10
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimana perkembangan konversi tanaman teh di PT. Perkebunan Nusantara IV?
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi produksi usaha tanaman teh di PTPN IV
Sidamanik? 3.
Bagaimana efisiensi input harga, efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi usaha tanaman teh di PTPN IV Sidamanik?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan konversi tanaman teh di PT. Perkebunan
Nusantara IV. 2.
Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi produksi usaha tanaman teh di PTPN IV Sidamanik.
3. Untuk menganalisis efisiensi input harga, efesiensi teknik dan efesiensi ekonomi
usaha tanaman teh di PTPN IV Sidamanik.
1.4 Kegunaan Penelitian a.
1. Sebagai bahan informasi bagi PT Perkenunan Nusantara IV.
2. Sebagai bahan referensi atau sumber informasi ilmiah bagi PT Perkebunan
Nusantara IV dan bagi peneliti selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Tanaman teh merupakan tanaman tahunan yang menghasilkan daun sebagai hasil produksinya. Tanaman ini dapat tumbuh subur dan berkembang baik di daerah
dengan ketinggian 200-2.000 meter diatas permukaan laut. Semakin tinggi letak daerahnya maka semakin baik mutu teh yang dihasilkan. Tanaman ini dapat tumbuh
dengan tinggi 6-9 meter. Akan tetapi ketinggian tanaman teh dipertahankan hanya sekitar 1 meter. Hal ini bertujuan agar tanaman teh dapat dirawat dan dipanen menjadi
lebih mudah. Tanaman ini dapat hidup dan memproduksi daun teh lebih dari 40 tahun lamanya. Pada umumnya tanaman ini dapat mulai dipetik atau diproduksi daunnya
setelah berumur 5 tahun. Tanaman teh dapat memproduksi hasil yang maksimal selama 40 tahun
Spillane, 1992 .
Daun teh yang diproduksi dari tanaman ini merupakan pucuk muda dari tanaman teh ini sendiri. Proses pemanenan pucuk muda umumnya dilakukan dengan pemetikan,
dimana pucuk teh yang dipetik merupakan kuncup, daun dan ranting mudanya. Dikarenakan pucuk muda memiliki usia yang singkat untuk dipanen, maka pemetikan
mempunyai aturan tersendiri untuk menjaga agar produksi teh tetap tinggi. Pemetikan yang tidak teratur menyebabkan tanaman teh cepat tinggi, bidang petik tidak rata dan
jumlah petikan tidak banyak. Akibatnya tentu saja akan berpengaruh pada tingkat ekonomisnya Tim penulis Penebar Swadaya, 1993.
Universitas Sumatera Utara
12 Pucuk teh yang baru dipetik belum bisa dikatakan siap dikonsumsi atau
diperdagangkan, melainkan harus melaui suatu proses pengolahan. Pada umumnya pucuk teh yang belum melalui proses pengolahan disebut sebagai daun teh basah. Daun
teh basah yang mengalami suatu proses pengolahan akan menjadi hasil yang lebih baik dalam bentuk daun teh kering. Daun teh kering yang telah diolah merupakan proses
produksi yang telah dapat dikonsumsi dan diperdagangkan. Proses produksi daun teh kering ini diharapakan dapat memberikan hasil seduhan teh yang memiliki aroma yang
harum, rasanya enak dan warnanya menarik Tim penulis Penebar Swadaya, 1993. Hasil produksi yang maksimal, dapat diperoleh dengan melakukan
pemeliharaan dan perawatan tanaman yang baik. Pencapain hasil produksi tanaman teh yang maksimal yang pernah dicapai adalah 2800-3000 kgha daun teh kering. Di
Indonesia produksi rata-rata teh yang diperoleh adalah sekitar 2300-2500 kgha daun teh kering Setiawati dan Nasikun, 1991.
2.2. Landasan Teori