pergeseran korpus vertebrae spondilolistesis, dan infiltasi tulang oleh tumor. Penyempitan ruangan intervertebral serta dapat terlihat bersamaan dengan
suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan status neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang. MRI akurasi
73-80 biasanya digunakan saat vertebra dan level neurologis belum jelas, kecurigaan kelainan patologis pada medula spinalis atau jaringan lunak, untuk
menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.
Menurut Alfred 2013, gejala-gejala riwayat medis, dan hasil pemeriksaan fisik dapat diperkirakan penyebab NPB. Pada pemeriksaan fisik, penderita dapat
diminta untuk bergerak dengan cara tertentu untuk memastikan jenis nyeri. Jika penyebab nyeri pada NPB adalah ketegangan otot, maka tidak diperlukan
pemeriksaaan tambahan untuk mendiagnosa. Jika diduga penyebab NPB oleh sebab lain, maka diperlukan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosa nyeri.
2.3.7 Penatalaksanaan NPB
Menurut Harsono 2009, penatalaksanaan NPB dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap konservatif dan operatif.
1 Terapi Konservatif
Cara konservatif meliputi bed rest tirah baring, medikamentosa dan fisioterapi.
a. Bed Rest
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau peer. Tempat
tidur harus dari papan yang lurus dan ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung mekanik akut, fraktur, dan
HNP. Pada HNP sikap terbaring paling banyak ialah dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul atau lutut. Lama
tirah baring bergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita.
b. Mendikamentosa
Ada dua jenis obat dalam tatalaksana NPB ini, ialah obat yang bersifat simptomatik dan yang bersifat kausal. Obat-obat simptomatik antara lain:
salisilat, paracetamol, kortikosteroid, anti-inflamasi non steroid AINS, antidepresan, diazepam, dan klordiasepoksid. Obat-obatan kausal misalnya
antituberkulosis, antibiotika untuk spondilitis piogenik, nukleolisis misalnya khimopapain, kolagenase untuk HNP.
c. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam misalnya pada HNP, trauma mekanik akut, serta traksi
pelvis untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis. 1
Terapi Panas Terapi menggunakan kantong dingin-kantong panas. Dengan menaruh
sebuah kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau
sakit selama 5-10 menit. Jika selama dua hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad kantong hangat.
2 Elektro Stimulus
3 Akupuntur
4 Traction, helaan atau tarikan pada badan punggung untuk kontraksi otot
5 Ultrasound
6 Radiofrequency Lesioning, dengan menggunakan impuls listrik untuk
merangsang saraf, seperti : a
Spinal Endoscopy, dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk memindahkan atau menghilangkan jaringan scar.
b Percutaneous Electrical Nerve Stimulation PENS.
c Elektro Thermal Disc Decompression
d Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation TENS, menggunakan
alat dengan tegangan kecil. 7
Alat Bantu a
Back corsets. Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk
mengatasi NPB yang dapat membungkus punggung dan perut. b
Tongkat jalan. 8
Back Exercise Back exercise mempunyai manfaat untuk memperkuat otot-otot perut dan
otot-otot punggung sehingga tubuh dalam keadaan tegak secara fisiologis. Back exercise yang dilakukan dengan baik dan benar dalam jangka waktu
yang relatif lama akan meningkatkan kekuatan otot secara aktif sehingga disebut stabilisasi aktif. Peningkatan kekuatan otot juga mempunyai efek
peningkatan daya tahan tubuh terhadap perubahan gerakan atau pembebanan secara statis dan dinamis. Contoh back exercise yaitu latihan
Fleksi William latihan penguatan otot-otot fleksor dan latihan Mc Kenzis latihan penguatan otot-otot ekstensor Dachlan, 2009.
2 Terapi Operatif
Pada dasarnya terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif selama tiga sampai minggu tidak memberikan hasil yang nyata atau terhadap
kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologis, ini memerlukan tindakan segera cito. Defisit neurologis yang dapat diketahui
adalah gangguan fungsi otonom dan paraplegia. Pada kasus HNP, tindakan operatif perlu dikerjakan apabila terapi konservatif tidak memberi hasil atau
kambuh berulang-ulang, atau telah terjadi defisit neurologik Harsono, 2009.
2.4 Latihan Flexi William