai
Landai dengan vegetasi mangrove.
j Pulau Gresik
Letak geograis pulau Gresik pada koordinat 107
°
16’ 370” BT dan 3
°
00’ 156” LS disebelah utara berbatasan dengan pulau Pelting dan selat Baur, sebelah
selatan dengan Putau Simedang dan selat Umende, sebelah timur dengan pulau Lima, dan sebelah barat
berbatasan dengan pulau Aur dan pulau Kelemar. Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 31.40
mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 4-5 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan
5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon setuler. Pulau Gresik didiami kurang
lebih 800 kepaia keluarga. Sarana dan prasarana di pulau Gresik cukup lengkap di mana terdapat 2 buah
Sekotah Dasar, 1 buah SMP, masjid, saran kesehatan dimana terdapat puskesmas, dan kantor desa. Di pulau
ini penduduk rata-rata bermata pencaharian sebagai nelayan dengan alat tangkap paying, gilinet dan
pancing. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya padang lamun dan terumbu karang.
Bentuk tipe pantai pulau Gresik adalahlandai pasir berbatu.
k Pulau Sikindang Letak geograis puiau Sikindang pada koordinat 107
°
28’ 82” BT dan 2
o
56’ 61” LS di sebelah utara berbatasan dengan Selat Mendanau, sebelah selatan dengan Selat
Mendanau, sebelah timur dengan Selat Mendanau, Pulau Ringgit dan sebelah barat berbatasan dengan
Pulau Naduk. Jarak dari Tanjung Pandan sejauh 17.20 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2-3 jam
perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan
arus di wilayah perairan Kecamatan Membalong secara keseluruhan berkisar antara 17,80 – 42,10 cmdet dengan
rata-rata 29,40 cmdet. Secara rata-rata kecepatan arus di lapisan permukaan lebih tinggi dibandingkan pada
kedalaman 5 dan 10 meter. Kecepatan arus di perairan ins masih termasuk kecepatan arus yang sedang.
Arah arus pada lapisan permukaan bergerak ke arah utara dan sebagian lagi ke arah barat laut dan barat daya
namun pada kedalaman 5 dan 10 meter arus bergerak ke arah barat daya, sehingga arah arus pada penelitian ini
dominan bergerak ke arah barat daya.
C Pola Angin Pola angin permukaan yang terjadi laut Cina Selatan
khususnya di perairan Kecamatan Selat Nasik juga dipengaruhi oleh angin muson, yang mana menurut
Nontji 1987 pada saat musim barat angin berhembus dari Asia menuju Australia yang mana pada saat itu terjadi
musim dingin di belahan bumi bagian utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan, sehingga terjadi
tekanan tinggi di atas daratan Asia dan tekanan rendah di atas daratan Australia. Hal inilah yang dikenal sebagai
angin musim barat. Pada musim timur berlaku sebaliknya, dimana pusat tekanan tinggi terjadi terjadi di atas daratan
Australia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Asia, sehingga mengakibatkan angin berhembus dari daratan
Australia menuju daratan Asia, yang lebih dikenal dengan angin musim timur.
D Pasang Surut Secara umum fenomena naik turunnya paras muka air laut
atau yang lebih dikenal dengan pasang surut terutama disebabkan oleh gravitasi matahari dan bulan terhadap
massa air laut. Posisi matahari dan bulan terhadap bumi berubah setiap waktu, perubahan posisi tersebut
membangkitkan gaya yang berbeda-beda, sehingga kedudukan muka laut serta kisaran pasang surut juga
berbeda-beda.
Pasang surut yang terjadi di Perairan Kecamatan Membalong seperti halnya di perairan lainya di Kabupaten
Belitung, bukan pasang surut yang secara langsung
μgAI μgAI
μgAI μgAI
No Pantai
Karakteristik 1
Pulau Seliu Pasir, pantai berbatu, mangrove, baritonga
2 Mentigi
Pasir, pantai berbatu, mangrove 3
Tanjung Rasa Pasir, pantai berbatu, mangrove
4 Membalong
Pasir 5
Kembiri Pasir
6 Perpat
Pantai berlumpur, mangrove 7
Lassar Pasir, pantai berbatu, semak
8 Simpang Rusa
Pasir, pantai berlumpur, mangrove 9
Pulau Sumedang Pasir, pantai berbatu
Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung diolah, 2005
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
236 237
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Tabel 5.9 Kualitas air di Gugusan Pulau di Kecamatan Membalong
G Sebaran Mangrove
No. Parameter
Satuan Rataan
Pulau Seliu FISIKA :
1. Suhu
O
C 30
2. Salinitas
O OO
33 3.
Kekeruhan NTU
15 4.
Kecerahan m
6,9 KIMIA :
1. pH
- 7,7
2. Oksigen Terlarut DO
mgl 6,7
3. Nitrat NO
3
-N mgl
0,079 4.
Fosfat mgl
0,0014
Pulau Basar Tengah FISIKA :
1. Suhu
O
C 29,9
2. Salinitas
O OO
33 3.
Kekeruhan NTU
12 4.
Kecerahan m
7,1 KIMIA :
1. pH
- 7,5
2. Oksigen Terlarut DO
mgl 6,3
3. Nitrat NO
3
-N mgl
0,076 4.
Fosfat mgl
0,0014
Pulau Basar Gunung
FISIKA : 1.
Suhu
O
C 30
2. Salinitas
O OO
33,5 3.
Kekeruhan NTU
14 4.
Kecerahan m
6,9 KIMIA :
1. pH
- 7,8
2. Oksigen Terlarut DO
mgl 6,5
3. Nitrat NO
3
-N mgl
0,197 4.
Fosfat mgl
0,0706
Pulau Batu Malang FISIKA :
1. Suhu
O
C 31
2. Salinitas
O OO
33,5 3.
Kekeruhan NTU
18 4.
Kecerahan m
5,4 KIMIA :
1. pH
- 7,9
2. Oksigen Terlarut DO
mgl 6,6
3. Nitrat NO
3
-N mgl
0,069 4.
Fosfat mgl
0,0016
Pulau Seribu FISIKA :
1. Suhu
O
C 30
2. Salinitas
O OO
33 3.
Kekeruhan NTU
15 4.
Kecerahan m
6,6 KIMIA :
1. pH
- 7,5
2. Oksigen Terlarut DO
mgl 6,7
3. Nitrat NO
3
-N mgl
0,096 4.
Fosfat mgl
0,0015
Pulau Pelma FISIKA :
1. Suhu
O
C 29,8
2. Salinitas
O OO
33 3.
Kekeruhan NTU
12 4.
Kecerahan m
7,1 KIMIA :
1. pH
- 7,9
2. Oksigen Terlarut DO
mgl 6,3
3. Nitrat NO
3
-N mgl
0,081 4.
Fosfat mgl
0,0016
Pulau Sumedang FISIKA :
1. Suhu
O
C 30
2. Salinitas
O OO
33,5 3.
Kekeruhan NTU
17 4.
Kecerahan m
6,1 KIMIA :
1. pH
- 7,58
2. Oksigen Terlarut DO
mgl 6,5
3. Nitrat NO
3
-N mgl
0,077 4.
Fosfat mgl
0,0012
5
dibangkitkan oleh gravitasi matahari dan bulan, akan tetapi dominan dipengaruhi oleh pasang surut di perairan
Laut Cina Selatan yang merambat ke selatan memasuki Laut Jawa Pariwono, 1985. Perambatan pasang surut
dari Samudera Pasiik yang memasuki perairan Sijuk melalui perairan Laut Cina Selatan telah dipengaruhi
oleh morfotogi pantai dan kedalaman laut bathymetri Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004.
E Suhu Perairan Pola sebaran suhu perairan di wilayah Kecamatan
Membalong Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004, dipengatuhi oleh dua musim yang
berbeda, yaitu musim barat dan musim timur. Suhu rata-rata perairannya adalah 28 °C pada bukan Februari
mewakili musim barat dan 29 °C pada bulan Juni mewakili musim timur. Berdasarkan penelitian LIPI
2005, suhu perairan di sekitar perairan Kabupaten Belitung pada bulan Oktober tahun 2005 berkisar antara
28,93 °C – 29,37 °C, dimana nilai suhu terendah terdapat pada kedalaman 10 meter dan nilai suhu tertinggi
terdapat pada iapisan permukaan 0 meter.
Dengan demikian dapat disimpuikan bahwa suhu perairan di Kabupaten Belitung berkisar antara 28 °C – 29 °C,
dimana pada musim barat suhu turun mencapai minimum yang bertepatan pula dengan angin yang kuat dan curah
hujan yang tinggi, sedangkan pada musim timur suhu meningkat mencapai maksimum.
F Kondisi Kimiawi Perairan Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme
perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Kualitas perairan bisa dilihat dari nilai parameter kimiawi perairan.
Berdasarkan data penelitian parameter kimia yang dilakukan LIPI 2005, rata-rata kandungan dari amonia,
nitrat, nitrit dan ortho fospat berturut-turut adalah sebagai berikut 2,06; 0,76; 0,20 dan 0,60. Secara umum perairannya
termasuk bersih tidak tercemar.
Kualitas air merupakan faktor yang menentukan kondisi sumberdaya yang ada di suatu perairan. Hasil analisis
kualitas air di perairan Kecamatan Membalong disajilcan pada tabel berikut.
Terdapat 7 lokasi studi di kecamatan Mambalong yang berada di Pulau Seliu, Pulau Sumedang, Pulau Seribu,
Pulau Pelma, Pulau Basar Gunung, Pulau Basar Tengah dan Pulau Batu Malang. Tidak ditemukan ekosistem mangrove
di Pulau Batu Malang, sedangkan di keenam pulau lainnya ditemukan ekosistem mangrove. jenis Avicenia sp sangat
mendominasi penyebaran mangrove di Kecamatan Membalong dan hamir di semua pulau ada. Jenis-jenis
mangrove yang ditemukan di Kecamatan Membalong disajikan pada tabel berikut.
Tabel Jenis-jenis mangrove yang ditemukan di Gugusan Pulau di Kecamatan Membalong
Sumber: LIPI 2005
H Sebaran Padang Lamun Sebaran lamun di pulau-pulau kecil Kecamatan
Membalong antara lain berada di pulau : Baguk, Batu seribu, Betangan, Genting kecil, Kapak, Keringan, Mendiak
besar, Mendiak kecil, Mendulu, Mengokong, Perot, Rumput, Seliu, dan Seribu.
I Sebaran Terumbu Karang
Sebaran karang di puiau-pulau kecil Kecamatan Membalong antara lain berada di puiau : Baguk, Basar
bergunung, Basar tengah, Batu seribu, Betangan, Blatok, Blatok kecil, Getting kecil, Kapak, Keringan, Ketupai,
Mendiak besar, Mendiak kecil, Mendulu, Mengokong, Palma, Perut, Pluntang, Pluntang kecil, Rumput, Seliu,
dan Seribu. Jenis karang mendominasi di Kecamatan Membalong diantaranya Acropora, Porites dan Coral. Jenis
dan sebaran terumbu secara rinci yang ada di Kecamatan Membalong disajikan pada tabel berikut.
Tabel Kondisi terumbu karang di Gugusan Pulau di Kecamatan Membalong
Sumber: LIPI 2005
J Potensi Sumberdaya Ikan Berdasarkan penelitian LIPI 2005, terkumpul 66 jenis
ikan karang dengan ikan sampel sebanyak 1.917 ekor dari 18 famili, yang tertangkap di sekitar perairan Kabupaten
Belitung Pulau Kalimambang, Pulau Sekutai, Pantai Batu Itam, Pulau Keran dan Pulau Ake-ake, dan terdiri dari :
l Ikan major 42 jenis, 8 famili; l Ikan targetpangan 21 jenis, 9 famili; dan
l Ikan indikator Chaetodontidae 3 jenis, 1 famili.
Kepadatan ikan major sebanyak 6.100 ekorha, ikan target 1.300 ekorha, ikan indikator 300 ekorha dan
total ikan karang sebanyak 7.700 ekorha, seperti yang terlihat pada Tabel 5.4. Ikan napoleon Cherlinus undulates
ditemukan di perairan Pulau Kalimambang, dan tidak menutup kemungkinan keberadaan ikan ini di lokasi
perairan karang lainnya. Ikan napoleon merupakan ikan bernilai tinggi dan dilindungi, sehingga keberadaan ikan
ini perlu dijaga. Jenis ikan ini merupakan ikan yang perlu mendapat perlindungan di Kawasan Konservasi Perairan
di Kabupaten Belitung.
K Potensi dan Sebaran Sumberdaya Non Ikan Sumberdaya non ikan yang banyak ditemui di wilayah
perairan Kecamatan Membalong diantaranya penyu, moluska, teripang, dan makroalga. Berdasarkan penelitian
LIPI 2005 penyu di Kabupaten Belitung ditemukan di Pulau lengkuas, Pulau Piling dan Pulau Pelma dengan
jenis penyu sisik dan penyu hijau. Pulau Pelma terdapat di gugusan pulau di Kecamatan Membalong.
Sumber: LIPI 2005
No. Jenis
Mangrove
Seliu Basar
Tengah Basar
Gunung
Pelma Sumedang
Seribu
1. Rhizophora
3 4
12 -
2 -
2. Avicennia
13 5
3 5
3 4
3. Soneratia
5 2
6 2
- 2
4. Bruguiera
6 -
- -
- -
27 11
21 7
5 6
C C
P R
C S
. 37
8 .
28 18
. 29
21 .
28 12
. 28
18 .
29 22
. 25
20
No. Lokasi
Persentase Rata-Rata Biodata Yang Dominan
HC SC
SP ALG R
DC S
1. Pulau Seliu
34 4
2 6
37 29 8
Acropora, Porites, Coral 2.
Pulau Basar Tengah 5
6 2
4 28 39
18 - 3.
Pulau Basar Gunung 17
5 3
2 29 23
21 Acropora, Porites, Coral 4.
Pulau Malang Batu 19
5 3
2 28 31
12 Acropora, Porites, Coral 5.
Pulau Seribu 4
6 2
4 28 40
18 - 6.
Pulau Pelma 11
7 3
5 29 23
22 Acropora 7.
Pulau Simedang 7
8 3
4 25 34
20 - Keterangan :
HC = hard Coral R = rubber
SC = soft Coral Dc = dead coral
SP = sponge S = sand
Alg = algae
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
238 239
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Berdasarkan penelitian LIPI 2005, makrobentik yang tercatat sekitar 28 jenis moluska, 5 jenis krustasea dan 10
jenis ekhinodermata. Jumlah jenis fauna makrobentik yang tercatat relatif sama dengan jumlah fauna makrobentik
dan daerah perairan timur Pulau Bangka. Tetapi kepadatan individunya relatif lebih rendah dan perairan timur
pulau Bangka, yaitu berkisar antara 3 – 4 ekorm
2
di Bangka Timur dan kurang dan 1 individu di perairan
Kabupaten Beitting. Rendahnya tingkat kepadatan fauna makrobentik di perairan Kabupaten Belitung diduga
akibat kasus tangkap lebih over ishing dan akibat kerusakan habitat yang disebabkan oleh tingginya tingkat
sedimentasi yang ditandai dengan keruhnya perairan.
Teripang yang ada di perairan Kabupaten Belitung, hanya diwakili oleh teripang berkualitas rendah sepertiHolothuna
atra, H. Coluber dan Bohadschia matmorata. Kelangkaan jenis-jenis teripang ini diduga sebagai akibat kasus
tangkap lebih over ishing. Dimana jenis-jenis teripang ini diburu terus-menerus. Hal yang sama juga terlihat pada
krustaseakepiting marga Portunus dan Thallamita yang kehadirannya sangat langka. Fauna moluska relatif lehih
beragam dan lebih kaya dari fauna ekhinodermata dan krustasea. beberapa jenis moluska yang dapat digunakan
sebagai bahan pangan ditemukan di perairan ini, seperti marga Triciacna, Trochus, Strombus dan Lambis.
Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi:
Penduduk
Berdasarkan hasil registrasi penduduk pada akhir tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Belitung berjumlah
155.640 jiwa. Jumlah ini merupakan jumlah yang telah diterbitkan NIK berdasarkan hasil pencocokan dan penelitian
yang dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2010, sedangkan data tahun sebelumnya
merupakan data kotor berdasarkan database tahun 2005 yang ternyaata terdapat data ganda serta yang telah
meninggal dunia atau belum dilaporkan.
Mengenai perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat dari sex ratio. Sex ratio penduduk
Kabupaten Belitung pada tahun 2010 adalah 106,1. Ini
Perekonomian A. PDRB
Produk Domestik Regional Bruto merupakan salah satu indicator penting untuk mengetahui kondisi
perekonomian di suatu wilayah dalam satu periode tertentu, biasanya satu tahun. PDRB Merupakan jumlah
nilai tambahan bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah tertentu. PDRB atas dasar hagra
berlaku menggambarkan nilai tambah bruto barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh ekonomi
berdasarkan harga tiap tahunnya.
Pada tahun 2010 PDRB Kabupaten Belitung atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 2.817.475 juta atau naik
sebesar 14,17 dibandingkan tahun 2009 yang hanya mencapai Rp 2.467.754 juta. Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Belitung tahun 2010 lebih cepat dibandingkan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Belitung mencapai
sebesar 5,96 sedangkan pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Belitung mencapai 4,30 .
B Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Diharapkan
dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan memberikan dampak ganda yang semakin positif dengan tidak
melupakan masyarakat papan bawah dan menengah. Secara tidak langsung pertumbuhan ekonomi yang
semakin baik akan memperkecil perbedaan distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat.
Pertumbuhah ekonomi suatu wilayah dapat dihitung dari variable PDRB atas dasar harga konstan. Karena PDRB
atas dasar harga konstan merupakan gambaran nyata dari berbagai sector ekonomi. Kenaikan terbesar terjadi
pada sector listrik, gas dan air sebesar 18,00 , sedangkan sector yang paling rendah pertumbuhannya adalah
pertambangan dan penggalian yang hanya mampu tumbuh sebesar 2,01 .
artinnya bahwa ada 106,1 penduduk laki-laki di Kabupaten Belitung per 100 penduduk perempuan.
Angkatan Kerja
Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan proses berlangsungnya demograi.
Angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas dalam status bekerja, sementara tidak bekerja atau
sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja merupakan bagian dari tenaga kerja yang aktif dalam kegiatan ekonomi.
Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan dari pasar kerja, sedangkan angkatan kerja
yang tidak terserap dikategorikan sebagai penganggur. Kesempatan kerja merupakan gambaran dari tingkat
permintaan dan penawaran tenaga kerja diakibatkan tinggi rendahnya factor produksi.
Tabel. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Menurut Kecamatan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010
Sumber: Belitung Dalam Angka Tahun 2011
Tabel. Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Per Kecamatan Di Kabupaten Belitung Tahun 2011
Sumber: Belitung Dalam Angka Tahun 2011
Kecamatan Rumah Tangga
Penduduk Laki laki
Perempuan Jumlah Total
1 2
3 4
5
Membalong 6.935
12.558 11.614
24.172 Tanjungpandan 21.556
44.144 41.887
86.031 Sijuk
6.968 13.911
12.766 26.677
Badau 3.371
6.818 5.934
12.752 Selat Nasik
1.599 3.281
3.052 6.333
Jumlah 40.429
80.712 75.253
155.965
87 59
,83 72
64 ,55
40 58
,29 40
90 ,79
34 90
,44
73 61
,97 91
97 ,56
47 72
,50 68
64 ,65
o
m ut
40 28
05 92
98 00
- -
35 17
10 72
70 -
- -
05 -
88 85
50 -
- -
48 34
12 30
14 -
00 -
28 79
15 79
32 00
00
85 18
53 14
73 25
- 70
40 69
50 05
85 00
- -
19 09
27 10
55 -
- -
08 86
93 90
75 -
- -
Kecamatan Laki laki
Perempuan Sex ratio
1 3
4 5
Membalong 11.387
10.659 106,83
Tanjungpandan 46.172
44.164 104,55
Sijuk 6.240
5.658 110,29
Badau 13.140
12.190 107,79
Selat Nasik 3.134
2.890 108,44
Jumlah Total 80.073
75.561 105,97
2009 85.391
80.897 105,56
2008 82.047
77.772 105,50
2007 73.668
71.764 102,65
o
m ut
40 28
05 92
98 00
- -
35 17
10 72
70 -
- -
05 -
88 85
50 -
- -
48 34
12 30
14 -
00 -
28 79
15 79
32 00
00
85 18
53 14
73 25
- 70
40 69
50 05
85 00
- -
19 09
27 10
55 -
- -
08 86
93 90
75 -
- -
Tabel. Pertumbuhan Ekonomi Per Sektor Di Kabupaten Belitung Tahun 2010
Atas dasar harga konstan tahun 2000 Sumber: Belitung Dalam Angka Tahun 2011
C Pendapatan Per Kapita
Indikator makro yang biasa digunakan oleh para ekonom untuk menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat
dalam pendapatan per kapita yang merupakan base line dalam mengukur keberhasilan pembangunan. Bahkan
lembaga Internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional IMF selalu menggunakan per
kapita untuk mengetahui kersejahteraan penduduk suatu Negara yang dikonversikan ke dalam US .
Tetapi pendapatan per kapita yang tinggi belum menjamin telah terjadi perbaikan tingkat kesejahteraan,
kalau hanya dinikmati oleh sekelompok orang. Dalam PDRB yang dapat disajikan adalah perkembangan
pendapatan per kapita dari tahun ke tahun. Tahun 2010 pendapatan per kapita penduduk atas dasar harga
berlaku mencapai Rp 12.732.078 atau meningkat sebesar 4,41 dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar
Rp 12.193.843, sedangkan atas dasar harga konstan sebesar Rp 5.196.385 pada tahun 2010 atau naik 1,59
dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp 5.115.051.
Potensi Perikanan
Kabupaten Belitung memiliki potensi perikanan dan kelautan yang sangat besar baik sektor perikanan tangkap, budidaya,
sumber daya non ikan harta karun, energi dan gelombang, bahan tambang, wisata bahari maupun maupun sumber daya
No Sektor
Persen Pertumbuhan
1 Pertanian
2,78 2
Pertambanangan dan Pengalian 2,01
3 Industri Pengolahan
7,25 4
Listrik, Gas dan Air 18,00
5 Bangunan
10,39 6
Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,19
7 Pengangkutan dan Komunikasi
7,60 8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6,83
9 Jasa-jasa
6,76
PDRB Kab. Belitung 5,96
m ut
40 28
05 92
98 00
- -
35 17
10 72
70 -
- -
05 -
88 85
50 -
- -
48 34
12 30
14 -
00 -
28 79
15 79
32 00
00
85 18
53 14
73 25
- 70
40 69
50 05
85 00
- -
19 09
27 10
55 -
- -
08 86
93 90
75 -
- -
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
240 241
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Tabel. Jumlah Jenis Alat Tangkap di Kabupaten Belitung Tahun 2010
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung
Tabel. Jumlah Sarana dan Prasarana Perikanan di Kabupaten Belitung Tahun 2010
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung
Potensi Pariwisata :
1. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam.
Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam yang terdapat di kabupaten Belitung meliputi :
Pantai, Pulau dan Perairan. l Pantai Tanjung Pendam
l Pantai Tanjung kelayang l Pantai Tanjung Tinggi
l Pantai Tanjung Binga l Pantai Mabai
manusia perikanan dan kelautan yang handal di bidangnya. Pembangungan balai benih ikan BBI di Membalong pada
tahun 2007 dan 2008 diharapkan dapat dijadikan jalan perintis untuk pengembangan sector perikanan budiadaya
ikan air tawar di kabupaten Belitung. Dulu sector ini belum banyak diminati oleh masyarakat karena lebih mengandalkan
perikanan tangkap. Awal tahun 200 perikanan budidaay mulai dilaksanakan.
Perairan laut Kabupaten Belitung masih dikategorikan baik jika ekploitasi tambang laut tidak dilaksanakan. Kondisi
perairan yang baik ini sangat berguna untuk menunjang proses budidaya ikan air laut, kerang mutiara dan kerang laut.
Budidaya kerapu system KJA sudah banyak dikembangkan sehingga penerapan teknologi sudah sampai ke masyarakat
dan hasilnya saat ini sudah bias dinikmati oleh pembudidaya.
Peluang investasi pada perikanan tangkap tidak kalah dengan perikanan budidaya, sector ini sudah berkembang dengan
baik di Kabupaten Belitung. Pengadaan kapal pengawas dan alat komunikasi pengawasan pada tahun 2007 diharapkan
dapat meningkatkan keamanan di wilayah perairan Belitung. Proses penggunaan alat tangkap yang dilarang, illegal ishing,
pengeboman serta pengiriman ikan dengan dokumen yang tidak lengkap dapat dikurangi sehingga akan meningkatkan
pendapatan nelayan local dan pendapatan asli daerah Kabupaten Belitung.
Peluang usaha lain yang mungkin dapat dikembangkan dianataranya:
1. Penjualan ikan segar 2. Usaha pengangkutanDistribusi
3. Rumah MakanRestoran Ikan 4. Pemancingan
5. Wisata Kelautan dan Perikanan 6. Bisnis alat perikanan
7. Bisnis Ikan hias, dll. Tabel. Jumlah Ekspor Ikan Tahun2004 – 2011
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011
Tabel. Data Pengolahan Hasil Perikanan Di Kabupaten Belitung
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011
Tabel. Jumlah Nelayan di Kabupaten Belitung Tahun 2010
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung
Tabel. Produksi Perikanan Budidaya di Kabupaten Belitung Tahun 2011
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011
Tabel. Daftar Pembudidaya Ikan dan Sarana prasarana Per Kecamatan
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011
Tabel. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap Di Kabupaten Belitung Tahun 2011
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Belitung Tahun 2011
No TRIWULAN Produksi Budidaya Ikan Tahun 2011 kg
Lele Kerapu Bawal
Nila Patin
Tiram Mutiara
Rumput Laut
Arwana Total
kg
1 Triwulan 1
4.340 4.228
1.805 2.292
698 5.700
- - 19.063
2 Triwulan 2
5.135 4.617
2.010 2.372 1.170
- -
- 15.304 3
Triwulan 3 3.505
- 988
1.685 1.050 -
- -
7.228 4
Triwulan 4 2.348
2.034 912
1.330 1.014 -
3.000 - 10.638
Total 15.328
10.879 5.715
7.679 3.932 5.700
3.000 52.233
2010 8.485
19.218 12.753 3.0314 4.573 14.825
- 70 90.238
2009 7.640
14.069 4.350
4.505 3.585 1.200
- - 35.349
2008 5.819
10.109 4.127
3.210 1.055 -
- - 24.320
2007
2.908 4.886
2.693 890
175 -
- - 11.552
Kecamatan Jumlah Pembudidaya
Kelompok Jumlah Sapras Buah
Laut Tawar
Laut KJA Tawar Kolam
Sijuk 15
8 171
107 Selat Nasik
13 380
Badau 19
14 161
90 Membalong
12 9
74 144
Tanjungpandan 2
4 38
105
Jumlah 61
35 824
446 o
,63 ,30
,60 ,61
,61 ,69
,66 ,60
,33 ,08
,50 ,98
,69 ,07
,00 ,60
,76 ,41
,20 ,15
,00 ,40
,64 ,30
,11 ,19
,70 ,91
,11 ,50
,20 ,65
,00 ,18
,03 ,76
,61 ,71
No Jenis Ikan
Jumlah Total Ton
1 Manyung
2582,63 2
Ekor Kuning 1768,30
3 Lolosi Biru
9801,60 4
Selar 125,61
5 Kuwe
946,61 6
Bawal Hitam 0,69
7 Tembang
3193,66 8
Lemuru 11,60
9 Teri
6257,33 10
Julung Julung 0,08
11 Ikan Gaji
1,50 12
Kakap Merabbambanagan 620,98
13 Kurisi
876,69 14
Tongkol krai 0,07
15 Tongkol komo
84,00 16
Kembung 1025,60
17 Benyar
149,76 18
Tenggiri 2587,41
19 Kerapu Bebek
4,20 20
Kerapu Sunu 819,15
21 Ikan Beronang
15,00 22
Beronang Kuning 8,40
23 Alu-Alu
3,64 24
Cucut Botol 23,30
25 Pari kembangpari macan
26,11 26
Ikan lainnya 3508,19
27 Udang putih
800,70 28
Udang BarongUdang karang 20,91
29 Udang Lainnya
168,11 30
Kepiting 1271,50
31 Rajungan
4,20 32
Cumi-Cumi 6535,65
33 Teripang
3,00
Jumlah Total 43.245,18
2010 43.362,03
2009 41.990,76
2008 40,472,61
2007 39,219,71
Tahun Jumlah Ekspor Ton
Tujuan
2011 1.481
Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan dan Cina 2010
866 Singapura, Malaysia, Hongkong
2009 852
Singapura 2008
696 Singapura
2007 856
Singapura 2006
594 Singapura
2005 409
Singapura 2004
181 Singapura
laut, gar,
61 5
30 6
60 7
21 8
72 5
44
55 65
16 76
Desa Jumlah UKM
Jenis Produk Olahan
Tanjung Binga 34
Kerupuk ikan, kritcu, empek-empek, abon dan bakso Sungai Padang
24 Terasi
Sijuk 12
Kerupuk Ikan Terong
8 Kerupuk Ikan
Keciput 17
Kerupuk Ikan, Kritcu, Abon ikan Batu Itam
8 Kritcu
Air Seruk 23
Pilus rumput laut, es krim rumput laut, dodol rumput laut, selai rumput laut.
Tanjungpandan 18
Kerupuk Ikan, teri kerispy, dodol rumput laut,dodol agar, pilus rumput laut.
Badau 6
Kerupuk Ikan kulit Membalong
6 Keripik rebo, abon ketam
Selat Nasik 23
Kerupuk ikan, abon ikan, rusip
61 5
30 6
60 7
21 8
72 5
44
55 65
16 76
KECAMATAN JUMLAH NELAYAN
ORANG PERSENTASE
Membalong 2.361
25 Tanjungpandan
1.530 16
Sijuk 2.560
27 Badau
721 8
Selat Nasik 2.372
25
JUMLAH 9.544
100
2009 9.455
2008 9.365
2007 9.316
2006 9.276
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung
JENIS ALAT TANGKAP
KECAMATAN JUMLAH
MEMBALONG TANJUNGPANDAN BADAU SIJUK SELAT
NASIK Sodo Sungkur
30 36
40 5
- 111
Bubu Ikan 59
1.030 395
270 265
2.019 Sero
32 10
75 25
27 169
Jaring Kepiting 2.420
95 545
57 90
3.207 Tangkul Pentor
40 75
478 -
- 593
Bubu Kepiting 685
248 470
- -
1.403 Bagan Tancap
10 -
- 12
5 27
Bagan Perahu 8
16 3
148 47
222 Jaring cincin
5 5
Muroami -
38 -
- -
38 Payang
- -
- -
121 121
Pukat Tepi 240
40 80
125 95
580 Pukat Udang
298 -
- -
28 326
Gilnet Hanyut 45
20 -
18 60
143 Pancing
2.100 1.860
1.345 2.560
2.870 10.735
Ancau -
- 40
55 14
109 Lainnya
4.575 3.350
2.554 3.275
3.432 17.186
Jumlah 2010 10.542
6.823 6.025
6.550 7.054
36.994 2009
10.465 6.710
6.015 6.540
7.040 36.770
2008 10.387
6.644 5.926
6.494 7.012
36.463 2007
10.231 6.532
5.871 6.397
6.914 35.945
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Belitung
AT -
PI 1
2 21
3 2
2 8
9 9
4 -
SARANA PRASARANA KECAMATAN
JUMLAH MEMBALONG TANJUNGPANDAN BADAU SIJUK
SELAT NASIK
1. Pelabuhan Nusantara -
1 -
- -
1 2. Pelabuhan Perikanan
- -
- -
- -
3. Pangkalan Pendaratan Ikan PPI -
- -
- 1
1 4. Tempat Pelelangan Ikan
- 1
- -
1 2
5. Dermaga Tempat Labuh 6
3 3
5 4
21 6. Dok Slip Way
- 3
- -
1 3
7. Perbengkelan -
1 -
- 1
2 8. Balai Pertemuan Nelayan
- 1
- -
1 2
9. Galangan Kapal -
1 -
3 4
8 10. Pabrik Es
- 7
- 1
1 9
11. Cold Storage -
9 -
- -
9 12. Cool Room
- 1
- 2
1 4
13. Depot Es -
- -
- -
-
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
242 243
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
l Pantai Pedaunan Indah l Pulau Lengkuas
l Pulau Burung. l Pulau Babi
l Pantai Teluk gembira. l Pantai Penyabong
l Pantai Tanjung Kiras l Pantai Batu Lobang
l Pulau Seliu l Pulau batu Dinding
Sungai, Danau, Kolam Renang l Pemandian Dayang Sri Pinai
l Pemandian Jerry. l Pemandian Air Serkuk
l Pemandian Putri Marini l Pulau Rasau Indah
l Pemandian Tirta Marundang
Air Terjun. l Air Terjun Gurok Beraye
l Air Terjun Batu Mentas
Pegunungan. l Bukit Berahu Tanjung Binga .
l Bukit Baginde. l Gunung Tajam Bini.
l Gunung Paramund
Lainnya. l Goa Nek Santen
2. Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya.
Obyek wisata Budaya dan atraksi budaya di Kabupaten Belitung meliputi :
l Musium Pemkab. Belitung l Makam Keramat Gunung Tajam
l Makam Raja Badau l Musium Badau
Upaya Pengelolaan Kawasan:
Uraikan lengkap, tambahkan dengan gambar-gambar.
l Makam Pendiri Kota Tanjung Pandan di Desa Kembiri. l Upacara Buang Jong
l Upacara Nirok Nanggok. l Upacara Maras Taun.
l Upacara Adat Perkawinan. l Upacara Kelahiran.
l Permainan Beripat, l Permainan Lesung Batang
l Atraksi Sembayang Rebut. l Atraksi Sembayang Kubor
3. Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus.
l Wisata Selam l Penambangan Timah Rakyat.
l Desa Nelayan Tanjung Binga. l Perkampungan Suku Bali Balitong.
l Wisata Berburu. l Wisata Mancing di Laut.
l Perkebunan Kelapa Sawit, Perkebunan Lada l Ngerepak Durin
Aksesibilitas :
Kabupaten Belitung sangat mudah di akses, baik melalui darat, laut maupun udara. Kabupaten Belitung sudah memiliki
sarana dan prasarana yang sangat memadai. Memiliki 2 dua buah pelabuhan pelayaran besar yaitu Pelabuhan
Laskar Pelangi di Tanjungpandan, yang melayani rute pelayaran kapal dari dan menuju Jakarta serta Pangkalbalam,
Pangkalpinang. Baik kapal cepat Express Bahari yang melayani rute Tanjungpandan-Pangkal Balam, yang menempuh waktu
±4,5 jam perjalanan maupun kapal fery yang melayani rute Tanjungpandan-Tanjung periok, Jakarta yang menempuh
waktu ±15 jam. serta Pelabuhan Tanjung Ru di Badau yang melayani rute pelayaran kapal PELNI yang melayani rute
Belitung-Tanjung Priok Jakarta, serta kapal fery menuju Bangka. Selain itu Kabupaten Belitung juga memiliki
Bandara Udara H.A.S Hanandjoedin, yang sudah melayani beberapa rute penerbangan dengan beberapa maskapai.
Diantaranya Rute Tanjungpandan-Jakarta yang dilayani oleh maskapai Garuda Indonesia, City Link, Sriwijaya Air. Rute
Tanjungpandan-Pangkalpinang yang dilayani oleh maskapai Sriwijaya Air, dan Wings Air.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
244 245
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
246 247
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Belitung Timur
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
248 249
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas tentang Kawasan
Selain karena keanekaragaman hayati sumber daya ikan yang masih tejaga keasliannya, alas an lain kawasan ini dicadangkan
menjadi kawasan konservasi karena lokasinya yang sangat strategis karena bersinggungan langsung dengan Alur Laut
Kepulauan Indonesia ALKI. Lokasi ini juga merupakan daerah tempat penyu berkembang biak serta telah lama dikenal
sebagai habitat ikan-ikan langka dan dilindungi yakni Ikan Napoleon. Peluang pengembangan kawasan ini sebagai
lokasi ekowisata pun kini terbuka luas karena potensi-potensi tersebut.
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Belitung Timur
Dasar Hukum :
Pencadangan melalui Keputusan Bupati Belitung Timur Nomor 2.05.5021DKPI2012 tentang Penunjukan Kawasan
Konservasi Perairan Gugusan Pulau Pemesut Sebagai Zona Inti, Pulau Nangka Sebagai Zona Perikanan Berkelanjutan dan
Pulau Sandung Sebagai Zona Pemanfaatan Mina Wisata Bahari Kabupaten Belitung Timur Tahun 2012
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 801.568 Ha
Status Pengelolaan :
Telah diinisiasi dan dicadangkan pada tahun 2012
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan ini terletak di wilayah administrasi Kabupaten Belitung Timur Provinsi Bangka Belitung.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
250 251
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Mukomuko
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
252 253
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas Tentang Kawasan:
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Mukomuko Pada Saat Ini adalah pengelolaan berbasis
masyarakat, dimana pemerintah daerah merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi pengelolaaan
habitat penyu dengan melibatkan memberdayakan masyarakat setempat. Pemerintah Daerah, Pemerintah
Provinsi, BKSDA dan LSM YSI Yayasan Sipef Indonesia Perusahaan Setempat memfasilitasi dalam hal biaya
operasional, sarana dan prasarana bagi kelompok masyarakat yang mengelola menjaga kawasan konservasi.
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Muko-Muko
Dasar Hukum :
Berdasarkan Perda Kabupaten Mukomukono. 4 Tahun 2010.
Luas Kawasan :
± 2.240 Ha
Lokasi :
Desa Retak Ilir Kec. Ipuh Kabupaten Mukomuko
Keanekaragaman Hayati :
Penyu, mangrove. Penyu di Kabupaten Mukomuko sejak dahulu mendarat di
Kawasan pantai Desa Retak Ilir sampai dengan Muara air Hitam. Dalam tiap musim penyu bertelur bisa mencapai
15 sampai 20 ekor per malam. Dari Bulan Januari sampai bulan Juni bisa mencapai ratusan penyu yang mendarat
dengan berbagai jenis penyu, dari jenis –jenis tersebut masyarakat belum bisa mengidentiikasikan, tetapi hanya bisa
mengenalnya dengan penyu besar, penyu pendek, penyu menengah dan penyu ceper. Namun lama kelamaan jumlah
penyu yang mendarat semakin lama semakin berkurang sehingga terlihat drastis penurunannya. Urgensi pencadangan
kawasan konservasi ini adalah untuk melindungi dan melestarikan penyu dan habitatnya dari pemanfaatan pihak
yang tidak bertanggung jawab. Dukungan masyarakat yang concern terhadap upaya-upaya konservasi merupakan alas an
kuat didirikannya kawasan konservasi ini.
Potensi Pariwisata :
Obyek Pariwisata yang terdapat di Kabupaten Muko-Muko antara lain:
l Pulau Enggano l Taman Buru Gunung nana’ua
l Danau Gedang, l Pemandian Gunung Selan,
l Pantai Lais l Pantai Muko-Muko
Status Pengelolaan :
Sejak dicadangkan tahun 2010, kawasan ini belum memiliki rencana pengelolaan dan zonasi secara deinitive. Pengelolaan
saat ini dilakukan secara kolaboratif di bawah koordinasi dinas perikanan dan kelautan setempat.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
254 255
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bengkulu Utara
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
256 257
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Enggano Kabupaten Bengkulu Utara
Dasar Hukum :
Peraturan Bupati Bengkulu Utara No Tahun 2010
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 37.167,93 Ha
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan ini terletak di sekitar perairan Pulau Enggano dengan rincian sbb :
• Lokasi I seluas 20.512,183 Ha terletak antara Talang Enggano – Tanjung Labula termasuk Pulau Dua, Pulau
Merbau, dan Pulau Bangkai. • Lokasi II seluas 16.655,210 Ha terletak antara Tanjung
Laksaha –Tanjung Koomang
Keanekaragaman Hayati :
Pulau Enggano merupakan salah satu pulau terluar yang dimiliki Indonesia, oleh sebab itu kegiatan konservasi perlu
diintensifkan dalam rangka melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati yang ada di sekitar Pulau Enggano
seperti terumbu karang dan mangrove.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
258 259
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Kaur Linau, Merpas, Sekunyit
Dasar Hukum:
Dasar hukum pencadangan kawasan konservasi perairan Linau, Merpas, dan Sekunyit sebagai Kawasan Konservasi Laut
Daerah KKLD Kabupaten Kaur adalah SK Bupati Kaur No. 180 tahun 2007 yang dikeluarkan pada tanggal 20 Juni 2007.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 50.308 Ha.
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan Konservasi ini berada pada posisi geograis 103 03’
– 103 34’ LS dan 04
55’ – 04 59’ BT. Sementara itu, secara
administrasi, Kabupaten Kaur berbatasan langsung dengan Provinsi Lampung, sebelah Timur dengan Provinsi Sumatera
Selatan, sebelah Barat dengan Samudera Hindia.
Keanekaragaman Hayati :
Terumbu karang dan ikan hias adalah 2 dua di antara sumberdaya unggulan di kawasan ini. Jenis-jenis karang
yang sering ditemukan antara lain Porites lobata, Favia sp, Goniastrea sp, Leptoria phrgia, Leptastrea teransversa, jenis
encrusing: Porites lichen, Montipora verrucosa dan sedikit karang bercabang : Acropora formosa, Pocillopora damicornis.
Selain itu terdapat hard coral berupa CME karang api jenis Mellipora sp, ACB Acropora bercabang acropora formosa, CF
Coral fo liose Montipora foliosa. Sementara itu, Jenis ikan hias yang ditemukan di perairan ini disusun berdasarkan
kelompok-kelompok, seperti Acanthuridae Acanthurus glaucopareius,Acanthurus leusternon, Acanthurus lineatus,
Acanthurus nigrofuscus,Paracanthurus hephatus, Antennaridae
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Kaur
Histrio histrio, Apogonidae Apogon cyanasoma, Sphaeramia nematoptera, Balastidae Balistoides conspicillum, Balistapus
undulates, Rhinecanthus aculeatus, Rhinecanthus verrucosus, Ephippidae Platax pinnatus, Platax teira, Holocentridae
Myrispitis sp, Sargocentron diadema dsb.
Potensi Pariwisata :
Beberapa obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Kaur diantaranya adalah, lokasi pantai Laguna Ujung Lancang di
Desa Merpas, Kecamatan Nasal, Pantai Way Hawang Desa Waihayang Kecamatan Maje, pantai dan Pelabuhan Linau
Desa Linau, Kecamatan Maje, Pantai Desa Sekui yit Kecamatan Kaur Selatan serta Pantai Hili Kecamatan Semidang Gumay.
Aksesibilitas :
Kawasan Konservasi Kabupaten Kaur berada di pesisir Barat dari Kabupaten Kaur. Untuk menuju ke lokasi tersebut
dari Jakarta menggunakan Pesawat menuju bandar udara Fatmawati Soekarno di Provinsi Bengkulu. Kemudian
dilanjutkan dengan menggunakan mobil menuju kota Bintuhan ibukota Kabupaten Kaur de ngan jarak sekitar 250
km dari Kota Bengkulu. Kawasan Konservasi tersebut dapat dicapai melalui Jalan Lintas Barat Sumatera yang melewati
Kota Bintuhan, Kabupaten Kaur.
Status Pengelolaan :
Meskipun rencana pengelolaan dan zonasi serta lembaga pengelola khusus masih dalam proses pembentukan,
sejumlah upaya pokok pengelolaan telah dilakukan pemerintah antara lain melalui kegiatan :
l Sosialisasi kepada masyarakat l Pembuatan Gedung Penetasan Penyu
l Pemasangan papan papan pengumuman l Pengadaan perahu karet untuk pengawasan
l Zonasi KKPD Dekonstrasi 2012
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
260 261
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Lampung Barat
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
262 263
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Potensi Pariwisata :
Pantai Barat merupakan kawasan potensial dan terdapat berbagai lokasi wisata yang memiliki daya tarik terutama
sebagai lokasi olahraga laut, misalnya memancing, menyelam, dayung, selancar, dan ski air. Lokasi dan obyek wisata tersebut
tersebar di Kecamatan Lemong, Pesisir Utara, Pesisir Tengah, Karya Penggawa, Pesisir Selatan, dan Bengkunat. Selain obyek
wisata bahari, terdapat juga obyek wisata budaya, antara lain: Pesta Sakura, dan Nabuh Kelukup, kebiasaan menabuh
memukul kelukup kentongan raksasa yang dilakukan pada setiap bulan puasa dsb.
Aksesibilitas :
Ibukota Kabupaten Lampung Barat di Liwa, yang berjarak sekitar 330 km dari Bandar Lampung ibukota Provinsi
Lampung dan dapat ditempuh melalui jalan darat sekitar 6 jam. Jalan akses dari Liwa
menuju ke berbagai ibukota kecamatan di wilayah pesisir dengan mudah ditempuh melalui jalan darat beraspal
yang merupakan jalan negara dan provinsi. Sedangkan aksesibilitas antar kecamatan yang terletak di wilayah pesisir
mudah ditempuh, baik menggunakan alat transportasi darat melalui jalan negara yang kondisinya cukup baik maupun
menggunakan alat transportasi laut perahu, speed boat.
Status Pengelolaan :
l Dilakukan kegiatan sosialisasi dan publikasi pada masyarakat dan pemerintah daerah tentang KKLD 2007-
2011, melalui diskusi, pameran, baliho, poster dan lealet. l Melakukan pengelolaan KKLD laporan terlampir 2006-
2010 l Membangun sarana dan prasarana pengelolaan KKLD di
Pekon Muara Tembulih yang meliputi : l Pembebasan tanah pusat penangkaran penyu 2008
l Pembangunan pondok penangkaran penyu 2008 l Pembangunan Kantor Pengawasan 2009
l Pembangunan Pondok Wisata, Pondok Jaga, dan menara pengawas 2009
l Pagar penangkaran penyu 2010 l Pengadaan Kapal Operasional KKP 2008 dll.
l Pembuatan Dokumen Manajemen Plan KKLD 2009 l Kerjasama dengan Yayasan Mitra Bentala dalam rangka
pemberdayaan kelompok penangkar penyu di KKLD 2007-2009.
l Mengusulkan ketetapan menteri Kelautan dan Perikanan melalui Surat Bupati Lambar No. 9121070II.09-KP3K
VI2010 perihal Usulan Tindak Lanjut Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan.
l Kajian Populasi dan Habitat Penyu di Lampung Barat Dekon 2006
l Renstra Wisata Bahari Lampung Barat Pariwisata Lampung, 2007
l Pembuatan Proil Pulau Betuah DKP, 2007 l Renstra Wilayah Pesisir dan P2K Kabupaten Lampung
Barat dan Kabupaten Tulang Bawang dekon 2008 l Rencana Zonasi WP3K Kab. Lampung Barat dekon 2009
l Renstra Wilayah Pesisir dan P2K Provinsi Lampung 2010 l Rencana Induk Pariwisata Daerah Provinsi Lampung
2011 l Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Lampung Barat 2011
Nama Kawasan :
Taman Pesisir Ngambur dan Taman Pulau Betuah Kabupaten Lampung Barat
Dasar Hukum:
SK Pencadangan Bupati Lampung Barat Nomor B206KPTS II.122012
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 5.741,32 Ha untuk Taman Pesisir Ngambur dan 9.718,36 Ha untuk Taman Pulau Betuah..
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan Konservasi Kabupaten Lampung Barat terletak pada posisi 104
o
05’55,92 LU - 104
o
07’11,97” LS dan 5
o
29’51,30” - 5
o
31’44,99” BT ini memiliki luas kawasan sekitar 14.866,87 ha. Topograi wilayahnya sebagian besar berupa dataran
tinggi yang curam, daerah berbukit sampai bergunung yang merupakan bagian dari Bukit Barisan yang membentang dari
Utara ke Selatan Sumatera.
Keanekaragaman Hayati :
Satwa-satwa penting yang ada di pesisir Lampung Barat adalah penyu, lumba-lumba, paus dan udang lobster. Penyu
bisa ditemukan di hampir seluruh pesisir Lampung Barat. Jenis-jenis penyu yang bisa ditemukan adalah Penyu Hijau
Chelonia mydas, Penyu Sisik Erethmochelys imbricata, Penyu Lekang Lepidochelys olivacea dan Penyu Belimbing
Dermochelys coriacea. Sementara lumba-lumba dan paus diperkirakan ada di Samudera Hindia seperti lumba-
lumba risso abu-abu Grampus griseus, lumba-lumba biasa Delphinus delphis, paus sejati Selatan Eubalaena
australis, paus biru Balaenoptera musculus, paus bersirip Balaenoptera physalis, lodanpaus kerdil Kogia breviceps,
paus cebol Kogia simus, dan lumba-lumba pintal Stenella longirostris yang sering dekat pulau Klinowska, 1991; Silalahi
dan Suwelo, 2003. Terdapat beberapa jenis udang lobster yang ditemukan di beberapa tempat di Lampung Barat yaitu
Udang Mutiara Panulirus ornatus, Udang Batu P. penicilatus, Udang Bambu P. versicolor dan Udang Hijau P. homarus.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
264 265
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Tanggamus
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
266 267
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Penyebaran mangrove di pesisir Teluk Kiluan tidak berada disepanjang pesisirTeluk Kiluan, namun hanya terdapat
dipesisir Teluk Kiluan sekitar Dusun BandungJaya. Hutan mangrove yang ada hanya seluas 1,5 ha, terdiri dari 1
ha dalam kondisi baik sedangkan sisanya dalam kondisi rusak. Jenis vegetasi mangroveyang ada terdiri dari jenis
Pedada Sonneratia alba, Kacangan Aedicerascorniculaum, Terumtum Lumnitzera racemosa, Tinjang Rhizophora sp dan
Nipahbuyuh Nypa Fructicans
Perairan di sekitar Teluk Kiluan menjadi habitat dari 2 jenis penyu, yaituPenyu Sisik Erethmochelys imbricata dan
Penyu Hijau Chelonia mydas. Populasi penyu yang pernah teridentiikasi di wilayah Teluk Kiluan diperkirakan mencapai
32 ekor pada tahun 2007. Namun saat ini, semakin sulit menemukan penyu di kawasan Teluk Kiluan, baik penyu yang
berada perairan maupun yang mendarat untuk bertelur. Hal ini diduga disebabkan penurunan populasi yang drastis akibat
perburuan penyu dan pengambilan telurnya yang pernah marak pada awal tahun 2000-2005.
Terdapat 2 dua jenis spesies lumba-lumba yaitu lumba- lumbaparuh panjangSpinner dolphin Stenella longirostris
dan Lumba-lumba hidung botolBottlenose dolphin Tursiop
Nama Kawasan :
Taman Wisata Perairan Teluk Kiluan dan sekitarnya di Kabupaten Tanggamus
Dasar Hukum:
SK Pencadangan Bupati Tanggamus Nomor B.39932112014 tanggal 11 November 2014
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 76.214,33 Ha.
Letak Geograis dan Administratif :
Teluk Kiluan adalah teluk kecil yang merupakan bagian dari Teluk Semangka di Provinsi Lampung. Secara administrasi,
termasuk dalam wilayah pekon desa Kiluan Negeri, Kecamatan Kelumbayan, Kabupaten Tanggamus. Pekon Kiluan
Negeri memiliki luas wilayah 276,1 km
2
termasuk perairan Teluk Kiluan. Topograi wilayah Pekon Kiluan Negeri sangat
beragam. Wilayahnya terdiri dari daratan, persawahan, hingga perbukitan, dengan ketinggian wilayah bervariasi, mulai dari
ketinggian 5-400 meter dpl. Berdasarkan pengamatan, Teluk Kiluan merupakan teluk yang dikelilingi oleh perbukitan
dengan wilayah dataran
Salah satu potensi di Kawasan Konservasi yang menjadi andalan adalah adanya kegiatan ekowisata di teluk Kiluan.
.
Keanekaragaman Hayati :
Kondisi tutupan terumbu karang hidup yang ada disekitar Teluk Kiluan sangatbervariasi. Tutupan terumbu karang hidup
terutama berada disekitar selat antaraDusun Bandung Jaya dan Pulau Kelapa serta disekitar Pulau Kelapa. Sekitarperairan
ini menjadi lokasi wisata snorkling. Namun dibanyak lokasi, terutamayang terletak di pesisir barat dan timur bagian dalam
Teluk Kiluan kondisi terumbukarang tergolong rusak. Hal ini ditandai dengan tingkat tutupan terumbu karanghidup
yang kurang dari 10. Kerusakan terumbu karang ini diduga disebabkanoleh pengambilan terumbu karang sebagai bahan
bangunan dan kegiatan destruktif ishing penggunaan bahan peledak bom ikan
truncatus yang hidup disekitar perairan Teluk Kiluan. Kedua jenis lumba-lumba tersebut cenderung untuk membentuk
kelompok kecil dengan jumlah 4-6 ekor. Kemudian pada saat tertentu, kelompok-kelompok kecil ini bersatu membentuk
kelompok yang lebih besar. Pemunculan lumba-lumba di perairan umumnya sebanyak 2 kali setiap hari, yaitu pada pagi
hari sekitar pkl.07.00-08.00 WIB dan sore hari, sekitar pukul 17.00 WIB.
Potensi Pariwisata :
Keberadaan lumba-lumba di sekitar Teluk Kiluan menjadi daya tarik utama kunjungan wisatawan ke kawasan ini. Kegiatan
wisata yang berkembang yaitu pengamatan lumba-lumba Dolphin watching. Wisatawan dapat berlayar ke laut lepas
menggunakan perahu ketinting untuk berburu foto dan mengamati tingkah laku lumba-lumba diperairan bebas.
Aksesibilitas :
Pekon Desa Kiluan Negeri termasuk daerah yang terpencil dan jauh dari pusat pemerintahan. Jarak tempuh kawasan
Teluk Kiluan dari kota-kota terdekat antara lain:
1 Jarak dari Bandar Lampung ibukota Provinsi Lampung ke Pekon KiluanNegeri kurang lebih 78 km, dapat ditempuh
menggunakan kendaraan roda 4selama 3-3,5 jam. Kondisi jalan sebagian besar baik, namun rusak berat dibeberapa
lokasi.
2 Jarak dari Kota Agung ibukota Kabupaten Tanggamus ke Pekon Kiluan Negeri kurang lebih 148 km.
3 Jarak dari Pekon Napal ibukota Kecamatan Kelumbayan ke Pekon Kiluan Negeri kurang lebih 18 km. Belum ada
angkutan umum resmi yang sampai ke pekon. Untuk menuju pekon Kiluan Negeri menggunakan angkutan
umum non trayek yang berangkatdari Pekon Kiluan Negeri – Bandar Lampung PP 1 kali dalam sehari.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
268 269
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Jawa
PADEGLANG SUKABUMI
INDRAMAyU CIAMIS PANGANDARAN
BREBES TEGAL
PEKALONGAN BATANG
JEPARA GUNUNG KIDUL
BANTUL SIDOARJO
SITUBONDO PASURUAN
SUMENEP
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
270 271
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.
Dasar Hukum :
Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Pandeglang dan laut sekitarnya ditetapkan melalui Surat Keputusan Bupati
Pandeglang Nomor 660Kep.369-Huk2007.
Letak Kawasan:
Perairan Labuan, Panimbang, Cigeulis, Sumur Cibitung.
Potensi Pariwisata :
Potensi pariwisata yang telah dikelola antara lain; i sumber mata air panas Cisolong, ii Situ Cikedal di Kecamatan Cikedal,
iii Pantai Carita, kolam Renang Alam Cikoromoy, iv wisata Pantai Bama, dan v wisata Tanjung Lesung. Kabupaten
Pandeglang juga menjadi pintu masuk menuju Taman Nasional Ujung Kulon dengan masuk melalui Kecamatan
Panimbang yang merupakan batas timur dari Taman Nasional.
Aksesibilitas :
Kabupaten Pandeglang berjarak 111 KM dari Jakarta dengan waktu tempuh sekitar dua setengah jama hingga tiga jam
dari Jakarta. Untuk menjangkau Kabupaten Pandeglang dapat ditempuh dengan jalan darat dengan menggunakan
kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum. Akses darat ke Pandeglang menggunakan kendaraan umum bisa melalui
Kota Serang via Terminal Pakupatan.
Status Pengelolaan :
Kawasan ini dicadangkan oleh Bupati pada Tahun 2007.
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Pandeglang
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
272 273
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Sukabumi
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
274 275
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Sukabumi Taman Pesisir Penyu Pantai Pangumbahan
Dasar Hukum :
Kawasan Konservasi Pesisir Pantai Pangumbahan dicadangkan dengan status Taman Pesisirmelalui pencadangan SK
Bupati Sukabumi Nomor 523Kep.639-Dislutkan2008 yang dikeluarkan pada tanggal 31 Desember 2008.
Surat Edaran Bupati Sukabumi No. 523851.ADislutkan-08 tanggal 30 April 2008 perihal Pengelolaan Penyu Pantai
Pangumbahan.
Surat Edaran Bupati Sukabumi No. 523932.ADislutkan-09 tanggal 16 April 2009 perihal Pengelolaan Konservasi Penyu di
Pantai Pangumbahan.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 1.771 Ha.
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan Konservasi Pesisir Pantai Pangumbahan merupakan bagian dari Kecamatan Ciracap dan terletak pada posisi
geograis 106 19’37”-106
20’07”LS-07 19’08”- 07
20’52”BT. Secara administratif, Desa Pangumbahan berbatasan dengan
Cagar Alam BKSDA Cikepuh dan Desa Gunung Batu di sebelah Utara, sebelah Timur dengan Desa Gunung Batu,
sebelah Timur dengan Desa Gunung Batu dan Desa Ujung Genteng, dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia.
Keanekaragaman Hayati :
Penyu Belimbing Dermochelys coriecea, Penyu Sisik Eretmochelys imbricata, Penyu Lekang Lepidochelys olivacea,
Penyu Tempayan caretta caretta, Penyu Pipih Narator depressus, Penyu Hijau Chelonia mydas
Potensi Pariwisata :
Taman Pesisir Penyu Pantai Pangumbahan dapat dijadikan tempat wisata minat khusus yakni turtle watching melihat
penyu bertelur, pelepasan tukik dan wisata kolam sentuh. Di kawasan ini juga telah dibangun pusat informasi yang bisa
dijadikan sebagai tempat wisata pendidikan dalam rangka memperkenalkan konservasi penyu kepada para pelajar-
mahasiswa.
Aksesibilitas :
Kawasan Konservasi Pesisir Pantai Pangumbahan dapat diakses melalui berbagai rute, yaitu:
1. Rute dari Bogor menggunakan jalan darat menuju Palabuhanratu dengan waktu tempuh 2-3 jam.
2. Rute dari Lebak melalui jalur Selatan menggunakan jalan darat menuju Palabuhanratu.
3. Rute dari Cianjur menggunakan jalan darat menuju Palabuhanratu dengan waktu tempuh 1-2 jam.
4. Untuk mencapai wilayah Kawasan Konservasi Pesisir Pantai Pangumbahan dapat diakses dengan jalan darat dari
Palabuhanratu.
Status Pengelolaan :
Taman Pesisir Pangumbahan saat ini telah memiliki rencana pengelolaan dan zonasi serta UPTD pengelola kawasan yang
sudah operasional. Sejumlah sarana dan prasarana juga telah diadakan untuk mendukung pengelolaan seperti Pusat
informasi, Pos Jaga, Gerbang kawasan, aula dsb. Sejumlah Program Corporate Social Responsibility CSR juga telah
berpartisipasi aktif dalam pengelolaan kawasan seperti dari PT Bio Farma dan Pt Astra Daihatsu Motor.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
276 277
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Indramayu
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
278 279
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Indramayu Pulau Biawak
Dasar Hukum :
Dasar hukum Penetapan Pulau Biawak dan sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi dan Wisata Laut adalah SK Bupati
Indramayu No. 556Kep.528 Diskanla2004 yang dikeluarkan pada tanggal 7 April 2004
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 720 Ha.
Letak Geograis dan Administratif :
Pulau Biawak dan sekitarnya terdiri dari tiga pulau kecil, yaitu Pulau Biawak atau yang dikenal juga dengan Pulau Rakit,
Pulau Gosong, dan Pulau Candikian Pulau Rakit Utara. Secara
Potensi Pariwisata :
Pulau Biawak dan sekitarnya memiliki sejumlah obyek wisata menarik, antara lain: Situs Makam Belanda, Situs Makam Syarif
Hasan, Menara Mercu Suar. Selain itu, kawasan ini juga sering dijadikan tempat wisata ‘menonton Biawak’ yang merupakan
satwa langka di Indonesia.
Aksesibilitas :
Pulau Biawak dan sekitarnya yang terletak di sebelah Utara Indramayu, yaitu sekitar 26 mil ± 50 km dari daratan
Indramayu ini dapat dijangkau dengan menggunakan kapal nelayan dengan lama perjalanan 4-6 jam. Akses menuju
pulau ini berasal dari beberapa daerah sekitarnya, misalnya Brondong dan Karangsong. Untuk menuju pulau tersebut
harus memakai perahu yang disewa dari nelayan karena tidak ada angkutan khusus yang berangkat setiap hari.
geograis, Kawasan Konservasi ini terletak pada koordinat sbb: P. Biawak 06°56’022’’ LS dan 108°22’015’’ BT
P. Gosong 5°52’076”LS dan 108°24’337’’ BT P. Candakian 5°48’089”LS dan 108°24’487’’BT
Keanekaragaman Hayati :
Pulau Biawak merupakan pulau hutan yang banyak ditumbuhi berbagai jenis bakau sebagai ciri khas eksosistem mangrove.
Kondisi ekosistem mangrove masih baik dengan tumbuhnya berbagai ragam
jenis mangrove yang sudah langka sebagaimana jarang dijumpai di pantai Utara Jawa. Jenis-jenis bakau yang tumbuh
diantaranya adalahSonneratia sp, Avicennia sp, Bruguiera sp, Rhizophora sp, Ceriops sp, Acanthus sp, Lummitterae,
Xylocarpus, Aigicera, Nipa sp dan sebagainya.
Status Pengelolaan
Tahun 2006 l Kantor Pengelola KKLD di Komplek Pangkalan Pendaratan
Ikan PPI Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu.
l Kapal Wisata KKLD, kapasitas 25 Orang, Kecepatan 10 knotjam, dilengkpai Life Jacket sebanyak 25 pcs Jaket
Pelampung, Life Bouy 5pcs, Radio SSB single side band, GPS geographic position system, HT handy talky, dan
Pemandu Wisata guideinterpreter.
l Radar dan Fish Finder l Pusat Informasi dan Pos Jaga di Pulau Biawak
l Dermaga Pelabuhan Jetty di Pulau Biawak. l Tempat Penangkaran Biota Laut Langka dan Ikan Hias.
l Peralatan Selam diving sebanyak 3 Unit dan Kompresor
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
280 281
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
l Mouring Bouy tempat tampat perahu di laut l Papan informasi penunjuk arah potensi wisata.
l Sarana kebersihan, Tempat duduk dan shelter. Tahun 2007
l Kantor Pengelola KKLD di Komplek Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten
Indramayu. l Kapal Wisata KKLD, kapasitas 25 Orang, Kecepatan 10
knotjam, dilengkpai Life Jacket sebanyak 25 pcs Jaket Pelampung, Life Bouy 5pcs, Radio SSB single side band,
GPS geographic position system, HT handy talky, dan Pemandu Wisata guideinterpreter.
Pelampung, Life Bouy 5pcs, Radio SSB single side band, GPS geographic position system, HT handy talky, dan
Pemandu Wisata guideinterpreter.
l Radar dan Fish Finder l Pusat Informasi dan Pos Jaga di Pulau Biawak
l Dermaga Pelabuhan Jetty di Pulau Biawak. l Tempat Penangkaran Biota Laut Langka dan Ikan Hias.
l Peralatan Selam diving sebanyak 3 Unit dan Kompresor l Mouring Bouy tempat tampat perahu di laut
l Papan informasi penunjuk arah potensi wisata. l Sarana kebersihan, Tempat duduk dan shelter.
Tahun 2009 l Pembangunan grassblok Bangunan KKLD
l Rehab dan Peninggian Jembatan l Pembangunan Tempat Tambat Perahu
l Radar dan Fish Finder l Pusat Informasi dan Pos Jaga di Pulau Biawak
l Dermaga Pelabuhan Jetty di Pulau Biawak. l Tempat Penangkaran Biota Laut Langka dan Ikan Hias.
l Peralatan Selam diving sebanyak 3 Unit dan Kompresor l Mouring Bouy tempat tampat perahu di laut
l Papan informasi penunjuk arah potensi wisata. l Sarana kebersihan, Tempat duduk dan shelter.
Tahun 2008 l Kantor Pengelola KKLD di Komplek Pangkalan Pendaratan
Ikan PPI Desa Dadap Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu.
l Kapal Wisata KKLD, kapasitas 25 Orang, Kecepatan 10 knotjam, dilengkpai Life Jacket sebanyak 25 pcs Jaket
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
282 283
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Ciamis
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
284 285
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Ciamis
Dasar Hukum :
Dasar hukum pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Ciamis adalah Peraturan Bupati Ciamis Nomor : 15
Tahun 2008.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan ini memiliki luas 29.823,99 Ha.
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan Konservasi Kabupaten Ciamis terletak pada posisi geograis 07
41’01”– 07 49’11” LS dan 108
26’58” – 108 46’56”
BT. Sementara secara administratif, Kabupaten Ciamis berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten
Kuningan di sebelah Utara, Kabupaten Tasikmalaya di sebelah Barat, Provinsi Jawa Tengah di sebelah Timur, dan Samudera
Indonesia di sebelah Selatan.
Keanekaragaman Hayati :
Di wilayah pesisir Kabupaten Ciamis ditemukan 18 jenis mangrove yang didominasi oleh jenis Rhizophora apiculata,
Scyphiphora hydrophyllaceae, Acantus ilicifolius, Nypa fruticans dan Acrosticum aureum dan 9 jenis mangrove
ikutan yang didominasi oleh jenis Pongmia pinnata dan Terminalia cattapa, Pandanus tektorius, Hibscus sp, dan
Cerbera manghas. Namun demikian, Rhizophora apiculata adalah jenis mangrove yang paling dominan di wilayah
pesisir Kabupaten Ciamis. Ekosistem lamun di pesisir Ciamis didominasi oleh Thallasia hemprichii dan Enhalus acoroides,
sementara biota laut yang berasosiasi dengan lamun yaitu jenis-jenis ikan tertentu, crustacea, molusca Pinna, Lambis,
dan Strombus, echinodermata Holothuria dan Aste roidea, bulu babi Diadema sitosum dan cacing laut polychaeta.
Terumbu karang Pangandaran didominasi oleh karang-karang massif, yang merupakan karang-karang berbentuk padat dan
keras. Hasil pengamatan bawah air ditemukan berbagai jenis karang diantaranya Goniastrea retiformis, G. favulus, G. aspera,
G. pectinata, Platygyra pini, P. lamellina, Montastrea curta, M. annuligera, M. magnistellata,Leptastrea transversa, Cyphastrea
serailia, C. Chaldium, Echinopora lamellose, E. gemmacea, E. hirsutissima. Berkembangnya karang padat dan keras
disebabkan oleh faktor kedalaman air dan kerasnya hempasan gelombang Samudera Hindia.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
286 287
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Potensi Pariwisata :
Kabupaten Ciamis memiliki banyak lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai obyek wisata, diantaranya
adalah Cagar Alam Pangandaran, Karang Tirta, Batu Hiu dan Batu Karas
Aksesibilitas :
Kawasan Konservasi Perairan Ciamis mempunyai jarak yang cukup dekat, baik dengan ibu kota provinsi maupun
kabupaten. Lokasinya dapat dicapai melalui jalur Utara dan Selatan. Untuk transportasi darat bisa menggunakan
angkutan umum atau menyewa mobil. Kendaraan umum berupa bus antar kota bisa ditempuh dengan rute Jakarta-
Ciamis-Pangandaran dan Bandung-Ciamis-Pangandaran.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
288 289
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Brebes
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
290 291
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sementara itu, Waduk Malahayu terletak di Desa Malahayu, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes,Jawa Tengah; ± 6
km dari Banjarharjo atau 17 km dari Tanjung. Luas kawasan ini sekitar 944 hektare dan dibangun pada tahun 1930 oleh
Kolonial Belanda. Fungsi waduk ini disamping sebagai sarana irigasi lahan pertanian wilayah Kecamatan Banjarharjo,
Kersana, Ketanggungan, Losari, Tanjung dan Bulalakamba juga sebagai pengontrol banjir serta dimanfaatkan untuk
rekreasi. Di obyek wisata ini dapat ditemukan panorama alam pegunungan yang indah, dikelilingi hutan jati yang luas dan
telah dijadikan bumi perkemahan dan wana wisata. Berbagai fasilitas tersedia di kompleks wisata ini antara lain kolam
renang anak, mainan anak, becak air, perahu pesiar, perahu dayung, panggung terbuka serta disediakan tempat parkir
yang cukup luas Wikipedia.
Nama Kawasan :
Suaka Perikanan Waduk Malahayu dan Waduk Penjalin
Dasar Hukum :
Dasar hukum pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Brebes adalah Keputusan Bupati Brebes Nomor :
523177 Tahun 2007 Tentang penetapan daerah perlindungan sumberdaya ikan suaka perikanan sebagai zona penyangga
penebaran benih ikan di perairan umum waduk mahalayu kecamatan Banjarharjo dan Waduk Penjalin Kecamatan
Paguyangan Kabupaten Brebes
Sekilas tentang kawasan
Waduk Penjalin memiliki luas 1,25 km2 dan isi 9,5 juta m3, terletak di tengah-tengah Desa Winduaji , 2,4 km arah
selatan ibu kota Kecamatan Paguyangan . Dari ibu kota kecamatan ke arah selatan jurusan Purwokerto , kemudian
sampai Desa Winduaji belok kanan ke lokasi waduk. Dari kota Paguyangan jaraknya 6 km, dari kota Bumiayu 12 km.
Sedangkan dari Purwokerto 30 km. Waduk Penjalin terletak perbatasan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Brebes.
Waduk ini dibangun tahun 1930 oleh pemerintah kolonial Belanda bersamaan dengan Waduk Malahayu. Air waduk ini
dipersiapkan untuk menyuplai irigasi Sungai Pemali bawah dan areal persawahan. Penjalin dalam Bahasa Jawa berati
rotan. Di bagian muka waduk ini terdapat tanggul dengan ketinggian 16 m, lebar 4 m, dan panjang 850 m. Keliling
waduk dikitari pedukuhan Mungguhan, Keser Kulon, Kali Garung, Kedung Agung, Soka, Karangsempu, Pecikalan, dan
Karangnangka. Sedangkan di sebelah timur yang merupakan tanggul dan pintu gerbang waduk adalah dukuh Keser
Tengah.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
292 293
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Tegal
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
294 295
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan KonservasiPerairan Karang Jeruk
Dasar Hukum :
Keputusan Bupati Tegal Nomor: 5234482010 Luas Kawasan
Kawasan Suaka Perikanan Karang Jeruk memiliki luas sekitar 53 Hektar dengan rincian sebagai berikut :
Zona Inti 10,365 hektar antara 109°11’57,068” – 109°12’16,249” BT dan 06°48’34,689” – 06°48’45,240”
LS Zona Penyangga 42,825 hektar antara 109°11’50,560” –
109°12’22,766” BT dan 06°48’28,174” – 06°48’51,741” LS Zona Pemanfaatan : Di luar Zona inti Karang jeruk dan
zona pemanfaatan Potensi Pariwisata :
1. Wisata Pantai Purwahamba
Pantai Purwahamba Indah atau biasa disebut Purin. Ada pula yang menyebutnya Pantai Sosro. Salah satu wisata pantai
alternatif yang patut dicoba. Dengan lokasi yang strategis, yaitu di Jalan Pantai Utara Pantura Jawa Tengah, membuat
tempat wisata ini mudah diakses dari mana saja
2. Wisata Pantai Alam Indah PAI
Setelah penat beraktiitas, yuk kita berwisata di Pantai Alam Indah PAI Tegal. Tempat wisata ini dekat dengan pusat Kota
Tegal. Jadi masih bisa dijangkau dengan kendaraan. Lokasinya pun cukup strategis, karena melalui Jalan Pantura.
Lokasi :
Karang Jeruk dalam wilayah administratif Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal
Rencana Pengelolaan Zonasi
Kawasan Konservasi ini telah memiliki zonasi dengan lokasi, koordinat dan rincian sbb :
Zona Inti : 10,635 ha
109°11’57,068” – 109°12’16,249” BT 06°48’34,689” – 06°48’45,240” LS
Mutlak dilindungi dan tidak boleh terjadi perubahan apapun didalamnya oleh aktivitas manusia. Kegiatan yang
diperbolehkan hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, inventarisasi, pemantauan
perlindungan dan pengamanan.
Zona Penyangga : 42,825 ha
109°11’50,560” – 109°12’22,766” BT 06°48’28,174” – 06°48’51,741” LS
Zona yang diperuntukan bagi pengamanan zona inti sebagai upaya konservasi. Boleh dilakukan kegiatan penangkapan
yang tidak merusak ramah lingkungan. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang dapat memberikan dampak negatif
terhadap zona inti.
Zona Pemanfaatan
Lokasi menyebar diluar zona inti Karang Jeruk dan zona pemanfaatan
Zona pemanfaatan perikanan dengan menggunakan peralatan atau sarana prasarana pemanfaatan ramah
lingkungan. Penangkapan diperkenankan tanpa batasan waktu dan spesies.
Sekilas tentang Kawasan
Kabupaten Tegal, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Slawi, sekitar 14 km sebelah
selatan Kota Tegal. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Tegal dan Laut Jawa di utara, Kabupaten Pemalang di timur,
Kabupaten Banyumas di selatan, serta Kabupaten Brebes di selatan dan barat. Bagian utara wilayah Kabupaten Tegal
merupakan dataran rendah. Di sebelah selatan merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Slamet 3.428
meter, gunung tertinggi di Jawa Tengah. Di perbatasan dengan Kabupaten Pemalang, terdapat rangkaian perbukitan
yang tidak terlalu terjal. Di antara sungai besar yang mengalir adalah Kali Gung dan Kali Erang, keduanya bermata air di hulu
Gunung Slamet. Kabupaten Tegal terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat
pemerintahan berada di Kecamatan Slawi. Slawi dulunya merupakan kota kecamatan, yang kemudian dikembangkan
menjadi ibukota kabupaten yang sebelumnya berada di Kota Tegal.
Secara geograis disebelah utara kabupaten tegal merupakan daerah pesisir yang terumbu karangnya rusak karena adanya
penambangan liar, penangkapan menggunakan bahan peledak, pencemaran, sedimentasi, eksploitasi berlebih,
pembuangan jangkar kapal di daerah terumbu karang, bencana alam pemangsaan oleh Achantaster plancii maka
pemerintah daerah , masyarakat pesisir , dan stakeholder tekait menginisiasi perlu adanya konservasi kawasan perairan
untuk melindungi ekosistem terumbu karang. Kerentanan ekosistem terumbu karang dan berbagai ulah manusia
terus memaksa terdegradasinya terumbu karang. Kawasan Konservai Perairan diatur dengan sistem zonasi. pembagian
zonasi yang dapat dikembangkan di dalam kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau-pulau kecil, yaitu
zona inti, zona perikanan berkelanjutan, zona pemanfaatan dan zona lainnya. Dengan konservasi, masyarakat telah
memperoleh manfaat hasil tangkapan lebih baik, sebagai dampak limpahan ikan yang dilindungi pada zona larang
ambil. selain itu, berbagai alternatif mata pencaharian juga berkembang dengan meningkatnya pengelolaan kawasan
konservasi, seperti pemanfaatan wisata bahari serta berbagai kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
296 297
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Konservasi Kawasan Mangrove pada Pusat Informasi Mangrove dan Sekitarnya Kabupaten Pekalongan.
Dasar Hukum :
Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Walikota Pekalongan Nomor 52302.A tahun 2012 tentang Konservasi
Kawasan Mangrove pada Pusat Informasi Mangrove dan Sekitarnya Kabupaten Pekalongan;
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 66,4 Ha.
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan Konservasi ini terletak di Kecamatan Pekalongan Utara diantaranya terdapat di tiga Kelurahan yaitu:
Kelurahan Kandang Panjang seluas 10,7 Ha dan 3,2 Ha Kelurahan Bandengan seluas 49,5 Ha
Kelurahan Degayu seluas 3 Ha.
Keanekaragaman Hayati :
Pencadangan kawasan konservasi dilakukan oleh pemerintah Kota Pekalongan mengingat tingginya abrasi yang terjadi
di wilayah pesisir. Mangrove di pesisir Kota Pekalongan diharapkan dapat mengurangi abrasi dan mengembalikan
habitat penting bagi biota ekonomis penting yang berasosiasi dengan mangrove. Mangrove mempunyai fungsi penting
dalam melindungi daerah pantai dari gelombang besar dan abrasi pantai. Penggunaan tumbuhan mangrove sangat
berguna karena sabuk hijau mangrove tidak saja akan mencegah terjadinya abrasi tetapi, secara ekologis juga akan
membantu mengembalikan serta meningkatkan produksi perikanan di perairan disekitarnya mengingat bahwa hutan
mangrove merupakan tempat hidup dan tempat memijah dari banyak jenis organisme laut baik yang secara ekonomis
penting maupun tidak. Selain itu mangrove mempunyai fungsi ekologis sebagai tempat berlindung dan nursery
ground bagi beberapa jenis hewan seperti ikan, udang, ular, dan burung.
Potensi Pariwisata :
Pesisir kota Pekalongan mempunyai beberapa potensi wisata yang dapat dikembangkan. Salah satunya adalah Pusat
Informasi Mangrove yang menjadi Kawasan Konservasi. Pada Kawasan ini sudah dibangun infrastruktur yang mendukung
kegiatan wisata baik edukasi, wisata alam maupun wisata kuliner..
Aksesibilitas :
Pusat Informasi Mangrove dapat diakses dari Jakarta dengan transportasi darat baik itu kereta maupun kendaraan umum
dan pribadi. setelah itu menuju lokasi yang berada di Kecamatan Pekalongan Utara.
Status Pengelolaan :
Di samping upaya-upaya pokok pengelolaan seperti pengadaan sarana prasarana, sosialisasi, dan monitoring,
penyusunan Rencana Pengelolaan dan zonasi kawasan ini telah dilaksanakan, begitu pula dengan penunjukan unit
organisasi pengelola.
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Pekalongan
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
298 299
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Batang
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
300 301
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Pesisir Kabupaten Batang Taman Pesisir Ujungnegoro-Roban
Dasar Hukum :
Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Batang Nomor 5231942012 tentang Pencadangan Kawasan Taman
Pesisir Batang; Dasar hukum penetapan kawasan yakni SK Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor Kep.29MEN2012
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 4.015,2 Ha. setempat cukup mengenal komunitas karang-karang tesebut.
Nama-nama komunitas karang menurut masyarakat lokal, berturut-turut mulai dari arah Barat ke Timur di sepanjang
pantai KKLD antara lain Karang Maeso, Karang Pancer Darat, Karang Pancer, Karang Angrik, Karang Wuluhan, Karang
Jojogan, Karang Guo, Karang Kepuh, Karang Kembar, Karang Ipik, dan Karang Kretek. Berdasarkan hasil survey, persentase
tutupan karang keras sebesar 6, seperti Porites Lobata dengan bentuk pertumbuhan masive dan submasive. Selain
itu, juga terdapat sedikit karang dari familia Faviidae yaitu Favites sp dijumpai dalam bentuk pertumbuhan masive. Jenis
ikan karang yang terdapat di lokasi berasal dari 3 famili yaitu Pomacentridae dengan kelimpahan relatif sebesar 78,78,
Labridae sebesar 3,02 dan Siganidae 18,18 . Spesies ikan karang yang paling melimpah ialah jenis Neopomacentrus
yaitu Neopomacentrus Cyanomos dan N. azysron. Famili Labridae yang ditemukan adalah ikan pembersih cleanerish
Labroides dimidiatus. Ikan karang ekonomis penting yang dijumpai di lokasi adalah ikan beronang jenis Siganus javus.
Potensi Pariwisata :
Obyek wisata yang berkembang di Kabupaten Batang adalah wisata pantai yaitu Pantai Ujungnegoro. Selain itu, ada pula
lokasi Makam Syech Maulana Maghribi yang sering dijadikan tempat wisata sejarahreligi.
Aksesibilitas :
Pantai Ujungnegoro-Roban dapat diakses dari arah Pekalongan, Banjarnegara, dan Kendal menuju Batang, setelah
itu menuju lokasi yang berada di Kecamatan Kandeman, Kecamatan Tulis dan Kecamatan Subah.
Status Pengelolaan :
Di samping upaya-upaya pokok [engelolaan seperta pengadaan sarana prasarana, sosialisasi, dan monitoring,
penyusunan Rencana Pengelolaan dan zonasi kawasan ini telah dilaksanakan, begitu pula dengan penunjukan unit
organisasi pengelola.
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan ini terletak di pesisir Ujungnegoro hingga Roban yang terbentang sepanjang Pantai Utara wilayah administrasi
Kabupaten Batang.
Keanekaragaman Hayati :
Ekosistem mangrove di Kawasan Konservasi Laut Daerah terdapat di Desa Sengon Kecamatan Subah. Mang rove
jenis Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Avicennia marina dan Bruguiera cylindrica termasuk golongan mangrove
komponen mayor. Golongan mang rove ini paling banyak ditemui dibanding mangrove komponen minor seperti
Excoecaria agallocha serta mangrove komponen asosiasi seperti waru, ketapang, dan cemara laut. Hasil interpretasi
citra satelit menunjukkan penurunan luasan mangrove yang terjadi antara tahun 2003-2006 di wilayah pesisir Kabupaten
Batang pada umumnya,yaitu dari 363,842 ha pada tahun 2003 menjadi 159,847 ha. Terumbu karang yang ditemukan terdiri
atas karang mati dan karang yang masih tumbuh. Masyarakat
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
302 303
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Taman Pulau Kecil Pulau Panjang Kabupaten Jepara
Dasar Hukum :
Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Jepara Nomor 522.52728 tahun 2013 tentang Pencadangan
Kawasan Taman Pulau Kecil Pulau Panjang Kabupaten Jepara;
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 180,13 Ha.
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan ini terletak di pesisir Kabupaten Jepara tepatnya di Kelurahan Ujung Batu, Kecamatan Jepara dengan luas zona
inti 6,09 Ha, zona pemanfaatan seluas 19,68 Ha dan zona Perikanan Berkelanjutan seluas 154,36 Ha. Pulau panjang
berada di koordinat 05°40’-05°57’ LS dan 110°04’-110°40’ BT. Dengan luas wilayah teritorial seluas 30 Ha.
Keanekaragaman Hayati :
Secara umum, pulau Panjang merupakan sebuah pulau yang didominasi oleh vegetasi pohon yang cukup tinggi.
Diantaranya adalah; pohon randu, pohon duri, ketapang, petet, waru, kelor, setigi, cemara dan asam jawa. Secara
umum kondisi terumbu karang di Pulau Panjang termasuk dalam kategori sedang mencapai 57 dari keseluruhan
area pengamatan. Selanjutnya kondisi terumbu karang dengan kategori buruk mencapai 29 dan hanya 7 dalam
kategori baik dan buruk sekali. Karakteristik perairan di Pulau Panjang adalah pantai batu berpasir. Lereng terumbu dalam
kategori landai hingga agak curam, dengan kemiringan
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Jepara
lereng terumbu berkisar antara 10 - 20°. Kecerahan perarian tergolong rendah yaitu 6 meter. Persebaran mangrove tidak
cukup tinggi, dengan hanya ditemukan tiga jenis mangrove, yaitu: jenis rhizopora, avicenia dan lumnitzera.
Potensi Pariwisata :
Obyek wisata yang berkembang di Kabupaten Jepara adalah wisata pantai yaitu Pantai Kartini. Selain itu juga
banyak wisatawan menyeberang menuju Taman Nasional Karimunjawa untuk berwisata. Untuk Pulau Panjang sendiri
merupakan destinasi wisata bagi para wisatawan untuk menikmati keindahan pantainya dan ekosistemnya. Di sisi lain,
keberadaan mercu suar dan makam juga menjadi daya tarik tersendiri
Aksesibilitas :
Menuju Kawasan Konservasi Pulau Panjang dapat diakses dari pantai Kartini di Kabupaten Jepara menggunakan perahu
boat wisata, Pantai Kartini di Kabupaten Jepara berjarak 3 km dari pusat kota Jepara. Pusat kota Jepara berjarak 85 km dari
Semarang ibukota Propinsi Jawa Tengah..
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
304 305
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Suaka Alam Perairan Kabupaten Gunungkidul
Dasar Hukum :
Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Gunung Kidul Nomor 271KPTS2013 tentang Pencadangan Kawasan
Konservasi Perairan di Kabupaten Gunung Kidul;
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 3.195,67 Ha. Dengan luas kawasan daratan sebesar 192,79 Ha dan Kawasan Perairan
seluas 3.195,67 Ha. Luas Zona Inti 420,105 Ha atau 12,39 dari total luas kawasan konservasi perairan
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan ini terletak di pesisir Kabupaten Gunung Kidul tepatnya di sekitar Wediombo. Kawasan Pantai Wediombo
terletak di Desa Balong dan Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo..
Keanekaragaman Hayati : Potensi Pariwisata :
Pantai Wediombo merupakan teluk bertebing terjal, berpasir putih, tersusun oleh pasir vulkanis dan pasir organis yang
selama ini telah menjadi salah satu destinasi wisata di Kab. Gunung Kidul. Wisatawan dapat menikmati sunset dan
aktiitas memancing di lokasi wisata tersebut.
Aksesibilitas :
Wediombo yang merupakan lokasi Kawasan Konservasi terletak di Kecamatan Girisubo yang berjarak 28 km dari Kota
Wonosari ke arah tenggara. Sedangkan Wonosari berjarak sekitar 39 km dari kota Yogyakarta.
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Gunung Kidul
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
306 307
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Bantul
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
308 309
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Taman Pesisir Kabupaten Bantul
Dasar Hukum :
Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Bantul Nomor 284 tahun 2014 tentang Pencadangan Kawasan
Konservasi Taman Pesisir Kabupaten Bantul;
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 182 Ha. Terdiri dari Kawasan Konservasi Penyu, seluas 50 Ha dan Kawasan
Keanekaragaman Hayati :
Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul memiliki potensi sumberdaya alam berupa satwa penyu, vegetasi
mangrove, dan gumuk pasir yang mempunyai daya tarik sumberdaya hayati, formasi geologi,
danatau gejala alam yang dapat dikembangkan untuk kepentingan pemanfaatan pengembangan
ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan dan peningkatan kesadaran konservasi sumberdaya
alam hayati, wisata bahari, dan rekreasi.
Konservasi Mangrove, seluas 132 Ha. Untuk Kawasan Konservasi Penyu, Zona inti seluas 19 Ha, zona lainnya seluas
9 Ha dan zona pemanfaatan terbatas seluas 22 Ha. Sedangkan Kawasan Konservasi Mangrove, Zona inti seluas 10 Ha, zona
lainnya seluas 94 Ha dan zona pemanfaatan terbatas seluas 28 Ha.
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan ini terletak di pesisir Kabupaten Bantul tepatnya di Kecamatan Kretek, yang ada di dua lokasi kawasan konservasi,
yaitu: konservasi penyu penangkaran tukik di Pantai Patehan Desa Gadingsari dan Pantai Pandansimo Desa Poncosari.
Kemudian konservasi mangrove di Baros DesaTirtohargo
Potensi Pariwisata :
Obyek wisata yang berkembang di Kabupaten Bantul adalah wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan
minat khusus. Namun khususnya di Kawasan Konservasi yang dapat dinikmati wisatawan adalah wisata pantai.
Sebagian dari wilayah Kawasan Konservasi memang bersinggungan dengan objek wisata pantai yang sudah
berkembang. Sehingga pengelolaan kawasan konservasi dapat dipadukan dengan konsep wisata.
Aksesibilitas :
Menuju Kawasan Konservasi Kabupaten Bantul dapat diakses dari Kota Bantul menggunakan transportasi darat dengan
jarak kurang lebih 10 km, Sedangkan kota Bantul berjarak sekitar 16 km dari Jogya ibukota Propinsi Yogyakarta...
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
310 311
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Pulau-pulau Kecil Kabupaten Sidoarjo
Dasar Hukum :
Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Sidoarjo Nomor 188859404.1.3.22012 tentang Pencadangan
Kawasan Konservasi Pulau-pulau Kecil Kabupaten Sidoarjo tanggal 24 Oktober 2012;
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 3005 Ha, terdiri dari Area Pulau Kedung seluas 1330 Ha dengan wilayah laut seluas
250 Ha dan wilayah darat seluas 1080 Ha Area Pulau Watu seluas 825 Ha dengan wilayah laut seluas 200
Ha dan wilayah darat seluas 625 Ha Area Pulau Pandansari seluas 850 Ha, dengan wilayah laut
seluas 600 Ha dan wilayah darat seluas 250 Ha
Letak Geograis dan Administratif :
Pulau Kedung berlokasi di Kecamatan Jabon dengan letak geograisnya adalah 7 33’50” LS dan 112 51’47” BT
Pulau Watu berlokasi di Kecamatan Jabon dengan letak geograisnya adalah 7 33’51” LS dan 112 51’38” BT.
Pulau Pandansari berlokasi di Kecamatan Jabon dengan letak geograisnya adalah 7 33’45” LS dan 112 51’40” BT
Keanekaragaman Hayati :
Pulau Kedung merupakan pulau yang sebagian besar wilayahnya merupakan tambak. Pulau Watu merupakan pulau
yang tidak berpenghuni. Pulau Pandansari merupakan hasil endapan sungai porong
Aksesibilitas :
Menuju Kawasan Konservasi Kabupaten Sidoarjo dapat diakses dari Kota Sidoarjo menggunakan transportasi darat
dengan jarak kurang lebih 30 km, Sedangkan kota Sidoarjo berjarak sekitar 20 km dari Surabaya ibukota Propinsi Jawa
Timur.
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Sidoarjo
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
312 313
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Taman Wisata Pasir Putih Kabupaten Situbondo
Dasar Hukum :
Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Situbondo Nomor No. 19 Tahun 2012 tentang Pencadangan
Kawasan Terumbu Karang Pasir Putih sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Situbondo
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 195,2 Ha, terdiri dari: Area I daratan, seluas 580 m2 lima ratus delapan puluh
meter persegi yang terletak pada koordinat 7º41’18,18” LS dan 113º49’52,45” BT.
Area II laut, seluas 195,2 Ha seratus sembilan puluh lima koma dua hektar dengan panjang keliling kawasan sebesar
8458,2 m delapan ribu empat ratus lima puluh delapan koma dua meter.
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Situbondo
Keanekaragaman Hayati :
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah didasarkan pada prinsip-prinsip pencegahan pengrusakan terumbu
karang, pencegahan aktivitas pariwisata yang destruktif, pencegahan tangkap lebih overishing, pengaturan
penggunaan alat penangkapan ikan, cara penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan yang ramah lingkungan,
pengelolaan berbasis masyarakat, pertimbangan kearifan lokal dan pertimbangan bukti ilmiah.
Pemanfaatan Kawasan Konservasi Perairan Daerah diprioritaskan untuk melindungi potensi sumberdaya
kelautan dan perikanan khususnya terumbu karang dari eksploitasi yang tidak ramah lingkungan dan untuk menjamin
ketersediaan sumber daya ikan secara berkelanjutan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat, pengembangan
budidaya perikanan, pengembangan pariwisata bahari yang memberi manfaat secara langsung kepada masyarakat serta
konservasi terumbu karang beserta ekosistemnya yang potensinya semakin terancam.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
314 315
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Pasuruan
Dasar Hukum :
Dasar hukum pencadangan Kawasan yakni SK Bupati Pasuruan Nomor No. 523513HK424.013201
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Pasuruan
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
316 317
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas tentang Kawasan
Meski baru dicadangkan pada Tahun 2010 melalui SK Bupati, kawasan ini telah malalui proses yang panjang dalam
kaitannya dengan kegiatan konservasi. Misalnya, pada Tahun 19961997 dilakukan study kelayakan oleh BAPPEDA Prov.
Jatim yang menghasilkan rekomendasi pembentukan daerah sepanjang dan sekitarnya sebagai taman laut nasional.
Surat Gubernur Jatim tgl. 05 Desember 1997 Nomor : 0502583201.31997 serta rekomendasi Bupati Sumenep tgl.
17 Desember 1997 Nomor : 050403444.2011997 perihal Rekomendasi Taman Nasional Laut di Kepulauan Sepanjang
dan sekitarnya, telah diusulkan menjadi Taman Laut Nasional di Jawa Timur.
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur.
Dasar Hukum :
Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Sumenep melalui Surat Keputusan Bupati No. 8 Tahun 2010
yang diterbitkan pada tanggal 3 Mei 2010.
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Sumenep dan sekitarnya memiliki luas sekitar 118.406,2 Ha.
Lokasi Kawasan:
Kawasan konservasi ini masuk dalam areal Pulau Sepanjang dimana secara administratif merupakan wilayah Kecamatan
Sepekan Kabupaten Sumenep Provinsi Jawa Timur. Secara geograis, wilayah perairan Kepulauan Sepanjang dan
sekitarnya terletak pada koordinat 06
48’ - 07 8’ LS dan 115
48’ - 115 53’ BT.
Keanekaragaman Hayati :
Pulau Sepanjang didominasi oleh vegetasi mangrove. Keanekaragaman ikan yang dijumpai di perairan Sepajang
sangat bervariasi antara ikan hias dan ikan ekonomis terumbu karang. Jumlah jenis ikan yang dijumpai 64 spesies. Wilayah
yang dikelilingi terumbu karang ini merupakan spawning ground dan nursery ground dengan inidkasi banyaknya juvenil
ikan di sekitar perairan. Terdapat 6 jenis ikan dijumpai dalam kelimpahan besar 80 ekor dari jenis Dascyllus reticulatus,
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Sumenep
Dascyllus trimaculatus, Pomacentrus auriventris, Acanthurus nigrofuscus, Labroides dimidiatus, dan Pomacentrus moluccensis
Aksesibilitas :
Untuk menjangkau Pulau Sepanjang dapat ditempuh melalui pelabuhan penyeberangan Kalianget di Sumenep.
Waktu tempuh sekitar 8 jam dengan menggunakan moda transportasi laut berupa kapal penumpang milik Pemerintah
Kabupaten Sumenep Dharma Sumekar, dengan jadwal pelayaran setiap hari satu kali kecuali hari Selasa dan Kamis.
Jam keberangkatan yaitu jam 21.00 WIB turun di Pelabuhan Bilis-Bilis Kangean Kec. Arjasa. Selain dengan kapal
penumpang ada juga pelayaran lainnya yaitu yaitu Kapal Perintis dengan rute Banyuwangi – Kalianget – Batu Guluk
Arjasa – Sapeken pulang pergi. Jadwal pelayaran adalah dalam 1 minggu 2 kali yaitu setiap hari Sabtu dan Rabu. Dari
Bilis-bilis bisa dianjutkan dengan kapal kayu nelayan atau kapal tradisional menuju Sapeken, yang dilanjutkan ke Pulau
Sepanjang yang ditempuh sekitar 6-8 jam. Adapun alternatif lain jalur darat menuju ke ujung Pulau Kangean yaitu Kayu
Waru yang ditempuh sekitar 1 jam selanjutnya dengan kapal tradisional kapal nelayan ke Sapeken - Sepanjang dengan
waktu tempuh 3 jam perjalanan.
Potensi Pariwisata :
Perairan sebelah utara Pulau Sepanjang mempunyai daya tarik alam berupa panorama tumbuhan, satwa beserta
ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologinya yang indah, unik dan nyaman. Untuk menjangkau wilayah ini relatif
mudah karena akses dekat dengan pemukiman penduduk. Kondisi tersebut secara tidak langsung memberikan peluang
Kawasan ini menjadi tempat Parawista.
Status Pengelolaan :
l Dicadangkan melalui SK Bupati dengan rencana aksi sbb : l Review rencana zonasi Kawasan Konservasi Perairan
Daerah l Pembentukan kelembagaan pusat Tradisi Maritim
Sepanjang oleh para Kades di Kec. Sapeken l Kunjungan lapangan dan inalisasi program aksi 2013
sampai dengan 2017 bersama mitra Prancis Best Metropole
l Instalasi batas-batas isik kawasan konservasi l Pengusulan penetapan KKPD kepada Menteri Kelautan
dan Perikanan.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
318 319
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Bali dan Nusa Tenggara
BuLeLeNG KLuNGKuNG NuSA
PeNIDA
JeMBRANA LOMBOK BARAT
LOMBOK TeNGAH LOMBOK TIMuR
SuMBAwA BARAT SuMBAwA
BIMA DOMPu
SIKKA FLOReS TIMuR
ALOR LeMBATA
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
320 321
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Buleleng
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
322 323
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas tentang Kawasan
Kawasan konservasi perairan di Kab. Buleleng telah diinisiasi sejak tahun 2004 oleh DKP-RI melalui kegiatan Inventarisasi
dan Penilaian Potensi Calon KKLD di Buleleng - Bali. Pada tahun 2006 dilanjutkan oleh DKP-RI melalui kegiatan Evaluasi
Laporan Inventarisasi dan Penilaian Potensi Calon Kawasan Konservasi Laut Daerah CKKLD Kabupaten Buleleng-
Bali. Pada tahun 2007, Balai Riset dan Observasi Kelautan melakukan kegiatan Survey dan Analisa KKLD Pemuteran.
Namun sampai akhir tahun 2007, kawasan-kawasan yang diusulkan belum dapat ditetapkan yang disebabkan masih
adanya pro-kontra terhadap rencana ini. Pada tahun 2010, kembali dilakukan inisiasi pembentukan Kawasan Konservasi
Perairan skala kabupaten dan pada tahun 2011 rencana pencadangan Kawasan Konservasi Perairan telah disepakati
oleh seluruh masyarakat didalam areal calon kawasan. Akhirnya, pada tanggal 22 Agustus 2011, Bupati Buleleng
menandatangani SK Nomor 523 630 HK 2011 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Kab. Buleleng.
Luas wilayah perairan yang dicadangkan: Taman Wisata Perairan Buleleng Timur seluas 6.661,68 Ha, Taman Wisata
Perairan Buleleng Tengah seluas 6.727,91 Ha, Taman Wisata Perairan Buleleng Barat seluas 651,24 Ha. Total 14.040,83 Ha.
SK Pencadangan ini telah pula diikuti dengan Pembentukan Kelompok Kerja Penyusunan Rencana Pengelolaan KKP yang
di Ketuai oleh Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Buleleng dan beranggotakan seluruh stakeholder terkait.
Setiap tahunnya, Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Buleleng hanya mampu mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 90 juta
– 150 juta untuk mendukung kegiatan konservasi sehingga dibutuhkan kolaborasi dalam mekanisme pendanaan.
Nama Kawasan :
Taman Wisata Perairan Kabupaten Buleleng Timur, Buleleng Tengah dan Buleleng Barat
Dasar Hukum :
Pencadangan melalui Keputusan Bupati Buleleng No. 523630HK2011 Tentang Pencadangan Kawasan Konserrvasi
Perairan di Kabupaten Buleleng
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 14.041,13 Ha
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan ini terletak di kawasan perairan pantai lobina Kabupaten Buleleng Provinsi Bali.
Keanekaragaman Hayati :
Diperkirakan terdapat 8 spesies komunitas Lumba-Lumba dan Paus di Buleleng yaitu: Spinner dolphins dwarf Hawaiian,
spotted dolphins, Fraser’s dolphins, Risso’s dolphins, bottlenose dolphins, short-inned, pilot whale, Bryde’s whale,
false killer whale. Lumba-Lumba merupakan salah satu ikon wisata di Buleleng. Pariwisata Lumba-Lumba telah ada di
Buleleng Lovina sejak tahun 1987. Wisata Lumba-Lumba di Lovina merupakan wisata sepanjang tahun, didukung oleh
179 Armada Perahu dan menjadi armada wisata lumba-lumba terbesar kedua didunia setelah wisata yang serupa di India
Status Pengelolaan :
Kawasan ini saat ini dikelola oleh POKJA dan tengah dalam proses penyusunan SK Bupati untuk pembentukan
kelembagaan yang lebih permanen. Demikin pula dengan Rencana Pengelolaan dan zonasi yang saat ini masih dalam
proses penyusunan.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
324 325
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Klungkung
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
326 327
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas tentang Kawasan :
KKP Nusa Penida dibentuk dengan salah satu tujuan yaitu perikanan yang berkelanjutan selain pariwisata yang
berkelanjutan dan perlindungan keanekaragaman hayati laut. Di dalam KKP diatur zona-zona seperti zona inti yang gunanya
untuk melindungi tempat-tempat ikan berpijah dan bertelur sehingga zona ini sama sekali tidak boleh diganggu.
Sementara itu zona perikanan berkelanjutan diperuntukan agar nelayan Nusa Penida tetap dapat menangkap ikan,
tentunya dengan alat tangkap dan cara-cara yang ramah lingkungan. Penangkan ikan dengan cara merusak seperti
bom dan potasium-sianida dilarang digunakan di dalam KKP Nusa Penida. Sementara zona lainnya juga berperan di dalam
melindungi terumbu karang, hutan bakau dan padang lamun yang merupakan ekosistem penting pesisir dimana ikan dan
biota laut lainnya bereproduksi,m bertelur, berlindung dan mencari makan di dalamnnya. Jika ekosistem ini rusak maka
ikan akan semakin berkurang dan akan berdampak kepada nelayan Nusa Penida.
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Kabupaten Klungkung Provinsi Bali.
Dasar Legal :
Pencadangan Perairan Nusa Penida Kabupaten Klungkung sebagai Kawasan Konservasi Perairan KKP melalui Surat
Keputusan Bupati Klungkung Nomor 12 Tahun 2010 yang diterbitkan pada tanggal 7 Juli 2010.
Luas Kawasan :
20,057 Ha
Titik Koordinat Batas Luar KKP Nusa Penida :
Batu Nunggul : 115034’37.10” BT – 80 39’14.43” LS Batu Abah : 115039’41.36” BT – 80 46’25.54” LS
Sekartaji : 115035’32.37” BT – 80 51’39.59” LS Sakti : 115026’6.53” BT – 80 45’46.33” LS
Lembongan : 115024’13.28” BT – 80 41’5.82” LS Jungut Batu : 115026’42.52” BT – 80 38’34.63” LS
Keanekaragaman Hayati :
Perairan Nusa Penida memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, dimana teradapat sekitar 149,05 Ha terumbu karang
dengan 296 jenis karang. Wilayah ini termasuk dalam segitiga terumbu karang dunia the global coral triangle yang saat ini
menjadi prioritas dunia untuk dilestarikan. Keanekaragaman Ikan Karang dan Biota Lainnya. Kawasan ini memiliki 576 jenis
ikan, 5 diantaranya jens ikan baru. Kelompok ikan tersebut adalah ikan karang, ikan pelagis dan ikan dasar. Mamalia laut
seperti paus dan lumba-lumba melintas di kawasan ini. Selain itu, terdapat 2 jenis penyu, yaitu penyu hijau green turtle dan
penyu sisik hawksbill turtle. Beberapa daerah dalam kawasan ini merupakan lokasi penyu bertelur. Keunikan kawasan ini
salah satunya adalah kemunculan ikan Mola-Mola sunish yang merupakan ikan laut pada bulan Juli – September.
Beberapa lokasi di kawasan Nusa Penida menjadi cleaning station baik ikan Mola-Mola.
Aksesibilitas :
KKP Nusa Penida terletak di kecamatan Nusa Penida dan relatif mudah dicapai. Kecamatan kepulauan ini terletak tidak lebih
dari 15 mil laut dari pulau utama Bali. Calon KKP Nusa Penida dapat dicapai dari 5 tempat yaitu Sanur, Pelabuhan Benoa,
Kusamba, Tanjung Benoa dan Padang Bai.
Banyak terdapat sarana atau moda tranportasi laut dan public-boat setiap harinya yang dapat mengantar penumpang
pengunjung dari dan ke Kecamatan Nusa Penida baik pada saat pagi, siang dan sore hari. Calon KKP Nusa penida dapat
dicapai dengan waktu tempuh sekitar 40 menit dengan menggunakan speedboat double engine 85 PK. Terdapat
pelabuhan ferry di Nusa Penida tempat bersandarnya kapal Roro dari Padang Bai Karangasem.
Potensi Pariwisata :
Kekayaan hayati laut Nusa Penida telah membawa manfaat ekonomi dan jasa lingkungan bagi Kecamatan Nusa Penida,
Kabupaten Klungkung dan Propinsi Bali. Terumbu karang coral reef, hutan bakau mangrove, ikan pari manta manta
ray, ikan mola-mola sunish, penyu sea turtle, lumba- lumbadolphin, Hiu shark dan Paus whale merupakan
atraksi menarikbagi wisata bahari.
Terdapat lebih dari 20 titik lokasi penyelaman di perairan Nusa Penida dengan beberapa lokasi penyelaman favorit
seperti Crystal Bay, Manta Point, Ceningan Wall, Blue Corner, SD-Sental, Mangrove-Sakenan, Gemat Bay, dan Batu Abah,
Terdapat 3 cruises besar di Nusa Penida yang masing-masing memiliki pontoon seperti Bali Hai, Bounty dan Quick-Silver
yang rata-rata membawa turis 200 orang per hari.
Wisata Bahari lainnya di Nusa Penida seperti suring, snorkeling, sailing, ishing, lying ish, Para –Sailing, kayaking
dan sea- walker. Terdapat 6 penyelam operator base di Nusa Lembongan dan Nusa Penida. Diperkirakan sekitar 200.000
turis dating berkunjung ke Nusa Penida setiap tahunnya. Puncak jumlah kunjungan palingramai di Nusa Penida peak-
season adalah bulan Agustus – September, sementara bulan paling sepi low-season bulan Januari – Februari.
Status Pengelolaan :
Pasca pencadangan, sudah banyak upaya yang dilakukan dalam pengelolaan kawasan konservasi ini, antara lain
pembentukan pokja nusa Penida, penyusunan zonasi kawasan, monitoring sumberdaya, penyusunan proil
perikanan, penyusunan proil wisata bahari dsb.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
328 329
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Sekilas tentang Kawasan
Nama Kawasan :
Kawasan Konservasi Perairan Kabupaten Jembrana
Dasar Hukum :
Pencadangan melalui Keputusan Bupati Jembrana No. 770 DKPK2013 Tentang Pencadangan Kawasan Konservasi
Perairan Kabupaten Jembrana
Luas Kawasan :
Kawasan Konservasi ini memiliki luas 3532,52 Ha, terdiri dari: Kawasana Konservasi Perairan dan Taman Pesisir Perancak,
Kabupaten Jembrana yang terdiri dari kawasan darat seluas 1.137,72 Ha dan kawasan laut seluas 1.165,50 Ha.
Kawasan Konservasi Perairan Melaya, Kabupaten Jembrana seluas 1.229,30 Ha.
Letak Geograis dan Administratif :
Kawasan ini terletak di perairan pesisir Kabupaten Jembrana Provinsi Bali. Kawasan konservasi perairan dan taman
pesisir perancak berada di kecamatan jembrana berada pada koordinat antara 8°24’01,45” LS – 8°25’22,88” LS dan
114°35’43,68” BT – 114°40’06,93” BT. Sedangkan Kawasan Konservasi Perairan Melaya berada di Kecamatan Melaya
dengan koordinat antara 8°14’56,45” LS – 8°18’20,04” LS dan 114°27’21,87” BT dan 114°30’13,94” BT.
Keanekaragaman Hayati :
Potensi lestari sumberdaya ikan di wilayah perairan Kabupaten Jembrana sebesar 56.947 tontahun, terdiri dari ikan pelagis
53.947 tontahun dan ikan demersal 3.877 tontahun Dinas Kelautan, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Jembrana,
2012. Selain ikan lemuru sebagai sumber daya ikan utama, jenis sumberdaya ikan pelagis lain lainnya yaitu ikan layang,
layur, tongkol, manyung, kembung, bawal hitam, bawal putih, kuwe, teri, peperek, kurisi, belanak, banyar, srengseng,
tenggiri, beronang, kerong-kerong, dan ikan lainnya. Sedangkan jenis ikan demersal meliputi ikan cucut, kerapu,
kakap dan pari. Komoditas lainnya yaitu cumi dan lobster.
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Kabupaten Jemrana
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
330 331
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Lombok Barat
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
332 333
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
c. Terumbu karang l Luasan tutupan ekosistem terumbu karang 2.701,6 Ha
l Ditemukan 57 genera dari 15 famili karang keras. Didominasi oleh Acropora dan Porites
l Rata-rata tutupan karang keras 35 dengan kisaran 25 – 56,8
l Ditemukan 379 spesies dari 43 famili ikan karang. l Kelimpahan ikan berkisar 9.730 – 98.240 indha dengan
rata-rata kelimpahan 23.033 Haind l Biomasa ikan karang 382,4 – 2.876,9 kgHa, dengan rata-
rata sebesar 818,4 kgHa
Foto : Md Dharma WCS
Gambar 1 ekosistem terumbu karang dan kelimpahan ikan karang
Kondisi Sosial Budaya dan ekonomi:
l Jumlah penduduk sekitar kawasan pada tahun 2012 sejumlah 57.476 jiwa, dengan rata-rata kepadatan 198,8
jiwakm
2
l Dominan beretnis Sasak, Jawa dan Sumbawa l Tingkat pendidikan nelayan didominasi lulusan SD
l Rentang pendapatan mayoritas nelayan berkisar antara Rp 700.000 – 1.400.000 per bulan
1. Nama Kawasan :
Taman Wisata Perairan Gili Tangkong Gili Nanggu Gili Sudak TWP Gita Nada
Foto : Md Dharma WCS
2. Dasar Hukum :
- Pencadangan: Peraturan Bupati Lombok Barat No. 562011
yang telah direvisi Peraturan Bupati Lombok Barat No 232014
- Rencana Pengelolaan dan Zonasi: -
- Unit Organisasi Pengelola: -
- Penetapan: -
- Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah
PERDA, PERBUP, dll. : sesuai dengan RTRW
3. Luas Kawasan : 21.556 Ha 4. Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:
TWP Gita Nada terletak di Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat . batas-batas TWP Gita Nada dapat dilihat pada
tabel di bawah ini. Tabel 1. Batas luar koordinat TWP Gita Nada
No Bujur Timur
Lintang Selatan
1 116° 2’ 43,09”
8° 43’ 24,59” 2
116° 2’ 38,83” 8° 42’ 52,59”
3 115° 54’ 57,66”
8° 39’ 56,11” 4
115° 48’ 37,32” 8° 43’ 2,77”
5 115° 48’ 20,88”
8° 43’ 46,63” 6
115° 47’ 31,54” 8° 47’ 53,32”
7 115° 48’ 11,74”
8° 50’ 52,38” 8
115° 54’ 57,41” 8° 50’ 54,03”
9 115° 54’ 57,45”
8° 50’ 38,26”
Target Konservasi:
Target Sumberdaya Bioekologis l Ekosistem terumbu karang
l Ekosistem mangrove l Ekosistem padang lamun
l Biomasa ikan karang kakap dan kerapu l Species Duyung Dugong dugong, Kima Tridacna sp dan
Lola Trochus sp Target Sosial, Budaya dan Ekonomi
l Dukungan dalam pengelolaan l Partisipasi dalam pengelolaan
l Kepatuhan terhadap zonasi l Peningkatan kesejahteraan masyarakat
Kondisi Ekologis - Keanekaragaman Hayati: a. Ekosistem Mangrove
Berdasarkan hasil analisis citra, luasan hutan mangrove di Kabupaten Lombok Barat diestimasi seluas 398,2 Ha.
Kawasan hutan mangrove tersebar di Kecamatan Lembar dan Kecamatan Sekotong. Berdasarkan DKP Lombok Barat
2011, luasan mangrove pada akhir tahun 2009 adalah 606,81 Ha. Hutan mangrove dengan kondisi rusak ringan seluas
118,83 Ha, kondisi rusak berat seluas 487,98 Ha, dan luasan yang telah direhabilitasi 195,1 Ha. Berdasarkan data tersebut,
hingga 2014 luas tutupan hutan mangrove di Lombok Barat telah berkurang hingga 65,6.
b. Ekosistem Lamun Berdasarkan hasil analisis citra, sebaran luas padang lamun di
pesisir Lombok Barat mencapai 413,9 Ha. Sebaran ekosistem padang lamun ditemukan di pesisir utara Kecamatan
Sekotong meliputi Desa Batu Putih, Desa Pelangan, Desa Gili Gede Indah dan Desa Sekotong Barat. Berdasarkan data DKP,
luasan padang lamun pada tahun 2009 adalah 291,87 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan tutupan
padang lamun sekitar 41,8 dari tahun 2009 hingga 2014. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh WCS di Gili Gede
Lombok Barat, persentase penutupan vegetasi lamun adalah 43,9 ± 3,4. Jenis yang ditemukan antara lain Enhalus
acoroides, Thallasia hemprichii, dan Syringodium isoetifolium. Persen penutupan terbesar adalah Thallasia hemprichii
dengan rata-rata penutupan 19,2 ± 2,9, diikuti oleh persen tutupan Enhalus acoroides dengan rara-rata persen penutupan
17,1 ± 3,6, dan terakhir persentase tutupan Syringodium isoetifolium 7,6 ± 3,7.Jenis lamun yang ditemukan Enhalus
acoroides, Thallasia hemprichii, dan Syringodium isoetifolium
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
334 335
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
l Survei ekologi 2013 l Survei sosial ekonomi budaya 2014
- Kegiatan wisata telah berjalan di Gili Nanggu. Kegiatan budidaya KJA di Gili Gede. Kegiatan perikanan karang
berlangsung di sekitar perairan Gili Tangkong, Gili Nanggu, Gili Sudak
- Pembentukan dan pembinaan Pokmaswas serta
pengadaan boat patrol. -
Rehabilitasi terumbu karang -
Rehabilitasi Kima
Foto : Md Dharma WCS
Gambar 4 Kegiatan rehabilitasi terumbu karang dan kima
Gambar 5 Graik hasil survey EKKP3K bulan agustus 2014 l Aset utama berupa tanah dan hewan ternak.
l Kontribusi terbesar PDRB Sekotong pada 2011 adalah pertanian 51,7, diikuti hotel, perdagangan dan restoran
19,1
Kondisi Perikanan
l Potensi area pengembangan rumput laut 499,84 Ha l Pengembangan tambak garam 354,19 Ha
l Komoditas perikanan tangkap KKPD Gita Nada didominasi perikanan pantai, perikanan karang, dan pelagis kecil.
l Produk perikanan yang cukup banyak dihasilkan di kawasan ini antara lain tongkol pindang
Foto : Tezar WCS
Gambar 2. Potensi perikanan karang di TWP Gita Nada
Potensi Pariwisata :
l Bentuk wisata yang berkembang wisata pantai, snorkeling, surving dan selam.
l Destinasi wisata yang berkembang Pantai pasir putih Mekaki, Gili Nanggu, Gili Tangkong, Gili Sudak, Gili Gede,
Gili Rengit, Gili Kedis, Gili Layar
Foto : Md Dharma WCS
Gambar 3. Fasilitas Pariwisata di TWP Gita Nada
Aksesibilitas :
l Transportasi jalur darat dari Gerung , ibukota Kabupaten Lombok Barat menuju Sekotong berjarak tempuh sekitar
30 km. l Transportasi udara melalui Bandara Internasional Lombok
BIL di Praya. Jarak tempuh antara Praya ke Sekotong kurang lebih 50 km.
l Transportasi laut diakses melalui Pelabuhan Lembar dengan jarak tempuh ke Sekotong sekitar 10 km
Upaya Pengelolaan Kawasan: - Peningkatan Efektivitas Pengelolaan kawasan:
l SK pencadangan telah direvisi 2013 l Pengadaaan kapal patroli 2013
l Pelatihan Dasar Pengelolaan KKP MPA101 dilaksanakan pada 2013
Peta Lokasi : Referensi :
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Barat. 2014. Identiikasi dan Inventarisasi Calon Kawasan Konservasi
Perairan Daerah Gita Nada, Kabupaten Lombok Barat. Kartawijaya, T., R. Anggraeni, T. Rafandi,P. Ningtias, dan Y.
Herdiana. 2014. Aspek Sosial-Ekonomi Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Gita Nada
Kabupaten Lombok Barat. Wildlife Conservation Society – Indonesia Marine Program.
Pardede, S.T., E. Muttaqin, S.A.R. Tarigan, dan S. Dewa. 2013. Status Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Lombok,
2013: Dalam Mendukung Perancangan Zonasi dan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Wildlife Conservation Society – Indonesia Marine Program.
Ningtias, P., I. Yulianto, A. Soemodinoto, T. Kartawijaya, Y. Herdiana, I.D.G. Warmadewa, K.M. Hasbi, dan H.
Murtawan. 2013. Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
E-KKP3K di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Wildlife Conservation Society – Indonesia Marine Program.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
336 337
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi Perairan Daerah
Lombok tengah
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
338 339
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
1. Nama Kawasan :
Taman Wisata Perairan Teluk Bumbang Foto: TezarWCS
2. Dasar Hukum :
l Pencadangan: l Peraturan Bupati Nomor 40 Tahun 2013 tentang
Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Wisata Perairan Teluk Bumbang.
l Rencana Pengelolaan dan Zonasi: SK Pokja: Keputusan Bupati Lombok Tengah Nomor 263 Tahun
2014 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Taman Wisata
Perairan TWP Teluk Bumbang dan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten
Lombok Tengah.
l Unit Organisasi Pengelola:- l Penetapan:-
l Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah PERDA, PERBUP, dll.
l Sedang disesuaikan dengan RZWP3K Kabupaten. l Peraturan Derah Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Urusan
Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten l Lombok Tengah Sebagai Daerah Otonom Lembaran
Daerah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2008 Nomor 2; l Peraturan daerah nomor 7 tahun 2012 tentang Rencanan
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lombok Tengah Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012
Nomor 7;
l Peraturan Bupati Lombok Tengah Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Wisata
Perairan Teluk Bumbang di Kabupaten Lombok Tengah.
3. Luas Kawasan :
22.940,45 Ha Kebijakan dari pemkab untuk merevisi luasan KKPD
4. Letak, Lokasi, dan Batas-batas Kawasan:
Taman Wisata Perairan TWP Teluk Bumbang terletak di pesisir selatan Pulau Lombok. Secara administratif, TWP Teluk
Bumbang termasuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Lombok Tengah, Propinsi Nusa Tenggara Barat NTB. Terdapat
9 desa yang bersentuhan langsung dengan Kawasan TWP ini, yaitu Desa Tumpak, Desa Prabu, Desa Kuta, Desa Sukadana
dan Desa Mertak, Desa Selong Belanak, Desa Sengkol, Desa Teruwai, dan Desa Mekar Sari. Secara geograis TWP Teluk
Bumbang terletak pada koordinat 116°09’34.72”-116°24’17.46” BT dan 08°53’47.62” - 08°53’58.38” LS. Koordinat batas kawasan
TPW Teluk Bumbang sebagai berikut:
Titik 1 :
116 09’34.72”BT - 8
53’47.62” LS Titik 2
: 116
09’18.65” BT - 8 58’24.63” LS
Titik 3 :
116 25’29.40” BT - 8
59’28.76” LS Titik 4
: 116
25’05.69” BT - 8 54’39.57” LS
Titik 5 :
116 24’17.46” BT - 8
53’58.38” LS
5. Target Konservasi:
- Target Sumberdaya Bioekologis
l Ekosistem terumbu karang l Perikanan Lobster dan rumput laut
- Target Sosial, Budaya dan Ekonomi
l Dukungan dan partisipasi dalam pengelolaan l Kepatuhan terhadap zonasi
l Peningkatan kesejahteraan masyarakat
6. Potensi ekologis - Keanekaragaman Hayati:
A. ekosistem Mangrove
Menurut Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi NTB, pesisir Lombok Tengah dengan garis pantai 85 km memiliki areal
hutan bakau seluas 325,79 Ha tahun 1999 dan mengalami penurunan menjadi 202,68 Ha pada tahun 2006. Hutan
mangrove tersebut terkonsentrasi di dua lokasi, yaitu Teluk Bumbang Kecamatan Pujut dan Teluk Awang Kecamatan
Praya Timur.
Jenis-jenis pohon bakau mangrove di Kabupaten Lombok Tengah didominasi oleh Rhizopora mucronata, Rhizopora
apiculata, Rhizopora Stylosa, Avicennia aicinalis, Avicennia alba, Sonneratia griithii, dan Sonneratia alba. Sedangkan jenis-jenis
bakau lainnya yang agak jarang ditemukan antara lain Bruguiera gymorhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops decandra, Ceriops tagal,
Excoecaria sp., Xylocarpus mollucensis, Xylocarpus granatum, Aegiceras corniculatum, Aegiceras annulata dan Lumnitzera
recemosa Soeroyo, 1989. Jenis tanaman lainnya yang dapat dijumpai antara lain Pandan Pandanus sp, Waru laut Hibiscus
sp, Ketapang Terminalia catappa, nyamplung Callophylum inophylum dan Jati pasir Scaerota frustescens. Di beberapa
tempat sepanjang pantai ditemukan tumbuhan bawah seperti Ipoemoa sp dan Scaevola sp.
B. ekosistem Padang Lamun
Hamparan padang lamun di Kabupaten Lombok Tengah menyebar di sepanjang pantai, seperti Pantai Kuta dan
Gerupuk di Kabupaten Lombok Tengah. Vegetasi lamun di Kabupaten Lombok Tengah termasuk yang kaya dengan jenis,
yaitu sekitar 11 jenis lamun dari 12 jenis yang ada di Indonesia. Kesebelas jenis lamun tersebut adalah Enhalus acoroides,
Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serulata, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Syringodium
isoetifolium, Halophila Ovalis, Halophila minor, Halophila Spinulosa dan Thalassodendron Ciliatum. Jenis yang dominan
di pesisir Pulau Lombok adalah Enhalus acoroides, Cymodocea sp., dan Halodule sp.
Dari hasil pengamatan di 4 lokasi ditemukan 5 jenis lamun yaitu Cymodocea rotundata, Enhalus acoroides, Halophila ovalis,
Syringodium isoetifolium, dan Thalassia hemprichii. Enhalus acoroides ditemukan dengan tutupan tertinggi di Kute sebesar
43.61 ‘ dengan substrat pasir dan memiliki tinggi canopy 103 cm.
C. ekosistem Terumbu Karang
Perairan Lombok Tengah dominan ditutupi oleh tiga tipe substrat yaitu alga 33,10, karang keras 29,48 dan
karang lunak sejumlah 26,92. Tipe substrat lainnya seperti pasir hanya sedikit yaitu tidak lebih dari 10. Genera karang
keras yang ditemukan di Perairan Lombok Tengah cukup beragam. Dari 8 lokasi pengamatan, terdapat 27 genus karang
keras yang ditemukan di seluruh lokasi pengamatan. Jumlah genera karang keras tertinggi terdapat di lokasi Merta yaitu
ditemukan 17 genera. Jumlah genera karang keras terendah terdapat di Bugulang yaitu ditemukan 6 genera. Dari 4 lokasi
pengamatan, dapat ditentukan komposisi karang keras yang mewakili Perairan Lombok Tengah. Komposisi genera
karang keras yang mendominasi perairan adalah karang dari genus Acropora 27, Porites 25, dan Montipora 13,
sedangkan genus lainnya masing-masing berkisar kurang dari 10 WCS, 2011.
7. Potensi Sosial Budaya dan ekonomi:
Karakteristik masyarakat pesisir Kabupaten Lombok Tengah hampir sama dengan karakter masyarakat suku sasak yang
tersebar diseluruh Pulau Lombok, yang pada umumnya mempunyai interaksi yang tinggi dan pola hidup gotong
royong. Pola kehidupan masyarakat dapat dikategorikan ke dalam masyarakat modern. Hal ini dapat terlihat dari
penggunaan alat-alat modern dalam kehidupan sehari- sehari seperti televisi, handphone, kulkas dan peralatan
rumah tangga modern lainnya, bahkan sudah banyak masyarakat yag menggunakan fasilitas yang tergolong
mahal seperti motor. Pola kehidupan ini sebagai dampak dari status pengembangan pariwisata dikawasan tersebut,
sehingga pola kehidupan masyarakat di kawasan tersebut banyak dipengaruhi oleh gaya kehidupan wisatawan yang
berkunjung ke daerah tersebut.
Roda perekonomian di kawasan pesisir Kabupaten Lombok Tengah didominasi oleh aktiitas pariwisata dan perikanan.
Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai karyawan swasta di bidang jasa pariwisata yaitu sekitar 10.561
jiwa 70, nelayan 3.541 jiwa 23 dan pegawai negeri sipil 975 jiwa 7 BPS, 2011. Mata pencaharian nelayan
menduduki peringkat ke-2, setelah mata pencaharian yang berhubungan dengan pariwisata.
8. Potensi Perikanan
Potensi perikanan tangkap yang ada di pesisir pantai selatan Kabupaten Lombok Tengah adalah ikan karang, ikan pelagis
dan lobster. Sedangkan potensi perikanan budidaya meliputi rumput laut, lobster dan ikan kerapu. Ikan karang yang
menjadi komoditi adalah kerapu, kakap, kakak tua, ekor kuning, dan jenis ikan lainnya. Sedangkan ikan pelagis yang
menjadi komoditi di pesisir pantai selatan Kabupaten Lombok Tengah adalah tongkol, tenggiri, kuwe, layaran dan cakalang,
dan lain-lain. Berdasarkan data statistik perikanan Kabupaten Lombok Tengah 2012, total tangkapan adalah 1.358.8 ton
tahun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kartawijaya 2013, bahwa rata-rata masyarakat di pesisir Lombok Tengah
menjadi nelayan sejak dulu karena hanya itu yang bisa dilakukan dan orang tua ayah mereka adalah nelayan. Secara
umum, jenis alat tangkap yang digunakan nelayan berupa pancing tangan, tonda, jaring air dalam, panah, jaring sret,
jaring layang, jaring benang, jaring mogong, jaring tasik, dan jaring terinjang. Komposisi hasil tangkapan nelayan terdiri
atas ikan karang, ikan pelagis, dan ikan demersal dengan
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
340 341
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Berdasarkan hasil penelitian survei sosial ekonomi yang dilakukan oleh Kartawijaya 2013, jenis wisata yang paling
banyak diminati oleh wisatawan yang berkunjung ke TWP Teluk Bumbang adalah wisata selancar suring, berjemur
sunbathing, berenang, menyelam diving, snorkeling dan wisata memancing. Ketertarikan wisatawan terhadap wisata
di hutan mangrove masih rendah, hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas dan informasi yang didapat oleh wisatawan
tentang manfaat yang dapat mereka peroleh dari berwisata di hutan mangrove. Beberapa Objek dan kegiatan wisata bahari
di kawasan TWP Teluk Bumbang antara lain: Pantai, Selancar Surving, menyelam diving, snorkling, berjemur sunbathing,
dan spot ishing.
10. Aksesibilitas :
Sarana transportasi yang tersedia untuk mencapai Lombok Tengah dari ibu kota mataram yaitu jalur darat laut dan udara.
Transportasi jalur darat dari Praya , ibukota Kabupaten Lombok Tengah menuju Bumbang berjarak tempuh sekitar 20
km.
Transportasi udara melalui Bandara Internasional Lombok BIL di Praya. Jarak tempuh antara Praya ke Bumbang kurang lebih
20 km.
Transportasi laut diakses melalui Pelabuhan Lembar dengan jarak tempuh ke Bumbang sekitar 50 km
11. Peta Kawasan
Gambar 2, Graik hasil survey EKKP3K TWP Teluk Bumbang Agustus 2014
Referensi:
Kartawijaya, et al., 2013. Laporan Kajian Aspek Sosial-Ekonomi dalam Pengelolaan Taman Wisata Perairan Teluk Bumbang
dan Pengelolaan Perikanan Lobster Lombok. musim penangkapan sepanjang tahun. Sebesar 97,1
nelayan menyatakan bahwa hasil tangkapan yang diperoleh adalah untuk dijual. Persentase hasil tangkapan yang dijual
sebesar 75 - 95.
Metode pengambilan bibit lobster di TWP Teluk Bumbang adalah dengan menggunakan karung bekas yang disobek,
dimana bagian atas karung tersebut diikat pada bambu disepanjang sisi luar keramba. Masyarakat setempat memberi
nama alat tersebut dengan “Pocong”. Alat tangkap ini dilengkapi pemberat dan diletakkan pada kedalaman 1-1,5
meter dari permukaan air laut. Pada umumnya, penangkapan lobster dilakukan pada pagi hari. Frekuensi pengambilan bibit
di keramba dilakukan dengan durasi 3 hari 1 kali, bibit lobster yang menempel mencapai 50-100 bibit per keramba pada satu
kali pengambilan. Modal usaha yang dikeluarkan responden berkisar antara kurang dari Rp 100.000 hingga lebih dari Rp
1.000.000,-. Bibit yang didapat berukuran antara 0,5 cm – 10 cm.
Foto: HasbiWCS
Gambar 1. Pengumpulan benih lobster di TWP Teluk bumbang
9. Potensi Pariwisata
Pengembangan pariwisata di Kawasan Taman Wisata Perairan Teluk Bumbang Kabupaten Lombok Tengah merupakan salah
satu faktor utama penggerak roda perekonomian di kawasan terebut. Hampir seluruh pantai di pesisir Kabupaten Lombok
Tengah mempunyai potensi pariwisata yang tinggi. Hamparan pantai berpasir putih, keindahan bawah laut dengan berbagai
bentuk pertumbuhan karang dan warna-warni ikan hias yang berasosiasi di dalamnya, serta potensi gelombang laut yang
cukup besar, yang sangat cocok sebagai area bermain selancar menjadi daya tarik khusus bagi wisatawan untuk berkunjung
ke daerah ini.
KeTeRANGAN
Peningkatan sumberdaya manusia diarahkan pada peningkatan kapasitas pengelola kawasan konservasi
yaitu berupa pelatihan perencanaan dan pengelolaan KKP, sumber daya pesisir dan laut terpadu, studi banding ke KKP
lain dan pelatihan penegakan hukum lingkungan.
Peningkatan kapasitas masyarakat untuk menunjang kegiatan pariwisata diarahkan pada pelatihan kegiatan
pariwisata berkelanjutan, pelatihan bahasa inggris Penatakelolaan kawasan diarahkan pada penataan batas-
batas kawasan baik batas luar kawasan maupun tanda batas zonasi TWP Teluk Bumbang, serta papan informasi
batas kawasan dan zonasi.
Peningkatan kapasitas infrastruktur diarahkan pada pengadaan sarana dan prasarana pengawasan kawasan
konservasi perairan, pembuatan sarana kebersihan, penataan kawasan wisata dan penambahan sarana
prasarana wisata yang sudah ada.
Monitoring dan evaluasi pada penguatan kelembagaan diarahkan pada monitoring pelaksanaan pengelolaan
KKP, monitoring pelanggaran KKP, evaluasi efektiitas pengelolaan dan kelembagaan KKP.
Pengawasan dan pengendalian diarahkan pada pengawasan pemanfaatan sumber daya ikan dan
penegakan hukum. Rehabilitasi habitat dan populasi ikan diarahkan pada
penanaman pohon di kawasan pantai dan transplantasi terumbu karang
Penelitian dan pengembangan diarahkan kepada penyususnan protokol monitoring, monitoring
sumberdaya alam dan sosial ekonomi masyarakat serta meminta dukungan pemerintah pusat dan provinsi untuk
pendanaan program KKP.
Pelestarian adat dan budaya diarahkan pada membangun kebersamaan, kekompakan dan keberanian dalam
penegakan hukum adat serta koordninasi dengan berbagai pihak terkait tentang pengaturan area penagkapan dan
alat tangkap yang digunakan
Pemberdayaan masyarakat diarahkan pada sosialisasi tentang batas kawasan, zonasi dalam KKP, aturan-aturan
terhadap nelayan dan pengunjung di sekitar KKP, dan pengembangan ekonomi masyarakat
Peningkatan sumberdaya manusia
Peningkatan kapasitas masyarakat untuk menunjang kegiatan
pariwisata Penatakelolaan kawasan
Peningkatan kapasitas infrastruktur
Monitoring dan evaluasi
Pengawasan dan pengendalian Rehabilitasi habitat dan populasi
ikan Penelitian dan pengembangan
Pelestarian adat dan budaya
Pemberdayaan masyarakat Penguatan Kelembagaan
Penguatan Pengelolaan Sumberdaya Kawasan
Penguatan Sosial, Ekonomi dan Budaya
STRATeGI DAN uPAyA PeNGeLOLAAN KAwASAN NO.
1
2
3
13. upaya pengelolaan kawasan
WCS Wildlife Conservation Society, 2011. Laporan Kegiatan Identiikasi dan Penilaian Potensi Calon Kawasan
Konservasi Perairan di Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Mataram.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
342 343
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi perairan Daerah
Lombok Timur
Foto: Made dharmaWCS
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
344 345
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
1. Nama Kawasan :
Taman wisata perairan Gili Sulat dan Gili Lawang
2. Dasar Hukum
A. Pencadangan:
• Keputusan Bupati Lombok Timur Nomor 188.45452 KP2004 tentang Penetapan Gili Sulat dan Gili Lawang
Kecamatan Sambelia sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah.
• Surat Keputusan Bupati Lombok Timur Nomor 188.45332KP2014 Tentang Penetapan Taman
Wisata Perairan Gili Sulat dan Gili Lawang sebagai Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di
Kabupaten Lombok Timur. B. Rencana Pengelolaan dan Zonasi: belum ada sedang di
susun ulang C. Unit Organisasi Pengelola: Unit Pengelola KKLD Sulat
lawang D. Penetapan:-
E. Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah PERDA, PERBUP, dll.
1. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan
Konservasi Laut Daerah; 2. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur
Nomor 4 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lombok
Timur sebagaimana te1ah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 15 Tahun
2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 4 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lombok Timur;
3. Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012-2032; 4. Keputusan Bupati Lombok Timur Nomor 188.45452
KP2004 tentang Penetapan Gili Sulat dan Gili Lawang Kecamatan Sambelia sebagai Kawasan
Konservasi Laut Daerah.
F. Luas Kawasan : 10.000 Ha G
. Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:
Taman Wisata Perairan Gili Sulat dan Gili Lawang terletak di pesisir pulau lombok bagian Timur. Secara administratif,
TWP Gili Sulat dan Gili Lawang terletak Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Tmur. Terdapat 5 desa yang bersentuhan
langsung dengan kawasan TWP ini yaitu: desa Sugian. Belanting, Dadap, Dara Kunci dan Labu Pandan. Secara
geograis, TWP Gili Sulat dan Gili Lawang terletak pada koordinat 8°16’56,00-8°24’15,35 LS dan 116°37’36,41-
116°43’01,99 BT.
Lintang Selatan
8°16’56,00
Bujur Timur
116°37’36,41 8°14’21,20
116°39’31,18 8°15’45,15
8°20’12,42 116°42’02,96
116°45’50,39 8°24’02,76
116°46’09,10 8°24’15,35
116°43’01,99
H. Target Konservasi:
Target Sumberdaya Bioekologis
• Ekosistem Terumbu Karang • Ekosistem Mangrove
Target Sosial, Budaya dan Ekonomi
• Dukungan dan partisipasi dalam pengelolaan • Kepatuhan terhadap zonasi
I . Potensi Ekologis
a. Ekosistem Mangrove Berdasarkan hasil analisis citra, luasan hutan mangrove di
Kabupaten Lombok Timur diestimasi seluas 1.731 ha. Ha Pardede et al.,2013. Ekosistem mangrove tersebut banyak
ditemukan pada perairan Gili Sulat dan Gili Lawang serta sebagian kecil Teluk Ekas di Lombok Timur. Gili Sulat dan
Gili Lawang merupakan kawasan hutan mangrove alami dan terbaik di Pulau Lombok, sehingga sangat cocok
untuk ekoturisme. Jenis-jenis mangrove yang terdapat di Gili Sulat dan Gili Lawang meliputi Rhizophora apiculata,.
R. stylosa, R.mucronata, Bruguiera gemnorrhyza, Sonneratia alba, Ceriops tagal, Luminitzera recemosa, dan Avicenia
marina.
b. Ekosistem Lamun Berdasarkan hasil analisis citra, sebaran luas padang lamun
di pesisir Lombok Timur mencapai 1.631,66 Ha. Ekosistem lamun ditemukan tertinggi secara berurutan berada pada
wilayah Gili Sulat dan Gili Lawang. Vegetasi lamun cukup padat, persentase tutupannya berkisar antara 70 sd 100
dengan luasan sekitar 100 hektar. Di Gili Sulat dan Gili Lawang ditemukan 7 species lamun sesuai dengan
urutan dominansinya yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium,
Cymodocea serrulata, Halodule pinifolia dan Halophila ovalis.
c. Ekosistem Terumbu Karang Berdasarkan hasil analisis citra, ekosistem terumbu
karang di kawasan Lombok Timur mencakup area seluas 6.188,66 ha. Lombok Timur merupakan daerah dengan
luasan terumbu karang terbesar di pulau Lombok dengan genera karang tertinggi yaitu sekitar 60 genera karang. 48
genera karang diantaranya ditemukan di Gili Sulat Barat Daya, sehingga menjadikan lokasi tersebut menjadi lokasi
dengan keragaman genera karang tertinggi.
Biomasa ikan di perairan Lombok Timur berkisar antara 109.24– 1032.30 kgha, dengan rata-rata sebesar 529,06
kgha. Lokasi dengan biomasa ikan tertinggi ditemukan di Gili Sulat Selatan dan biomasa terendah ditemukan di
Teluk Serewe. Komposisi kelompok troik komunitas ikan karang berdasarkan kelimpahan jenis di perairan Lombok
Timur didominasi oleh kelompok planktifor 51,73 dan omnivor 32,43.
Foto: Made DharmaWCS
Gambar 1 potensi ekosistem hutan mangrove di TWP Gili Sulat dan Gili Lawang
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
346 347
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
responden lulusan sekolah menengah pertama, 0,8 responden lulusan sekolah menengah atas, dan 0,8
responden lulusan perguruan tinggi. Sedangkan 51,7 responden tidak pernahselesai menamatkan pendidikan
formal mereka, yaitu 31,7 responden tidak pernah sekolah dan 19,2 responden tidak menamatkan sekolah
dasar. Jumlah responden nelayan yang tidak pernah mengenyam pendidikan formal cukup tinggi, hal ini
disebabkan terbatasnya fasilitas pendidikan di lokasi studi pada masa usia sekolah responden nelayan.
K . Potensi Perikanan
Potensi perikanan tangkap di Lombok Timur mencapai 12.691,5 ton. Pada tahun 2009, nilai produksi perikanan
tangkap sebesar Rp.150.709.100.000. Armada perikanan tangkap terdiri dari perahu tanpa motor 479 unit, motor
temple 3138 unit, dan kapal motor 345 unit. Daerah penangkapan dari nelayan di Lombok Timur menyebar
di Selat Alas, Samudra Hindia dan Laut Jawa Jenis ikan yang ditangkap mencakup lebih dari 50 jenis ikan laut.
Berdasarkan data tahun 2012, ada 3 jenis ikan yang tangkapanya diatas 1000 ton yaitu, ikan Tongkol 1.783,1
ton,ikan Cakalang 1.788,6 ton, dan ikan Tuna 1.685,2 ton. Ikan lainnya termasuk tinggi hasil tangkapanya adalah
Cumi-cumi, ikan ekor Kuning, Lemuru, ikan Teri, ikan Cucut dan lain-lainnya. Pelabuhan pendaratan ikan yang
paling ramai bahkan untuk pulau Lombok adalah Labuhan Lombok 5.948,6 ton, kemudian Tanjung Luar 5.071 ton,
Batu Nampar 790,6 ton, Sugian 299,7 ton, Labuhan Haji 248,3 ton, dan Sakra Timur 162,1 ton. BPS Lombok Timur,
2013.
L. Potensi Pariwisata :
Potensi wisata alam yang ada di Gili Sulat dan Gili Lawang berupa pantai pasir putih, ekosistem terumbu karang dan
mangrove. Sedangkan atraksi wisata dapat berupa renang, snorkling, selam, berjemur sun bathing, dayung boating,
mangrove tracking, perahu layar sailling dan camping. - Revisi rencana pengelolaan dan zonasi
- Survey gap analisis 2014 - Survey sosial ekonomi budaya 2014
- Kegiatan pengawasan kawasan secara partisipatif
Foto: Made DharmaWCS
Gambar 4 Kegiatan Pengawasan partisipatif yang dilakukan oleh satgas TWP Gili Sulat dan Gili Lawang
Gambar 5 Graik hasil survey EKKP3K TWP Gili Sulat dan Gili Lawang Agustus 2014
Daftar pustaka
Pardede, S.T., E. Muttaqin, S.A.R. Tarigan, dan S. Dewa. 2013. Status Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Lombok, 2013:
Dalam Mendukung Perancangan Zonasi dan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Wildlife Conservation Society – Indonesia Marine Program.
Foto: Made DharmaWCS
Gambar 3 kegiatan wisata snorkling di TWP Gili Sulat dan Gili Lawang
M. Aksesibilitas :
Gili Sulat dan Gili Lawang dapat ditempuh sekitar 30 menit dari Desa Sambelia dengan menggunakan perahu motor.
Desa Sambelia dapat dicapai dengan menggunakan transportasi laut dan darat melalui jalur Utara dan Selatan,
yaitu:
Jalur dari arah Selatan
Perjalanan ke Sambelia dapat ditempuh melalui empat rute melalui jalan darat, yaitu: - Dari Mataram sekitar
2,5 jam
- Dari Kuta sekitar 2 jam - Dari Tele Batu, atau dari Senaru, sekitar 1 jam
Jalur dari arah Utara, dapat ditempuh dengan:
- Dari Senggigi ke Sambelia ±100 km, dengan jalan darat sekitar 2,5 jam.
- Dari Gili Indah dengan perahu motor, sekitar 2,5 jam.
N. Upaya Pengelolaan Kawasan:
- Upaya peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan dengan:
- SK Pencadangan telah di revisi dengan penambahan luas kawasan 2 x lipat dari luas sebelumnya menjadi
10.000 Ha.
Foto: Made DharmaWCS
Gambar 2 potensi ekosistem terumbu karang di TWP Gili Sulat dan Gili Lawang.
J . Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi:
Jumlah total penduduk di lokasi studi Kecamatan Sambelia adalah 29.646 jiwa atau sekitar 49,4 dari total
penduduk di Kecamatan Sambelia. Berdasarkan data statistik 2013, jumlah penduduk Kecamatan Sambelia
mencapai 30.175 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk di 3 desa lokasi studi Kecamatan Sambelia adalah 92,7 jiwa
km2, dengan kepadatan tertinggi di Labuhan Pandan, yaitu 117 jiwakm2. Secara umum, struktur penduduk
berdasarkan umur di Kecamatan Sambelia didominasi oleh penduduk usia produktif, yaitu sebesar 57,6 dari
total populasi. Ratio ketergantungan penduduk total di Kecamatan Sambelia adalah 73,5, dimana setiap 100
orang penduduk usia produktif harus menanggung beban 74 orang usia belumtidak produktif.
Sebagian besar wilayah yang ada di Kecamatan Sambelia adalah lahan keringbukan lahan sawah. Lahan kering di
Kecamatan Sambelia mencapai 21.823 ha dan sebagian besar berupa hutan negara 14.427 Ha. Lahan Sawah yang
terdapat di Kecamatan ini seluas 2.699 ha dan umumnya merupakan sawah dengan irigasi teknis 1.535 Ha.
Kondisi ekonomi responden nelayan terdiri atas beberapa indikator kesejahteraan, yaitu tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, kepemilikan aset berupa rumah, tanah, hewan ternak, dan kendaraan bermotor, dan fasilitas
rumah tangga. Sebesar 48,3 responden nelayan mengenyam pendidikan formal di sekolah, dengan
rincian 36,7 responden lulusan sekolah dasar, 10
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
348 349
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi perairan Daerah
Lombok Barat
Foto: Anggi PrayogaWCS
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
350 351
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
1. Nama Kawasan
Taman Pulau Kecil Gili Balu
2. Dasar Hukum
A. Pencadangan:
SK Bupati Sumbawa Barat No. 849 Tahun 2011 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Penyu
Tatar Sepang Sekongkang dan Kawasan Konservasi Taman Pulau Kecil Gugusan Gili Balu’ Poto Tano sebagai Kawasan
Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumbawa Barat.
B. Rencana Pengelolaan dan Zonasi:- C. Unit Organisasi Pengelola:-
D. Penetapan:- E. Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah
PERDA, PERBUP, dll.
1. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Kewenangan Kabupaten
Sumbawa Barat Sebagai Derah Otonom.
F. Luas Kawasan : 6005,2 Ha G. Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:
Kawasan konservasi Gili Balu’ merupakan bagian dari Desa Poto Tano, Kecamatan Poto Tano. Secara geograis, kawasan
konservasi Gili Balu’ di Poto Tano berada pada posisi 08 ̊28’45,85”–08 ̊34’23,35” Lintang Selatan dan 116 ̊45’07,18”
– 116
̊53’27,33” Bujur Timur. Batas-batas wilayah Gili Balu’ sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Selat Alas • Sebelah Timur : Desa Poto Tano dan Desa UPT
Tambak Sari • Sebelah Selatan : Selat Alas
• Sebelah Barat : lat Alas Kawasan Konservasi Gili Balu‘ merupakan sebuah gugusan
pulau-pulau kecil yang terdiri dari 8 delapan pulau. Pulau- pulau yang termasuk dalam Kawasan Gili Balu’ tersebut adalah
Pulau Kalong, Pulau Namo, Pulau Kenawa, Pulau Ular, Pulau Mandiki, Pulau Paserang, Pulau Kambing dan Pulau Belang.
Luas daratan pulau-pulau kecil tersebut mencapai 941,19 Ha DKP NTB, 2012.
Tabel 1. Letak dan Luas Pulau-Pulau Kecil di KKP Gili Balu’
H. Target Konservasi:
- Target Sumberdaya Bioekologis - Ekosistem terumbu karang
- Ekosistem Mangrove - Ekosistem padang lamun
- Species Duyung Dugong sp, ular laut. - Target Sosial, Budaya dan Ekonomi
- Dukungan dan partisipasi dalam pengelolaan - Kepatuhan terhadap zonasi
- Peningkatan kesejahteraan masyarakat
I. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati:
a. Ekosistem mangrove Sebaran ekosistem mangrove di Gugusan Gili Balu’
terdapat di Pulau Kalong, Pulau Namo, Pulau Kenawa, Pulau Paserang, Pulau Kambing dan Pulau Belang dengan
luas total berdasarkan analisis citra yaitu 604,8 ha. Ekosistem lamu
Tabel 2. Luas dan Kerapatan Tajuk Hutan Mangrove di KKP Gili Balu’
Jenis-jenis vegetasi mangrove major terdiri dari Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa,
Sonneratia alba, Bruguiera gymnorhiza, Lumnitzera racemosa, Avicennia marina. Jenis Rhizophora mucronata sangat dominan
terutama pada zonasi terluar yang berbatasan dengan laut. Jenis-jenis mangrove kelompok minor terdiri dari jenis
Xylocarpus granatum, Pemphis ocidula, Excoecaria agalocha
dan Aegiceras comiculatum. Sedangkan kelompok asosiasi meliputi Hibiscus tiliaceus, Spinifex littoreus, Acanthus ilicifolius,
Leucaena leucocephala, Sesuvium portucalastrum dan Ipomoea
pes-caprae.
Tabel 3. Jenis vegetasi mangove yang ada di Gili Balu’
b. Ekosistem Lamun Sebaran padang lamun di Gugusan Gili Balu’ hanya ditemukan
di Pulau Belang, Pulau Paserang, Pulau Kenawa dan Pulau Kalong dengan luas total 130,5 ha. Sebaran padang lamun
yang relatif luas terdapat di Pulau Belang yaitu 117,5 ha, sedangkan sebaran padang lamun di Pulau Kaserang seluas
12,3 ha, Pulau Kenawa hanya 0,1 ha dan Pulau Kalong hanya 0,2 ha. Secara keseluruhan padang lamun di Gugusan Gili
Balu’ terdiri dari 7 jenis yaitu Enhalus acoroides, Thallassia hemprechii, Cymmodocea rotundata, Cymmodocea serrulata,
Halophila ovalis, Halodule pinifolia, dan Syringodium
isoetifolium
Tabel 4. Sebaran Jenis Lamun di KKP Gili Balu’
Keterangan: EA : Enhalus acoroides, TH : Thallassia hemprechii, CR : Cymmodocea rotundata,CS : Cymmodocea
c. Ekosistem Terumbu Karang Seluruh perairan sekitar pulau-pulau kecil di Gugusan Gili Balu’
merupakan habitat terumbu karang. Berdasarkan analisis citra dan survei lapangan, estimasi luas sebaran terumbu
karang di Gugusan Gili Balu’ yaitu 665,5 ha. Sebaran terumbu karang terluas terdapat di Pulau Belang dan Pulau Kambing
yaitu 411,0 ha. Sebaran terumbu karang terluas kedua terdapat di Pulau Paserang yaitu 96,0 ha, sedangkan Pulau
Ular memiliki luas terumbu karang terkecil yaitu 5,0 ha. Pada umumnya formasi habitat terumbu karang di Gugusan Gili
Balu’ merupakan terumbu miring reef slope, kecuali terumbu karang di Pulau Kenawa dan Pulau Mandiki yang formasinya
cenderung datar reef lat. Berdasarkan tutupan karang hidup, dari 41 lokasi pengukuran kondisi terumbu karang di Gugusan
Gili Balu”, terdapat 9 lokasi 21,95 kondisinya sangat baik excelent, 16 lokasi 39,02 kondisinya baik good, 15
36,59 lokasi kondisinya sedang fair dan hanya satu lokasi 2,44 kondisinya buruk poor.
Lintang Selatan Bujur Timur
1 Pulau Kalong
8
o
29’33,2” – 8
o
30’18,5” 116
o
51’53,1” – 116
o
52’55,2” 198,80 2
Pulau Namo 8
o
30’09,3” - 8
o
31’06,6” 116
o
50’30,3” - 116
o
51’34,7” 190,80 3
Pulau Kenawa 8
o
29’45,9” - 8
o
30’03,5” 116
o
49’50,6” - 116
o
50’07,5” 11,83 4
Pulau Ular 8
o
29’55,7” - 8
o
30’00,8” 116
o
49’50,6” - 116
o
49’10,9” 1,90 5
Pulau Mandiki 8
o
29’28,0” - 8
o
29’29,1” 116
o
48’29,8” - 116
o
48’31,7” 0,24 6
Pulau Paserang 8
o
30’41,7” - 8
o
31’06,6” 116
o
47’12,6” - 116
o
47’38,9” 40,63 7
Pulau Kambing 8
o
31’26,5” - 8
o
31’34,2” 116
o
47’22,9” - 116
o
47’31,8” 5,05 8
Pulau Belang 8
o
31’37,9” - 8
o
33’32,4” 116
o
45’59,0” - 116
o
47’19,9” 492,65 Sumber: DKP Nusa Tenggara Barat, 2012
Tidak berpenduduk
No. Nama Pulau
Letak Geografis Luas
Ha Keterangan
No. Pulau
Luas Ha Kerapatan Tajuk
1 Pulau Kalong
64.2 Jarang - Rapat
2 Pulau Namo
99.3 Rapat
3 Pulau Kenawa
2.4 Jarang
4 Pulau Paserang
4.3 Rapat
5 Pulau Kambing
1 Rapat
6 Pulau Belang
433.6 Rapat
604.8
Sumber: DKP Nusa Tenggara Barat, 2012
Jumlah
Kalong Namo
Kenawa Paserang Kambing Belang A
Jenis Major
1 Rhizophora mucronata
Rhizophoraceae
2
Rhizophora apiculata Rhizophoraceae
3 Rhizophora stylosa
Rhizophoraceae
4
Sonneratia alba Sonneratiaceae
5
Bruguiera gymnorhiza Rhizophoraceae
6
Lumnitzera racemosa Combretaceae
7
Avicennia marina Avicenniaceae
B Jenis Minor
1 Xylocarpus granatum
Meliaceae
2 Pemphis ocidula
Lythraceae
3 Excoecaria agalocha
Euphorbiaceae
4 Aegiceras comiculatum
Myrsinaceae
C Jenis Asosiasi
1 Hibiscus tiliaceus
Malvaceae
2 Spinifex littoreus
Gramineae
3
Acanthus ilicifolius Acanthaceae
4
Leucaena leucocephala Fabaceae
5 Sesuvium portucalastrum
Aizoaceae
6 Ipomoea pes-caprae
Convolvulaceae
Sumber: DKP Nusa Tenggara Barat, 2012
No. JenisSpesies Mangrove
Famili Sebaran
EA TH
CR CS
HP HO
SI
1 Pulau Belang
117.5 15.78 – 37.65
2 Pulau Paserang
12.5 27.52
3 Pulau Kenawa
0.1 26.75
4 Pulau Kalong
0.2 9.55
130.3 9.55 - 37.65
Sumber: DKP Nusa Tenggara Barat, 2012
Keterangan: EA : Enhalus acoroides, TH : Thallassia hemprechii, CR : Cymmodocea rotundata,CS : Cymmodocea
No. Pulau
Luas Ha
Pe nutupan Je nis Lamun
Jumlah
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
352 353
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Foto: Anggi PrayogaWCS
Gambar 1 Potensi terumbu karang di TPK Gili Balu
J. Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi:
Populasi penduduk di Kecamatan Poto Tano tahun 2011 tercatat 9.279 jiwa 8,08 yang terdiri dari 4.757 jiwa laki-laki
dan 4.622 jiwa perempuan. Sex ratio penduduk Kecamatan Poto Tano mencapai 103. Kepadatan penduduk mencapai
59 jiwakm2. Populasi penduduk Kecamatan Poto Tano tergabung dalam 2.296 rumah tangga Struktur perekonomian
Kabupaten Sumbawa Barat pada tahun 2011 didominasi oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang
mencapai 89,10. Kawasan Gili Balu merupakan kawasan yang tidak berpenghuni. Yang memanfaatkan kawasan adalah
nelayan-nelayan yang singgah untuk beristirahat.
K. Potensi Perikanan
Potensi lestari sumber daya ikan SDI laut di KSB tercatat 15.000 tontahun. Potensi SDI laut yang telah dimanfaatkan
mencapai 20,89. Masih besar peluang nelayan dan pemerintah KSB untuk meningkatkan pemanfaatan SDI
sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan nelayan pada masa mendatang.
Tabel 5. Perkembangan Produksi Ikan Laut di KSB Tahun 2007-2011
Kegiatan perikanan tangkap di laut perairan pesisir yang dilaksanakan oleh para nelayan Kabupaten Sumbawa Barat
KSB selama ini menggunakan jenis-jenis perahu tanpa motorPTM jukungsampan, perahu motor tempelPMT, dan
kapal motorKM. Usaha perikanan budidaya di KSB yang telah berkembang meliputi usaha perikanan air tawar budidaya
ikan di sawahminapadi dan kolam, air payau tambak udang dan bandeng serta budidaya ikan laut yang meliputi
komoditi kerang mutiara, kerapu, lobster dan rumput laut serta teripang.
Tabel 6. Potensi, Pemanfaatan dan Produksi Budidaya Laut di KSB Tahun 2008-2011
L. Potensi Pariwisata :
Kegiatan kepariwisataan di Kecamatan Poto Tano dan termasuk kawasan Gili Balu’ relatif lebih sedikit dibanding di
kecamatan lainnya. Namun demikian, pada beberapa tahun terakhir ini kegiatan wisata di daerah kajian telah berkembang
yaitu meliputi kegiatan wisata lokal oleh masyarakat setempat pada hari-hari libur atau event-event tertentu. Lokasi wisata di
kecamatan Poto Tano diantaranya adalah:
- Wisata pantai di pasir putih di Desa Poto Tano - Wisata pantai di Pulau Kanawa.
- Wisata pantai di Pulau Kalong. Kegiatan wisata ini dilakukan secara periodik, dimana kapal-kapal wisata yang
mengangkut wisatawan dari Bali menuju Gili Mtra NTB, Pulau Komodo di NTT dan sebaliknya singgah di Pulau
Kalong.
Foto: Anggi PrayogaWCS
Gambar 2. Pengembangan wisata di TPK Gili Balu
M. Aksesibilitas :
Gili Balu dapat diakses dari jalur laut karena letaknya yang berdekatan dengan pelabuhan Poto Tano. Sarana
Transportasi yang ada di kawasan Gili Balu’masih terbatas pada Transportasi laut perahusampan. Daratan pulau-pulau
di kawasan Gili Balu’ belum tersedia prasarana jalan, kecuali di Pulau Kenawa telah dibangun jalan setapak dari rabat beton,
jalan tersebut menghubungkan berugak wisata yang satu dengan yang lainnya.
Foto: Anggi prayoga WCS
Gambar 3 Pelabuhan yang terdapat di kawasan TPK Gili balu
N. Upaya Pengelolaan Kawasan:
- Pembangunan sarana dan prasarana wisata - Pengadaan boat patroli
- Pembentukan dan pembinaan pokmaswas - Peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan:
l
SK Pencadangan telah di revisi 2014
l
Survey ekologi 2014
l
Penyusunan ulang dokumen inventarisasi calon KKPD
l
Penyusunan ulang dokumen Rencana Zonasi dan Pengelolaan
l
Menyatukan pengelolaan antara TPK Gili balu dengan TP tatar sepang
O. Survey EKKP3K
Gambar 4 hasil survey EKKP3K bulan Agustus 2014
Daftar Pustaka
[DKPP Sumbawa Barat] Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sumbawa Barat. 2013. Buku Pusat
Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012. Taliwang. Halaman 68 tabel 18,
[DKP Nusa Tenggara Barat] Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2012. Penyusunan
Manajemen Plan dan Rencana Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Gili Balu’ Kabupaten Sumbawa Barat 2012.
Mataram
2007 2008
2009 2010
2011
1 Sekongkang
111.00 167.00 199.10 159.96 58.49 -11.83
2 Jereweh
112.00 206.00 210.20 153.48 60.00 -11.61
3 Maluk
87.00 284.00 304.40 470.08 58.76 -8.11
4 Taliwang
979.00 1,615.90 1,628.70 1,253.44 236.20 -18.97
5 Poto Tano
876.00 602.30 673.50 1,096.72 177.83 -19.92
2,165.00 2,875.60
3,015.90 3,133.68
591.28 -18.17
Sumber: DKPP KSB 2013
No. Landing Place
Volume Produksi Ton Pe rubahan
Rata-Rata
Total 2008
2009 2010
2011
1 Kerang Mutiara
550.00 -
Pemanfaatan Ha 375.00 375.00 337.50 370.50
- Produksi Ton
0.15 0.15 0.14 0.15 2
Kerapu 15.00
- Pemanfaatan Ha
1.00 1.00 1.00 1.30 -
Produksi Ton 2.00 8.50 7.65 8.00
3 Lobster
17.00 -
Pemanfaatan Ha 1.00 1.00 1.00 1.00
- Produksi Ton
2.00 2.00 1.80 1.90 4
Rumput Laut 1,167.00
- Pemanfaatan Ha
130.30 150.00 450.00 460.00 -
Produksi Ton 4,673.00 7,620.00 8,001.00 9,937.88
5 Teripang
25.00 -
Pemanfaatan Ha - - - 0.50
- Produksi Ton
- - - 0.00 1,774.00
507.30 527.00 789.50 833.30 4,677.15 7,630.65 8,010.59 9,947.93
Sumber: DKPP KSB 2013
Tahun Pote nsi
he ktar
Jumlah: - Pote nsi Pe rairan Ha
- Pe manfaatan Ha - Produksi Ton
No. Komoditi
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
354 355
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Taman wisata perairan Daerah
Tatar Sepang Sekongkang
Foto: Anggi PrayogaWCS
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
356 357
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
1. Nama Kawasan
Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang
2. Dasar Hukum
A. Pencadangan: SK Bupati Sumbawa Barat No. 849 Tahun 2011 tentang
Pencadangan Kawasan Konservasi Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang Sekongkang dan Kawasan Konservasi Taman
Pulau Kecil Gugusan Gili Balu’ Poto Tano sebagai Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten
Sumbawa Barat.
B. Rencana Pengelolaan dan Zonasi: sedang di susun, rencananya akan dijadikan satu pengelolaan dengan TPK
Gili Balu C. Unit Organisasi Pengelola: Belum ada, unit organisasi
pengelola, rencana akan disatukan pengelolaannya dengan TPK Gili Balu
D. Penetapan:- E. Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah
PERDA, PERBUP, dll. 1. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor
3 Tahun 2008 tentang Kewenangan Kabupaten Sumbawa Barat Sebagai Derah Otonom.
F. Luas Kawasan : 723,16 Ha G. Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:
Kawasan konservasi Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang sebagaimana dicadangkan berdasarkan SK Bupati
Kabupaten Sumbawa Barat No. 8492011 terletak di Desa Talonang Baru, Kecamatan Sekongkang. Kecamatan
Sekongkang merupakan salah satu dari delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat.
Sebelah Utara : Kecamatan Maluk Sebelah Selatan : Samudra Indonesia
Sebelah Barat : Selat Alas
Sebelah Timur : Kecamatan Lunyuk
H. Target Konservasi:
- Target Sumberdaya Bioekologis • Habitat penyu
• Alur migrasi mamalia laut Paus dan Lumba-lumba - Target Sosial, Budaya dan Ekonomi
• Dukungan dan partisipasi dalam pengelolaan • Kepatuhan terhadap zonasi
I. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati: a. Ekosistem pantai dan habitat penyu
Kawasan pantai antara Tatar dan Sepang terdapat 15 ruas pantai sebagai habitat penyu bertelur, yaitu Pantai Tatar,
Labewe, Liang Jalu, Batu Bersun, Liang Melung,Selambeta, Mawil, Butin, Ranga, Talonang, Penyali, Batu Liang, Pancar,
Jemboro, dan Sepang Gambar 14 Terdapat 4 jenis penyu yang bertelur di kawasan pantai tersebut yaitu
penyu hijau Chelonia mydas, penyu sisik Eretmochelys imbricata,
penyu belimbing Dermochelys coriacea, dan penyu tempayan Caretta caretta.
Penyu hijau bertelur di 13 ruas pantai atau hampir di semua ruas pantai kecuali Pantai Talonang dan Pantai
Sepang. Penyu sisik bertelur hanya Pantai Talonang dan Pantai Sepang. Penyu belimbing bertelur hanya di Pantai
Tatar dan Pantai Sepang. Penyu tempayan juga hanya bertelur di Pantai Tatar dan Sepang. Penyu hijau umumnya
bertelur pada pantai berpasir putih sedangkan penyu sisik, penyu belimbing dan penyu tempayan bertelur pada
pantai berpasir kwarsa hitam kelabu.
b. Ekosistem mangrove, terumbu karang, dan Lamun
Perairan pantai kawasan Taman pesisir Tatar Sepang merupakan sebaran terumbu karang yang sekaligus
sebagai habitat pencarian makanan bagi penyu. Karena kondisi gelombang dan ombak yang besar serta arus
yang dibangkitkan oleh gelombang sangat kuat maka tidak memungkinkan dilakukan pengamatan terumbu
karang di lokasi ini. Jika ditinjau dari kondisi batimetri perairan, maka terumbu karang di lokasi ini termasuk
formasi terumbu datar. Dari hasil identiikasi terhadap
Foto: Anggi PrayogaWCS
Gambar 1, Penyu bertelur di kawasan TP Tatar sepang
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
358 359
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
pecahan karang di pinggir pantai, komunitas terumbu karang di kawasan ini didominasi oleh karang masif
yang merupakan tipologi komunitas karang dengan kondisioseanograi ekstrim. Setidak‐tidaknya terdapat
5 genus karang dan 8 spesies karang di sekitar perairan ini yang tergolong karang massive yakni : Porites rus, P.
lichen, Favites lexuosa, F. halicora, Favia mathaii, Platigyra
lamellina, P. verweyi dan Tubipora musica.
Ekosistem padang yang terdapat di pantai kawasan Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang berkembang pada zona litoral
dengan kerapatan yang sangat rendah yaitu kurang dari 15 terdiri dari jenis Enhalus acoroides, Cymodocea
rotundata, Halophila ovalis
dan Thalassia hemprichii
J. Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi:
Penduduk di Kecamatan Sekongkang tahun 2012 berdasarkan data BPS Kabupaten Sumbawa Barat
berjumlah 8.430 jiwa, terdiri dari 4.299 jiwa penduduk laki-laki dan 4.131 jiwa penduduk perempuan. Mayoritas
penduduk Kecamatan Sekongkang memeluk Agama Islam. Persentase penduduk beragama Islam menurut
desa berkisar 60 – 100.
Kondisi isik rumah keluarga di Kecamatan Sekongkang sebagian besar berada dalam kondisi bangunan tidak
permanen, terutama di Desa Ai Kangkung, Tatar dan Talonang Baru. Prasarana energi listrik untuk penerangan
yang bersumber dari PLN baru menjangkau tiga desa yaitu Sekongkang Bawah, Sekongkang Atas dan Persiapan
Kemuning. Air bersih di Kecamatan Sekongkang berasal dari empat sumber yaitu PAM, sumur pompa, sumur
perigi dan sungai.
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Sekongkang mayoritas di bidang pertanian yaitu mencapai 60,27 dari
total penduduk yang bekerja. Dominasi mata pencaharian di sektor pertanian terdapat hampir di seluruh desa
kecuali Desa Tatar dan Desa Persiapan Kemuning. Mata pencaharian penduduk di bidang perikanan sangat
kecil yaitu hanya 26 jiwa 1,09. Penduduk dengan mata pencaharian perikanan hanya terdapat di Desa Ai
Kangkung, Tatar dan Talonang Baru
Foto: Anggi PrayogaWCS
Gambar 2, Pemanfaatan telur penyu oleh masyarakat
K. Potensi Perikanan
Mata pencaharian penduduk di bidang perikanan sangat kecil yaitu hanya 26 jiwa 1,09. Penduduk dengan
mata pencaharian perikanan hanya terdapat di Desa Ai Kangkung, Tatar dan Talonang Baru. Perkembangan
produksi ikan laut di kecamatan Sekongkang cukup rendah dibandingkan dengan kecamatan lainnya di
kabupaten Sumbawa Barat.
2007 2008
2009 2010
2011
1 Sekongkang
111.00 167.00 199.10 159.96 58.49 -11.83
2 Jereweh
112.00 206.00 210.20 153.48 60.00 -11.61
3 Maluk
87.00 284.00 304.40 470.08 58.76 -8.11
4 Taliwang
979.00 1,615.90 1,628.70 1,253.44 236.20 -18.97
5 Poto Tano
876.00 602.30 673.50 1,096.72 177.83 -19.92
2,165.00 2,875.60
3,015.90 3,133.68
591.28 -18.17
Sumber: DKPP KSB 2013
No. Landing Place
Volume Produksi Ton Pe rubahan
Rata-Rata
Total
Tabel 1. Perkembangan Produksi Ikan Laut di KSB Tahun 2007-2011
L. Potensi Pariwisata :
Desa Talonang Baru, Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat memiliki panjang garis pantai lebih
kurang 20 km dengan tipologi pantai teluk berpasir putih dengan pantang 4,4 km, pantai berpasir hitam kelabu
dengan panjang 2,0 km dan pantai bertebing dengan panjang 13,6 km. Di dalamnya setidaknya terdapat 15
ruas pantai sebagai lokasi peneluran nesting site penyu. Kondisi pesisir Kecamatan Sekongkang sangat cocok
sebagai habitat penyu bertelur sehingga kawasan ini dapat dijadikan kawasan pariwisata berbasis konservasi
dan edukasi
M. Aksesibilitas :
Jaringan jalan menuju Desa Talonang Baru lokasi kawasan konservasi Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang adalah
jalan lingkar selatan yang termasuk jalan provinsi ruas Bebete‐Sejorong danSejorong‐Tatar‐Batas KSB. Akses jalan
menuju kawasan Taman Pesisir Penyu Tatar Sepang dari jalan lingkar selatan dihubungkan oleh jalan lingkungan
dengan permukaan tanah. Sarana angkutan umum menuju kawasan konservasi Taman Pesisir Penyu Tatar
Sepang dilayani oleh angkutan umum perintis. Sarana angkutan umum yang terdapat di Desa Talonang Baru
terdiri atas trukmini truk 2 buah, mini bisengkel 1 buah dan ojek 5 buah.
N. Upaya Pengelolaan Kawasan:
- SK Pencadangan telah di revisi 2014 - Survey ekologi 2014
Daftar Pustaka
[DKPP Sumbawa Barat] Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sumbawa Barat. 2013. Buku Pusat
Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa Barat Tahun 2012. Taliwang. Halaman 68 tabel 18,
[DKP Nusa Tenggara Barat] Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2012. Penyusunan
Manajemen Plan dan Rencana Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Gili Balu’ Kabupaten Sumbawa Barat 2012.
Mataram
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
360 361
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Kawasan Konservasi perairan Daerah
Kabupaten Sumbawa
Foto: Anggi PrayogaWCS
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
362 363
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
1. Nama Kawasan
Taman Pulau Kecil Pulau Kramat, Bedil dan Temudong
2. Dasar Hukum
A. Pencadangan:
SK Bupati Sumbawa No. 642 Tahun 2011 tentang Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Pulau Kramat,
Pulau Bedil, dan Pulau Temudong Kabupaten Sumbawa.
B. Rencana Pengelolaan dan Zonasi:- masih revisi C. Unit Organisasi Pengelola:-
D. Penetapan:- E. Keterkaitan dengan dasar hukumkebijakan daerah
PERDA, PERBUP, dll.
1. Peraturan Bupati Sumbawa Nomor 17 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa.
F. Luas Kawasan : 2.000 Ha G. Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan:
Gugusan Pulau Kramat, Bedil, dan Temudong secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Desa Labuhan
Bajo, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa. Pulau-pulau tersebut memiliki merupakan pulau sangat kecil dengan
luas yaitu Pulau Kramat 60,07 ha, Pulau Bedil 1,92 ha, dan Pulau Temudong 39,69 ha. Secara geograis, letak masing-
masing pulau adalah sebagai berikut:
• Pulau Kramat terletak pada koordinat 8o22’38,76” LS; 117o03’32,97” BT sd 8o22’53,46” LS; 117o03’21,32” BT
dan 8o22’50,33” LS; 117o03’08,35” BT sd 8o22’39,75” LS; 117o03’34,62” BT.
• Pulau Bedil terletak pada koordinat 8o23’22,01” LS; 117o04’27,01” BT sd 8o23’25,02” LS; 117o04’26,78” BT
dan 8o23’24,18” LS; 117o04’22,98” BT sd 8o23’22,50” LS; 117o04’28,77” BT.
• Pulau Temudong terletak pada koordinat 8o22’20,83” LS; 117o04’23,33” BT sd 8o22’40,91” LS; 117o04’39,83”
BT dan 8o22’26,10” LS; 117o04’14,76” BT sd 8o22’23,29” LS; 117o04’55,84” BT.
Gugusan Pulau Kramat, Pulau Bedil dan Pulau Temudong membentuk formasi segitiga dimana jarak terdekat antara
Pulau Kramat dengan Pulau Bedil adalah 0,7 mil laut, antara Pulau Kramat dengan Pulau Temudong sejauh 0,7
mil laut dan antara Pulau Bedil dengan Pulau Temudong berjarak 0,7 mil laut. Batas-batas gugusan Pulau Kramat,
Bedil, dan Temudong sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Laut Flores • Sebelah Selatan : Selat Alas
• Sebelah Timur : Selat Alas • Sebelah Barat
: Selat TemudongPulau Saringi dan Selat Alas
H. Target Konservasi:
- Target Sumberdaya Bioekologis • Ekosistem terumbu karang
• Ekosistem mangrove • Ekosistem padang lamun
- Target Sosial, Budaya dan Ekonomi • Dukungan dan partisipasi dalam pengelolaan
• Kepatuhan terhadap zonasi • Peningkatan kesejahteraan masyarakat
I. Potensi Ekologis - Keanekaragaman Hayati: a. Ekosistem mangrove
Sebaran ekosistem mangrove pada gugusan Pulau Kramat, Bedil, dan Temudong terdapat di Pulau Kramat dan Pulau
Temudong, sedangkan di Pulau Bedil hanya terdapat beberapa vegetasi mangrove pada tingkat anakan dari
jenis Rhizophora mucronata dengan kerapatan rendah dan sebatang pohon sentigi Pemphis acidula.
Luas sebaran mangrove di Pulau Kramat adalah 41,0 Ha, tersebar dengan kerapatan tinggi di bagian utara pulau.
Luas mangrove di Pulau Temudong adalah 40,0 Ha, tersebar di bagian barat, utara dan timur pulau. Tingkat
kerapatan vegetasi mangrove di Pulau Kramat sangat tinggi dan dominan berupa formasi tingkat pohon.
Jenis-jenis mangrove mayor yang terdapat di Pulau Kramat sama dengan yang ada di Pulau Temudong. Jenis
mangrove mayor didominasi oleh Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata. Jenis-jenis mangrove mayor
lainnya yaitu Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza,
Avicennia marina, dan Lumnitzera racemosa. Jenis minor
yaitu Xylocarpus granatum., Excoecaria agallocha, Pemphis acidula, Aegiceras comiculatum,
dan Acrostichum aureum. Jenis Xylocarpus granatum tidak ditemukan di Pulau
Kramat. Sementara itu, jenis-jenis asosiasi mangrove yang terdapat di Kramat yaitu Hibiscus tiliaceus, Spinifex littoreus,
Acanthus ilicifolius, Sesuvium portucalastrum,
dan Ipomoea pes-caprae,
sedangkan di Pulau Temudong ditambah jenis Leucaena leucocephala
b. Ekosistem Lamun
Pulau Kramat, Bedil, dan Temudong dikelilingi oleh ekosistem padang lamun. Ekosistem padang lamun
di Pulau Bedil tersebar di sekeliling pulau secara tidak terputus. Luas sebaran padang lamun di Pulau Bedil
adalah 5,1 Ha. Formasi sebaran padang lamun memanjang ke arah barat pulau dan pada ujungnya menyatu dengan
formasi terumbu karang datar reef lat.
Sebaran ekosistem pada lamun di Pulau Kramat menyatu dengan Pulau Temudong. padang lamun di Pulau Kramat
terputus sebarannya di bagian selatan pulau. lamun tidak dapat tumbuh di lokasi ini karena lidah pasir yang labil
dan dibatasi oleh batimetri perairan yang curam di dekat pantai. Padang lamun di Pulau Temudong berkembang
di sekeliling pulau. Luas sebaran padang lamun di Pulau Kramat dan Pulau Temudong adalah 215,0 Ha. Jenis lamun
yang ditemukan di gugusan Pulau Kramat, Bedil, dan Temudong berjumlah 8 jenis dari 7 genus, 3 subfamili,
dan 2 famili. Jenis-jenis lamun tersebut yaitu dari Famili Potamogetonacea terdiri dari Zostera sp., Halodule pinifolia,
H. Uninervis, Cymodocea rotundata
dan Syringodium isoetifolium
; serta Famili Hydrocharitacea terdiri dari Enhalus acoroides, Halophila ovalis
dan Thalassia hemprichii.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
364 365
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
c. Ekosistem terumbu karang