BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengertiannya yang paling umum, pakaian dapat diartikan sebagai penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung
tubuh terhadap hal-hal yang terdapat di sekelilingnya, seperti terlindung dari panas dan dinginnya cuaca maupun gangguan binatang-binatang kecil yang
berbahaya. Pakaian juga berfungsi untuk menambah nilai estetika guna untuk mempecantik diri seseorang. Fungsi etika dari pakaian adalah untuk melindungi
bagian-bagian tertentu. Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh atau rumah. Pakaian melindungi bagian tubuh yang tidak
terlihat, dan juga bertindak sebagai perlindungan dari unsur- unsur yang merusak yang berasal dari luar tubuh manusia. Namun seiring dengan perkembangan
kehidupan manusia, pakaian digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya.
Pakaian juga dapat mewakili kebudayaan suatu bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain. Melalui pakaian dapat terlihat keindahan
dan keunikan bangsa yang menggambarkan identitasnya masing-masing. Hal tersebut dapat dilihat langsung dari warna, motif, bentuk pakaian, bahkan alat-alat
pelengkap seperti; topi, selendang, tali pinggang, tombak dan lainnya. Contoh pakaian tradisional antara lain kebaya yang berasal dari Indonesia, sarre yang
Universitas Sumatera Utara
berasal dari India, baju kurung yang berasal dari Malaysia, serta hanbook yang berasal dari Korea, dan masih banyak lagi.
Pakaian tradisional adalah hasil dari sebuah budaya suatu daerah yang mempunyai ciri khas tersendiri dan merupakan bagian penting yang juga diakui
sebagai salah satu identitas bangsa Wang, 2009: 1. Di Cina, fungsi pakaian bukan hanya untuk melindungi tubuh atau sebagai nilai estetika, namun zaman
dahulu pakaian juga sebagai pengukur tingkat strata dan kedudukan seseorang. Secara tidak langsung dapat diketahui bahwa di Cina, pakaian juga memiliki
makna sosial yang cukup kuat yang dapat melambangkan kekuasaan serta keterkaitan seseorang dalam masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari motif yang
terdapat pada pakaian tersebut. Cina yang senantiasa dijuluki sebagai “
yīguān wáng guó 衣冠王国” kerajaan pakaian, juga memiliki sejarah perkembangan pakaian yang panjang
dan mempunyai mempunyai beragam pakaian adat, salah satunya adalah cheongsam
. Cheongsam merupakan pakaian tradisional wanita Cina one-piece terusan dengan corak yang menggambarkan khas bangsa Cina, dalam bahasa
Mandarin dikenal juga dengan qípáo 旗袍,qípáor 旗袍儿 dan q’i-p’ao.Meski tergolong sebagai pakaian tradisional, namun cheongsam mengalami perubahan
secara pesat sehingga sukses diterima di dunia busana internasional. Nama cheongsam
berarti pakaian panjang. Di daerah lain, termasuk di Beijing, dikenal dengan nama “qipao”. Karena di Indonesia qipao lebih dikenal dengan
cheongsam , maka seterusnya penulis menggunakan kata cheongsam untuk
menggantikan kata qipao.
Universitas Sumatera Utara
Cheongsam di berbagai dinasti mempunyai bentuk dan fungsi yang
berbeda. Orang-orang Man menggunakan pakaian cheongsam terusan dengan pola yang sederhana, berbentuk silindris, lebar di bagian kaki, berlapis-lapis dan
menutupi seluruh tubuh wanita, menyisakan hanya kepala, tangan, dan ujung jari kaki Lihat lampiran 1. Hal ini sangat berbeda jauh dengan masa dinasti Han.
Pada dinasti Han, cheongsam adalah pakaian two-piece atasan dan bawahan dengan desain yang lebih kompleks dan lebih menekankan pada dekorasi di tiap
bagiannya Lihat lampiran 2. Teknik bordir dan berbagai motif yang menarik mulai diadopsi oleh orang-orang Han, dekorasi ini biasanya terdapat pada bagian
depan, bagian dalam dan hem yaitu jahitan pada pinggiran pakaian Xu, 2011: 4. Dari tampilannya potongan cheongsam memang sederhana, tidak
memiliki banyak aksesoris, seperti sabuk, atau selendang. Namun jika melihat perkembangannya, cheongsam merupakan simbol dari kebangkitan wanita
modern di Cina. Cheongsam mulai dikenakan pada awal abad 20 oleh para wanita di Shanghai.
Elemen-elemen yang terdapat pada pakaian cheongsam menjadikan cheongsam
sebagai salah satu pakaian adat yang mempunyai ciri khas tersendiri. Variasi kerah, bentuk lengan, hem , kancing simpul yang khas dan bordiran motif
pada cheongsam merupakan elemen yang penting yang menunjang keindahan sebuah cheongsam. Yang paling penting dalam perkembangan cheongsam adalah
motif, selain sebagai dekorasi untuk memperindah nilai estetika dari sebuah cheongsam
motif juga berfungsi sebagai pengukur tinggi rendahnya tingkat strata kehidupan seseorang di masyarakat. Pada zaman dahulu, mereka yang memiliki
cheongsam dengan warna, bordir dan motif tertentu dianggap sebagai wanita
Universitas Sumatera Utara
berada atau bahkan mereka merupakan bagian dari keluarga kerajaan. Semakin banyak bordir dan motif pada cheongsam, semakin tinggi kelas ekonomi sang
pemakai. Oleh karena itu, pada tahun 1990-an, cheongsam dengan motif yang indah menjadi busana wajib bagi wanita yang ingin digolongkan sebagai kalangan
wanita menengah ke atas di Shanghai. Kini cheongsam tidak hanya familiar dikalangan etnis Tionghoa saja.
Beberapa model potongan cheongsam perlahan diadopsi dan dipadukan dengan busana gaya apa saja. Di Medan, baju cheongsam banyak dipakai terutama saat
menjelang tahun baru Imlek oleh kaum wanita keturunan Tionghoa, namun ada juga yang memakainya pada saat pesta pernikahan atau acara formal lainnya,
tentunya dengan warna, model dan motif yang modern disesuaikan dengan kondisi acaranya. Perubahan desain cheongsam di Medan mengadopsi fashion
dari negara barat, hasil adopsi cheongsam ini akhirnya menghasilkan berbagai desain busana dengan motif dan fungsi yang berbeda, namun tetap
mempertahankan kesan elegan dan menarik. Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan
mengetahui lebih dalam mengenai perubahan fungsi dan makna motif pakaian tradisional cheongsam pada masyarakat Tionghoa dengan mengangkat judul
“Perubahan Fungsi dan Makna Motif Pakaian Tradisional Cheongsam bagi Masyarakat Tionghoa di Kota Medan”.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Batasan Masalah