d. Prosedur Penulisan Modul
Menurut Depdiknas2008 Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dikemas secara sistematis sehingga
siap dipelajari oleh pembelajar untuk mencapai kompetensi atau sub kompetensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompetensi yang
terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan. Terkait dengan hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis Kebutuhan Modul
Analisis kebuituhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensitujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang
dibutuhkan untuk mencapai suatu kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan modul bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan. Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut: a.
Tetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan disusun modulnya;
b. Identifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;
c. Identifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dipersyaratkan; d.
Tentukan judul modul yang akan ditulis e.
Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul
2. Penyusunan Draft
Penyusunan draft modul merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian materi pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub
kompetensi menjadi satu kesatuan yang sistematis. Penyusunan draft modul bertujuan menyediakan draft satu modul sesuai dengan kompetensi atau sub
kompetensi yang telah ditetapkan. Penulian draft modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tetapkan judul modul
b. Tetapkan judul akhir yaitu kemampuan yang harus dicapaioleh peserta didik
setelah selesai mempelajari suatu modul c.
Tetapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir
d. Tetapkan garis garis besar atau outline modul
e. Kembangkan materi pada garis-garis besar
f. Periksa ulang draft yang telah diselesaikan
3. Uji Coba
Uji coba draft modul adalah kegiatan penggunaan modul pada kelas kecil, untuk mengetahui keterlaksanaan dan manfaat modul dalam
pembelajaran sebelum modul tersebut digunakan dalam kelas besar. 4.
Validasi
Validasi adalah proses permintaan persetujuan atau pengesahan terhadap kesesuaian modul dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan
pengakuan kesesuaian tersebut, maka validasi perlu dilakukan dengan melibatkan pihak praktisi yang ahli sesuai dengan bidang-bidang terkait
dalam modul. Validasi modul bertujuan untuk memperoleh pengakuan atau pengesahan kesesuaian modul dengan kebutuhan sehingga modul tersebut
layak dan cocok digunakan dalam pembelajaran. Validasi modul meliputi: isi materi atau substansi modul; penggunaan bahasa serta penggunaan metode
instruksional. Validasi dapat dimintakan dari beberapa pihak sesuai dengan
keahlianyya masing-masing antara lain; a.
Ahli materi untuk isi atau materi modul. b.
Ahli media untuk menilai aspek visual serta layout dalam tampilan modul.
5. Revisi
Revisi atau perbaikan merupakan proses penyempurnaan modul setelah memperoleh masukan dari kegiatan uji coba dan validasi. Kegiatan
revisi draft modul bertujuan untuk melakukan finalisasi atau penyempurnaan akhir yang komperhensif terhadap modul, sehingga modul siap diproduksi
sesuai dengan masukan yang diperoleh dari kegiatan sebelumnya.
4. Tinjauan Tentang Ornamen
a. Pengertian Ornamen
Ornamen yang berasal dari bahasa latin ornare berarti menghiasi. “Untuk menjabarkan pengertian seni hias sudah barang tentu tidak dapat
dilepaskan dari pengertian ornamen, yang jika ditinjau dari asal katanya etimologi ornamen bukanlah kata asli Indonesia melainkan berasal dari kata
ornament bahasa Inggris yang diambil dari bahasa latin, ornare berarti perhiasan, menghiasi,
menghias” Gustami Sp, 1980: 3. Menurut kamus besar bahasa Indonesia ornamen adalah hiasan dalam arsitektur, kerajinan
tangan, dan sebagainya; lukisan; perhiasan; hiasan yang dibuat digambar
atau dipahat pada candi gereja atau gedung lain.
Menurut Aryo Sunaryo 2009: 3 dalam bukunya Ornamen Nusantara
menjelaskan bahwa
Ornamen merupakan hiasan pada suatu produk. Bentuk-bentuk hiasan yang menjadi ornamen tersebut fungsi utamanya adalah
untuk memperindah benda produk atau barang yang dihias. Benda produk tadi mungkin sudah indah, tetapi setelah ditambahkan
ornamen pada benda tersebut diharapkan menjadi semakin indah.
Ornamen selain digunakan sebagai hiasan juga memiliki fungsi lain seperti dijelaskan Aryo Sunaryo 2009: 4-6 yakni
1. Fungsi murni estetis, merupakan fungsi ornamen untuk memperindah
penampilan bentuk produk yang dihiasi sehingga manjadi sebuah karya seni. 2.
Fungsi simbolis, merupakan fungsi ornamen yang dijumpai pada produk benda upacara, benda pusaka dan bersifat keagamaan, menyertai nilai
estetisnya.