7
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkebunan merupakan sub sektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional dan perkebunan memiliki kontribusi besar dalam pendapatan nasional,
penyediaan lapangan kerja, penerimaan ekspor dan penerimaan pajak. Dalam perkembangannya, sub sektor ini tidak terlepas dari berbagai dinamika nasional dan
global Hasibuan, 2008. Perubahan strategi nasional dan global mengisyaratkan pembangunan
perkebunan harus mengikuti dinamika lingkungan sekitarnya. Pembangunan perkebunan harus mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi perkebunan
dan masyarakat sekitarnya selain itu juga mampu menjawab tantangan globalisasi Hasibuan, 2008.
Industri perkebunan mulai berkembang di Nusantara dalam bentuk usaha-usaha perkebunan berskala besar sejak awal abad ke-19. Sejak saat itu hingga menjelang
kemerdekaan Indonesia, para pelaku usaha dari Belanda, Inggris, Belgia, dll mulai membuka perkebunan karet, teh, kopi, tebu, kakao, kina dan beberapa jenis rempah-
rempah lengkap dengan fasilitas pengolahannya terutama di pulau Jawa dan Sumatera. Sejalan dengan perkembangan waktu, perkebunan makin memodernisasikan dirinya
dengan diterapkannya sistem manajemen yang lebih modern serta diaplikasikannya berbagai teknologi di bidang kulturteknis maupun pengolahan hasil Anonimous, 2007.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia mendorong dilakukannya nasionalisasi perusahaan-perusahaan perkebunan asing secara besar-besaran dan
Universitas Sumatera Utara
8 melahirkan BUMN Perkebunan. Sejak masa itu hingga kini telah terjadi beberapa kali
reorganisasi serta perubahan nama BUMN Perkebunan, mulai dari Perusahaan Nasional Perkebunan PNP, PT. Perkebunan PTP hingga PT. Perkebunan Nusantara PTPN
dan PT Rajawali Nusantara Idonesia PTRNI. Saat ini terdapat 14 PTPN I s.d XIV dan PT RNI, yang lokasi operasi dan kantor pusatnya tersebar mulai dari provinsi Aceh
hingga Papua. Komoditi-komoditi yang diusahakan BUMN Perkebunan adalah kelapa sawit, gula, karet, teh, kopi, kakao, kina, beberapa macam tanaman rempah-rempah dan
tanaman hortikultura serta hutan tanaman industri. Disamping itu beberapa perusahaan juga sudah mulai melakukan pengembangan industri hilir dan agrowisata Anonimous,
2007. PT Perkebunan Nusantara IV Persero, Disingkat PTPN IV yang dibentuk
berdasarkan PP No. 9 tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996. Perusahaan yang berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara BUMN ini awalnya merupakan penggabungan
kebun-kebun wilayah Sumatera Utara dari eks PTP VI, PTP VII dan PTP VIII. PTPN IV mengusahakan komoditi kelapa sawit, kakao dan teh. Tahun 2010 PTPN IV
memiliki lahan kelapa sawit dan teh seluas 175.245 ha Anonimous, 2008
. Namun selanjutnya, seiring dengan meningkatnya harga dan permintaan sawit.
PTPN IV cenderung berkonsentrasi pada komoditi kelapa sawit dengan mengkonversi komoditi kakao dan teh. Pada tahun 2002 separuh lahan tanaman teh telah dikonversi
menjadi tanaman kelapa sawit yaitu sekitar 8.000 ha tanaman teh diciutkan menjadi 4.000 ha. Alasan penciutan areal tanaman teh tersebut salah satunya mengenai untung
rugi pembudidayaan tanaman teh. Kondisi ini juga diperjelas oleh perusahaan pada
Universitas Sumatera Utara
9 laporan tahunan PTPN IV 2008 yang menerangkan bahwa komoditi teh yang dimiliki
PTPN IV masih mengalami kerugian Rp 50 milyar Anonimous, 2008. Kerugian tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang
mempengaruhi tingginya kerugian tersebut adalah tingginya biaya produksi perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel biaya produksi dan rencana kerja anggaran
perusahaan olahan tanaman teh di PTP Nusantara IV .
Tabel 1. Biaya produksi dan rencana kerja anggaran perusahaan RKAP olahan tanaman teh di PT Perkebunan Nusantara IV
Uraian RpKg 2005
2006 2007
2008 Biaya Produksi
9.248,05 10.143,19
10.435,02 12.518,21
RKAP 8.576,80
8.670,68 8.675,29
10.840,29 Jumlah
-671,25 -1.472,51
-1.759,73 -1.677,92
Sumber: PTP Nusantara IV Persero, 2008.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perusahaan tidak dapat menekan biaya produksi yang setiap tahun cendrung meningkat. Biaya produksi yang melebihi rencana
kerja anggaran perusahaan RKAP, yang telah disusun perusahaan. Namun demikian, belum diketahui penyebab tidak tercapainya RKAP. Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab dan solusinya diperlukan suatu analisis efisiensi produksi tanaman the di PTPN IV sebagaimana yang dilakukan dalam penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
10
1.2 Identifikasi Masalah