2. Secara Praktis, yakni sebagai pedoman dan masukan bagi pihak yang terlibat
dalam elemen – elemen perwakilan diplomatik, terutama bila terjadi suatu persengketaan tanah yang menjadi hak kedutaan besar di negara penerima.
Serta menambah pengetahuan bagi semua masyarakat mengenai masalah di dunia internasional dan hukum internasional tentang kekebalan dan
keistimewaan para pejabat diplomatikdalam perspektif Hukum Diplomatik.
D. Keaslian Penulisan
Penulisan skripsi ini yang berjudul: “KAJIAN HUKUM DIPLOMATIK DALAM KASUS SENGKETA KEDUTAAN BESAR MALAYSIA” merupakan
hasil pemikiran penulis sendiri tanpa adanya penjiplakan dari hasil karya orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu dan judul skripsi ini belum pernah
ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian keaslian penulisanskripsi ini dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis, terutama secara
ilmiah atau secara akademik.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Sejarah Hubungan Diplomatik
Universitas Sumatera Utara
Hubungan Diplomatik berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini dapat terjadi bila diperhatikan kebutuhan manusia itu
sendiri sehingga ia memerlukan orang lain. Begitu juga dengan hubungan diplomatik sebagai suatu lembaga yang mempunyai maksud untuk
bernegosiasi dengan negara lain sebagai pencapaian suatu tujuan adalah sama tuanya dengan sejarah. Perkembangan ini dapat kita lihat melalui
contoh-contoh pengiriman perwakilan diplomatik bangsa-bangsa. Bermula dari hubungan antar manusia, kemudian berkembang
kepada kebutuhan suatu kelompok dengan kelompok lainnya dan semakin lama meluas menjadi hubungan yang lebih luas antara satu negara dengan
negara lain sebagai kelompok manusia yang paling besar. Thucydides, seorang sarjana Yunani mengatakan bahwa pada
dasarnya hubungan diplomatik tersebut telah lama ada.Negara Yunanai telah mengenal hubungan ini pada zaman Romawi, terbukti dengan
upacara yang diadakan setiap tahun dalam rangka menerima misi-misi negara tetangga.Disamping itu telah dikenal pula beberapa perjanjian-
perjanjian atau traktat yang mengatur pola hubungan diplomatik tersebut.Missionaris yang datang tersebut selalu diperlakukan dengan
khas, dihormati serta dijamin keselamatannya sekaligus diberikan berbagai fasilitas dan keistimewaannya.
1
Pengiriman dan penerimaan oleh bangsa-bangsa kuno ditandai bahwasanya walaupun tidak ada hukum internasional modern yang
1
Mohd. Sanwani Nst, Sulaiman, Bachtiar Hamzah, Hukum Internasional suatu pengantar, Penerbit Kelompok Studi Hukum Masyarakat, F.H, USU, Medan, 1992, hal.68
Universitas Sumatera Utara
diketahui, para duta besar dimana-mana menikmati perlindungan khusus dan kekebalan tertentu, walaupun tidak berdasarkan hukum namun
berdasarkan agama, duta besar dianggap amat suci.
2
Sampai dengan tahun 1815 ketentuan-ketentuan yang bertalian dengan hubungan diplomatik berasal dari hukum kebiasaan.Pada Kongres
Wina tahun 1815 raja-raja yang ikut dalam konferensi sepakat untuk mengkodifikasikan hukum kebiasaan tersebut menjadi hukum
tertulis.Namun tidak banyak yang telah dicapai dan mereka hanya menghasilkan satu naskah saja yaitu hirarki diplomat yang kemudian
dilengkapi dengan protokol Aix-La-Chapelle tanggal 21 November 1818.Sebernanya Kongres Wina dari segi substansi praktis tidak
menambah apa-apa terhadap praktek yang sudah ada sebelumnya selain menjadikannya sebagai hukum tertulis.
3
2. Pengertian Hubungan Diplomatik dan Hukum Diplomatik
Dengan adanya Kongres Wina ini maka dapat terwujud satu kesatuan yang mengatur tentang hubungan diplomatik.Walaupun belum
begitu sempurna, namun sudah tercipta satu kodifikasi yang dapat diterima dan dipergunakan secara internasional.
2
L. Oppenheim, International Law A Treaties, Vol 1 peace, 8
th
.ed, London, Longmans Green Company, 1960, hal.769
3
Bour Mouna, Op.cit, hal.467
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan penerapan arti kata diplomatik itu sendiri belum terdapat keseragaman yang pasti, yang dikarenakan banyaknya
pendapat para ahli hukum yang berbeda, sehingga berbeda pula pengertian yang dikemukakan.
Sebagai pemahaman lebih jauh, Ian Brownlie memberikan pengertian diplomasi yaitu:
“…. Diplomacy comprises any means by which states establish or maintain mutual relations, communicate with eachother, or carry out
political or legal transactions. In each case through their authorize agents”.
4
Hal senada juga dijelaskan oleh NA Maryan Green: The Chief purpose of establishing diplomatic relations and permanent missions is to
serve as means by and through which states are able to communicate with each other, yang artinya pembukaan hubungan diplomatik dan misi yang
tetap yakni untuk melayani dan digunakan sebagai alat sehingga negara- negara tertentu dapat saling berkomunikasi.
Terjemahannya: Hubungan Diplomatik yang dimiliki tiap-tiap negara untuk mendirikan
atau memelihara komunikasi yang secara harmonis satu sama lain, atau melaksanakan politik atau transaksi-transaksi yang sah dalam tiap-tiap
kasus melalui wewenang tiap-tiap negara.
Pengertian yang diberikannya lebih memfokuskan kepada obyek dari diplomatik tersebut. Lebih berdasarkan pada alat-alat dan cara
perhubungan yang dilakukan.
5
4
Ian Brownlie, Principles of Public International Law, 3
rd
ed, ELBS, Oxford, University Press, 1979, hal.345 dalam Syahmin Ak, SH, Hukum Internasional Publik, Binacipta, Bandung,
1992, hal.228
5
Ernest Satow, A Guide to Diplomatice Practice, London, Longmans Company, 1957, hal.3 dalam Syahmin Ak, SH, ibid.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan menurut E. Satow, menjelaskan: “ Diplomacy is the application of intelegence and act to the conduct of
official relations between the governments of independent states, extending sometimes also to their relations with vassal states or more
brierly still, the conduct of business between states by peaceful means”.
6
Pengertian lain dari diplomacy adalah cara-cara dan bentuk yang dilakukan dalam pendekatan dan berunding dengan negara lain untuk
mengembangkan hubungan antar negara. Terjemahannya:
Penerapan hubungan diplomatik secara resmi diantara negara-negara maju dengan negara-negara yang sedang berkembang yang bertujuan
membentuk kedamaian. Pengertian yang diberikannya lebih ditujukan kepada subjek para
perwakilan diplomatik yakni mengenai tingkah laku, perbuatan yang diperbolehkan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pejabat diplomatik.
7
3. Lingkup Kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik
a. Kekebalan bagi para pejabat diplomatik:
- Kekebalan terhadap alat-alat kekuasaan negara penerima
6
NA Maryan Green, International Law, 3
rd
ed., London, Pitman Publishing, 1987, hal.133
7
Boer Mouna, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Penerbit Alumni, Bandung, 2000, hal.465
Universitas Sumatera Utara
- Hak mendapatkan perlindungan terhadap gangguan dan serangan
atas kebebasan dan kehormatannya -
Kekebalan terhadap jurisdiksi pengadilan -
Kekebalan dari kewajiban menjadi saksi b.
Keistimewaan bagi para pejabat diplomatik: -
Pembebasan dari pajak-pajak -
Pembebasan dari Bea Cukai dan Bagasi -
Pembebasan dari kewajiban keamanan sosial -
Pembebasan dari pelayanan pribadi, pelayanan umum dan militer -
Pembebasan dari kewarganegaraan c.
Kekebalan dan Keistimewaan bagi Keluarga Para Pejabat Diplomatik Termasuk Anggota Staf Diplomatik dan Pelayan:
- Kekebalan terhadap anggota keluarga
- Kekebalan terhadap anggota staf teknis dan administrasi
- Anggota staf pelayan
- Pembantu rumah tangga pribadi
d. Kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik di Negara Ketiga:
- Kekebalan para pejabat diplomatik pada waktu transit
- Perjalanan karena Force Majeure
e. Kekebalan Gedung Perwakilan dan Pembebasan Pajak:
- Gedung Perwakilan
- Pembebasan Gedung Perwakilan dari pajak
- Tidak dapat diganggu gugatnya komunikasi dan arsip perwakilan.
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penulisan