Data dan Sumber Data Masyarakat di Kelurahan Sei Putih Timur II

daerah tersebut, etnis Tionghoa termasuk salah salah satu etnis yang secara konsisten melestarikan kebudayaannya. Hal ini terlihat dengan adanya perayaan hari besar, adanya tempat sembahyang di setiap rumah, serta kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat meneruskan kebudayaan mereka Hasil wawancara dengan bapak Tondy.P. Lubis selaku kepala lurah. Hal ini dapat dilihat dalam acara tertentu wanita Tionghoa di kawasan Kelurahan Sei Putih Timur II menggunakan cheongsam sebagai salah satu cara bagi mereka untuk memperkenalkan dan mempertahankna pakaian tradisional etnisnya kepada masyarakat pribumi di sekitar tempat mereka tinggal ataupun kepada etnis lain yang berdomisili di daerah tersebut.

3.6 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berupa kata-kata atau yang berwujud penyataan verbal yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, catatan-catatan yang berhubungan dengan makna, nilai serta pengertian dan bukan dalam bentuk angka. Dalam penelitian ini sumber data primer yang diperoleh merupakan hasil wawancara yang dilakukan di lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Medan Petisah khususnya di Kelurahan Sei Putih Timur II. Responden yang akan diwawancarai di klasifikasikan berdasarkan tingkatan umur, yaitu 3 orang wanita Tionghoa berumur 15-20 tahun, 3 orang wanita Tionghoa berumur 25-30 tahun, 3 orang wanita Tionghoa berumur ≥30 tahun dan 3 orang wanita pribumi berumur ≥20 tahun. Pengklasifikasian umur Universitas Sumatera Utara diharapkan dapat menjelaskan objek yang akan diteliti melalui tingkatan pengetahuan para responden dengan melihat perubahan yang terjadi. Universitas Sumatera Utara

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Sei Putih Timur II

Kecamatan Medan Petisah merupakan sebuah kecamatan di Kota Medan.Daerah kecamatan Medan Petisah merupakan salah satu pusat bisnis yang cukup berkembang pesat di Kota Medan. Di kecamatan ini terdapat kantor walikota, kantor pos besar dan lapangan Merdeka. Terdapat 7 tujuh kelurahan dalam kecamatan ini, yaitu Kelurahan Petisah Tengah, Kelurahan Sei Putih Barat, Kelurahan Sei Putih Tengah, Kelurahan Sei Putih Timur I, Kelurahan Sei Putih Timur II, Kelurahan Sei Sikambing D dan Kelurahan Sekip.Di antara kelurahan tersebut, yang menjadi lokasi penelitian adalah Kelurahan Sei Putih Timur II.

4.1.1 Kelurahan Sei Putih Timur II Secara Umum

Kelurahan Sei Putih Timur II adalah sebuah kawasan permukiman di kota Medan yang cukup luas dan terletak di jajaran pusat bisnis kota Medan, kelurahan ini mempunyai luas ±32 Ha berdasarkan data dari kelurahan setempat. Kelurahan ini dipimpin langsung oleh kepala lurah, yaitu bapak Tondy. P Lubis. Adapun batasan Kelurahan Sei Putih Timur II ini adalah: • di sebelah Utara kelurahan ini berbatasan dengan kelurahan Sei Putih Timur I, • di sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Sekip, • di sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Sei Sikambing D, Universitas Sumatera Utara • disebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Sei Putih Tengah. Terdapat 7 tujuh lingkungan yang dipimpin langsung oleh kepala lingkungan atau yang biasa disebut dengan Kepling. Lingkungan tersebut yaitu : 1. Lingkungan I dipimpin oleh bapak Syamsul Nasution. Lingkungan ini meliputi jalan Siput, jalan Sriwijaya, jalan Meranti, jalan Nangka, jalan Nasional, jalan Abadi, jalan Baku, jalan Amal dan jalan Mulyo; 2. Lingkungan II dipimpin oleh bapak Agus S. Lingkungan ini meliputi jalan Menteng, jalan Rambutan, jalan Anda, jalan Budiman, jalan Bumi dan jalan Pertama; 3. Lingkungan IIIdipimpin oleh bapak Muchlis. Lingkungan ini meliputi jalan Makmur, jalan Meranti, jalan Nangka Baru, jalan Sederhana, jalan Sepakat, jalan Berisik, jalan Sukses, jalan Setia, jalan Bahagia, jalan Sentosa, jalan GHB, jalan Dewi dan jalan Pasundan baru; 4. Lingkungan IV dimpin oleh bapak Supiatman. Lingkungan ini meliputi jalan Lukis, jalan Buntu, jalan Keplor, jalan Jaya Siswa, jalan Kami, jalan Budi, jalan Becak, jalan Supir, jalan Sedulur, jalan Dame dan jalan Bersama; 5. Lingkungan V dipimpin oleh bapak Jamaludin. Lingkungan ini meliputi jalan Ampera, jalan Pelita, jalan Sutomo, jalan Pawiro, jalan Komik, jalan Madrasah, jalan Kasak, jalan Kandak, jalan Famili, jalan Sadar dan jalan Berdikari; Universitas Sumatera Utara 6. Lingkungan VI dimpin oleh bapak Soepardi. Lingkungan ini meliputi jalan Durian, jalan Delima, jalan Manggis, jalan Buku, jalan Ayah Ali, jalan Buntu I dan jalan Buntu II; 7. Lingkungan VII dipimpin oleh bapak Yohni.Lingkungan ini meliputi jalan Amal, jalan Mulyo, jalan Arjuna, jalan Mawar, jalan Buntu I, jalan Kerang, jalan Saidi dan jalan Buntu II. Universitas Sumatera Utara Berikut adalah struktur organisasi Kelurahan Sei Putih Timur II. Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kelurahan Sei Putih Timur II Kawasan ini merupakan kawasan dengan penduduk yang cukup padat. Menurut sensus yang dilakukan pihak pemerintahan setempat, tercatat sekitar ±13.457 jiwa yang mendiami kawasan tersebut Data Kependudukan Maret – Mei 2013. Tak Lurah Sei PutihTimurII Tondy P. Lubis, S.STP Petugas Lapangan Keluarga Berencana PLKB Sekretaris Lurah Suhardi, SE Kasi Tata Pemerintahan Fajar J. Ginting, SE KasiKetentraman dan Ketertiban Isroel Kasi Pembangunan Masri Kepling I Syamsul NST KeplingVII Yohni Kepling VI Soepardi Kepling V Jamaluddin Kepling IV Supiatman Kepling III Muchlis Kepling II Agus S Universitas Sumatera Utara dapat dipungkiri bahwa kawasan tersebut juga merupakan daerah yang cukup penting dan sibuk mengingat banyaknya jumlah orang yang tinggal di daerah tersebut. Multi-etnis juga dapat dilihat dari kawasan ini, dikatakan demikian karena di daerah tersebut terdapat beragam etnis yaitu etnis india, tionghoa, suku jawa, batak, mandailing, aceh dan lainnya yang hidup secara berdampingan. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Bulan Mei Tahun 2013 Kelurahan Sei Putih Timur II Sumber Data: Kelurahan Sei Putih Timur II

4.2 Masyarakat di Kelurahan Sei Putih Timur II

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, masyarakat sebagai terjemahan dari society adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka, dimana sebagian besar interaksi adalah antar individu-individu yang berada pada kelompok tersebut. Kata Jumlah Penduduk No. Lingkungan WNI Orang Asing WNI + Orang Asing L P L+P L P L+P L + P 1 Lingkungan I 1.092 1.094 2.186 2 2 2.188 2 Lingkungan II 484 485 969 969 3 Lingkungan III 1.234 1.347 2.581 1 1 2.582 4 Lingkungan IV 1.255 1.277 2.532 2.532 5 Lingkungan V 1.265 1.341 2.606 2.606 6 Lingkungan VI 609 672 1.281 1.281 7 Lingkungan VII 630 669 1.299 1.299 Jumlah 6.569 6.885 13.454 3 3 13.457 Universitas Sumatera Utara “masyarakat” sendiri berasal dari bahasa Arab, musyarak yang artinya suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Suatu kesatuan masyarakat dapat memiliki prasana yang memungkinkan para warganya untuk saling berkomunikasi Koentjaraningrat, 2011: 120. Sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem atau aturan yang sama SyaikhTaqyuddin An-nabhani. Warga suatu negara dengan wilayah kecil, memiliki potensi untuk berinteraksi secara lebih intensif daripada warga dari suatu negara yang sangat luas.Adanya prasarana untuk berinteraksi menyebabkan terjadinya kegiatan diantara warga, tetapi sebaliknya dengan adanya prasarana tidak berarti bahwa interaksi benar-benar terjadi. Ikatan yang menyebabkan suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat ialah pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam batas kesatuan tersebut, yang sifatnya khas, mantap, dan berkesinambungan sehingga menjadi adat-istiadat. Selain adat-istiadat khas yang meliputi sektor kehidupan serta kontiunitas waktu, warga suatu masyarakat juga harus memiliki suatu ciri lain, yaitu rasa identitas bahwa mereka merupakan suatu kesatuan khusus yang berbeda dari kesatuan-kesatuan manusia lainnya. Ciri dari suatu negara, kota atau desa ada empat, yaitu 1 interaksi antarwarga;2 adat-istiadat, norma-norma, hukum serta aturan-aturan yang mengatur semua pola tingkah laku warga; 3 kontinuitas dalam waktu; 4 rasa identitas yang kuat yang mengikat semua warga Koentjaraningrat, 2011: 121. Universitas Sumatera Utara Menurut Koentjaraningrat 2011: 122, masyarakat memiliki elemen- elemen tertentu di dalamnya, yaitu: 1 Komuniti dan Komunitas yang merupakan wujud-wujud masyarakat yang konkret, selain memiliki ikatan berdasarkan suatu sistem adat-istiadat yang sifatnya berkelanjutan, dan berdasarkan rasa identitas bersama yang dimiliki semua kesatuan masyarakat, juga terikat oleh suatu lokasi yang nyatadan kesadaran wilayah yang konkret; 2 Kategori Sosial adalah kesatuan manusia yang terjadi karena adanya suatu cirri atau suatu kompleks cirri-ciri objektif yang dapat dikenakan pada para warga atau anggotanya; 3 Golongan Sosial, dalam suatu masyarakat juga ada kesatuan-kesatuan manusia yang termasuk “golongan sosial”, yaitu yang disebut “lapisan” atau kelas sosial. Di zaman dahulu kita kenal dengan sistem lapisan sosial yang lebih complicated yaitu lapisan kaum bangsawan, lapisan orang biasa, lapisan kaum budak, dan sebagainya; namun saat ini lapisan dalam masyarakat lebih sederhana seperti lapisan petani, lapisan pegawai, lapisan usahawan, lapisan cendekiawan dan sebagainya. Lapisan atau golongan sosial tersebut terjadi karena adanya suatu gaya hidup yang dianut oleh seseorang yang dikelaskan secara khas, sehingga mereka dipandang berbeda dan ditingkatkan dalam suatu lapisan tertentu dalam masyarakat. 4 Kelompok dan Perkumpulan,suatu kelompok dalam bahasa Inggris disebut group juga memenuhi syarat sebagai suatu masyarakat karena memiliki sistem interaksi antaranggota, adat-istiadat, dan sistem norma yang mengatur Universitas Sumatera Utara interaksi, adanya kesinambungan dan adanya rasa identitas yang mempersatukan juga mempunyai ciri tambahan, yaitu mempersatukan semua anggota. Namun, disamping keempat ciri itu kelompok juga mempunyai ciri tambahan, yaitu organisasi dan sistem kepemimpinan. Warga di Kelurahan Sei Putih Timur II dapat disebut juga sebagai masyarakat, karena mereka memiliki interaksi secara kontinyu antar warga. Hal itu dapat dilihat secara langsung dengan adanya perkumpulan-perkumpulan kecil di sela kesibukan mereka dalam melakukan aktifitas. Tak jarang tegur sapa dan senyuman terlontar dengan ringan tanpa ragu. Meskipun mereka tidak berasal dari suku atau etnis yang sama, namun hal itu tidak menghentikan mereka untuk berkomunikasi dan berbagi informasi.

4.3. Masyarakat dan Budaya Tionghoa di Kelurahan Sei Putih Timur II