Gaya Hidup lifestyle KAJIAN PUSTAKA

Para pria metroseksual peduli dengan penampilan bukan berarti mereka mau disamakan dengan wanita, karena penampilan pria dan wanita sangat jelas berbeda. Pria metroseksual hanyalah pria yang sedikit memiliki sikap yang lebih menonjolkan kesan memperhatikan penampilan dan mengharuskan kesempurnaan dalam penampilannya. Pria metroseksual selalu mendapat stereotipe yang negatif dari masyarakat, karena masyarakat memandang perilaku pria metroseksual merupakan suatu perilaku wanita yang suka merawat tubuhnya secara berlebihan. Masyarakat membedakan antara pria dan wanita dengan maskulin dan feminim. Maskulin identik dengan keperkasaan, bergelut disektor publik, jantan dan agresif, sedangkan feminim identik dengan lemah lembut, bergelut disektor domestik, pesolek, pasif.

2.2 Gaya Hidup lifestyle

Istilah gaya hidup lifestyle sekarang ini kabur. Sementara istilah ini memiliki arti sosiologis yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup khas dari berbagai kelompok status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan dan pilihan hiburan, dan seterusnya di pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen Fatherstone Mike, 2005;201 Tubuh adalah bagian yang melekat pada diri kita sekaligus penyedia ruang-ruang tak terbatas untuk memamerkan segala bentuk identitas diri. Tubuh merupakan medium yang tepat untuk mempromosikan dan memvisualkan diri sendiri. Tubuh juga bisa Universitas Sumatera Utara dikatakan sebagai suatu proyek besar bagi seseorang. Tubuh terus-menerus dapat dibongkar, ditata ulang, dikonstruksi dan direkonstruksi, dieksplorasi secara besar- besaran : didandani, disakiti, dibuat menderita atau didisplinkan untuk mencapai efek gaya tertentu dan menciptakan cita rasa gaya individualitas tertentu. Gaya hidup adalah suatu titik tempat pertemuan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak, yang tertuang dalam norma- norma kepantasan. Terdapat norma-norma kepantasan yang diinternalisasikan dalam diri individu, sebagai standar dalam mengekspresikan dirinya. Gaya hidup sendiri lahir karena adanya masyarakat komoditas, masyarakat yang mengkonsumsi barang-barang dan jasa bukan karena kebutuhannya tetapi untuk memuaskan keinginannya. Menurut Adorno masyarakat komoditas ini terjadi karena meningkatnya tuntutan terus menerus akan pemuasan kebutuhan masyarakat terhadap benda-benda komoditas. Gaya hidup bisa merupakan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri-ciri unit tersendiri. Gaya hidup secara luas diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka aktivitas apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya ketertarikan, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia disekitarnya. Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat lainnya, bahkan dari masa ke masa gaya hidup suatu individu dan kelompok masyarakat tertentu akan bergerak dinamis. Namun demikian, gaya hidup tidak cepat berubah sehingga pada kurun waktu tertentu gaya hidup relative permanen. Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern, atau yang biasa juga di sebut modernitas, maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan Universitas Sumatera Utara menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain. Dalam interaksi sehari-hari kita dapat menerapkan suatu gagasan mengenai gaya hidup tanpa harus menjelaskan apa yang kita maksud. Menurut Weber, konsumsi juga merupakan gambaran gaya hidup tertentu dari kelompok status tertentu. Konsumsi terhadap barang merupakan landasan bagi perjenjangan dari kelompok status, konsumsi juga dapat di jadikan penggunaan barang- barang simbolik kelompok tertentu. Dengan demikian ia dibedakan dari kelas yang landasan penjenjangannya dalam hubungan terhadap produksi dan perolehan barang- barang. Dalam hal ini konsumsi seseorang menentukan gaya hidup seseorang. Karena penggunaan barang-barang simbolik itu tadi seperti pemilihan konsumsi gaya berpakaian, selera dalam hiburan, selera konsumsi terhadap makanan dan minuman menentukan dari kelas mana ia berada. Gaya hidup merupakan cara terpola dalam menginvestasikan aspek-aspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial atau simbolik, tapi ini juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara bermain dengan identitas. Gaya hidup berkaitan dengan kompetensi simbolik. Menurt Henny E. Wirawan, M.Hum, Psi, Universitas Tarumanegara Fakultas Psikologi, modernisasi dan industrialisasi menyebabkan munculnya manusia jenis baru ini. Modernisasi mengubah gaya hidup menjadi lebih maju seirama perkembangan zaman. Terjadi pergeseran sosial dan perubahan gaya hidup dengan meninggalkan nilai lama. Modernisasi juga mengharuskan perubahan sikap dan mental dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan baru. Sementara itu, industrialisasi berkaitan dengan Universitas Sumatera Utara penyebaran barang – barang yang diproduksinya, di antaranya perlengkapan untuk budaya metroseksual. Nantinya, perlengkapan yang tadinya sebatas kebutuhan sekunder dapat menjadi primer. Secara hukum ekonomi, pola penyebaran semacam ini tentu sah– sah saja. http:www.republika.co.idsuplemencetak.details.asp diakses tanggal 09 Agustus 2004 Menurut Simmel, fashion tidak ekslusif bagi modernitas, tapi suatu ilustrasi perennial dari temanya mengenai interdependensi bentuk dan isi David Chane,1996:100 Erving Goffman mengemukakan bahwa kehidupan sosial terutama terdiri dari penampilan teatrikal yang diritualkan, yang kemudian lebih dikenal dengan pendekatan dramaturgi dramaturgical approach. Yang dia maksudkan adalah bahwa kita bertindak seolah-olah diatas sebuah panggung. Bagi Goffman, berbagai penggunaan ruang, barang- barang, bahasa tubuh, ritual interaksi sosial tampil untuk memfasilitasi kehidupan sosial sehari-hari David Chane, 1996 : 15 Simbol merupakan sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya. Makna suatu simbol hanya dapat ditangkap melalui cara nonsensoris. Interaksionisme-simbolis yang dijabarkan Blumer sesungguhnya memilki sejumlah gagasan dasar root images yang dapat diringkaskan sebagai berikut : 1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi. Kegiatan tersebut kemudian saling bersesuaian melalui tindakan bersama, membentuk atau struktur sosial 2. Interaksi terdiri dari berbagai kegiatan manusia yang berhubungan dengan kegiatan manusia lain 3. Obyek-obyek tidak mempunyai makna yang intrinsic. Makna lebih merupakan hasil dari interaksi-simbolis Universitas Sumatera Utara 4. Manusia tidak hanya mengenal obyek eksternal, melainkan juga dapat mempersepsikan dirinya sebagai obyek 5. Tindakan manusia adalah tindakan interpretative yang dibuatnya sendiri 6. Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota-anggota kelompok. Hal ini disebut sebagai tindakan bersama Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tindakan manusia adalah tindakan interpretative yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Seperti dikemukakan Blumer : “Pada dasarnya tindakan manusia terdiri dari pertimbangan atas berbagai hal yang diketahui dan melahirkan serangkaian kelakuan atas dasar bagaimana mereka menafsirkan hal tersebut. Hal-hal yang dipertimbangkan itu mencakup berbagai masalah seperti keinginan dan kemauan, tujuan dan sarana yang tersedia untuk mencapainya, serta tindakan yang diharapkan dari orang lain, gambaran tentang diri sendiri, dan mungkin hasil dari cara bertindak tertentu”. Blumer juga cenderung mengabaikan pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku manusia dan lebih menekankan aspek pertimbangan individual. Beberapa orang mungkin menghadapi tantangan yang sama, namun perilaku berbeda. Dalam pandangan konsep diri manusia mempunyai pandangan dan persepsi atas dirinya sendiri. Konsep diri yang dimiliki oleh seorang individu adalah berupa penilaian- penilaian terhadap dirinya sendiri. Secara umum konsep diri diatur oleh dua prinsip yaitu: keinginan untuk mencapai konsistensi dan keinginan untuk meningkatkan harga diri self esteem. Konsep actual self menyatakan bahwa pembelian yang dilakukan oleh konsumen dipengaruhi oleh konsep yang dimiliki oleh mereka sendiri. Konsistensi diri dicapai dengan membeli produk yang dirasakan oleh konsumen sama dengan konsep diri mereka, dan oleh karena itu ada kesamaan antara citra merek dan citra diri self images. Universitas Sumatera Utara Mark Simpson adalah seorang penulis dan pengamat lifestyle asal Inggris, pada tahun 1994, pertama kali mengedepankan hadirnya para pria metroseksual di tengah masyarakat. Menurut Simpson metroseksual adalah sosok pria muda berpenampilan dendi yang sangat perduli dengan penampilan, tertarik pada fesyen dan berani menonjolkan sisi femininimnya, senang memanjakan diri dan menjadi pusat perhatian dan bahkan menikmatinya. http.www.republika.co.idsuplemencetak.details.asp+- diakses tanggal 28 April 2004

2.3. Media dan Gaya hidup