B. Kedudukan Hukum Pajak
R. Santoso Brotodiharjo menyatakan bahwa hukum pajak termasuk hukum publik. Hukum publik merupakan bagian dari tata tertib hukum yang mengatur
hubungan antara penguasa dengan warganya. Hukum publik memuat cara-cara untuk mengatur pemerintahan. Menurutnya,
yang termasuk hukum publik antara lain hukum tata negara, hukum pidana, hukum administratif, sedangkan hukum pajak merupakan bagian dari hukum administratif.
Meski demikian tidak berarti bahwa hukum pajak berdiri sendiri terlepas dari hukum pajak lainnya seperti hukum perdata dan hukum pidana.
R. Santoso Brotodiharjo juga menyatakan bahwa hukum pajak berkaitan erat dengan hukum perdata. Hukum perdata merupakan bagian dari keseluruhan hukum yang
mengatur hubungan antara orang-orang pribadi. Kebanyakan hukum pajak mencari dasar kemungkinan pemungutannya atas kejadian-kejadian, keadaan-keadaan, dan
perbuatan-perbuatan hukum yang tercakup dalam lingkungan perdata, seperti pendapatan
,
kekayaan, pcrjanjian penyerahan, pemindahan hak warisan, dll. Adanya kaitan antara hukum pajak dan hukum perdata ditunjukkan dengan
banyaknya istilah-istilah hukum perdata yang digunakan dalam perundang- undangan perpajakan. Sebaliknya, hukum pajak juga mempunyai pengaruh besar
terhadap hukum perdata. Sebagai contoh, dalam hukum pajak terdapat ketentuan bahwa lax specialis peraturan yang istimewa harus diberi tempat yang lebih utama dari
lexgeneralis peraturan yang umum. Ketentuan ini diberlakukan pula dalam undang- undang atau peraturan yang lain, bahwasannya dalam setiap penafsirannya maka yang
pertama-tama dianut adalah lax specialis. Hukum pajak juga berkaitan dengan hukum pidana. Hukum pidana, seperti yang
telah tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP merupakan suatu keseluruhan sistematis yang juga berlaku untuk peristiwa-peristiwa pidana yang
diuraikan di luar KHUP. Hak untuk menyimpang dari peraturan-peraturan yang tercantum dalam KUHP di Indonesia telah diperoleh pembuat ordonansi semenjak 16
Mei 1927, dan kesempatan ini banyak digunakan karena kenyataan bahwa peraturan administrative pun sangat memerlukan sanksi-sanksi yang menjamin untuk ditaati oleh
khalayak umum.
C. Timbulnya Hutang Pajak
Ada dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak : 1. Ajaran formal, yaitu utang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat Ketetapan
Pajak oleh fiskus. Ajaran ini diterapkan pada Official Assessment System. 2. Ajaran material, yaitu utang pajak timbul karena berlakunya Undang Undang.
Seseorang dikenai pajak karena suatu keadaan atau suatu perbuatan. Ajaran ini diterapkan pada Self Assessment System.
D. Hapusnya Hutang Pajak
Hapusnya utang pajak dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: pembayaran, kompensasi, daluwarsa, bembebasan, dan penghapusan.
1. Pembayaran yaitu utang pajak yang melekat pada Wajib pajak akan hapus jika sudah dilakukan pembayaran kepada kas negara.
2. Kompensasi yaitu apabila wajib pajak mempunyai kelebihan dalam pembayaran pajak, maka kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan pajak yang masih
harus dibayar. 3. Daluwarsalewat waktu yaitu terlampauinya waktu dalam melakukan penagihan
utang pajak selama lima tahun sejak terjadi utang pajak. 4. Pembebasan yaitu pemberian pembebasan atas sanksi admistrasi pajak berupa
bunga atau denda yang harus dibayar oleh wajib pajak. 5. Penghapusan yaitu pemberian pembebasan atas sanksi admistrasi pajak berupa
bunga atau denda yang harus dibayar oleh wajib pajak dikarenakan keadaan keuangan wajib pajak.
E. Hambatan dalam Pemungutan Pajak
Adanya hambatan dalam pungutan pajak, yaitu perlawanan pasif, dan
perlawanan aktif : 1. Perlawanan pasif yaitu masyarakat enggan pasif membayar pajak, hal ini
disebabkan oleh: a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat,