Dasar dan Tujuan Konversi Minyak Tanah ke Gas

BAB III KONVERSI MINYAK TANAH KE GAS

3.1. Dasar dan Tujuan Konversi Minyak Tanah ke Gas

Program konversi minyak tanah ke elpiji secara resmi diluncurkan oleh Wakil Presiden M. Yusuf Kalla didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM Purnomo Yusgiantoro pada 8 Mei 2007 7 . Program tersebut diluncurkan karena merupakan sebuah jalan keluar yang tepat dalam menghadapi krisis ekonomi yang terjadi. Selain, di Indonesia juga terjadi di negara-negara penghasil minyak lainnya. Hal ini dikarenakan melambungnya harga minyak bumi di pasaran dunia internasional sekitar 90 dari harga ecerannya pada masyarakat yang dulunya sekitar Rp.3500,00 menjadi Rp.10.000,00 hingga Rp.12.000,00. Hal ini membuat pemerintah Indonesia pun menjadi kewalahan atau kebingungan dalam mencari solusi supaya dana APBN untuk subsidi BBM tidak melambung tinggi. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia terutama Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral meluncurkan sebuah kebijakan baru untuk masyarakat dengan menggantikan penggunaan kompor minyak tanah ke kompor gas karena harga gas yang masih stabil atau masih terjangkau oleh negara Indonesia. Melihat kenyataan tersebut, maka kebijakan pemerintah untuk melakukan konversi pemakaian bahan bakar dari minyak tanah ke gas elpiji sangat logis. Hal ini dikarenakan harga minyak mentah international sudah melonjak sangat tajam. 7 . http:temanggungcity.wordpress.com20090310konversi-minyak-ke-gas Pada awal bulan mei 2008 sudah menembus angka US 120 per barel. Apabila harga minyak tanah dalam negeri hendak dipertahankan, maka pemerintah harus mengeluarkan dana APBN anggaran pendapatan dan belanja negara yang begitu besar untuk mensubsidi terutama BBM bahan bakar minyak yang harus ditanggung setiap tahunnya. Oleh k arena itulah, pemerintah bersama DPR telah bersepakat untuk menghapuskan subsidi BBM secara bertahap seperti tertuang dalam UU No.252000 tentang Program Pembangunan Nasional Propenas. Meskipun demikian, subsidi minyak tanah dikecualikan. Dengan kata lain, meski telah menerapkan harga pasar untuk bensin dan solar, pemerintah masih mensubsidi minyak tanah untuk keperluan masyarakat berpendapatan rendah dan industri kecil 8 . Ada hal lain yang menjadi dasar diberlakukannya konversi tersebut yaitu cadangan minyak bumi di Indonesia sekarang sudah semakin menipis. Sejak tahun 2003, Indonesia sebenarnya sudah menjadi negara net importer 9 bahan bakar minyak dan juga sebagai negara penghasil minyak sendiri. Tetapi Indonesia tidak bisa mengolah dengan baik dan juga tidak bisa menjaga sumber daya alam yang terbatas tersebut, sehingga menyebabkan minyak bumi yang ada di Indonesia semakin menipis. Akan tetapi biar pun cadangan minyak bumi yang mulai menipis pemerintah tetap mensubsidi. Sementara dalam kenyataannya subsidi minyak tanah dalam dua tahun terakhir di tahun 2007-2008 masih terasa memberatkan karena besarnya volume yang harus disubsidi, seiring dengan berbagai krisis dan transisi yang terjadi dalam 8 .http:kolom.pacific.net.idindeddy_satriyaartikel_eddy_satriyamenyoal_konversi_mi nyak_tanah_ke_gas.hmtl 9 Net importer adalah negara yang sudah tidak dapat menghasilkan lagi sebagai pengimport sumber daya alam seperti minyak bumi, akan tetapi dia sebagai penerima suplaian minyak bumi ke negara yang tidak menghasilkan dari negara penghasil minyak bumi atau sumber daya alam. managemen energi nasional. Kondisi ini diperberat pula dengan bertahannya harga minyak dunia pada kisaran USD 50-60 per barel di tahun 2008. Oleh karena itu, langkah pemerintah untuk melakukan konversi penggunaan minyak tanah kepada bahan bakar gas dalam bentuk Liquefied Petroleum Gas LPG bisa dianggap sebagai salah satu terobosan penting dalam mengatasi rancunya pengembangan dan pemanfaatan energi, sekaligus mengurangi tekanan terhadap RAPBN rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara. Di lain pihak, potensi atau sumber daya alam gas diperut bumi Indonesia masih melimpah atau setidaknya jauh lebih besar jika dibandingkan cadangan minyak bumi yang ada. Selain itu, penggunaan gas elpiji sebagai bahan bakar relatif lebih bersih dan polusinya pun lebih ringan jika di bandingkan bahan bakar minyak tanah. Untuk itu pemerintah dalam hal ini Wakil Presiden Indonesia Bapak Jusuf Kalla membuat terobosan yang sebenarnya dapat dikatakan tidak baru lagi karena sebagian masyarakat sudah ada yang menggunakannya yaitu menggunakan kompor gas. Akan tetapi, sebagian masyarakat yang lainnya ada juga yang belum mengetahui dan mengerti cara menggunakannya. Oleh sebab itu, tujuan kebijakan dari konversi minyak tanah ke gas sangat jelas bahwa pemerintah melakukan hal tersebut untuk menghemat dan mengurangi pengeluaran belanja negara, agar dapat memperbaharui sumber daya alam seperti minyak yang sudah mulai menipis dan sekaligus untuk mengurangi tingkat polusi yang ada di Indonesia. Tujuan dari kebijakan tersebut sebenarnya baik karena dapat menghemat belanja subsidi BBM di APBN kira-kira sekitar Rp.30 triliun, seperti yang dikatakan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla 2004- 2009 dalam wawancara yang dilakukan salah satu stasiun televisi Indonesia. Oleh karena itu, jika hal ini berhasil maka untuk tahun yang akan mendatang beban subsidi pemerintah akan berkurang kira-kira mencapai Rp 23 triliun. Pemakaian minyak tanah akan dapat dikurangkan dan belanja negara tidak akan memberatkan negara Indonesia sendiri dalam mengeluarkan anggaran belanja negara.

3.2. Kriteria dan Sasaran Masyarakat Penerima Kompor dan Tabung Gas