Metode Penilaian Persediaan Data Penelitian 1. Gambaran Umum PT. PERTANI Persero

4. Metode Penilaian Persediaan

PT. PERTANI Persero menggunakan metode penilaian persediaan secara FIFO First In First Out. Jadi menurut metode ini barang yang masuk lebih awal akan dikeluarkan lebih awal juga. Dalam hal ini harga pokok persediaan yang pertama dijual sesuai dengan harga pokok persediaan yang pertama dibeli dan nilai harga pokok persediaan yang kedua dijual sesuai dengan harga pokok persediaan yang kedua dibeli dengan jenis persediaan yang sama. Setiap persediaan yang dimiliki akan dibuatkan kartu persediaan masing-masing yang kolom penerimaan, pengeluaran beserta saldo perkiraan persediaan tersebut. Penggunaan metode FIFO akan menyebabkan pajak penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain. Hal ini disebabkan karena penggunaan metode ini akan menghasilkan laba yang tinggi dibanding metode lain. Namun penggunaan metode ini dipandang lebih sesuai untuk diterapkan oleh perusahaan, karena barang dagangan yang dijual misalnya pupuk tidak tahan lama. Jika pupuk tersebut disimpan terlalu lama maka pupuk tersebut akan membatu, yang mengakibatkan kualitasnya jelek sehingga akan mengurangi nilai jual pupuk tersebut atau bahkan pupuk tersebut tidak dapat dijual karena kualitasnya yang sudah buruk. Dengan metode FIFO berarti PT. PERTANI Persero akan menghitung harga pokok penjualan barang yang dijual berdasarkan pada nilai barang yang lebih awal masuk ke gudang, sedangkan nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan nilai barang yang terakhir masuk gudang. Metode penilaian FIFO yang digunakan perusahaan akan menghasilkan akuntansi perusahaan yang Universitas Sumatera Utara terbaru karena persediaan yang ada di gudang adalah persediaan yang harga pokok perunitnya yang terakhir dibeli atau yang terbaru. Barang yang dibeli oleh perusahaan untuk dijual kembali, biasanya tidak segera terjual. Antara saat pembelian dan saat penjualan terdapat saat menunggu yang lamanya tergantung pada kecepatan perputaran atau laku tidaknya barang yang bersangkutan. Pada masa menunggu tersebut, harga barang mungkin menurun. Penurunan harga tersebut bisa disebabkan berbagai faktor. Tingkat penurunan harga bisa bermacam-macam, mulai dari penurunan harga yang tidak begitu berarti sampai penurunan harga yang melewati di bawah harga perolehannya. Apabila penurunan harga sampai di bawah harga perolehannya, maka cukup beralasan bagi perusahaan untuk tidak lagi menggunakan harga perolehan sebagai dasar, karena kemampuan persediaan untuk menghasilkan pendapatan sudah tidak sebesar harga perolehannya lagi. Ketidakmampuan untuk memperoleh kembali seluruh harga perolehan barang merupakan suatu kerugian yang harus diakui dan dilaporkan pada periode penurunan harga terjadi, bukan pada periode penjualan barang tersebut. Beberapa faktor yang menyebabkan berkurangnya manfaat atau nilai persediaan tersebut dikarenakan persediaan misalnya pupuk, benih padi, dan persediaan lainnya terlalu lama disimpan sehingga mengalami kerusakan, susut dan lain-lain. a. Susut angkut Perusahaan menetapkan persentase tertentu yakni 0,05 dari jumlah yang diangkut merupakan angka maksimal yang dapat diakui sebagai Universitas Sumatera Utara biaya rugi susut. Dan bila melebihi dari nilai 0,05 tersebut maka kerugian tersebut diklaim kepada pihak pengangkut, misalkan pupuk urea diangkut 10 ton, maka biaya yang diakui sebagai biaya rugi oleh PT. Pertani adalah 0,0005 ton. b. Rugi rusak Perusahaan tidak dapat memprediksi persentase tertentu yang diakibatkan dari persediaan yang rusak. Kerugian tersebut harus dibuat berita acara akuntansi dengan bagian operasional misalnya : 1 Pupuk Persediaan pupuk yang mengalami kesusutan diakibatkan kebocoran sehingga mengakibatkan pupuk tersebut harus dipacking kembali maka persediaan pupuk tersebut dinilai sebesar harga pasar. 2 Pestisida Pestisida yang rusak maka nilainya menjadi nol karena pestisida yang rusak tersebut bersifat racun sehingga tidak dapat digunakan lagi. 3 Benihbibit Benihbibit dinilai seharga komsumsi bila telah mati label 3 bulan misalya harga benih Rp. 3.600,- maka benih yang telah mati label tersebut dinilai seharga komsumsi yaitu harga gabah Rp. 3.000,-. Penurunan nilai persediaan tersebut disebabkan daya tumbuh benih tersebut telah berkurang. Universitas Sumatera Utara

5. Sistem Pencatatan Persediaan