12 Pucuk teh yang baru dipetik belum bisa dikatakan siap dikonsumsi atau
diperdagangkan, melainkan harus melaui suatu proses pengolahan. Pada umumnya pucuk teh yang belum melalui proses pengolahan disebut sebagai daun teh basah. Daun
teh basah yang mengalami suatu proses pengolahan akan menjadi hasil yang lebih baik dalam bentuk daun teh kering. Daun teh kering yang telah diolah merupakan proses
produksi yang telah dapat dikonsumsi dan diperdagangkan. Proses produksi daun teh kering ini diharapakan dapat memberikan hasil seduhan teh yang memiliki aroma yang
harum, rasanya enak dan warnanya menarik Tim penulis Penebar Swadaya, 1993. Hasil produksi yang maksimal, dapat diperoleh dengan melakukan
pemeliharaan dan perawatan tanaman yang baik. Pencapain hasil produksi tanaman teh yang maksimal yang pernah dicapai adalah 2800-3000 kgha daun teh kering. Di
Indonesia produksi rata-rata teh yang diperoleh adalah sekitar 2300-2500 kgha daun teh kering Setiawati dan Nasikun, 1991.
2.2. Landasan Teori
Faktor-faktor produksi yang tersusun dalam suatu kombinasi disebut sebagai usahatani. Pemanfaatan faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, modal dan
keahlian harus digunakan secara efesien dan semaksimal mungkin. Pemanfaatan faktor- faktor produksi ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dari usaha
taninya yang sangat menunjang bagi tingkat pendapatan petani itu sendiri. Ketersedian akan sarana, atau faktor produksi atau input dalam usaha tani belum menunjukkan
produktivitas yang diperoleh petani itu tinggi. Dalam hal ini peranan petani dalam pemanfaatan faktor-faktor produksi sangat berperan penting. Petani harus mampu
Universitas Sumatera Utara
13 memanfaatkan faktor produksi dan kesempatan yang ada seefisien mungkin Mosher,
1987. Efisiensi merupakan suatu cara yang digunakan dalam proses produksi dengan
menghasilkan output yang maksimal dengan menekan pengeluaran produksi serendah- rendahnya terutama bahan baku atau dapat menghasilkan output produksi yang
maksimal dengan sumberdaya yang terbatas. Dalam kaitannya dengan konsep efisiensi ini, dikenal adanya konsep efisiensi teknis technical efficiency, efisiensi harga price
efficiency atau allocative efficiency, dan efisiensi ekonomi ecomomic efficiency Doll, 1984.
Efisiensi teknik technical efficiency adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara produksi sebernarnya dengan produksi maksimum. Efisiensi harga
price efficiency or allovcative efficiency adalah kemampuan untuk menggunakan input secara optimal dan proporsi pada tingkat harga input tertentu. Efisiensi ekonomi
economice efficiency adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum. Secara matematik,
hubungan antara efisiensi teknik, efisiensi harga dengan efisiensi ekonomi adalah efisiensi ekonomi EE = efisiensi teknik ET x efisiensi harga EH Soekartawi,
1994. Dalam pencapaian efesiensi teknis, harus dapat mengalokasiakan faktor
produksi sedemikian rupa sehingga produksi yang tinggi dapat dicapai. Bila petani atau perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar dari usahataninya, misalnya karena
pengaruh harga, maka hal ini dapat dikatakan mengalokasikan faktor produksinya secara efisiensi harga price efficiency. Contohnya saja, hal ini dapat dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
14 cara membeli faktor produksi dengan harga yang murah lalu menjual hasil produksi
pada saat harga reltif tinggi. efisiensi teknik dan efisiensi harga dapat dilakukan secara bersamaan dengan cara jika perusahaan atau petani mampu meningkatkan produksinya
dengan tinggi dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan tapi mampu menjual hasil produksinya dengan harga tinggi. Situasi demikian sering disebut dengan efisiensi
ekonomi. Dengan kata lain, petani atau perusahaan mampu menjalankan efisiensi teknik, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi secara bersamaan Soekartawi, 1994.
Dalam menganalisa efisiensi, maka variable baru yang harus dipertimbangkan dalam model analisanya adalah variable harga. ”Oleh karena itu ada dua hal yang harus
diperhatikan sebelum analisa efesiensi ini dilakukan, yaitu: a.
Tingkat transformasi antara input dan output dalam fungsi produksi; dan b.
Perbandingan nisbah antara harga input dengan harga output sebagai upaya untuk mencapai indicator efisiensi”
Dengam pengertian yang seperti ini, maka produktivitas usaha pertanian semakin tinggi bila produsen mengalokasikan faktor produksi secara efisiensi teknis dan efisiensi harga
yang efisien Soekartawi, 1994. Dalam usahatani, petani atau perusahaan akan mengeluarkan biaya produksi
yang besarnya, biaya produksi tersebut tergantung kepada komponen biaya yang dikeluarkan petani atau perusahaan seperti harga input produksi, upah tenaga kerja dan
besarnya produksi usahatani. Oleh karenanya, dalam menghitung tingkat efisiensi suatu usaha sangat diperlukan data mengenai biaya-biaya produksi suatu usaha dan tingkat
produktivitas usahanya. Soekartawi, 1995.
Universitas Sumatera Utara
15 Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang perkaitan diantara
tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut
dimisalkan bahwa 1 input produksi seperti tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti
modal, tanah dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan Sukirno, 2000. Hasil lebih yang semakin berkurang law of diminishing return merupakan
sesuatu hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari perkaitan diantra tingkat produksi dan input produksi yang
digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of diminishing return menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya terus menerus ditambah
sebanyak 1 unit, pada mulanya produksi total akan semkin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin
berkurang dan akhirnya mencapai nilai negative dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum
kemudian menurun Sukirno, 2000. Dengan demikian pada hakekatnya law of diminishing return menyatakan bahwa
perkaitan diantara tingkat produksi dan jumlah satu input produksi yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap yaitu:
a. Tahap pertama : produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat,
b. Tahap kedua
: produksi total pertambahannya semakin lama semakin kecil, dan c.
Tahap ketiga : produksi total semakin lama semakin berkurang
Hukum law of diminishing return dapat dilihat pada kurva berikut:
Universitas Sumatera Utara
16 TP
Input Produksi
ii Produksi marginal dan produksi rata-rata
MP dan AP
AP MP
Input Produksi
Tahap I Input Produksi
Tahap II Tahap III
Input Produksi
Gambar 1. Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marginal
Gambar 1 menunjukkan hubungan diantara jumlah produksi dan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan produksi tersebut. Bentuk total produksi cekung
keatas apabila input produksi masih digunakan sedikit tahap 1 ini berarti input produksi adalah masih kekurangan dibandingkan dengan input produksi lainnya yang
dianggap tetap jumlahnya Salvatore, 2001. Dalam keadan yang seperti itu produksi marginal bertambah tinggi dan sifat ini
dapat dilihat pada kurva MP yaitu kurva produksi marginal. Selanjutnya pertambahan penggunaan input produksi tidak akan menambah produksi total secepat seperti
TP
i Total Produksi
Universitas Sumatera Utara
17 sebelumnya. Keadaan ini digambarkan oleh i kurva produksi marginal yang terus
menurun, dab ii kurva total produksi yang mulai cembung keatas. Sebelum input produksi digunakan pada tahap kedua, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada
produksi rata-rata. Maka kurva produksi rata-rata bertambah tinggi. Pada saat input produksi bertambah ke tahap II kurva marginal produksi memotong kurva produksi
rata-rata. Sesudah perpotongan tersebut kurva produksi rata-rata menurun ke bawah yang menggambarkan bahwa produksi rata-rata semakin bertambah sedikit.
Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP adalah menggambarkan permulaan dari tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata mencapai tingkat yang paling tinggi.
Pada tahap kedua, penggunaan input produksi dikatakan efisien dikarenakan jumlah input produksi yang digunakan sesuai dengan hasil produksi yang maksimal Sukirno,
2000. Pada tahap ketiga dimana kurva MP memotong sumbu datar dan sesudahnya
kurva tersebut dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka negative. Kurva total produksi TP mulai menurun pada
tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak input produksi yang digunakan. Keadaan pada tahap ketiga ini
menggambarkan bahwa input produksi yang digunakan adalah jauh melebihi daripada yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi tersebut secara efesien Sukirno,
2000.
Universitas Sumatera Utara
18
2.3. Kerangka Pemikiran