3. Arus balik di dalam komunikasi kelompok terjadi secara langsung karena
komunikator dapat mengetahui reaksi komunikan pada saat komunikasi sedang berlangsung.
4. Pesan yang diterima komunikan dapat bersifat rasional terjadi pada
komunikasi kelompok kecil dan bersifat emosional terjadi pada komunikasi kelompok besar.
5. Komunikator masih dapat mengetahui dan mengenal komunikan meskipun
hubungan yang terjadi tidak erat seperti pada komunikasi interpersonal. 6.
Komunikasi kelompok akan menimbulkan konsekuensi bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
II.3 Teori Perbandingan Sosial
Masing-masing orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda sehingga menyebakan dirinya melakukan perbandingan diri dengan orang lain. Gejala ini
disebut sebagai perbandingan sosial. Perbandingan sosial terjadi manakala orang merasa tidak pasti mengenai kemampuan pendapatnya maka mereka akan
mengevaluasi diri mereka melalui perbandingan orang lain yang sama. Perbandingan sosial merupakan proses otomatis dan spontan terjadi. Umumnya
motif yang dilakukan manusia dalam melakukan perbandingan sosial adalah untuk mengevaluasi diri sendiri, memperbaiki diri sendiri dan meningkatkan diri sendiri.
Manusia dalam melakukan perbandingan sosial berlaku dalil umum sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
• Persamaan similarity hypothesis: artinya manusia melakukan perbandingan
dengan orang-orang yang sama dengan dirinya laterla comparison atau yang sedikit lebih baik dan umumnya manusia tersebut berjuang untuk menjadi
lebih baik. •
Dikaitkan dengam atribut related atribut hypothesis : artinya manusia melakukan perbandingan dengan melihat usia, etnis dan jenis kelamin yang
sama. •
Downward comparison : manusia kadang membandingkan dirinya dengan orang yang lebih buruk dari dirinya. Umumnya ini dilakukan untuk mencari
perasaan yang lebih baik atau mengabsahkan diri sendiri self validating. Disini muncul dalil bahwa manusia kadang tidak objektif dalam melakukan
perbandingan social. Teori Sosial Comparison menyatakan bahwa setiap orang akan melakukan perbandingan antara keadaan dirinya sendiri dengan keadaan
orang-orang lain yang mereka anggap sebagai pembanding yang realistis. Perbandingan sosial semacam ini terlibat dalam proses evaluasi diri seseorang,
dan dalam melakukannya seseorang akan lebih mengandalkan penilaian subyektifnya dibandingkan penilaian obyektif. Bila masyarakat terlanjur
membentuk pandangan bahwa penampilan fisik yang ideal itu adalah seperti yang dimiliki para model yang ditampilkan dalam media massa, maka akan
ada kecenderungan bahwa individu akan membandingkan dirinya berdasarkan standar yang tidak realistis. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa
orang-orang yang sebenarnya memiliki proporsi tinggi badan serta berat badan yang normal mungkin saja memiliki penilaian yang negatif mengenai
Universitas Sumatera Utara
tubuhnya karena menggunakan tubuh model-model yang dilihatnya di media masa sebagai pembanding.
Sampai batas tertentu, proses berpikir kritis terhadap diri sendiri memang akan membantu seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara sehat dan untuk
beradaptasi dengan lingkungannya. Festinger Sarwono, 2004 menyebutkan bahwa teori perbandingan sosial adalah proses saling mempengaruhi dan perilaku
saling bersaing dalam interakso sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri sendiri self-evaluation dan kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan
membandingkan diri dengan orang lain. Ada dua hal yang diperbandingkan dalam hubungan ini, yaitu:
a. Pendapat opinion b. Kemampuan ability
Perubahan pendapat relatif lebih mudah terjadi daripada perubahan kemampuan. Dorongan untuk menilai pendapat dan kemampuan. Festinger
mempunyai hipotesis bahwa setiap orang mempunyai dorongan drive untuk menilai pendapat dan kemampuannya sendiri dengan cara membandingkannya
dengan pendapat dan kemampuan orang lain. Dengan cara itulah orang bisa mengetahui bahwa pendapatnya benar atau tidak dan seberapa jauh kemampuan
yang dimilikinya Sarwono, 2004. Festinger juga memperingatkan bahwa dalam menilai kemampuan, ada dua macam situasi, yaitu: Pertama, kemampuan orang
dinilai berdasarkan ukuran yang obyektif, misalnya kemampuan mengangkat barbel. Kedua, kemampuan dinilai berdasarkan pendapat. Misalnya, untuk menilai
kemampuan pelukis berdasarkan pendapat orang lain. Sumber-sumber penilaian
Universitas Sumatera Utara
orang akan mengagungkan ukuran-ukuran yang obyektif sebagai dasar penilaian selama ada kemungkinan melakukan itu. Namun, jika tidak, maka orang akan
menggunakan pendapat atau kemampuan orang lain sebagai ukuran. Memilih orang untuk membandingkan, dalam membuat perbandingan
dengan orang lain, setiap orang mempunyai banyak pilihan. Namun, setiap orang cenderung memilih orang sebaya atau rekan sendiri untuk dijadikan perbandingan.
Festinger mempunyai hipotesis mengenai hal ini yaitu: kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain menurun jika perbedaan pendapat atau
kemampuan dengan orang lain itu meningkat. Dari hipotesisnya itu, terdapat dua hipotesis ikutan corollary, yaitu Kalau ia boleh memilih, seseorang akan
memilih orang yang pendapat atau kemampuannya mendekati pendapat atau kemampuannya sendiri untuk dijadikan pembanding. Jika tidak ada kemungkinan
lain kecuali membandingkan diri dengan pendapat atau kemampuan orang lain yang jauh berbeda, maka seseorang tidak akan mampu membuat penilaian yang
tepat tentang pendapat atau kemampuannya sendiri.
II.4 Motivasi Pengembangan Diri II.4.1 Makna Motivasi Dalam Pengembangan Diri