akan berjalan dengan lancar dan baik tanpa adanya protes dari masyarakat dan masyarakat merasa nyaman dengan program tersebut.
3.4.2. Sosialisasi Dalam Penggunaan Kompor Gas di Bintara.
Sosialisasi yang dilakukan pemerintah untuk mengenalkan program konversi minyak tanah ke gas elpiji untuk pertama kalinya telah dilakukan
pemerintah melalui media rekam, cetak maupun langsung turun ke lapangan menemui masyarakat langsung. Setelah pemerintah mengenalkan program
tersebut maka yang akan dilakukan oleh pemerintah selanjutnya adalah sosialisasi dengan cara penyuluhan tiap-tiap daerah yang telah menerima kompor dan tabung
gas tersebut. dapat dilihat seperti di daerah Bintara yang dimana mereka diberi penyuluhan terlebih dahulu oleh pihak pertamina atau pemerintah dimana mereka
diajarkan bagaimana cara menyambung selang kompor ke tabung gas, cara mereka menyalakan kompor dan mematikannya.
Setelah mereka diberi penyuluhan oleh pihak pertamina atau pemerintah barulah mereka diberikan kompor dan tabung gas 3 tiga kg yang mereka
dapatkan dengan menunjukkan Kartu Keluarga KK dan Kartu Tanda Penduduk KTP dan membayar Rp.10.000 seperti dijelaskan di atas untuk dana transportasi,
setelah itu barulah mereka diberikan kompor dan tabung gas 3 tiga kg. Dengan demikian terlihat di sini bahwa dalam proses sosialisasi yang dilakukan berjalan
dengan lancar akan tetapi kalau dilihat satu persatu keluarga yang mendapatkannya ada juga keluarga meskipun telah mendapatkan mereka masih
sanksi sebab mereka takut jika tiba-tiba tabung gas bocor dan meledak karena
sudah banyak yang terjadi akibat dari kebocoran gas menyebabkan beberapa orang terluka dan rumah terbakar. Contoh yang dapat dilihat seperti keluarga
Suhartini. Ia menceritakan keadaan sebenarnya yang terjadi seperti berikut ini ; “Waktu itukan kejadiannya siang hari, pas saya lagi kerja di
puskesmas sebagai pembantu kebersihan atau cleaning servis CS jadi anak saya seperti biasa saya tinggalin di rumah, waktu
itu saya juga lupa lepasin selang dari tabung gas jadi anak saya yang kecil tiba-tibakan ke dapur terus dia hidupin tuh kompor eh
tiba-tiba meledak ternyata selang tabung gas saya bocor akhirnya anak saya kena luka bakar yang parah, langsung saya bawa dia
ke rumah sakit terdekat. Dari situ saya takut untuk menggunakan kompor dan tabung gas lagi” Wawancara 10 Januari 2009.
Dari cerita di atas terlihat bahwa masyarakat kurang hati-hati dan kurang
memperhatikan dalam menggunakan kompor dan tabung gas dan juga kurangnya sosialisasi yang jelas dari pemerintah. Selain itu juga mereka belum paham betul
apa yang telah diajarkan oleh pihak pertamina atau pemerintah. Seharusnya pemerintah selain memberikan sosialisasi dengan penyuluhan pada masyarakat,
pemerintah juga seharusnya mendatangi satu persatu rumah keluarga yang menerima apakah mereka telah paham dengan apa yang dicontohkan oleh pihak
pertamina tersebut. Selain itu juga pemerintah harus mendatangi pihak keluarga minimal
sebulan sekali untuk melihat ada keluhan dari masyarakat dalam menggunakan kompor gas tersebut atau ada kebocoran yang terjadi dalam kompor gas tersebut,
maka masyarakat dapat menggantikannya dengan yang bagus atau yang tidak bocor. Jika hal tersebut terlaksana maka masyarakat pun merasa nyaman dalam
menggunakan kompor gas tersebut. Oleh karena itu, pemerintah perlu ada laporan setiap bulannya dari pemerintahan setempat dalam hal ini pihak kelurahan yang
terlihat dimasyarakat setelah mereka memakai kompor dan tabung gas 3 tiga kg tersebut.
Dengan demikian jika hal tersebut dilaksanakan maka proses sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak pertamina tidak sia-sia dan berjalan
dengan lancar sesuai apa yang ingin dituju. Selain itu hal-hal seperti yang diuraikan di atas dapat diatasi secara perlahan. Untuk itu diperlukan tim khusus
untuk membantu dalam pengawasan ketika proses konversi tersebut berjalan.
BAB IV RESPON MASYARAKAT BETAWI ATAS PENERAPAN KOMPOR GAS