PERAN KADER PAGUYUBAN PEREMPUAN WASPADA KANKER (PPWK) DALAM MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT UNTUK DETEKSI DINI KANKER CERVIKS

(1)

commit to user

PERAN KADER PAGUYUBAN PEREMPUAN WASPADA KANKER (PPWK) DALAM MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT

UNTUK DETEKSI DINI KANKER CERVIKS

(Studi kasus di Kelurahan Burengan Kecamatan Pesantren

Kota Kediri )

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan.

OLEH : SUSILO RAHAYU

NIM S540809218

PROGRAM STUDI MAGISTER KEDOKTERAN KELUARGA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERAN KADER PAGUYUBAN PEREMPUAN WASPADA KANKER (PPWK) DALAM MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT

UNTUK DETEKSI DINI KANKER CERVIKS

(Studi Kasus di Kelurahan Burengan Kecamatan Pesantren Kota Kediri)

Disusun oleh : SUSILO RAHAYU

NIM. S540809218

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing

Pembimbing I : Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd ...

Pembimbing II : Pancrasia Murdani, dr, MPHEd ...

Mengetahui

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga


(3)

commit to user

PERAN KADER PAGUYUBAN PEREMPUAN WASPADA

KANKER (PPWK) DALAM MENINGKATKAN KESADARAN

MASYARAKAT UNTUK DETEKSI DINI KANKER

CERVIKS

(Studi kasus di Kelurahan Burengan Kecamatan Pesantren Kota Kediri )

Disusun Oleh :

SUSILO RAHAYU NIM : S540809218

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal :

Dewan Penguji

Jabatan Nama Tanda tangan

Ketua Sekretaris Anggota : : : :

Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr. MM. M.Kes. PAK NIP. 19480313197610 1 001

Dr. Nunuk Suryani, MPd NIP. 1966110819900320 2 001 Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd NIP. 19440404197603 1001 Pancrasia Murdani, dr. MHPEd NIP. 19621022199503 1001

... ... ... ... Mengetahui,

Direktur Program Pascasarjana UNS

Prof. Drs. Suranto. Msc. Ph.D NIP. 19570820198503 1 004

Surakarta, Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, Dr. MM. M.Kes. PAK NIP. 19480313197610 1 001


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user PERNYATAAN

Nama : SUSILO RAHAYU NIM : S540809218

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Peran Kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker (PPWK) dalam meningkatkan kesadaran

Masyarakat untuk Deteksi Dini Kanker Serviks adalah karya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh tersebut.

Surakarta, November 2010 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas menyusun usulan penelitian dengan judul ”Peran Kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker (PPWK) dalam Meningkatkan kesadaran Masyarakat untuk Deteksi Dini Kanker Serviks”. Usulan penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian

persyaratan mencapai derajad Magister Kesehatan pada Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan ini penulis banyak mengalami kesulitan namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan dapat teratasi, untuk itu penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Moch. Syamsulhadi , dr, Sp.Kj (K), selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan wawasan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan usulan penelitian ini.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan surat keputusan pengangkatan Dosen Pembimbing tesis mahasiswa program studi Magister Kedokteran Keluarga.

3. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga.

4. Pancrasia Murdani, dr, MHPEd, selaku Ketua Minat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan ijin penelitian ini dan selaku dosen pembimbing II yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan usulan penelitian ini.

5. Prof. Dr. Samsi Haryanto,MPd, selaku dosen pembimbing I yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan usulan penelitian ini.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Suami dan anakku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan semangat sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.

7. Teman seperjuangan mahasiswa pasca sarjana program Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menjalin kerjasama dalam menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Akhirnya semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa dan dicatat sebagai amal ibadah. Demi kesempurnaan dan perbaikan usulan penelitian ini sangat penulis harapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Terima kasih.


(7)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 6

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

1. Manfaat Teoritik ... 6

2. Manfaat Aplikatif ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Konsep Peran Kader ... 7

2. Konsep Masyarakat ... 11

3. Metode Skrining Kanker Serviks ... 13

4. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) ... 14

5. Konsep Pap Smear ... 18

6. Konsep Kanker Serviks ... 43

B. Penelitian yang Relevan ... 57

C. Kerangka Pikir Peneliti ... 59


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

A. Lokasi Penelitian ... 60

B. Strategi dan Bentuk Penelitian ... 60

C. Sumber Data dan Teknik Sampling ... 60

D. Teknik Pengumpulan Data dan Uji Kepercayaan Data ... 61

E. Teknik Analisis Data ... 63

F. Prosedur Kegiatan ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Diskripsi Lokasi ... 66

1. Keadaan Umum Kelurahan Burengan ... 66

2. Kegiatan PKK Kelurahan Burengan ... 68

B. Temuan Lapangan ... 79

1. Peran Karena PPWK (Paguyuban Perempuan Waspada Kanker) ... 79

2. Hasil yang dicapai karena PPWK (Paguyuban Perempuan Waspada Kanker) ... 100

3. Pemecahan Masalah Dari Kendala Yang Ada ... 114

BAB V PENUTUP ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Implikasi Kebijakan ... 119

C. Saran ... 119


(9)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Kerangka Pikir Peneliti ... 59

Gambar 2 : Teknik Analisis Data... 64

Gambar 3 : Bagan Struktur Organisasi Kelurahan Burengan ... 67

Gambar 4 : Bagan Mekanisme PKK ... 71

Gambar 5 : Struktur Organisasi TP PKK Kelurahan Burengan ... 73

Gambar 6 : Struktur PPWK Kelurahan Burengan ... 76


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user DAFTAR TABEL

Table 1 : Kesejahteraan Penduduk Kelurahan Burengan Tahun 2010 ... 67 Tabel 2 : Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Burengan

Tahun 2010 ... 68 Tabel 3 : Hasil Pemeriksaan Pap Smear dan IVA ... 90 Tabel 4 : Pilihan Pengobatan Kanker Leher Rahim ... 113


(11)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Pap Smear per Kelurahan Wilayah Puskesmas Pesantren II Kota Kediri tahun 2010

Lampiran 2 : Data Pap Smear per Puskesmas Kota Kediri Tahun 2010 Lampiran 3 : PKK lan PKTP

Lampiran 4 : Penak Melu PKTP Lampiran 5 : Melu PKTP Lampiran 6 : Dadi Kader PKTP

Lampiran 7 : Paguyuban Perempuan Waspasda Kanker Lampiran 8 : Kader PKTP

Lampiran 9 : Obat Kanker Lampiran 10 : Informan 1 Lampiran 11 : Informan 2 Lampiran 12 : Informan 3 Lampiran 13 : Informan 4 Lampiran 14 : Informan 5 Lampiran 15 : Informan 6 Lampiran 16 : Informan 7 Lampiran 17 : Informan 8 Lampiran 18 : Informan 9


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRAK

Susilo Rahayu S.54080918 Peran Kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker (PPWK) Dalam Meningkatkan Kesadaran Masyarakat untuk Deteksi Dini Kanker Serviks. Tesis, Surakarta Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta November 2010

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengevaluasi Peran Kader Paguyuban

Perempuan Waspada Kanker dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk deteksi dini kanker serviks.

Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan deskriptif dengan

pendekatan kualitatif retrospektif dengan menggunakan empat macam teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi. Sumber data yang digunakan adalah mengutamakan perspektif emic. Adapun informannya antara lain ketua TP PKK, ketua Kader, Kader, Bidan, dan masyarakat yang ada di daerah Burengan. Teknik analisa yang digunakan dengan menggunakan model analisis interaktif, yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Sedangkan hasil analisa data digunakan untuk memaknai fenomena penelitian dan memberikan arah dalam penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan peran kader secara administrasi tertata dengan

baik, disamping itu kader juga menjalankan berbagai kegiatan sesuai dengan struktur dan fungsinya.

Kesimpulan kader sangat berperan dalam kegiatan Paguyuban Perempuan

Waspada Kanker dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan struktur, semua kader mendapatkan pelatihan materi kanker dan juga sudah melakukan pemeriksaan pap smear dengan kriteria hasil pemeriksaan deteksi dini kanker serviks tahun 2010 menurun dibandingkan tahun sebelumnya.

Kata kunci : Peran Kader, Peningkatan Kesadaran Masyarakat, Deteksi Dini


(13)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menggulirkan sistem terbuka pencegahan kanker serviks di Indonesia

dapat digunakan sebagai pedoman untuk memudahkan berbagai pihak yang tertarik pada sistem ini dan turut berperanserta sehingga program dapat berkelanjutan yang tak terkendala dana maupun pihak tertentu serta bermanfaat bagi masyarakat yang mau menerima dan berbagi (Himpunan

Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia, 2008). Hal ini selaras dengan

tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dengan menekankan pentingnya menggerakkan, mendorong dan membina partisipasi masyarakat (Depkes RI, 1991). Partisipasi masyarakat ini penting dalam pencegahan dan pengobatan prakanker serviks yang masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di antara perempuan dewasa di Indonesia. (Himpunan Obstetri

dan Ginekologi Sosial Indonesia, 2008).

Kanker serviks merupakan kanker nomor dua tersering diderita oleh

perempuan dan penyebab kematian akibat kanker yang paling utama. Kanker serviks terjadi jika sel-sel yang ada di daerah tersebut membelah

secara tak terkendali dan menjadi abnormal. Jika sel-sel tersebut terus membelah, maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor. Tumor dapat bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut menjadi ganas


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

maka keadaannya sebagai kanker leher rahim. Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel leher rahim tersebut tidak diketahui dengan pasti namun faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks adalah HPV

(Human Papilloma Virus), merokok, hubungan seksual pertama dilakukan

pada usia dini, berganti-ganti pasangan seksual, gangguan sistem kekebalan tubuh, pemakaian pil Keluarga Berencana (KB) serta infeksi genitalis atau infeksi klamidia menahun.

Banyaknya kasus kanker serviks yang menyerang perempuan, suami

dan anak-anak juga sangat menderita, melihat istri, ibu yang sangat dicintai menderita, namun tidak berdaya menolong, upaya-upaya secara terorganisasi belum membuahkan hasil yang merata, sehingga banyak sekali perempuan yang menderita bahkan meninggal dunia disebabkan kanker

serviks. Tata cara kerjasama yang mudah dan rinci, tidak butuh dana besar

bisa dilaksanakan dengan gotong-royong.

Menurut Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) diperkirakan 15.000 penderita baru kanker serviks per tahun dan 8.000 penderita

meninggal tiap tahun sehingga deteksi dini dan pengobatan prakanker

serviks perlu menjadi prioritas (Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial

Indonesia, 2008). Untuk itu, Departemen Kesehatan menganjurkan kepada semua wanita berusia 20-60 tahun harus melakukan Pap Smear paling tidak

setiap lima tahun (Evennett, K,2003).

Wanita dengan usia 20 – 60 tahun pada umumnya adalah wanita sudah menikah dan kontak seksual. Sebagian besar dari wanita tersebut menjalani


(15)

commit to user

kehidupan yang sibuk. Mereka memiliki rutinitas mengasuh anak-anak dan segudang pekerjaan rumah melelahkan lainnya, sehingga kurang adanya perhatian pada kesehatan. Kehidupan wanita yang sibuk seringkali menjadikan Pap Smear bukan prioritas dalam kehidupannya, meskipun

diantara para wanita menyadari bahwa Pap Smear menyelamatkan jiwa,

tetapi ada keengganan untuk menjalani pemeriksaan Pap Smear (Evennett,

Karen,2003).

Pap Smear adalah pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel yang

diperoleh dari asupan serviks. Pap Smear dapat mendeteksi kondisi kanker

dan prakanker dalam serviks sampai 90% kasus serviks secara akurat dan

dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Akibatnya, angka kematian perempuan akibat kanker servikspun akan bisa menurun sampai lebih dari

50%. (Yohanes, R. 2007) Meskipun Pap Smear tidak dengan sendirinya

(tidak secara otomatis) mencegah kanker, pemeriksaan ini merupakan salah satu untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang bersifat prakanker. Dengan melakukan Pap Smear dan berbagai terapi lanjutan yang

diperlukan, sebenarnya melakukan tindakan pencegahan terhadap kanker. (Evennet, K. 2003)

Dari data diketahui, bahwa di dunia setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker serviks. Sedangkan di Indonesia insiden

kanker serviks mencapai ± 40.000 kasus pertahun (Suwiyoga, 2006).

Adapun insiden kanker serviks di Kota Kediri selama tahun 2009 sebanyak


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kediri, 2009).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Kota Kediri pada bulan Juni 2010 diperoleh data sebagai berikut : jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Kediri tahun 2009 sebanyak 44461 orang, sedangkan yang melakukan pemeriksaan Pap Smear

di Yayasan Kanker Indonesia (YKI) sebanyak 243 orang dengan 2 (dua) orang dinyatakan positif kanker serviks dan infeksi menular seksual lainnya

sebanyak 146 kasus..

Kota Kediri mempunyai 46 kelurahan, diantaranya Kelurahan Burengan. Kelurahan Burengan mempunyai jumlah wanita PUS 1142 dan pencapaian Pap Smear tertinggi yaitu 8,4% dibandingkan dengan 45

kelurahan yang lain rata-rata hanya mencapai 0,8 %.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin meneliti tentang Peran kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker (PPWK) dalam meningkatkan kesadaran Masyarakat tentang Pemeriksaan Pap Smear untuk

Deteksi Dini Kanker Serviks. (Studi kasus di Kelurahan Burengan


(17)

commit to user

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana peran kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker (PPWK) dalam melaksanakan fungsinya meningkatkan kesadaran masyarakat kususnya Pasangan Usia Subur (PUS) untuk Deteksi Dini Kanker Serviks ?

2. Bagaimana hasil yang dicapai kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam melaksanakan fungsinya meningkatkan kesadaran masyarakat kususnya Pasangan Usia Subur (PUS) untuk Deteksi Dini Kanker Serviks ?

3. Kendala apa saja yang dihadapi oleh kader dalam melaksanakan tugasnya ?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Mengevaluasi peran kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam meningkatkan kesadaran Masyarakat untuk deteksi dini Kanker Serviks di Kelurahan Burengan Kecamatan Pesantren Kota


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi peran kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam melaksanakan fungsinya meningkatkan kesadaran masyarakat kususnya Pasangan Usia Subur untuk Deteksi Dini Kanker Serviks.

b. Mengidentifikasi hasil yang dicapai kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam melaksanakan fungsinya meningkatkan kesadaran masyarakat kususnya Pasangan Usia Subur untuk Deteksi Dini Kanker Serviks.

c. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi oleh kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam melaksanakan tugasnya.

D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

1. Manfaat Teoritik

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan informasi pengetahuan tentang peran kader Paguyuban Perempuan Waspada Kanker dalam meningkatkan kesadaran Masyarakat untuk deteksi dini Kanker Serviks.

2. Manfaat Aplikatif

Memberikan motivasi dan dukungan terhadap masyarakat dalam melakukan deteksi dini Kanker Serviks.


(19)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Konsep Peran Kader

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat yang lainnya. Tumbuhnya interaksi diantara mereka ada saling ketergantungan. Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang dinamakan peran

(role). Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang,

apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan. Untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas ada baiknya terlebih dahulu kita pahami tentang pengertian peran.

Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Nursalam, 2003).

Peran adalah suatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa. Peran juga diartikan sebagai tugas utama yang harus dilaksanakan (Poerwadarmita, 1984).

Sedangkan menurut Soekanto (1987:221) peran adalah segala sesuatu oleh seseorang atau kelompok orang dalam melakukan suatu kegiatan


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena kedudukan yang dimilikinya. Berdasarkan pengertian diatas maka melihat bahwa dalam peran terdapat unsur individu sebagai subyek yang melakukan peranan tertentu. selain itu, dalam peran terdapat pula adanya status atau kedudukan seseorang dalam suatu masyarakat, artinya jika seseorang memiliki kedudukan (status) maka yang bersangkutan menjalankan peran tertentu pula. Dengan demikian antara peran dan kedudukan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Lain halnya dengan Soejono Soekanto (1986:200) menyebutkan bahwa suatu peranan paling sedikit mencakup tiga hal yaitu :

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi tau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Berdasarkan ketiga hal diatas, maka dalam peran perlu adanya fasilitas-fasilitas bagi seseorang atau kelompok untuk dapat menjalankan peranannya. Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada merupakan bagian dari masyarakat yang dapat memberikan peluang untuk pelaksanaan peranan seseorang atau kelompok. Peranan yang melekat pada setiap individu dan suatu masyarakat memiliki kepentingan dalam hal-hal :


(21)

commit to user

1). Bahwa peran-peran tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak mempertahankan kelangsungannya.

2). Peran hendaknya dilekatkan pada individu yang oleh masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya.

3). Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tidak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan. Oleh karena mungkin pelaksanaanya memerlukan pengorbanan yang terlalu banyak artinya kepentingan-kepentingan pribadinya.

4). Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang bahkan sering kali terlihat masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut (Soejono Soekanto, 1986:223).

Kader adalah anggota masyarakat yang secara sukarela bersedia melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di wilayahnya (Nursalam, 2003).

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan.

(http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2010/04/konsep-kader.htmn) Kader adalah orang yang diharapkan memegang pekerjaan dalam pemerintahan, partai atau organisasi ( Poerwadarmita, 1984).


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengertian kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan. (http://www.puskel.com/9-macam-kader-kesehatan-dalam-pelayanan-puskesmas/ Posted on 05/01/2010 by Putu Sudayasa)

L. A. Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan: “kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat”. Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader: “Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela”. (http://www.scribd.com/doc/25535662/Kader-Kesh)

Adapun pengertian kader yang lebih operasional adalah seseorang yang telah menyetujui dan meyakini kebenaran suatu tujuan dari suatu kelompok atau jama’ah tertentu, kemudian secara terus menerus dan setia turut berjuang dalam proses pencapaian tujuan yang telah disetujui dan diyakini itu (Imawan Wahyudi, 2002:9). http://titosiswanto. wordpress.com/2008/03/10/entrepreneurship-membangun-kemandirian-gerakan-kader/


(23)

commit to user

Peran kader adalah sebagai motivator, penyuluh, penyampai

informasi, penggerak dan pelaksana kegiatan yang ada dimasyarakat (Depkes RI, 2008).

2. Konsep Masyarakat

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. a. Arti Definisi / Pengertian Masyarakat

Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.

1). Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

2). Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang

menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.

3). Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.

4). Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu,


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

b. Faktor-Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :

1). Beranggotakan minimal dua orang. 2). Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.

3). Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.

4). Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta

keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat. c. Ciri / Kriteria Masyarakat Yang Baik

Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat. 1). Ada sistem tindakan utama.

2). Saling setia pada sistem tindakan utama.

3). Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.

4). Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia. (http://organisasi.org)


(25)

commit to user 3. Metode Skrining Kanker Serviks

Menurut Nuranna (2008), metode skrining meliputi, 1). Test

Papanicolaou smear untuk skrining kanker serviks, untuk mendeteksi

kanker insitu, alasan test ini adalah karena proporsi kanker insitu cukup tinggi dan akan berkembang menjadi kanker invasive, sebagian kanker bertahan cukup lama pada stadium kancer insitu sehingga skrining pada jangka waktu tertentu dapat mendeteksi proporsi kasus, penanganan kanker insitu tingkat kesembuhannya cukup tinggi. 2) Inspeksi Visual Asam Asetat adalah : inspeksi porsio dengan mata telanjang dan dinyatakan positif apabila setelah 30-60 detik pengolesan asam asetat 3-5% tampak daerah berwarna putih atau White Epithelium(WE).d c) Kolposkopi adalah

pemeriksaan melihat porsio dengan pembesaran 10-15 kali untuk menampilkan porsio kemudian dipulas terlebih dahulu dengan asam asetat 3-5% pada porsio dengan kelainan HPV atau Neoplasia Intra Epitel

Cerviks (NIS) akan terlihat bercak putih atau perubahan pembuluh darah.

Kolposkopi dapat berperan sebagai alat skrining awal, namun ketersediaan alat ini terbatas karena mahal, oleh karena itu alat ini lebih sering digunakan dalam prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil Pap smear yang

abnormal. 3).Servikografi Pemeriksaan kelainan porsio dengan membuat

foto pembesaran porsio setelah dipulas dengan asam asetat 3-5% dapat dilakukan oleh bidan. Hasil foto serviks dikirim ke ahli ginekologi yang

bersertifikat untuk menilai. 3) Pap Net dengan komputerisasi Pada


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perbedaannya untuk mengidentifikasi sel abnormal yang dilakukan secara komputerisasi. Slide Pap smear yang mengandung sel abnormal dievaluasi

ulang oleh ahli patologi. Pusat komputerisasi di New York, Amsterdam dan Hongkong. Saat ini jaringan Pap Net yang ada di Indonesia slidenya

dikirim ke Hongkong. 5). Tes DNA- HPV telah dibuktikan bahwa lebih 90% kondiloma serviks, NIS dan kanker serviks mengandung DNA-HPV. Hubungannya dinilai kuat dan tiap tipe HPV mempunyai hubungan patologi yang berbeda, tipe 6 dan 11 termasuk tipe HPV risiko rendah jarang ditemukan pada karsinoma invasif kecuali karsinoma verukosa. Tipe 16, 18, 31 dan 45 tergolong tipe HPV risiko tinggi, HPV tipe ini dilakukan dengan hibridasi DNA.

4. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) a. Definisi IVA

Menurut Iswara dkk. (2003), Inspeksi Visual Asam Asetat

adalah inspeksi porsio dengan mata telanjang dan dinyatakan positif apabila setelah 60 detik pengolesan asam asetat 3-5% tampak daerah berwarna putih atau WE. Menurut Nurrana, (2001). Inspeksi Visual

Asam Asetat adalah salah satu cara melakukan tes kanker Inspeksi visual dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan pembesaran gineskopi.

Metode IVA menggunakan cairan asam asetat 3-5% dipulaskan pada serviks sebelum dilakukan pemeriksaan dalam. Pada lesi pra kanker, 30 - 60 detik setelah pulasan akan tampak bercak warna putih


(27)

commit to user

yang disebut WE, bercak putih disimpulkan bahwa tes IVA positif.

Dari berbagai penelitian diperoleh sensitifitasnya berkisar antara 64%-87%, nilai prediksi positif sebesar 97%, dan nilai prediksi negatif sebesar 40%.Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa metode skrining alternatif kanker serviks di negara berkembang seperti Indonesia. (Depkes RI, 2007)

b. Teknik melakukan IVA

Teknik melakukan IVA menurut Nurrana (2001), adalah dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut

WE, dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut

dapat dilakukan biopsi. Penemuan tes IVA positif oleh bidan, di beberapa negara, bidan tersebut dapat langsung melakukan terapi dengan cryosurgery. Hal ini tentu mengandung kelemahan dalam

menyingkirkan lesi invasif. Kategori pemeriksaan IVA Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah: 1).IVA negatif adalah serviks normal. 2). IVA radang adalah serviks dengan radang atau servisitis, atau kelainan jinak lainnya polip serviks. 3).IVA positif adalah ditemukan bercak putih

WE. Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker

serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis serviks pra kanker atau displasia ringan, sedang, berat atau kanker serviks in situ. 4).IVA kanker serviks invasif yaitu stadium IIb.


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Prosedur IVA menurut Carr dan Sellors (2004), IVA dapat dilakukan kapan saja, selama siklus menstruasi, pada saat mentruasi, selama kehamilan, post partum, post aborsi selama perawatan dan

penyaringan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Human Infeksi virus

(HIV) dilakukan pada wanita usia 30-50 tahun.

Menurut Depkes RI (2007), peralatan dan bahan yang harus dipenuhi dalam pemeriksaan IVA: meja periksa, lampu, speculum

bivalved, rak atau wadah peralatan. Bahan habis pakai yang diperlukan adalah kapas lidi, sarung tangan, spatula kayu, kondom, larutan asam asetat 3-5%, larutan clorin 0,5%, pencatatan dan pelaporan.

Penelitian Iswara dkk. (2003), mendapatkan hasil :

sensitifitas IVA sebesar 92,5%, spesifisitas sebesar 42,9%, nilai prediksi positif 75,5% negatif 75,0%, nilai positif palsu 24,5% dan negatif palsu sebesar 25,0%. Didapatkan nilai Z pada perbandingan antara metode IVA dengan tes Pap Smear masing-masing untuk

sensitifitas dan hampir sama nilai prediksi positif 1,01 nilai prediksi negatif 2,06 nilai positif palsu 1,01 dan nilai negatif palsu 2,06, sensitifitas, spesifisitas dan nilai negatif palsu Pap Smear dan metode


(29)

commit to user c. Pengobatan IVA Positif

Penapisan dan pendekatan pengobatan pada IVA positiv menurut Depkes RI, (2007) yang dianjurkan adalah bisa diberikan pada system kesehatan tingkat rendah, dapat dilakukan pada kunjungan yang sama, dapat dilakukan oleh bidan, perawat dan menawarkan kesembuhan yang lebih baik dengan rasio biaya dan manfaat untuk mengobati lesi yang kemungkinan kecil menjadi kanker.

Tabel 2. Pilihan pengobatan kanker leher rahim Tindakan Rawat

jalan

Anestesi Tenaga

listrik Bukan dokter biaya Kriyoterapi Elektrokauter Kauter Dingin LEEP Vaporisasi Lser Biopsi konus Histerektomi Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya (local) Ya (local) Ya (local) Ya (local)

Ya(general or regional) Ya (general or regional)

Tidak Ya Ya Ya Ya Ya b Ya b Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Rendah Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi tinggi

Sumber : Depkes RI, Pencegahan kanker leher rahim, (2007)

Krioterapi menurut Carr dan soller, (2004), tepat untuk pilihan pengobatan dengan sumber daya rendah, hanya membutuhkan rawat jalan, tidak menggunakan anestesi dan tenaga listrik, dapat dilakukan tenaga bukan dokter biaya murah dan efektifitasnya 90%. Pilihan pengobatan ke dua adalah Loop Electrical Excision Procedur (LEEP) apabila lesi meluas sampai endoserviks. Keefektifan dari LEEP 90-95%, tingkat kegagalan 10-15%, dilakukan oleh dokter spesialis dengan biaya yang lebih tinggi dari krioterapi.


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Krioterapi atau double freeze adalah pembekuan serviks

menggunakan karbon dioksida maupun gas nitroksida sebagai bahan pendingin, dilakukan terus menerus selama 3 menit, membiarkan lesi mencair selama 5 menit kemudian mengoleskan pendingin selama 3-5 menit sampai membeku. Angka kesembuhan 90% untuk lesi lanjut sampai CIN III, double freeze lebih baik 10% bila dibandingkan

dengan single freeze. Keunggulan krioterapi adalah alat sederhana,

mudah dipelajari, tidak memerlukan anestesi local maupun listrik dan sedikit efek samping antara lain kram, keputihan atau cairan vagina encer kurang lebih 6 minggu dan. Kekurangan krioterapi adalah tidak ada jaringan ikat yang dikonfirmasi histologist dari lesi yang

dibutuhkan pasokan pendingin atau coolan cair cecara teratur.

Prapengobatan Segera setelah pengobatan Setelah 4 bulan

Gambar 5: Tampilan serviks setelah krioterapi

5. Konsep Pap Smear

a. Pengertian

Pap Smear adalah test penapisan untuk mendeteksi Human

Papiloma Virus (HPV) dan pra kanker serviks (FKUI, 2000), dan

menurut Evennet Karen (2003), Pap Smear adalah cara untuk


(31)

commit to user

Pap Smear atau Pap Test, adalah temuan menakjubkan, hasil

riset dr. Papanicolau 1928,seorang ilmuwan dari Yunani. Tes

ini berfungsi untuk mendeteksi perubahan sifat sel pada leher rahim. Temuan dokter yang kini bermukim di New York inisangatdianjurkan

bagi wanita yang pernah melakukan hubungan seksual, serta wanita yang memiliki risiko tinggi terkena kanker leher rahim, misalnya; wanita yang melakukan hubungan seksual tidak dengan pasangan tetap (cenderung berganti pasangan).

(http://www.conectique.com/trend_tips_solution/health/article.php?arti cle_id=1640)

Menurut Tim Penanggulangan Kanker Terpadu Pari Purna , RSUD DR Soetomo/ FK UNAIR TAHUN 2000 menyatakan bahwa

Pemeriksaan Pap Smear test merupakan suatu test yang aman dan

murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan- kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim. Terjadinya kanker serviks ditandai dengan adanya pertumbuhan sel-sel pada leher

rahim yang abnormal, tetapi sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker. Pengobatan yang tepat akan segera dapat menghentikan sel-sel yang abnormal sebelum berubah menjadi sel kanker. Sel-sel abnormal tersebut dapat dideteksi dengan “Pap Smear test” sehingga semakin

dini sel-sel abnormal terdeteksi. Semakin rendah risiko seseorang menderita kanker leher rahim. (Tim Penanggulangan Kanker Terpadu Pari Purna RSUD DR Soetomo/ FK UNAIR Tahun 2000).


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pap Test(Pap Smear) adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio

dan endoservik uteri untuk penentuan adanya perubahan praganas

maupun ganas di porsio atau servik uteri (Tim PKTP,RSUD Dr.

Soetomo/ FK UNAIR, 2000).

Menurut Tim Penanggulangan Kanker Terpadu Pari Purna , RSUD DR Soetomo/ FK UNAIR TAHUN 2000 menyatakan bahwa Pemeriksaan Pap Smear test merupakan suatu test yang aman dan

murah dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan- kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.

Sedangkan menurut Hariyono Winarto dalam seminarnya pada tanggal 05-10-2008 tentang Pap Smear Sebagai Upaya Menghindari Kanker Leher Rahim Bagi Wanita Usia Reproduksi, pengertian Pap

Test (Pap Smear) adalah suatu pemeriksaan dengan cara mengusap

leher rahim (scrapping) untuk mendapatkan sel-sel leher rahim

kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat diketahui terjadinya perubahan atau tidak. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pap Smear adalah pemeriksaan usapan pada leher rahim untuk

mengetahui adanya perubahan sel-sel yang abnormal yang diperiksa dibawah mikroskop.

Pap Smear merupakan pemeriksaan usapan mulut rahim untuk

melihat sel-sel mulut rahim (serviks) di bawah mikroskop, Pap Smear

adalah tes skrening untuk mendeteksi dini perubahan atau


(33)

commit to user

Pemeriksaan ini dilakukan di atas kursi pemeriksaan khusus

ginekologis. Sampel sel-sel diambil dari luar serviks dan dari liang

serviks dengan melakukan usapan dengan spatula yang terbuat dari

bahan kayu atau plastik. Setelah usapan dilakukan, sebuah cytobrush

(sikat kecil berbulu halus, untuk mengambil sel-sel serviks)

dimasukkan untuk melakukan usapan dalam kanal serviks. Setelah itu,

sel-sel dimasukkan dalam botol yang mengandung zat pengawet, kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.

(http://ayurai.wordpress.com/2010/08/18/pap-smear/)

b. Tujuan Pap Smear

1). Menemukan sel abnormal atau sel yang dapat berkembang menjadi kanker termasuk infeksi Human Papiloma Virus (HPV). (Ramli,

dkk: 2000).

2). Untuk mendeteksi adanya pra-kanker, ini sangat penting ditemukan sebelum seseorang menderita kanker. (Hariyono.W, 2008).

3). Mendeteksi kelainan – kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim.

4). Mendeteksi adanya kelainan praganas atau keganasan servik uteri

(Tim PKTP, RSUD Dr. Soetomo / FK UNAIR, 2000).

c. Sasaran Pap Smear

1). Ahli-ahli di Marie Stopes International menganjurkan agar kita


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menikah atau wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.

2). American Cancer Society penulisannya : ”Cancer Related Health

Check Up“ menganjurkan sebagai berikut :

a). Pap test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun

dan juga bagi wanita di bawah 20 tahun yang seksual aktif. b). Sesudah 2x pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan

bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap test (Tim PKTP, RSUD Dr. Soetomo / FK UNAIR, 2000)

3). The British Medical Association Family Health Encyclopedia

menganjurkan bahwa seseorang wanita harus melakukan Pap

Smear dalam 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan

seksual, Pap Smear dalam 6 bulan setelah pertama kali melakukan

hubungan seksual, dengan Pap Smear kedua 6-12 bulan setelah

Pap Smear pertama dan hasil diberikan adalah normal pada selang

waktu 3 tahunan selama masa hidupnya.

d. Manfaat Pemeriksaan Pap Smear.

1). Evaluasi sitohormonal. 2). Merdiagnosis peradangan.

3). Identifikasi organisme penyebab peradangan.

4). Mendiagnosis pra kanker serviks, kanker serviks dini / lanjut.


(35)

commit to user e. Alasan melakukan Pap Smear

Alasan harus melakukan Pap Smear antara lain :

1). Menikah pada usia muda (di bawah 20 tahun). 2). Pernah melakukan senggama sebelum usia 20 tahun. 3). Pernah melahirkan lebih dari 3 kali.

4). Pemakaian alat kontrasepsi lebih dari 5 tahun, terutama Intra Uterin

Device (IUD) atau kontrasepsi hormonal.

5). Mengalami perdarahan setiap hubungan seksual. 6). Mengalami keputihan atau gatal pada vagina.

7). Sudah menopause dan mengeluarkan darah pervagina.

8). Berganti pasangan dalam senggama . (Evennett,K, 2003)

Evennett (2003 : 4) menegaskan bahwa semua wanita yang

berusia 20-60 tahun harus melakukan Pap Smear paling tidak setiap

lima tahun. Dalam buku yang sama “The British Medical Association

Family Health Encyclopedia” menganjurkan bahwa seorang wanita

harus melakukan Pap Smear dalam 6 bulan setelah pertama kali

melakukan hubungan seksual, dengan Pap Smear kedua 6-12 bulan

setelah Pap Smear pertama (karena suatu perubahan kecil dapat

menghilangkan suatu abnormalitas dalam suatu Pap Smear) dan hasil

yang diberikan adalah normal pada selang waktu (interval) 3 tahunan


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user f. Syarat Pengambilan Pap Smear

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan Pap

Smear adalah sebagai berikut :

1). Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi berikutnya.

2). Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan penyakit yang pernah diderita

3). Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.

4). Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.

5). Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina

48 jam sebelum pemeriksaan.

6). Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel. (Republika. C, 2007).

g. Teknik Pengambilan Sediaan

1). Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan Pap test yaitu :

a). Formulir konsultasi sitologi.

b). Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush.

c). Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan tanda/label.


(37)

commit to user

e). Tabung berisikan larutan fiksasi alcohol 95 %. (Arif Mansjoer, 2000).

2). Cara pengambilan sediaan :

a). Sebelum memulai prosedur, pastikan bahwa label wadah

specimen diisi, pastikan bahwa preparat diberi label yang

menulis tanggal dan nama serta nomor identitas wanita. b). Gunakan sarung tangan.

c). Insersi spekulum dengan ukuran tepat, visualisasi serviks,

fiksasi speculum untuk memperoleh pajanan yang diperoleh.

Pastikan secara cermat membuang setiap materi yang menghalangi visualisasi serviks/ mengganggu studi sitologi.

d). Salah satu dari 4 metode pengumpulan spesimen berikut untuk apusan Pap dapat digunakan :

(1). Tempatkan bagian panjang ujung spatula kayu yang ujungnya sedikit runcing/ pengerik plastik mengenai dan masuk ke dalam mulut eksterna serviks dan tekan. Ambil

spesimen kanalis servikalis dengan memutar spatula satu

lingkaran penuh

(2). Ujung kapas aplikator berujung kapas dilembabkan dengan normal saline, insersi aplikator tersebut ke dalam saluran

serviks 2 cm dan putar 360o.

(3). Insersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(4). Gunakan kombinasi metode untuk metode memasukkan

spatula.

e). Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label. Apabila

sel-sel dikumpulkan pada spatula kayu, tempatkan satu sisi

diatas dekat label diatas setengah bagian atas preparat dan usap

1 kali sampai ke ujung preparat. Kemudian balikkan spatula dan tempatkan sisi datar lain dekat label pada setengah bagian bawah preparat dan usap satu kali sampai ujung preparat.

f). Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/ masukkan

bahan tersebut didalam tabung berisi larutan fiksasi.(Helen

Varney, 2007).

g). Bila fasilitas pewarnaan jauh dari tempat praktek sederhana, dapat dimasukkan dalam amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah. Dengan pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan baik serta

pengamatan mikroskopik yang cermat, merupakan langkah

yang memadai dalam menegakkan diagnosis. (Ramli,dkk, 2000).

h. Klasifikasi Pap Smear

Klasifikasi menurut Ramli, dkk: 2000, negatif: tidak ditemukan sel ganas. Sedangkan klasifikasi menurut Papanicolau adalah sebagai


(39)

commit to user

1). Kelas I : Hanya ditemukan sel-sel normal.

2). Kelas II : Ditemukan beberapa sel atipik, akan tetapi tidak ada bukti keganasan.

3). Kelas III : Gambaran sitologi mengesankan, tetapi tidak

konklusif keganasan.

4). Kelas IV : Gambaran sitologi yang mencurigakan

keganasan.

5). Kelas V : Gambaran sitologi yang menunjukkan

keganasan. (Tim PKTP RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR, 2000).

Interpretasi hasil Pap test menurut Papanicolaou:

1). Kelas I : Identik dengan normal Smear pemeriksaan ulang 1

tahun lagi.

2). Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik,

kadang disertai :

a). Kuman atau virus tertentu. b). Sel dengan kariotik ringan.

Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya. Bila ada erosi atau radang

bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3). Kelas III : Ditemukannya sel diagnostik sedang dengan

keradangan berat. Periksa ulang 1 bulan sesudah pengobatan

4). Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas dalam

hal demikian daapat ditempuh 3 jalan, yaitu: (1). Dilakukan biopsi.

(2). Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping

lebih dalam diambil 3 sediaan (3). Rujuk untuk biopsi konfirmasi.

5). Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan seperti pada hasil kelas IV untuk konfirmasi. (Tim PKTP RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR, 2000).

i. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Pap Smear Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan Pap

Smear yaitu perubahan sel – sel abnormal pada mulut rahim yang

akhirnya dapat terjadi kanker serviks antara lain :

1). Konseling pra Pap Smear yang tepat:

a). Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi berikutnya.

b). Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan penyakit yang pernah diderita


(41)

commit to user

c). Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan pemeriksaan.

d). Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak

boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya.

e). Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam

vagina 48 jam sebelum pemeriksaan.

f). Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel. (Republika. C, 2007).

2). Cara pengambilan sediaan

Pengambilan sediaan yang tak adekuat (62 %), bisa terjadi kegagalan skrining (15 %), interpretasi (23 %), dan angka positif

palsu (3-15 %). Untuk ketepatan diagnostik perlu diperhatikan komponen endoserviks dan ektoserviks yang diambil dengan

gabungan cytobrush dan spatula.

3). Petugas kesehatan (dokter/ bidan) Bisa disebabkan oleh:

a). Kegagalan memberikan pelayanan tes Pap.

b). Kegagalan menyampaikan hasil tes abnormal pada pasien.

c). Kegagalan merujuk pasien dengan tes abnormal.

4). Labolatorium

a). Kegagalan mendeteksi sel abnormal.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c). Kegagalan mengajukan pengulangan. d). Hapussan terlalu tipis.

e). Sediaan apusan terlalu kering sebelum di fiksasi.

f). Cairan fiksasi tidak memakai alkohol 95 %.

(Ramli, dkk, 2000) 5). Petugas laboratorium

a). Cara kerja tidak sesuai prosedur. b). Reagen yang dipakai sudah expaidet.

c). Pembacaan hasil pemeriksaan sitologi kurang valid.

d). Keterampilan dan ketelitian spesialis patologi anatomi. 6). Faktor karakteristik

a). Umur

Perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim paling sering ditemukan pada usia 35-55 tahun dan memiliki risiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker mulut rahim (serviks). Semakin

tua umur seseorang akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya proses kemunduran itu tidak terjadi pada suatu alat saja tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lanjut lebih lama kemungkinan jatuh sakit, misalnya terkena sakit/mudah mengalami infeksi (Andrijono, 2008).


(43)

commit to user

b). Paritas

Paritas adalah seorang wanita yang sudah pernah melahirkan

bayi yang dapat hidup atau viable. Paritas dengan jumlah anak

lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau dekat mempunyai risiko yang lebih besar terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Jika jumlah anak yang dilahirkan pervaginam banyak dapat menyebabkan

terjadinya perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim

yang dapat berkembang menjadi keganasan (IBG Manuaba, 1999).

c). Sosial ekonomi

Golongan social ekonomi yang rendah sering kali terjadi

keganasan pada sel – sel mulut rahim, hal ini dikarenakan ketidakmampuan melakukan Pap Smear secara rutin

(Andrijono, 2008). d). Usia wanita saat menikah

Usia menikah <21 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami perubahan sel-sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda sel-sel rahim masih belum matang. Maka sel – sel tersebut tidak rentan terhadap zat – zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala macam perubahannya. Jika belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel yang tumbuh tidak


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

seimbang dengan sel yang mati, sehingga kelebihan sel ini bisa berubah sifat menjadi sel kanker ( Evennett Karen, 2003). 7). Faktor perilaku

a). Berganti-ganti pasangan

Pasangan seksual yang berganti – ganti juga memperbesar risiko kemungkinan terjadinya kanker leher rahim. Bisa saja salah satu pasangan seksual membawa virus Human Papiloma

Virus (HPV) yang mengubah sel-sel di permukaan mukosa

hingga membelah menjadi lebih banyak yang akan mengarah ke keganasan leher rahim (Nugroho. K, 2007)

b). Hygiene alat Genetalia

Terlalu sering menggunakan antiseptik untuk mencuci vagina juga ditengarai dapat memicu kanker serviks. Oleh

sebab itu, hindari terlalu sering mencuci vagina dengan

antiseptic karena cuci vagina dapat menyebabkan iritasi di

serviks. Iritasi ini akan merangsang terjadinya perubahan sel

yang akhirnya berubah menjadi kanker. (Rieke. P, 2006).

j. Tehnik Pemeriksaan Pap Smear

Menurut Evennet (2003), pemeriksaan penunjang tes Pap

merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi Human Papiloma

Virus (HPV) dan prakanker serviks. Teknik Papanicolau pertama

diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolau dan Dr. Aurel Babel dan mulai populer sejak tahun 1943 (Tim PKTP,RSUD Dr.


(45)

commit to user

Soetomo/FKUNAIR,2000). Pemeriksaan Pap Smear adalah

pengamatan sel-sel yang dieksfoliasi dari genetalia wanita test Pap

terbukti dapat menurunkan kejadian kanker serviks dengan ditemukan

stadium prakanker (Tim PKTP,RSUD Dr. Soetomo/FKUNAIR,2000). Sedangkan menurut Evennet (2003), pemeriksaan Pap Smear

adalah suatu tindakan mengambil olesan permukaan epitel leher rahim yang kemudian dilihat perubahan yang terjadi pada sel epitel itu

melalui pemeriksaan menggunakan mikroskop.

PapTest (Pap Smear) adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio

dan endoservik uteri untuk penentuan adanya perubahan praganas

maupun ganas di porsio atau servik uteri (Tim PKTP,RSUD Dr.

Soetomo/FKUNAIR,2000). Sedangkan menurut Hariyono Winarto dalam seminarnya pada tanggal 05-10-2008 tentang Pap Smear

Sebagai Upaya Menghindari Kanker Leher Rahim Bagi Wanita Usia

Reproduksi, pengertian Pap Test (Pap Smear) adalah suatu

pemeriksaan dengan cara mengusap leher rahim (scrapping) untuk

mendapatkan sel-sel leher rahim kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat diketahui terjadinya perubahan atau tidak. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pap Smear adalah pemeriksaan usapan

pada leher rahim untuk mengetahui adanya perubahan sel-sel yang

abnormal yang diperiksa dibawah mikroskop.

Pemeriksaan Pap Smear tidak dianjurkan pada wanita hamil,


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KB) Selama 24 jam sebelum pemeriksaan, sebaiknya menghindari persetubuhan, penggunaan tampon, pil vagina, ataupun mandi

berendam dalam bath tub untuk menghindari kontaminasi ke dalam

vagina yang dapat mengacaukan hasil pemeriksaan. Pemeriksaan Pap

Smear saat menstruasi sebaiknya dihindari, karena darah dan sel dari

dalam rahim dapat mengganggu keakuratan hasil Pap Smear.

(http://ayurai.wordpress.com/2010/08/18/pap-smear/) 1). Persiapan sebelum Pap Smear

Beberapa hal yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan Pap

Smear antara lain :

a). Pada saat pengambilan lendir, usahakan otot-otot vagina

rileks.

b). Tidak melakukan hubungan suami istri 48 jam sebelum pengambilan lendir mulut rahim.

c). Waktu yang paling baik untuk pengambilan lendir adalah 2 minggu setelah selesai haid.

d). Jangan menggunakan pembasuh antiseptik atau sabun

antiseptik di sekitar vagina selama 72 jam sebelum

pengambilan lendir.

e). Jika sudah menopause, Pap Smear dapat dilakukan kapan

saja, tetapi jika kandung rahim dan leher rahim telah diangkat atau dioperasi pengangkatan kandung rahim dan leher rahim


(47)

commit to user

tidak perlu lagi melakukan Pap Smear karena sudah terbebas

dari resiko menderita kanker leher rahim (Evennet, 2003). 2). Cara Pap Smear

Secara teknis melakukan Pap Smear adalah dengan pengambilan

sapuan lendir dengan menggunakan spatula atau sejenis sikat

halus. Lendir leher rahim diambil dokter atau bidan untuk dioleskan dan difiksasi (dilekatkan) pada kaca benda. Kemudian

dengan menggunakan mikroskop seorang ahli akan menguji sel

rahim tersebut (Evennet, 2003). a). Teknik Pengambilan Sediaan

Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan Pap test yaitu :

(1) Formulir konsultasi sitologi.

(2) Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush.

(3) Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan tanda/label.

(4) Spekulum cocor bebek (gravels) kering.

(5) Tabung berisikan larutan fiksasi alcohol 95 %. (Arif

Mansjoer, 2000). b). Cara pengambilan sediaan :

(1) Sebelum memulai prosedur, pastikan bahwa label wadah specimen diisi, pastikan bahwa preparat diberi label yang

menulis tanggal dan nama serta nomor identitas wanita. (2) Gunakan sarung tangan.


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(3) Insersi spekulum dengan ukuran tepat, visualisasi serviks,

fiksasi speculum untuk memperoleh pajanan yang

diperoleh. Pastikan secara cermat membuang setiap materi yang menghalangi visualisasi serviks/

mengganggu studi sitologi.

(4) Salah satu dari 4 metode pengumpulan spesimen berikut

untuk apusan pap dapat digunakan :

(a) Tempatkan bagian panjang ujung spatula kayu yang

ujungnya sedikit runcing/ pengerik plastik mengenai dan masuk ke dalam mulut eksterna serviks dan tekan.

Ambil spesimen kanalis servikalis dengan memutar

spatula satu lingkaran penuh.

(b) Ujung kapas aplikator berujung kapas dilembabkan

dengan normal saline, insersi aplikator tersebut ke

dalam saluran serviks 2 cm dan putar 3600.

(c) Insersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran

serviks dan putar 90-180o.

(d) Gunakan kombinasi metode untuk metode memasukkan spatula.

(5) Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label.

Apabila sel-sel dikumpulkan pada spatula kayu,

tempatkan satu sisi diatas dekat label diatas setengah bagian atas preparat dan usap 1 kali sampai ke ujung


(49)

commit to user

preparat. Kemudian balikkan spatula dan tempatkan sisi

datar lain dekat label pada setengah bagian bawah

preparat dan usap satu kali sampai ujung preparat.

(6) Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/ masukkan bahan tersebut didalam tabung berisi larutan fiksasi.

(Helen Varney, 2007).

(7) Bila fasilitas pewarnaan jauh dari tempat praktek sederhana, dapat dimasukkan dalam amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah. Dengan pengambilan sediaan yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan baik serta pengamatan mikroskopik yang cermat,

merupakan langkah yang memadai dalam menegakkan diagnosis. (Ramli,dkk, 2000).


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3). Hasil Pemeriksaan Pap Smear

Menurut Ramli dkk (2000) arti dari hasil pemeriksaan Pap Smear,

adalah sebagai berikut :

Kelas Interpretasi

0 1 2

3 4 5

Tidak terbaca, test harus segera diulang Normal

Radang ringan/ berat dengan penyakit yang diketahui secara pasti ataupun belum pasti

Radang dengan tanda pra kanker Dicurigai ada kanker

Dipastikan ada kanker

Sampel dengan hasil sel abnormal dikategorikan (seperti dikemukakan oleh National Cancer Institute):

ASC (Atypical Squamous Cells): Sel skuamus tipis yang melapisi

permukaan serviks. Sistem Bethesda mengkategorikan menjadi 2

grup:

ASC-US (Atypical Squamous Cells Undetermined Significance):

Sel skuamus tidak berbentuk niormal, tetapi dokter tidak jelas dengan perubahannya. Kadang perubahan sel dikaitkan dengan infeksi Human Papiloma Virus (HPV). ASC-US dianggap sebagai

kelainan ringan.

ASC-H (Atypical Squamous Cells can not exclude High grade


(51)

commit to user

tetapi dokter tidak jelas dengan perubahannya. ASC-H dianggap

beresiko tinggi menjadi stadium prakanker.

AGC(Atypical Glandular Cells) : Sel glandula yang memproduksi

mukus (semacam lendir), ditemukan di kanal endoserviks (tepian

mulut rahim) atau di sepanjang uterus (kandungan). Pada kategori

ini,sel glandula tampak tidak normal, tetapi dokter tidak jelas

dengan perubahannya.

AIS (endocervical Adenocarcinoma In Situ): Sel prakanker

ditemukan di glandular tissue (jaringan glandula).

LGSIL (Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion): Ada

perubahan dini pada ukuran dan bentuk sel. Lesi berarti ada

jaringan abnormal. Intraepitel berarti lapisan yang mengisi sel.

LGSIL dianggap sebagai kelainan ringan yang disebabkan oleh

infeksi Human Papiloma Virus(HPV).

HGSIL (High Grade Squamous Intraepithelial Lesion): High

Grade berarti ada perubahan tingkat lanjut dari ukuran dan bentuk

sel (sel prakanker). Lesi berarti ada jaringan abnormal. HGSIL

merupakan kelainan tingkat lanjut yang dapat berkembang menjadi kanker invasif.

(http://pinkforeva.blog.friendster.com/2010/08/18/pap-smear/) 4) Frekuensi Pemeriksaan Pap Smear

a) Menurut Karen Evennet (2003), semua wanita yang berusia 20-60 tahun harus melakukan Pap Smear paling tidak setiap 5


(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tahun. 6 bulan setelah pertama kali melakukan hubungan seksual. 6-12 bulan setelah Pap Smear pertama, dan 3 tahun

sekali untuk Pap mear selanjutnya setelah test ke dua.

b) Menurut Tim PKTP,RSUD Dr. Soetomo/FKUNAIR tahun 2000, Skrining pada setiap wanita sekali dalam hidupnya pada

wanita berumur 35-40 tahun. Kalau fasilitas tersedia, lakukan setiap 10 tahun pada wanita berumur 35-55 tahun. Kalau fasilitas tersedia lebih, maka lakukan setiap 5 tahun pada wanita berumur 35-55 tahun. Dan secara ideal atau jadwal yang optimal, setiap 3 tahun pada wanita yang berumur 35-60 tahun. c) Menurut American College of Obstetricians and Ginecologist.

Pemeriksaan pada wanita yang aktif secara seksual atau sudah mencapai usia 18 tahun, untuk melakukan pemeriksaan setiap tahun setelah 3x berturut-turut atau lebih menunjukkan hasil yang normal, maka tes berikutnya tergantung saran dari dokter masing-masing.

d) Pap Test (Pap Smear) adalah pemeriksaan sitologik epitel

porsio dan endoservik uteri untuk penentuan adanya perubahan

praganas maupun ganas di porsio atau servik uteri (Tim

PKTP,RSUD Dr. Soetomo/ FK UNAIR, 2000).

e) Pap Smear adalah pemeriksaan usapan pada leher rahim untuk

mengetahui adanya perubahan sel-sel yang abnormal yang


(53)

commit to user

(http://www.ngajari.com/2010/07/kanker-serviks-pengertian-penyebab-gejala-dan-mencegah-kanker-serviks.htmluntuk) 5) Tindakan Selanjutnya

Seorang wanita dengan hasil Pap Smear normal sebaiknya rutin

melanjutkan skrining Pap Smearnya.Bila hasilnya sel atipik (tidak

jelas normal atau abnormal), Pap Smear akan diulang setelah 4

bulan. Bila hasil tes ulangan abnormal, dokter akan melakukan tindakan kolposkopi. Dalam tes ini dokter melihat serviks dengan

alat kolposkop (mikroskop khusus untuk melihat serviks).

Pemeriksaan ini tidak menyakitkan dan tidak ada efek sampingnya. Bahkan dapat dilakukan saat kehamilan. Apabila ada hasil sel yang abnormal, dokter akan melakukan biopsy (pengambilan contoh

jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop). Hasil Pap Smear

yang abnormal atau curiga ganas, dokter akan melakukan

kolposkopi dan dilanjutkan dengan biopsi. Biopsi adalah

satu-satunya cara untuk menentukan hasilnya apakah seseorang sedang dalam stadium prakanker, kanker atau lainnya. Beberapa tindakan

biopsi memerlukan bantuan anestesi baik lokal maupun total.

Sebagai terapi stadium prakanker atau kanker stadium awal, dokter mungkin mengambil semua bagian jaringan selama tindakan

biopsi. Bila kedua hasil biopsi maupun Pap Smear normal, Pap

Smear ulangan perlu dilakukan setelah 4 bulan. Bila hasil biopsi


(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pemeriksaan kolposkopi dan biopsi ulang. Bila hasil biopsi

abnormal dan curiga CIN (Cervical Intraepiyhelial Neoplasia)

atau kanker, akan diterapi sebagai kanker serviks. Walaupun Pap

Smear adalah metode terbaik dalam deteksi dini kanker serviks, tes

ini tetap mempunyai kekurangan. Beberapa perubahan dapat tidak terdeteksi. Sehingga tetap diperlukan pemeriksaan Pap Smear

teratur minimal setahun sekali, sesuai dengan rekomendasi

American Cancer Society. Skrining Pap Smear teratur tetap harus

dibarengi dengan gaya hidup sehat, tidak merokok, tidak minum alkohol, berolah raga secara teratur dan hindari stres.

http://pinkforeva.blog.friendster.com/2010/08/18pap-smear/

k. Beberapa hal untuk menghindari terjadinya sel-sel ganas pada mulut rahim

1) Melakukan Pap Smear secara teratur.

2) Menghindari berganti-ganti pasangan seksual, merokok dan lainnya.

3) Menjaga kebersihan organ intim.

4) Selalu waspada bila mengalami keputihan dan busuk dari vagina,

perdarahan setelah melakukan hubungan intim (Andrijono, 2008).


(55)

commit to user 6. Konsep Kanker Serviks

a.Pengertian Kanker Serviks

Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim

(serviks) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol

ke puncak liang senggama (vagina).

Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu

penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita.

(http://www.ngajari.com/2010/07/kanker-serviks-pengertian-penyebab-gejala-dan-mencegah-kanker-serviks.htmluntuk)

Kanker Leher Rahim (serviks) Definisi Kanker Leher Rahim

(Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher

rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak

vagina.

(http://kesehatan.myhendra.web.id/2010/05/pengertian-kanker-servik.html)

Kanker leher rahim terjadi pada sel-sel yang ada di daerah tersebut membelah secara tak terkendali dan menjadi abnormal. Jika

sel-sel tersebut terus membelah, maka akan terbentuk suatu massa jaringan yang disebut tumor. ”Tumor” dapat bersifat jinak atau ganas. Jika tumor tersebut menjadi ganas, maka keadaannya disebut sebagai kanker leher rahim. (KarenEvennet, 2003).

Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan istilah kanker


(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perubahan untuk menjadi sel kanker memakan waktu lama, sekitar 10 sampai 15 tahun. Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang berusia kisaran 30 sampai dengan 50 tahun, yaitu puncak usia reproduktif perempuan sehingga akan meyebabkan gangguan kualitas hidup secara fisik, kejiwaan dan kesehatan seksual. Kanker serviks memang menjadi

momok bagi perempuan. Menurut data, di Indonesia ini diperkirakan setiap satu jam ada satu orang yang meninggal akibat kanker serviks

ini.

(http://www.infoanak.com/tag/pengertian-kanker-serviks/)

b.Penyebab Kanker Serviks

Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel leher rahim tersebut tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks tersebut :

1). HPV(Human Papilloma Virus)

2). Merokok

3). Hubungan Seksual pertama kali dilakukan pada usia dini 4). Berganti-ganti pasangan seksual

5). Gangguan sistem kekebalan tubuh 6). Pemakaian pil Keluarga Berencana (KB)

7). Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun

8). Banyaknya anak/ paritas

9). Banyaknya partner / suka berganti-ganti pasangan


(57)

commit to user

11).Higyene / kebersihan kurang

12).Kontak seksual pertama usia muda.(Depkes RI, 2009)

c.Gejala Kanker Serviks

Pada awalnya perjalanan penyakit dari kanker leher rahim dapat berupa pembakal kanker atau lesi pra kanker. Perubahan pra kanker ini biasanya tidak menimbulkan gejala dan tidak terdeteksi kecuali jika wanita tersebut menjalani pemeriksaan panggul atau Pap Smear.

Jika kanker berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-gejala seperti :

1). Berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan dan kelelahan 2). Nyeri panggul, punggung dan tungkai

3). Keluar air kemih dan tinja dari vagina

4). Patah tulang pada keadaan awal tanpa gejala/ tanpa keluhan

5). Keluar cairan / keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan 6). Keputihan yang berbau, karena jaringan mengalami infeksi dan

nekrotik / mati

7). Perdarahan kontak / perdarahan setelah berhubungan / sanggama. 8). Anemia / kekurangan darah

9). Gejala – gejala lain (rasa nyeri, panas, sakit) akibat penyebaran penyakit kanker ke organ-organ tubuh ( Depkes RI, 2009 ).

d.Strategi Skrining Kanker Serviks

Mengingat di Indonesia kanker serviks masih menduduki urutan yang


(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menurunkan angka kejadiannya. Konsep patogenesis kanker serviks

mempunyai arti penting dalam skrining kanker serviks. Secara teoritis

suatu program skrining penyakit kanker harus tepat guna dan ekonomis.

Hal ini hanya dapat tercapai bila :

1). Penyakit ditemukan relatif sering dalam populasi 2). Penyakit dapat ditemukan dalam stadium pra-kanker

3). Teknik mempunyai kekhususan dan kepekaan tinggi untuk mendeteksi stadium pra-kanker

4). Stadium pra-kanker ini dapat diobati secara tepat guna dan ekonomis 5). Terdapat bukti pengobatan stadium pra-kanker menurunkan insiden

kanker invasif.

Kanker serviks mengenal stadium pra-kanker yang dapat ditemukan

dengan skrining sitologi yang relatif murah, tidak sakit, cukup akurat;

dan dengan bantuan kolposkopi, stadium ini dapat diobati dengan

cara-cara konservatif seperti krioterapi, kauterisasi atau sinar laser, dengan

memperhatikan fungsi reproduksi. Sistem kesehatan di seluruh dunia berbeda-beda, namun perencanaan skrining harus sejalan dengan

pelayanan kesehatan lainnya dan dengan kerjasama antar program. Idealnya program skrining merupakan bagian dari pelayanan kesehatan kanker yang dikembangkan dalam struktur pelayanan kesehatan umum. Di semua negara tempat program ini telah dilaksanakan 20 tahun atau lebih, angka kejadian kanker serviks dan angka kematian karenanya


(59)

commit to user

skrining massal terdapat peningkatan yang nyata dalam penentuan lesi

prakanker serviks, sehingga dapat menurunkan insidens kanker serviks.

Meskipun telah sukses mendeteksi sejumlah besar lesi prakanker, namun sebagian program yang dijalankan belum dapat dikatakan berhasil. Hasil yang kurang memadai agaknya disebabkan beberapa faktor, antara lain tidak tercakupnya golongan wanita yang mempunyai risiko (high risk group) dan teknik pengambilan sampel untuk

pemeriksaan sitologi yang salah. Pemecahan masalah yang menyangkut

golongan wanita dengan risiko tinggi dan teknik pengambilan sampel, berkaitan dengan strategi program skrining, serta peningkatan

kemampuan laboratorium. Pengadaan laboratorium sentral sangat bermanfaat untuk pengendalian kualitas (quality control) terhadap

pemeriksaan sitologi.

Masalah lain dalam usaha skrining kanker serviks ialah keengganan

wanita diperiksa karena malu. Penyebab lain ialah kerepotan, keraguan akan pentingnya pemeriksaan, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi, ketakutan merasa sakit pada pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter pria dan kurangnya dorongan keluarga terutama suami.

Banyak masalah yang berkaitan dengan pasien dapat dihilangkan melalui pendidikan terhadap pasien dan hubungan yang baik serta anjuran dokter. Di samping itu, inovasi skrining kanker serviks dalam


(60)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pelayanan kesehatan masyarakat dapat dilakukan bersamaan. Interval pemeriksaan sitologi (screening interval) merupakan hal lain yang

penting dalam menentukan strategi program skrining. Strategi program

skrining kanker serviks harus memperhatikan golongan usia yang

paling terancam (high risk group), perjalanan alamiah penyakit (natural

history) dan sensitivitas tes Pap. Negara-negara sedang berkembang

perlu menentukan strategi program skrining yang disesuaikan dengan sarana dan kondisi yang ada. The American Cancer Society

menyarankan pemeriksaan ini dilakukan rutin pada wanita yang tidak menunjukkan gejala, sejak usia 20 tahun atau lebih, atau kurang dari 20 tahun bila secara seksual sudah aktif. Pemeriksaan dilakukan 2 kali berturut-turut dan bila negatif, pemeriksaan berikutnya paling sedikit setiap 3 tahun sampai berusia 65 tahun. Pada wanita risiko tinggi atau pernah mendapat hasil abnormal harus diperiksa setiap tahun. Frekuensi yang lebih sering tidak menambah faedah.

Servikografi

Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa

ekstensi 50 mm. fotografi diambil oleh dokter, perawat,atau tenaga kesehatan lainnya, dan slide (servikogram) dibaca oleh yang mahir

dengan kolposkop. Disebut negatif atau curiga jika tidak tampak

kelainan abnormal, tidak memuaskan jika Sambungan Squamo

Kolumnar (SSK) tidak tampak seluruhnya dan disebut defek secara


(61)

commit to user

Kerusakan (defect) secara teknik pada servikogram kurang dari 3 %.

Servikografi dapat dikembangkan sebagai skrining kolposkopi.

Pemeriksaan servikografi, sitologi, servikografi dan kolposkopi

dilakukan serentak pada 257 kasus di Korea dalam skrining massal.

Mereka menemukan sensitivitas servikografi, tes Pap dan kolposkopi

masing-masing 85 %, 55% dan 95%, dan spesifisitas masing-masing

82,3%, 78,1% dan 99,7%. Kombinasi servikografi dan kolposkopi

dengan sitologi mempunyai sensitivitas masing-masing 83% dan 98%

sedang spesifisitas masing-masing 73% dan 99%. Perbedaan ini tidak bermakna. Dengan demikian servikografi dapat digunakan sebagai

metoda yang baik untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana

tidak ada seorang spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan

kolposkopi kelihatannya merupakan keharusan.

Pemeriksaanvisual langsung

Pada daerah di mana fasilitas pemeriksaan sitologi dan kolposkopi tidak

ada, maka pemeriksaan visual langsung dapat digunakan untuk

mendeteksi kanker secara dini. Sehgal dkk tahun 1991 di India melakukan pemeriksaan visual langsung disertai pemeriksaan sitologi

dan kolposkop. Kanker dini dicurigai sebanyak 40-50% dengan visual

langsung, sedang pemeriksaan sitologi dan kolposkopi dapat


(1)

commit to user Tabel 2. Pilihan pengobatan kanker leher rahim

Tindakan Rawat

jalan

Anestesi Tenaga

listrik Bukan dokter biaya Kriyoterapi Elektrokauter Kauter Dingin LEEP Vaporisasi Lser Biopsi konus Histerektomi Ya Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Ya (local) Ya (local) Ya (local) Ya (local)

Ya(general or regional) Ya (general or regional)

Tidak Ya Ya Ya Ya Ya b Ya b Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Rendah Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi tinggi Sumber : Depkes RI, Pencegahan kanker leher rahim, (2007)

Cryoterapy menurut Carr dan soller, (2004), tepat untuk pilihan

pengobatan dengan sumber daya rendah, hanya membutuhkan rawat jalan, tidak menggunakan anestesi dan tenaga listrik, dapat dilakukan tenaga bukan dokter biaya murah dan efektifitasnya 90%. Pilihan pengobatan ke dua adalah Loop Electrical Excision Procedur (LEEP)

apabila lesi meluas sampai endoserviks. Keefektifan dari LEEP 90-95%,

tingkat kegagalan 10-15%, dilakukan oleh dokter spesialis dengan biaya yang lebih tinggi dari Cryoterapy.

Cryoterapy atau double freeze adalah pembekuan serviks

menggunakan karbon dioksida maupun gas nitroksida sebagai bahan

pendingin, dilakukan terus menerus selama 3 menit, membiarkan lesi mencair selama 5 menit kemudian mengoleskan pendingin selama 3-5


(2)

menit sampai membeku. Angka kesembuhan 90% untuk lesi lanjut sampai CIN III, double freeze lebih baik 10% bila dibandingkan dengan

single freeze. Keunggulan Cryoterapy adalah alat sederhana, mudah

dipelajari, tidak memerlukan anestesi local maupun listrik dan sedikit efek samping antara lain kram, keputihan atau cairan vagina encer kurang lebih 6 minggu dan. Kekurangan Cryoterapy adalah tidak ada

jaringan ikat yang dikonfirmasi histologist dari lesi yang dibutuhkan

pasokan pendingin atau coolan cair cecara teratur.

Pra pengobatan Segera setelah pengobatan Setelah 4 bulan

Gambar 5: Tampilan serviks setelah Cryoterapy

3. Pemecahan Masalah Dari Kendala Yang Ada

Berbagai kendala dalam sebuah pelaksaan kegiatn selalu ada, demikian juga dengan kegiatan kader PPWK dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan deteksi dini terhadap kanker

Serviks.


(3)

commit to user

i. Mengadakan pendekatan kepada kader untuk menanyakan sebab keterlambatan laporanya dan memberikan solusi dan motivasi untuk menyelesaikan masalahnya.

j. Solusi kendala yang dihadapi kader saat menjalankan kegiatan PPWK yaitu :

1) Walaupun tidak hadir saat pertemuan tetapi harus melaporkan hasil kegiatan RW nya agar dititipkan kepada kader yang hadir dan menanyakan kepada kader yang hadir tentang hasil pertemuan saat itu.

2) Memberikan materi yang menarik selain visual juga diberikan foto kopian materi yang disampaikan agar bisa dibaca lagi setelah sampai dirumah.

3) Menghadirkan ibu yang sudah ikut pemeriksaan Pap Smear untuk

memberi saran kepada ibu Pasangan Usia Subur agar mau ikut pemeriksaan Pap Smear serta menjelaskan bahwa pemeriksaan tidak

sakit dan hanya sebentar juga terjaga kerahasiaanya.

4) Diadakanya revitalisasi kader PPWK untuk selalu mengingat materi yang harus disampaikan ke warganya.

5) Membuat lagu tentang materi kanker dengan lirik lagu yang lagi trend agar masyarakat tertarik.

6) Minta tolong kader yang lain untuk mengantar calon peserta untuk pemeriksaan Pap Smear.


(4)

7) Minta tolong kepada kader yang lain untuk membukukanya atau setelah kegiatanya selesai segera membukukanya sendiri.

8) Mengantarkan hasil pemeriksaan Pap Smear kepada peserta sendiri

walaupun harus berulang kali berkunjung.

9) Memberi motivasi agar penyakitnya tidak berkelanjutan sehingga penyakitnya dapat diketahui sedini mungkin dan pengobatanyapun lebih mudah.

10) Dengan sabar kader mengunjungi peserta yang terkena kanker dan minta tolong kepada orang yang berpengaruh untuk bersama-sama mengunjungi.

k.Ketua kader PPWK menyarankan kepada 12 kader yang mempunyai hasil Pap Smear kelas II agar konsultasi dan periksa kedokter agar

mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat.

Interpretasi hasil Pap test menurut Papanicolaou:

Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, kadang

disertai :

a) Kuman atau virus tertentu. b) Sel dengan kariotik ringan.

Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya. Bila ada erosi atau radang bernanah,

pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.


(5)

commit to user

m. Memotivasi penderita agar segera periksa dan memberi dukungan

agar penyakitnya dapat segera diketahui dan disembuhkan.

n.Kader memotivasi dan mengantar penderita ke PUSKESMAS Balowerti untuk dilakukan tindakan Cryotherapy.

o.Memberi penyuluhan kepada masyarakat bila mengkonsumsi obat herbal harus dalam pengawasan petugas kesehatan.

p.Bidan wilayah kelurahan Burengan menjelaskan bila pemeriksaan IVA

dengan hasil positif maka tindak lanjutnya yaitu dilakukan Cryotherapy. H. Kesimpulan

1. Kader sangat berperan dalam kegiatan PPWK (Paguyuban Perempuan Waspada Kanker) karena dari 15 orang pengurus yang ada semua mempunyai tugas dan fungsi masing-masing sesuai dengan strukturnya. Adapun perannya adalah sebagai :

a. Motivator b. Pendorong c. Pelaksana d. Pembantu e. Pendamping

Umumnya sudah melakukan tugas itu dengan aktif meskipun belum optimal.

2. Semua kader sudah mendapatkan pelatihan PPWK dari tim PUSKESMAS Pesantren II dan semuanya sudah melakukan pemeriksaan Pap Smear.


(6)

3. Hasil pemeriksaan deteksi dini kanker serviks tahun 2010 menurun

dibandingkan dengan tahun 2009. Ini dikarenakan tahun lalu ada program

Pap Smear gratis dari tim PKTP Surabaya I sehingga banyak yang ikut.

Untuk tahun 2010 ini sudah tidak ada program Pap Smear gratis lagi

sehingga menurun hasilnya.

B. Implikasi kebijakan.

1. Adanya kerja sama dengan lintas sektoral baik untuk penanganan, pemeriksaan maupun dalam hal pendanaan.

2. Perlu memperhatikan pengurus PPWK untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan agar kegiatan PPWK lebih berhasil dengan cara Diklat dan Seminar.

3. Karena peran kader sangat besar perlu diberikan insentip agar lebih

bersemangat dalam melaksanakan tugasnya.

C. Saran

1. Perlu pengajuan usul untuk kerja sama lintas sektoral dan diharapkan a. da

bantuan tenaga sarana dan prasarana untuk peningkatan kegiatan PPWK 2. Pengurus PPWK perlu ditingkatkan pengetahuanya dengan cara Diklat

atau Seminar.

3. Kader perlu diberi insentif adapun dananya bisa diambilkan dari dana PKK atau dana Kelurahan.