F. Metode Penulisan
Dalam penulisan karya ilmiah akademik ini maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara :
Studi Kepustakaan Library Research
Penelitian dalam skripsi ini dilakukan melalui penelitian kepustakaan dengan cara membaca dan mempelajari sumber bahan bacaan baik berupa buku bacaan,
majalah, peraturan perundang – undangan dan juga catatan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi guna memperoleh data – data yang
diperlukan. Metode ini menggunakan, mempelajari, dan menganalisi bahan – bahan referensi secara sistematis.Selanjutnya bahan rujukan yang dikumpul,
dipelajari, dipahami, dan dituangkan secara terstuktur dan dijadikan dasar guna menghasilkan tulisan ilmiah yang berusaha dan mencoba sebaik – baiknya agar
lebih berbobot.Dalam metode ini, agar dapat memperoleh data yang lebih akurat, dilakukan melalui informasi – informasi yang akurat. Dalam hal ini, dilakukan
dengan cara melihat masalah – masalah dalam praktik yang terjadi sehari – hari.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa bab dan didalam bab terdiri dari atas unit – unit bab demi bab. Adapun gambaran isi penulisan ini
adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Universitas Sumatera Utara
Bab ini merupakan pengantar untuk penulisan pada bab – bab berikutnya dalam pembahasan yang terdiri dari : Latar Belakang,
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan Pengumpulan Data , dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG HUBUNGAN DIPLOMATIK
DAN HUKUM DIPLOMATIK Pada bab ini menguraikan sekilas tentang Tinjauan Umum tentang
Hubungan Diplomatik dan Hukum Diplomatik yang terdiri atas : Pengertian Hubungan Diplomatik dan Hukum Diplomatik, Sejarah
Perkembangan Hubungan Diplomatik dan Pengaturannya dalam Hukum Internasional, Fungsi Perwakilan Diplomatik, dan Cara-cara
Melakukan Hubungan Diplomatik.
BAB III : KEKEBALAN DAN KEISTIMEWAAN DIPLOMATIK Dalam bab ini memaparkan tentang Kekebalan dan Keistimewaan
Diplomatik yang berisi tentang : Timbulnya Kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik, Dasar Hukum Pemberian Kekebalan
Diplomatik, Prinsip Invioliability dan Prinsip Extraterritoriality, dan Lingkup Kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV : JURISPRUDENSI DALAM AMAR PUTUSAN KASUS SENGKETA TANAH KEDUTAAN BESAR MALAYSIA
Dalam bab ini memaparkan tentang Jurisprudensi dalam Amar Putusan Kasus Sengketa Tanah Kedutaan Besar Malaysia yang berisi
tentang: Posisi Kasus, Jurisprudensi Mahkamah Agung terhadap Kasus Sengketa Tanah Kedutaan Besar Malaysia, Jurisprudensi
Mahkamah Agung terhadap Kasus Sengketa Tanah Kedutaan Besar Malaysia Ditinjau dari Konvensi Wina Tahun 1961.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini merupakan penutup, yang merupakan pokok – pokok
kesimpulan dari semua permasalahan dalam pembahasan yang dilakukan dalam penulisan ini, serta saran – saran yang
dikemukakan, yang mudah – mudahan bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam hal kekebalan dan keistimewaan diplomatik.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM ATAS HUBUNGAN DIPLOMATIK DAN HUKUM
DIPLOMATIK
A. Pengertian Hubungan Diplomatik dan Hukum Diplomatik
Setiap negara dalam memenuhi kebutuhannya akan mengadakan hubungan dengan negara lain. Baik dengan tujuan ekonomi, sosial, politik serta
kebudayaan. Dengan meluasnya hubungan tersebut maka tidak menutup kemungkinan suatu negara akan mempunyai hubungan dengan tidak hanya
dengan satu negara tertentu saja namun hampir seluruh negara di dunia. Untuk menentukan penerapan arti kata diplomatik itu sendiri belum
terdapat keseragaman yang pasti, yang dikarenakan banyaknya pendapat para ahli hukum yang berbeda, sehingga berbeda pula pengertian yang dikemukakan.
Penggunaan kata “Diplomatik” yang berbeda didasarkan menurut penggunaannya:
a. Ada yang menyamakan dengan “politik luar negeri” bila digunakan dalam
“Diplomatik RI di Afrika perlu ditingkatkan”.
Universitas Sumatera Utara
b. Diplomatik dapat pula diartikan sebagai “perundingan” seperti sering
dinyatakan bahwa “masalah Timur Tengah hanya dapat diselesaikan melalui diplomasi”. Jadi dengan perkataan lain diplomasi disini
merupakan satu-satunya mekanisme, yaitu melalui perundingan.
c. Dapat pula diplomasi diartikan sebagai “dinas luar negri” seperti dalam
ungkapan “selama ini ia bekerja untuk diplomatik”. d.
Ada juga yang menggunakan secara kiasan seperti “Ia pandai berdiplomasi” yang berarti “bersilat lidah”.
8
Sebagai pemahaman lebih jauh, Ian Brownlie memberikan pengertian diplomasi yaitu:
“…. Diplomacy comprises any means by which states establish or maintain mutual relations, communicate with eachother, or carry out political or legal
transactions. In each case through their authorize agents”.
9
Hal senada juga dijelaskan oleh NA Maryan Green: The Chief purpose of establishing diplomatic relations and permanent missions is to serve as means by
Terjemahannya: Hubungan Diplomatik yang dimiliki tiap-tiap negara untuk mendirikan atau
memelihara komunikasi yang secara harmonis satu sama lain, atau melaksanakan politik atau transaksi-transaksi yang sah dalam tiap-tiap kasus melalui wewenang
tiap-tiap negara.
Pengertian yang diberikannya lebih memfokuskan kepada obyek dari diplomatik tersebut. Lebih berdasarkan pada alat-alat dan cara perhubungan yang
dilakukan.
8
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik Teori dan Kasus, Alumni, Bandung, 1995, hal.2
9
Ian Brownlie, Principles of Public International Law, 3
rd
ed, ELBS, Oxford, University Press, 1979, hal.345 dalam Syahmin Ak, SH, Hukum Internasional Publik, Binacipta, Bandung,
1992, hal.228
Universitas Sumatera Utara
and through which states are able to communicate with each other, yang artinya pembukaan hubungan diplomatik dan misi yang tetap yakni untuk melayani dan
digunakan sebagai alat sehingga negara-negara tertentu dapat saling berkomunikasi.
10
“ Diplomacy is the application of intelegence and act to the conduct of official relations between the governments of independent states, extending sometimes
also to their relations with vassal states or more brierly still, the conduct of business between states by peaceful means”.
Sedangkan menurut E. Satow, menjelaskan:
11
Pengertian lain dari diplomacy adalah cara-cara dan bentuk yang dilakukan dalam pendekatan dan berunding dengan negara lain untuk mengembangkan
hubungan antar negara. Terjemahannya:
Penerapan Hubungan Diplomatik secara resmi diantara negara-negara maju dengan negara-negara yang sedang berkembang yang bertujuan membentuk
kedamaian. Pengertian yang diberikannya lebih ditujukan kepada subjek para
perwakilan diplomatik yakni mengenai tingkah laku, perbuatan yang diperbolehkan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pejabat diplomatik.
12
10
Ernest Satow, A Guide to Diplomatice Practice, London, Longmans Company, 1957, hal.3 dalam Syahmin Ak, SH, ibid.
11
NA Maryan Green, International Law, 3
rd
ed., London, Pitman Publishing, 1987, hal.133
12
Boer Mouna, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, Penerbit Alumni, Bandung, 2000, hal.465
Universitas Sumatera Utara
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dilihat bahwa untuk adanya hubungan diplomatik itu harus terdapat beberapa faktor yang mendukung, antara
lain: 1.
Adanya hubungan antar negara untuk merintis kerjasama dan persahabatan 2.
Hubungan tersebut dilakukan melalui pertukaran misi diplomatik, termasuk para pejabatnya
3. Para pejabat diplomatik tersebut harus diakui statusnya sebagai misi
diplomatik 4.
Agar para diplomat tersebut dapat melakukan tugas dan fungsinya dengan efisien, mereka perlu diberikan kekebalan dan keistimewaan diplomatik
yang didasarkan dalam hukum diplomatik, hukum kebiasaan internasional serta perjanjian-perjanjian lainnya yang menyangkut hubungan diplomatik
antar negara.
13
B. Sejarah Perkembangan Hubungan Diplomatik dan Pengaturannya dalam Hukum Internasional