Teori Semiotik Teori Fungsionalisme

2.2 Landasan Teori

Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk mengkaji maupun menganalisis berbagai fenomena dan juga sebagai rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian di dalam ilmu pengetahuan.

2.2.1 Teori Semiotik

Semiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu semieon yang berarti tanda.Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sebuah tanda seperti bahasa, kode, sinyal dan sebagainya. Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes 1915-1980 dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 penanda yaitu tingkat konotasi dan tingkat denotasi. Konotasi adalah istilah Barthes untuk menyebut signifikasi tahap kedua yang menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan kenyataan atau emosi dari pembaca serta nila-nilai kebudayaan. Denotasi adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan referensi atau realitas dalam penandaan. Roland Barthes menelusuri makna dengan pendekatan budaya yaitu semiotik makro, dimana Barthes memberikan makna sebuah tanda berdasarkan kebudayaan yang melatarbelakangi munculnya makna tersebut Sunardi, 2007: 40. Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan teori semiotika yang di kembangkan oleh Roland Barthes. Alasan digunakan penelitian ini, bahwa objek yang akan di kaji mengenai perubahan makna yang terjadi pada Universitas Sumatera Utara simbol-simbol yang terdapat pada pakaian tradisional cheongsam di kelurahan Sei Putih Timur II.

2.2.2 Teori Fungsionalisme

Teori fungsionalisme adalah suatu teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu Auguste Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Fungsionalisme bisa di definisikan dalam dua cara yang berbeda, yaitu pengertian yang lemah dan pengertian yang kuat. Kingsley Davis merujuk pada pengertian yang lemah: bahwa fungsionalisme adalah suatu pendekatan yang menyatukan masyarakat secara keseluruhan dan menyatukan antara satu dengan yang lainnya. Sementara pengertian yang kuat di berikan oleh Turner dan Maryanski: bahwa fungsionalime adalah sebuah pendekatan yang berdasarkan pada analogi masyarakat dengan organisme biologis, dan menjelaskan struktur sebagian masyarakat berdasarkan kebutuhan secara menyeluruh. Teori fungsionalisme yang menekankan kepada keteraturan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap bagian yang lain, dengan kata lain masyarakat senantiasa berada dalam keadaan berubah secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap peristiwa dan setiap struktur yang ada, fungsional bagi sistem sosial itu. Universitas Sumatera Utara Kaitan teori Fungsionalisme dengan penelitian ini adalah keterkaitan dengan melihat salah satu dari wujud kebudayaan kebutuhan fisik melalui hasil karya manusia, yaitu pakaian, yang dikhususkan melihat perubahan fungsi motif pada pakaian tradisional cheongsam. Di masyarakat terdapat elemen-elemen yang berkaitan dengan masyarakat Tionghoa, hal ini dibuktikan oleh fungsi dan makna pada pakaian tradisional cheongsam dalam pelaksanaan kegiatan kebudayaan masyarakat Tionghoa, yang menjadi salah satu cara masyarakat Tionghoa untuk senantiasa memelihara keseimbangan perkembangan kebudayaan mereka di Indonesia khususnya di kota Medan. Disamping itu adanya perkumpulan masyarakat Tionghoa yang berfungsi menyatukan masyarakat Tionghoa di Medan menjadi lebih erat dalam sistem kekerabatan sosialnya.

2.3 Peneliti Sebelumnya