Definisi NPB Faktor Risiko Terjadinya NPB

endorfin, sehingga memblok tranmisi stimulasi nyeri. Berdasarkan teori gate control, stimulasi kutaneus mengantifkan transmisi serabut saraf sensori A- beta yang lebih besar dan lebih cepat. Contoh dari stimulasi kutaneus yaitu masase, kompres dingan dan panas, dan stimulasi saraf elektrik transkutaneus Potter Perry, 2006.

2.3 Nyeri Punggung Bawah NPB

2.3.1 Definisi NPB

NPB merupakan nyeri dan ketidaknyamanan, yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir costal margin dan di atas lipat bokong bawah gluteal inferior fold, dengan atau tanpa nyeri pada tungkai Smeltzer Bare, 2005. NPB adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya Sadeli Tjahjono, 2001 dalam Kantana, 2010. NPB adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab yaitu kelainan tulang punggung sejak lahir, trauma, perubahan jaringan, pengaruh gaya berat Vira, 2009.

2.3.2 Faktor Risiko Terjadinya NPB

Menurut Septiawan 2013, faktor risiko terjadinya NPB dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut. 1 Faktor Personal a. Usia Pada umumnya keluhan otot sekeletal mulai dirasakan pada usia kerja 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur Tarwaka, dkk 2004:120. Menurut Olviana, Saftarina, dan Wintoko 2013 pada usia ≥ 30 terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, pergantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. b. Masa Kerja Masa kerja menunjukkan lamanya seseorang terkena paparan di tempat kerja. Semakin lama masa kerja seseorang, semakin lama terkena paparan di tempat kerja sehingga semakin tinggi resiko terjadinya penyakit akibat kerja. Pekerja yang memiliki masa kerja lebih dari lima tahun memiliki tingkat resiko 7,26 kali lebih besar menderita nyeri punggung dibanding dengan yang memilki masa kerja kurang dari lima tahun Septiawan, 2013: 21. c. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarwaka, dkk 2004 didapatkan hasil bahwa jenis kelamin menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat risiko keluhan otot, di mana wanita lebih berisiko. Hal ini disebabkan karena wanita mempunyai kekuatan fisik tubuh yang lebih rendah dari laki-laki. d. Kebiasaan Merokok Kebiasaan merokok menyebabkan penurunan pasokan oksigen dan berkurangnya oksigen dalam darah, sehingga seorang pekerja akan mudah merasa lelah. Hal tersebut juga menyebabkan pembakaran karbohidrat menjadi terhambat, terjadi penumpukan asam laktat, dan akhirnya menimbulkan nyeri otot Latif, 2007; Septiawan, 2013; Tarwaka, dkk, 2004. e. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu faktor ekspresi dari gaya hidup. Semakin tidak teratur gaya hidup dengan tidak mengontrol pola makan, semakin tinggi resiko terkena obesitas. Hal ini membawa konsekuensi akan meningkatnya resiko terkena penyakit-penyakit lain salah satunya adalah NPB Purnamasari, Gunarso, Rujito, 2010: 26- 27. Kelebihan berat badan meningkatkan beban pada tulang belakang dan tekanan pada diskus, struktur tulang belakang, serta herniasi pada diskus lumbalis Elders, 2007. Menurut Zamna 2007 seseorang dengan obesitas atau dengan Indeks Massa Tubuh IMT 25 kgm 2 , memiliki risiko mengalami NPB. f. Kebugaran Jasmani Pekerja dengan kebugaran jasmani yang lemah akan berisiko mengalami cedera punggung. Menurut Jiwa 2012 dalam penelitian prospektif terhadap 1.652 pemadam kebakaran, didapatkan hasil bahwa frekuensi cedera yang dialami kelompok pekerja yang kurang bugar sebanyak 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok pekerja yang sebagian masih bugar. Jadi dapat disimpulkan, kebugaran jasmani berperan dalam mencegah terjadinya cedera punggung. 2 Faktor Pekerjaan a. Beban Kerja Beban kerja adalah beban pekerjaan yang ditanggung oleh pelakunya baik fisik, mental, maupun sosial Septiawan, 2013: 24. Penelitian yang dilakukan oleh Lestari 2004 tentang hubungan antara beban kerja dengan keluhan punggung bawah NPB pada perawat RS. Roemani Semarang menunjukan adanya hubungan antara beban kerja dengan keluhan nyeri punggung bawah pada perawat RS. Roemani Semarang dengan nilai p = 0,003. b. Lama Kerja Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya enam sampai delapan jam. Sisanya 16-18 jam dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga atau masyarakat, istirahat, tidur, dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan tersebut biasanya tidak disertai efisiensi yang tinggi, bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan untuk timbulnya kelelahan, penyakit, dan kecelakaan Septiawan, 2013: 25. Menurut Kantana 2010, pengemudi yang bekerja selama lebih dari empat jam sehari, enam kali lebih beresiko absen dari pekerjaannya karena NPB daripada orang yang mengemudi kurang dari dua jam. c. Sikap Kerja Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, duduk, membungkuk, jongkok, berjalan, dan lain-lain. Sikap kerja yang salah, canggung, dan di luar kebiasaan akan menambah resiko cidera pada bagian sistem muskuloskeletal Astuti, 2007. Terdapat 3 macam sikap dalam bekerja, yaitu: 1 Sikap Kerja Duduk Posisi duduk pada otot rangka dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah Septiawan, 2013: 26. Tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar dan akan semakin meningkat apabila saat duduk diikuti dengan posisi tubuh membungkuk Santoso, 2004: 26. 2 Sikap Kerja Berdiri Sikap kerja berdiri merupakan salah satu sikap kerja yang sering dilakukan ketika melakukan sesuatu pekerjaan Astuti, 2007. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus menyebabkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk Septiawan, 2013: 27. 3 Sikap Kerja Membungkuk Membungkuk merupakan salah satu posisi yang tidak nyaman untuk diterapkan saat bekerja. Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi depan tubuh. Otot bagian perut dan sisi depan invertebratal disk pada bagian lumbar mengalami penekanan, sedangkan pada bagian ligamen sisi belakang dari invertebratal disk mengalami peregangan atau pelenturan. Kondisi ini akan menyebabkan rasa nyeri pada punggung bagian bawah Astuti, 2007. Pada penelitian yang dilakukan oleh Samara 2005 tentang sikap membungkuk dan memutar selama bekerja sebagai faktor resiko nyeri punggung bawah menunjukan bahwa sikap kerja membungkuk memperbesar resiko nyeri punggung bawah sebesar 2,68 kali dibandingkan dengan pekerja dengan sikap badan tegak. 3 Faktor Lingkungan a. Tekanan Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap Tarwaka dkk, 2004:119. b. Getaran Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat, dan akhirnya timbul rasa nyeri otot Tarwaka dkk, 2004:119.

2.3.3 Tanda dan Gejala

Dokumen yang terkait

PENGARUH CORE STABILITY DAN WILLIAM EXERCISE TERHADAP PENURUNAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA KULI Pengaruh Core Stability Dan William Exercise Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Bawah Pada Kuli Panggul Beras Di Daerah Jati Kurung Kabupaten Karanganyar.

0 2 13

PENGARUH CORE STABILITY DAN WILLIAM EXERCISE TERHADAP PENURUNAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA KULI Pengaruh Core Stability Dan William Exercise Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Bawah Pada Kuli Panggul Beras Di Daerah Jati Kurung Kabupaten Karanganyar.

0 2 13

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE TERHADAP PENGURANGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MYOGENIC Pengaruh Core Stability Exercise Terhadap Pengurangan Nyeri Punggung Bawah Myogenic Pada Pengrajin Batik Tradisional PT. Danar Hadi Surakarta.

0 3 17

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE TERHADAP PENURUNAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MYOGENIC PADA PENGRAJIN BATIK Pengaruh Core Stability Exercise Terhadap Pengurangan Nyeri Punggung Bawah Myogenic Pada Pengrajin Batik Tradisional PT. Danar Hadi Surakarta.

0 3 15

PENGARUH HYDROTHERAPY EXERCISE DAN WILLIAM’S Pengaruh Hydrotherapy Exercise Dan William’s Flexion Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah.

0 1 16

PENDAHULUAN Pengaruh Hydrotherapy Exercise Dan William’s Flexion Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah.

0 1 4

PENGARUH LATIHAN PILATES TERHADAP KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH Pengaruh latihan pilates terhadap kemampuan fungsional pada pasien nyeri punggung bawah kronik akibat spondyloarthrosis lumbalis di rs. dr. soeradji tirtonegoro kla

1 1 15

PENGARUH WILLIAM FLEXION EXERCISE DAN CORE Pengaruh William Flexion Exercise Dan Core Stabilization Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah Miogenik.

2 17 19

PENDAHULUAN Pengaruh William Flexion Exercise Dan Core Stabilization Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah Miogenik.

0 2 4

PENGARUH WILLIAM FLEXION EXERCISE DAN CORE STABILIZATION Pengaruh William Flexion Exercise Dan Core Stabilization Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah Miogenik.

0 7 15