STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
228 229
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
c Batu Itam Pertumbuhan makro alga berada di gugus Batu Itam di
Kecamatan Sijuk. Makro alga yang diperoleh sebanyak 30 jenis dengan panen berat basah tertinggl 2.230 gm
2
. Pertumbuhan makro alga bemilai ekonomis dari marga
Sargassum, lormophysa dan Turbinaria. Dominasi marga diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 89,88.
d Pulau Akeake Terletak di depan muara Sungai Padang paparan terumbu
pada bagian garis pantai terbentuk dari batuan meteorit berwama ungu mengkilat, sedangkan pada bagian
paparan terumbu selalu tegenang air dan arus deras. Makro alga yang diperoleh 30 Jenis dengan panen berat
basah tertinggi 150 gm
2
dan marga bemilai ekonomis dari Sargassum dan Turbinaria. Dominasi marga diduduki
Sargassum dengan nilai dominasi 29,27. e Pulau Keran
Terletak sebelah utara Pulau Akeake, kondisi perairan jernih dan arus deras belum terjadi sedimentasi. Paparan
terumbu sangat luas, pertumbuhan karang masih ada dari tubir sampai paparan turumbu. Hasil pengamatan
B. Pola dan Kecepatan Arus Seperti halnya di wilayah perairan Kabupaten Belitung,
berdasarkan penelitian LIPI Oktober, 2005, kecepatan arus di wilayah perairan Kecamatan Selat Nasik secara
keseluruhan berkisar antara 17,80 – 42,10 cmdet dengan rata-rata 29,40 cmdet. Secara rata-rata kecepatan arus
di lapisan permukaan lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman 5 dan 10 meter. Kecepatan arus di perairan ins
masih termasuk kecepatan arus yang sedang.
Arah arus pada lapisan permukaan bergerak ke arah utara dan sebagian lagi ke arah barat laut dan barat daya
namun pada kedalaman 5 dan 10 meter arus bergerak ke arah barat daya, sehingga arah arus pada penelitian ini
dominan bergerak ke arah barat daya.
C. Pola Angin Pola angin permukaan yang terjadi laut Cina Selatan
khususnya di perairan Kecamatan Selat Nasik juga dipengaruhi oleh angin muson, yang mana menurut
Nontji 1987 pada saat musim barat angin berhembus dari Asia menuju Australia yang mana pada saat itu terjadi
musim dingin di belahan bumi bagian utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan, sehingga terjadi
tekanan tinggi di atas daratan Asia dan tekanan rendah di atas daratan Australia. Hal inilah yang dikenal sebagai
angin musim barat. Pada musim timur berlaku sebaliknya, dimana pusat tekanan tinggi terjadi terjadi di atas daratan
Australia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Asia, sehingga mengakibatkan angin berhembus dari daratan
Australia menuju daratan Asia, yang lebih dikenal dengan angin musim timur.
D. Pasang Surut Secara umum fenomena naik turunnya paras muka air laut
atau yang lebih dikenal dengan pasang surut terutama disebabkan oleh gravitasi matahari dan bulan terhadap
massa air laut. Posisi matahari dan bulan terhadap bumi berubah setiap waktu, perubahan posisi tersebut
membangkitkan gaya yang berbeda-beda, sehingga kedudukan muka laut serta kisaran pasang surut juga
berbeda-beda.
No Pantai
Karakteristik 1
Selat Nasik Pasir berlumpur, mangrove
2 Suak Gual
Pasir berlumpur, mangrove 3
Petaling Pasir berlumpur, mangrove
4 Pulau Gersik
Pasir berlumpur, mangrove Sumber : Bappeda Kabupaten Belitung, 2005
s μgAI
μgAI μgAI
μgAI
,15 ,01
,08 ,50
,61 ,13
1,56 ,13
,02 ,11
,57 ,74
,19 1,88
,06 ,11
,15 ,75
,95 ,29
2,77 ,93
,62 ,02
,46 ,52
,09 1,06
m ,37
,32 ,24
,88 ,12
,36 4,51
,12 ,04
,14 ,60
,76 ,20
2,06
,22 ,22
,12 ,88
,62 ,24
,48 ,26
,68 0,4
,88 2
00 00
No 1
2 3
4 5
6 7
8 9
g
menunjukan pulau ini masih ideal untuk lahan budidaya rumput laut. Pulau tidak berpenduduk dan daerah tepi
pantai berpasir putih, termasuk diantara pulau dalam katagori baik untuk perlakuan budidaya. Pertumbuhan
makro alga nilai ekonomis dari Marga Sargassum,
Turbinaria, Hormophysa, Gradlaria, Eucheuma dan Halimeda. Makro alga yang diperoleh 34 jenis. Panen berat
basah tertinggi yang diperoleh 1.268 gm2. Dominasi jenis diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 48,78.
2. Kecamatan Selat Nasik
A. Kondisi Pantai Kondisi pantai yang ada di wilayah Kecamatan Selat Nasik
umumnya pantai berlumpur, dengan tanaman pantai berupa beberapa jenis mangrove. Pantai yang ada di
wilayah Kecamatan Selat Nasik antara lain Pantai Selat Nasik, Suak Gual, Petaling dan Pulau Gresik. Ke empat
pantai tersebut umumnya memiliki karakteristik pantai yang seragam. Secara rinci kondisi karakteristik dari
masing-masing pantai yang ada di wilayah Kecamatan Selat Nasik disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Kodisi Pantai di Kecamatan Selat Nasik Pasang surut yang terjadi di Perairan Kecamatan Selat
Nasik seperti halnya di perairan lainya di Kabupaten Belitung, bukan pasang surut yang secara langsung
dibangkitkan oleh gravitasi matahari dan bulan, akan tetapi dominan dipengaruhi oleh pasang surut di perairan
Laut Cina Selatan yang merambat ke selatan memasuki Laut Jawa Pariwono, 1985. Perambatan pasang surut
dari Samudera Pasiik yang memasuki perairan Sijuk melalui perairan Laut Cina Selatan telah dipengaruhi
oleh morfotogi pantai dan kedalaman laut bathymetri Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004.
E. Suhu Perairan Pola sebaran suhu perairan di wilayah Kecamatan Selat
Nasik Bappeda, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, 2004, dipengatuhi oleh dua musim yang berbeda, yaitu
musim barat dan musim timur. Suhu rata-rata perairannya adalah 28 °C pada bukan Februari mewakili musim
barat dan 29 °C pada bulan Juni mewakili musim timur. Berdasarkan penelitian LIPI 2005, suhu perairan di sekitar
perairan Kabupaten Belitung pada bulan Oktober tahun 2005 berkisar antara 28,93 °C – 29,37 °C, dimana nilai suhu
terendah terdapat pada kedalaman 10 meter dan nilai suhu tertinggi terdapat pada iapisan permukaan 0 meter.
Dengan demikian dapat disimpuikan bahwa suhu perairan di Kabupaten Belitung berkisar antara 28 °C – 29 °C,
dimana pada musim barat suhu turun mencapai minimum yang bertepatan pula dengan angin yang kuat dan curah
hujan yang tinggi, sedangkan pada musim timur suhu meningkat mencapai maksimum.
F. Kondisi Kimiawi Perairan Kualitas air berperan penting bagi seluruh organisme
perairan untuk menunjang proses kehidupannya. Kualitas perairan bisa dilihat dari nilai parameter kimiawi perairan.
Berdasarkan data penelitian parameter kimia yang dilakukan LIPI 2005, rata-rata kandungan dari amonia,
nitrat, nitrit dan ortho fospat berturut-turut adalah sebagai berikut 2,06; 0,76; 0,20 dan 0,60 Tabel 2.3. Secara umum
perairannya termasuk bersih tidak tercemar.
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
230 231
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
Tabel 2.3 Persentase Penutupan Terumbu Karang Hidup di Kecamatan Selat Nasik
Sumber : LIPI diolah 2005
Tabel 2. 2
Rata-Rata Nilai Parameter Fisika - Kimia Perairan Kabupaten Belitung
Berdasarkan pengamatan kondisi terumbu karang LIPI tahun 2005 di Pulau Sekutai Kecamatan Selat Nasik,
terlihat pantai berbatu dengan reef lat sempit sekitar 50 m. Pada saat air surut karang muncul ke permukaan lereng
terumbu, bagian atas mempunyai kemiringan sekitar 20°. Pertumbuhan karang dijumpai pada kedalaman
2 – 5 meter yang merupakan spot-spot kecil. Bergerak ke lereng terumbu bagian bawah, kemiringan semakin
bertambah yaitu sekitar 45°. Kehadiran karang dimulai dan jenis Coral massive dari jenis Porites lobata, Pachyseris
speciosa. Di antara karang mat tampak pertumbuhan soft Coral dari jenis Sinularia sp. Perairan cukup jemih
dengan sekitar 15 m, kehadiran karang didominasi oleh bentuk pertumbuhan bercabang dari jenis Montipora
sp. dan bentuk pertumbuhan folios dan merayap dari jenis Pachyseris sp. Dari hasih LIT Line Intercept Transect
diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 40,34.
Untuk Puiau Kran terlihat adanya pantai berpasir di bagian barat yang diseiingi dengan batuan vulkanis di
pinggir pantai. Rataan terumbu bagian atas cukup luas yaitu sekitar 400 m. Selain itu di lokasi ini juga terdapat
beberapa patch reef. Pada saat pengamatan, terlihat perairan keruh dan sedimen terperangkap di bagian
karang yang bentuk pertumbuhannya seperti daun foliose. Kemiringan lereng terumbu di sekitar Pulau
Keran karang lebih 35°, dimana ditemukan kehadiran karang yang cukup bervariasi. Bentuk pertumbuhan
karang pun didominasi dengan bentuk pertumbuhan
bercabang dari jenis Porites nigrescens, Porites cylindrical. Bentuk pertumbuhan foliose juga banyak dijumpai yaitu
dati jenis Pectinia paeonia, Mycedium elephantotu, Karang hanya ditemukan sampai kedalaman 5 m, setelah itu hanya
pasir dan pecanan twang mat yang mendominasi. Dari hasii LIT Line Intercept Transect, diperoleh tutupan persentase
karang hidup yang cukup tinggi yaitu sebesar 71,10 , hal ini menunjukkan bahwa meskipun air keruh namun sirkulasi air
cukup bagus sehingga karang dapat memperoleh nutrient dengan baik.
Kedalaman m
Parameter Suhu
O
C Salinitas
O OO
pH PO4
μgAI NO
3
μgAI NO
2
μgAI NH
3
μgAI
29,15 33,01
8,08 0,50
0,61 0,13
1,56
5 29,13
33,02 8,11
0,57 0,74
0,19 1,88
10 29,06
33,11 8,15
0,75 0,95
0,29 2,77
Minimum 28,93
32,62 8,02
0,46 0,52
0,09 1,06
Maksimum
29,37 33,32
8,24 0,88
1,12 0,36
4,51
Rata-rata
29,12 33,04
8,14 0,60
0,76 0,20
2,06
,22 ,22
,12 ,88
,62 ,24
,48 ,26
,68 0,4
,88 2
00 00
No 1
2 3
4 5
6 7
8 9
g G. Sebaran Mangrove
Sebaran mangrove di pulau-pulau kecil Kecamatan Selat Nasik hanya terdapat di beberapa pulau. Sebaran
mangrove di Kecamatan Selat Nasik antara lain berada di pulau : Aur, Bakau, Batudinding, Gina, Kalangbau, Kimar,
Mendanau, Naduk, Sekutai, dan Sepindang. Di beberapa pulau di Kecamatan Selat Nasik sebaran mangrovenya
hingga mencapai 500 meter dari pantai.
Secara keseluruhan di lokasi ini didapatkan 10 jenis mangrove. Dari semua lokasi, umumnya mangrove banyak
ditemukan pada daerah muara sungai sampai ke arah hulu sungai. Adapun jenis yang banyak ditemukan adalah jenis
Rhizophora apiculata. H Sebaran Padang Lamun
Sebaran lamun di pulau-pulau kecil Kecamatan Selat Nasik antara lain berada di pulau : Aji, Aur, Bangkai, Batudinding,
Cina, Kera, Langir, Mendanau, Piling, Sebongkok, Sekutai, dan Selemar. Lamun yang ditemui di pulau- pulau kecil di
Kecamatan Sijuk antara lain dari jenis Enhalus sp, Thalasia sp, Halaophilia sp. Selain itu juga ditemukan beberapa
rumput laut dan jenis Caulapa sp. dan Sargasum sp.
I Sebaran Terumbu Karang
Sebaran karang di pulau-pulau kecil Kecamatan Selat Nasik antara lain berada di pulau : Aji, Aur, Bakau, Bangkai,
Batudinding, Bayan, Buntar, Cina, Gersik, Kalangbau, kembung, Keran, Kimar, Klirim, Kuil, Langir, Mendanau,
Naduk, Panjang, Piling, Sebongkok, Sekutai, Selemar, dan Sepindang. Berikut disajikan jenis dan sebaran terumbu
karang di perairan Kecamatan Selat Nasik.
μgAI μgAI
μgAI μgAI
Benthic Lokasi
Pulau Sekutai Pulau Keran
Hard Corals Acropora 0,22
4,22 Hard Corals Non Acropora
40,12 66,88
Dead Soelaractinia 8,62
13,24 Algae
44,48 13,26
Other Fauna 5,68
0,4 Abiotic
0,88 2
Jumlah 100
100 No
1 2
3 4
5 6
7 8
9
g J Potensi Sumberdaya Ikan
Berdasarkan penelitian LIPI 2005, terkumpul 66 jenis ikan karang dengan ikan sampel sebanyak 1.917 ekor dari
18 famili, yang tertangkap di sekitar perairan Kabupaten Belitung Pulau Kalimambang, Pulau Sekutai, Pantai Batu
Itam, Pulau Keran dan Pulau Ake-ake, dan terdiri dari :
l Ikan major 42 jenis, 8 famili; l Ikan targetpangan 21 jenis, 9 famili; dan
l Ikan indikator Chaetodontidae 3 jenis, 1 famili.
Kepadatan ikan major sebanyak 6.100 ekorha, ikan target 1.300 ekorha, ikan indikator 300 ekorha dan
total ikan karang sebanyak 7.700 ekorha, seperti yang terlihat pada Tabel 1.4. Ikan napoleon Cherlinus undulates
ditemukan di perairan Pulau Kalimambang, dan tidak menutup kemungkinan keberadaan ikan ini di lokasi
perairan karang lainnya. Ikan napoleon merupakan ikan bernilai tinggi dan dilindungi, sehingga keberadaan ikan
ini perlu dijaga. Jenis ikan ini merupakan ikan yang perlu mendapat perlindungan di Kawasan Konservasi Perairan
di Kabupaten Belitung.
K. Potensi dan Sebaran Sumberdaya Non Ikan Sumberdaya non ikan yang banyak ditemui di wilayah
perairan Kecamatan Selat Nasik diantaranya penyu, moluska, teripang, dan makroalga. Berdasarkan penelitian
LIPI 2005 penyu di Kabupaten Belitung ditemukan di Pulau lengkuas, Pulau Piling dan Pulau Pelma dengan
jenis penyu sisik dan penyu hijau. Pulau Piling terdapat di gugusan pulau di Kecamatan Selat Nasik.
Berdasarkan penelitian LIPI 2005, makrobentik yang tercatat sekitar 28 jenis moluska, 5 jenis krustasea dan 10
jenis ekhinodermata. Jumlah jenis fauna makrobentik yang tercatat relatif sama dengan jumlah fauna makrobentik
dan daerah perairan timur Pulau Bangka. Tetapi kepadatan individunya relatif lebih rendah dan perairan timur
pulau Bangka, yaitu berkisar antara 3 – 4 ekorm
2
di Bangka Timur dan kurang dan 1 individu di perairan
Kabupaten Beitting. Rendahnya tingkat kepadatan fauna makrobentik di perairan Kabupaten Beitting diduga
akibat kasus tangkap lebih over ishing dan akibat
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
232 233
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
kerusakan habitat yang disebabkan oleh tingginya tingkat sedimentasi yang ditandai dengan keruhnya perairan.
Teripang yang ada di perairan Kabupaten Belitung, hanya diwakili oleh teripang berkualitas rendah sepertiHolothuna
atra, H. Coluber dan Bohadschia matmorata. Kelangkaan jenis-jenis teripang ini diduga sebagai akibat kasus
tangkap lebih over ishing. Dimana jenis-jenis teripang ini diburu terus-menerus. Hal yang sama juga terlihat pada
krustaseakepiting marga Portunus dan Thallamita yang kehadirannya sangat langka. Fauna moluska relatif lehih
beragam dan lebih kaya dari fauna ekhinodermata dan krustasea. beberapa jenis moluska yang dapat digunakan
sebagai bahan pangan ditemukan di perairan ini, seperti marga Triciacna, Trochus, Strombus dan Lambis.
Penelitian alga oleh LIPI tahun 2005 di perairan pantai Pulau Sekutai dan Pulau Keran menunjukkan kepadatan
dan kelimpahan alga yang berbeda. Hal ini disebabkan karena pengaruh lingkungan perairan yang tidak
mendukung untuk kelangsungan pertumbuhan makro alga.
a. Pulau Keran Terletak sebelah utara Pulau Akeake, kondisi perairan
jernih dan arus deras belum terjadi sedimentasi. Paparan terumbu sangat luas, pertumbuhan karang
masih ada dari tubir sampai paparan turumbu. Hasil pengamatan menunjukan pulau ini masih ideal untuk
lahan budidaya rumput laut. Pulau tidak berpenduduk dan daerah tepi pantai berpasir putih, termasuk
diantara pulau dalam katagori baik untuk perlakuan budidaya. Pertumbuhan makro alga nilai ekonomis
dari Marga Sargassum, Turbinaria, Hormophysa,
Gradlaria, Eucheuma dan Halimeda. Makro alga yang diperoleh 34 jenis. Panen berat basah tertinggi yang
diperoleh 1.268 gm2. Dominasi jenis diduduki oleh Sargassum dengan nilai dominasi 48,78.
b. PuLau Sebongkok Letak geograis Pulau Sebongkok pada koordinat 107
°
29’ 42” BT dan 2
°
51’ 27” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Sekutai, sebelah selatan dengan
pulau Sekindang, sebelah timur dengan pulau tikus karang di pulau ini telah mengalami kerusakan cukup
parah akibat adanya pemanfaatan yang tidak ramah lingkungan. Bentuk tipe pantai Pulau Sekutal adalah
landai berpasir dan sebagian ada yang berbatu.
d Pulau Batu Dinding Letak geograls pulau Batu Dinding pada koordinat
107
°
24’ 48” BT - 2
°
48’ 46” IS. Pada bagian sebelah utara berbatasan dengan perairan Selat Karimata,
sebelah selatan dengan Pulau Mendanau, sebelah timur dengan pulau tikus dan selat mendanau, dan
sebelah barat berbatasan dengan Selat Gaspar. Jarak dan pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 16.20 mil laut
dan ditempuh selama kurang lebih 2-3 jam perjatanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT.
Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyat telepon seluler. Pulau Batudinding tidak diami oteh
penduduk. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya padang lamun dan terumbu karang.
Bentuk tape pantai Pulau Batudinding adalah landai pasir dan berbatu.
e Pulau Mendanau Letak geograis Pulau Mendanau pada koordinat 107
°
25’ 24” BT dan 2
°
52’ 41” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Batudinding, sebelah selatan dengan
Pulau Naduk, sebelah timur dengan Pulau Sebongkok, dan sebelah barat berbatasan dengan pulau Selat
Gaspar. arak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 17.30 mil Laut dan ditempuh selama kurang lebih
2 - 3 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam
jangkauan sinyal telepon seluler. Pulau Sebongkok didiami oleh 2.335 jiwa penduduk. Sarana dan
prasarana di Pulau Mendanau cukup lengkap dibanding pulau lain di BeRung dimana terdapat 2
buah Sekolah Dasar, 1 buah SMP, 1 sekolah kejuruan, 4 buah masjid, sarana kesehatan dimana terdapat
1 buah puskesmas, 3 kantor desa, kantor potsek, dan wisma mendanau. Di pulau ini telah terdapat
perikanan budidaya laut dalam bentukan keramba jaring apung ikan kerapu. Pulau ini dikenal sebagai
dan selat mendanau, dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau Mendanau. Jarak dari pelabuhan
Tanjung Pandan sejauh 11.50 mil laut dan ditempuh selama kurang Lebih 2 jam perjalanan menggunakan
perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada datam jangkauan sinyal telepon seluler.
Pulau Sebongkok didiami oleh 11 jiwa yang tinggal di perairannya sebagai penjaga dan pemilik keramba
jaring apung. Di pulau ini telah terdapat perikanan budidaya laut daiam bentukan keramba jaring apung
ikan kerapu.
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang. Ekosistem mangrove di Pulau Sebongkok terdiri dan 3 jenis dan dominasi jenis Avecennia sp,.
Sedangkan ekosistem yang mengalami kerusakan parah adalah terumbu karang yang disebabkan
pemanfaatan yang kurang ramah lingkungan. Bentuk tipe pantai Pulau Sebongkok adalah landai dan
berpasir.
c Pulau Sekutai Letak geograis Pulau Sekutai pada koordinat 107
°
29’ 09” BT dan 2
°
49’ 42” LS. Pada bagaian sebelah utara berbatasan dengan pulau Kalimanbang, sebelah
selatan dengan Pulau Sebongkok, sebelah timur dengan pulau tikus dan selat mendanau, dan sebelah
barat berbatasan dengan Pulau Mendanau. Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 10.20 mil laut dan
ditempuh selama kurang lebih 1.5-2 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT.
Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyat telepon seluler. Pulau Sekutai tidak berpenduduk,
namun, dahulunya didiami oleh penduduk namun sekarang telah ditinggatkan oleh mereka.
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang. Ekosistem mangrove terdiri dan 3 jenis yaitu
Avecennia sp., Maia sp., dan Rhizophota sp.. Sama dengan yang terjadi di Pulau Sebongkok jenis yang
dominant adalah Avecennia sp. Kondisi terumbu peghasil perkebunan yang cukup tinggi yaitu
perkebunana buah durian. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini
diantaranya mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Bentuk tipe pantai Pulau Mendanau adalah
Landai pasir berlumpur, pantai landai dengan vegetasi mangrove dan berbatu.
f Pulau Pilling
Letak geograis Pulau Pilling pada koordinat 107
°
21’ 369” BT dan 2
°
55’ 274” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Mendanau, sebelah selatan dengan
pulau Perairan Pulau Cina, Pulau Aji, Pulau Bangkai, sebelah timur dengan Pulau Mendanau,
dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Gaspar. iarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 24.42
mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2 - 3 jam perjatanan menggunakan perahu dengan kekuatan
5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon seluler. Pulau Piling tidak didiami ofeh
penduduk.
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya padang lamun dan terumbu karang.
Bentuk tipe pantai pulau Pelling adalah landai pasir berpasir dan pantai landai berbatu. Kondisi terumbu
karang di pulau ini telah banyak mengalami kerusakan akibat adanya kegiatan pengambilan karang dan ikan
karang yang menggunakan born atau potas.
g Pulau Naduk Letak geograis Pulau Sebongkok pada koordinat 107
°
26’ 716” BT dan 2
°
55’ 81” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Mendanau, sebelah selatan dengan
Pulau Ru’, sebelah timur dengan pulau Sikindang, dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau Mendanau.
Jarak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 18.50 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2.5 jam
perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan
sinyal telepon seluler. Pulau Sebongkok didiami oleh 7 jiwa yang tinggal di perairannya sebagai penjaga
dan pemilik keramba jaring apung. Di pulau ini telah
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
234 235
STATUS PENGELOLAAN EFEKTIF KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA
terdapat perikanan budidaya laut dalam bentukan keramba jaring apung ikan kerapu.
Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini diantaranya mangrove dan terumbu karang. Bentuk
tipe pantai Pulau Sebongkok adalah landai dan berpasir. Kondisi terumbu karang di pulau ini cukup
baik terutama di daerah sebelah timur pulau. Hal ini disebabkan pemilik 10A ikut berperan aktif dalam
menjaga kelestariannya. Sedangkan mangrove hampir terdapat di sekeliling pulau ini.
h Pulau Ajimusa Letak geograis Pulau Ajimusa pada koordinat 107
°
23’ 303” BT dan 3
°
02’ 355” LS disebelah utara berbatasan dengan Pulau Naduk, sebelah Selat Gaspar, sebelah
timur dengan pulau Belitung, dan sebelah barat berbatasan dengan pulau Lima. Jarak dari pelabuhan
Tanjung Pandan sejauh 26.5 mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 2 - 3 jam perjalanan dengan
menggunakan perahu dengan kekuatan 5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal
telepon seluler. Pulau Ajimusa tidak didiami oleh penduduk. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau
ini terumbu karang. Bentuk tipe pantai Pulau Ajimusa adalah landal pasir berpasir dan pantai landal berbatu.
i Pulau Bau Karang Karang Bahu
Letak geograis Pulau Mendanau pada koordinat 107
°
104’ 923” BT dan 3
°
01’ 923” LS disebelah utara berbatasan dengan Selat Gispar, sebelah selatan
dengan Pulau Simedang, sebelah timur dengan Selat Umende, pulau Kelemar, pulau Gresik, dan sebelah
barat berbatasan dengan pulau Bakau, Selat Gaspar. 3arak dari pelabuhan Tanjung Pandan sejauh 37,5
mil laut dan ditempuh selama kurang lebih 4-5 jam perjalanan menggunakan perahu dengan kekuatan
5 GT. Kawasan pulau ini sudah ada dalam jangkauan sinyal telepon setuler. Pulau Bau Karang didiami oleh
32 Kepata keluarga. Sarana dan prasarana di pulau Bau Karang diantaranya terdapat sebuah Sekolah Dasar,
dan sebuah masjid. Di pulau ini rata-rata penduduk adalah bekerja sebagai nelayan tangkap dengan alat
sinyal telepon seluler. Pulau Sikindang didiami 3 jiwa yang merupakan penjaga dan pemilik KJA di sekitar
perairannya. Ekosistem pesisir yang ditemukan di pulau ini adalah terumbu karang. Bentuk tipe pantai
pulau Sikindang adalah landai pasir berkarang. Berdasarkan hasil studi LIPI 2005 diketahui bahwa
ekosistem mangrove di pulau-pulau di Kecamatan Selat Nasik terdiri dari jenis Avecennia sp., Sonneratia
sp. dan Rhizophora sp.
3. Kecamatan Membalong