Posisi Kasus Kajian Hukum Internasional Dalam Kasus Sengketa Tanah Kedutaan Besar Malaysia

menyurat, telegram dan berbagai macam perhubungan komunikasi sesuai dengan pasal 27 ayat 1 Konvensi Wina 1961.

BAB IV JURISPRUDENSI DALAM AMAR PUTUSAN KASUS SENGKETA

TANAH KEDUTAAN BESAR MALAYSIA

A. Posisi Kasus

Posisi Kasus dalam sengketa kepemilikan hak milik atas tanah yang melibatkan Kedutaan Besar Malaysia , Badan Pertanahan Nasional sebagai TERGUGAT dan Mulyo Setiawan PENGGUGAT dengan uraian kasus dan fakta-fakta yang telah di analisa berdasarkan salinan keputusan pengadilan, baik dalam tingkat Pengadilan Tata Usaha Negara. Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung adalah sebagai berikut : a. Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta memiliki hak kepemilikan sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 13Bangka seluas 3.185 m2 yang terletak di Jalan Bangka no. 48 Dibeli dari Wim Sondakh Berdasarkan akta jual beli no. 24 tanggal 16 Januari 1971 dihadapan notaries Eliza Pondaag. Selanjutnya, Kedutaan Besar Malaysia mengajukan ijin Hak Pakai kepada Deplu, Depdagri dan Mentri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional. Departemen Luar Negeri Universitas Sumatera Utara dalam dua nota diplomatiknya tanggal 23 Sept 1985 dan tanggal 7 Mei 1988 telah menyampaikan persetujuan dari instansi terkait untuk memperoleh Hak Pakai atas tanah milik adapt seluas 1.765m2 dan Sertifikat Hak Milik Nomor 13Bangka seluas 3.185 m2 sebagai suatu kesatuan di Jalan Bangka No. 48. Sejak tahun 1971 sampai dengan 1982 Kedutaan Besar Malaysia menggunakan lokasi tanah dan bangunan tersebut sebagai rumah kediaman resmi Duta Besar Malaysia di Jakarta. Selanjutnya Pada Tahun 1982 sampai dengan 1983 digunakan sebagai kediaman resmi DCM Malaysia di Jakarta dan pada Tahun 1983-1998 dihuni Satpam Kedubes Malaysia di Jakarta. b. Pada bulan Maret 1998, tanah tersebut direbut dan diduduki secara paksa oleh sekelompok orang yang tak dikenal suruhan dari Fredrick Matheus Pietersz dan mengklaim sebagai pemilik yang sah atas tanah dan bangunan tersebut. Setelah diteliti lebih lanjut dan cermat mengenai perolehan hak yang diklaim oleh Fredrick Matheus Pitcters bahwa Jantje Simon Pietersz ayah dari Fredrick Matheus Pietersz memperoleh tanah tersebut dari Hamin bin Umang sesuai Akta Jual Beli No. 48 tanggal 2 April 1964 dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah Asisten Wedana Ibrahim Amir. c. Jantje Simon Pietersz diwakili kuasa hukum, Rumpius Erwin Sondakh yang bertindak untuk dan atas nama Jantje Simon Pietersz. Setelah itu Tanah yang di miliki oleh Jantje Simon Pietersz dibuat Sertifikat Hak Milik dengan No. 13 Bangka atas nama Wlm Sondakh anak dari Rumpius Erwin Sondakh , Surat Ukur No. 9865 tanggal 13 Maret Universitas Sumatera Utara 1965 luas 3.185 m2, berasal dari konversi sebagian Hak Milik Adat C No. 1701 Blok 22 D.I tanggal 23 September 1964 yang semula atas nama Jantje Simon Pietersz. d. Sertifikat Hak Milik No. 13Bangka Surat Ukur tanggal 3 Maret 1965 No. 9865 seluas 3.185 m2 dan Tanah Milik Adat No.1663 Blok 19 Persil D.I seluas 1765 m2 di jual dan dilepaskan hak atas tanahnya kepada Kedutaan Besar Malaysia berdasarkan Akta Penjualan dan Pembelian berikut Pelepasan Hak atas Tanah tanggal 16 Januari 1971 No. 24 yang dibuat dihadapan Eliza Pondaag Notaris di Jakarta, Rumpius Erwin Sondakh bertindak untuk dan atas nama Jantje Simon Pietersz dalam kedudukannya menjalankan kekuasaan orang tua mewakili Wlm Sondakh yang belum dewasa. e. Tanah yang sebelumnya tidak bersengketa kemudian Oleh Frederick Matheus Pietersz dibuat lagi Sertifikat Hak Milik dengan No. 3416 Bangka atas nama Frederick Matheus Piestersz luas 3.244. Hal ini mengakibatkan serifikat hak milik yang tumpang tindih . Kemudian, Oleh Frederick Matheus Piestersz, tanah tersebut dijual kepada Mulyo Setiawan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan akta jual beli no. 59Mampang Prapatan 1998 tanggal 17 April 1998. Diatas sebidang tanah tersebut kemudian juga diterbitkan Sertifikat Hak Milik no.3416Bangka a.n Mulyo Setiawan seluas 3.244 m2 terletak di Jl.Kemang Raya No. 48 Universitas Sumatera Utara f. Bahwa dengan diketauhinya tumpang tindih sertifikat tersebut diatas. Kemudian Kedutaan Besar Malaysia mengajukan permohonan pembatalan Sertifikat Hak Milik No. 3416Bangka atas nama Mulyo Setiawan kepada Badan Pertanahan Nasional. Dengan penelitian data teknis lebih lanjut Badan Pertanahan Nasional mengabulkan permohonan Kedutaan Besar Malaysia dengan mengeluarkan Sutat Keputusan Ka BPN No.3-XI-1999 tentang pembatalan SHM no. 3416Bamgka atas nama Mulyo Setiawan. g. Selanjutnya Mulyo Setiawan menggugat Surat Keputusan Mentri Negara Agraria Kepala BPN dan Mohm Zaid Bin Abubakar Duta Besar Malaysia tergugat intervensi melalui Peradilan Tata Usaha Negara. Sidang berlangsung pada pengadilan TUN tingkat pertama, Banding sampai Kasasi. h. Pada Pengadilan Tata Usaha Negara Tingkat Pertama, Majelis Hakim menolak gugatan Mulyo Setiawan dan menyatakan bahwa Tindakan tergugat Mentreri Negara Agraria Kepala Badan Pertanahan Nasional membatalkan Sertifikat Hak Milik atas nama penggugat tanpa menunggu proses perdata adalah sudah tepat secara prosedur dan substansi. Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara nomor 032G.TUN1999PTUN-JKT tanggal 10 Agustus 1999, salinan tanggal 1 September 1999 i. Mulyo Setiawan yang tidak puas dengan putusan Pengadilan Tata Usaha tingkat pertama kembali menggugat Mentri Negara Agraria Universitas Sumatera Utara Kepala Badan Pertanahan Nasional dan Duta Besar Malaysia di tingkat banding. Pada tingkat banding, Pengadilan Tinggi TUN menerima banding gugatan Mulyo Setiawan, membatalkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara tingkat pertama dan menyatakan batal SK Ka BPN No. 3-XI-1999 tanggal 14 Januari 1999 Putusan PT-TUN Nomor 163B1999PT.TUN.JKT tanggal 8 Desember 1999, salinan tanggal 2 Desember 1999 j. Menteri Negara Agraria ka BPN Badan Pertanahan Nasional kemudian mengajukan kasasi atas perkara dimaksud di tingkat Mahkamah Agung dalam putusannya Nomor No. 111KTUN2000 tanggal 6 Februari 2001. Mahkamah Agung dalam putusan kasasinya mengabulkan permohonan kasasi yakni Menteri Negara Agraria kepala Badan Pertanahan Nasional dan Mohd Zain Bin Abubakar selaku Duta Besar Malaysia atas dasar pertimbangan kaidah-kaidah hukum internasional mengenai hubungan diplomatik. k. Selain mendaftarkan perkaranya ke Pengadilan Tata Usaha Negara, Mulyo Setiawan juga mengadukan perkara perdata status kepemilikan tanah tersebut melalui pengadilan Negeri Jakarta Selatan Penggugat melawan Kedutaan Besar Malaysia, Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan Kodya Jakarta Selatan, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam amar putusannya Nomor 213pdt.G2001PN.Jak.Sel. tanggal 22 April 2002, telah menetapkan bahwa tanah sengketa dimaksud sebagai milik Pemerintah Malaysia Universitas Sumatera Utara l. Tidak Puas dengan putusan Pengadilan tingkat pertama, Mulyo Setiawan mengajukan upaya banding. Hakim Banding pada Pengadilan Tinggi Jakarta dengan putusannya Nomor 502pdt2002PT.DKI tanggal 21 Januari 2003 juga menguatkan putusan PN Jakarta Selatan. Upaya Kasasi telah dibatalkan secara sepihak

B. Jurisprudensi Mahkamah Agung terhadap Kasus Sengketa Tanah Kedutaan Besar Malaysia