Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Definisi Konsep

Fenomena pria metroseksual yang ada di kota Medan pada saat ini juga belum begitu nampak jelas, ini disebabkan karena para pria metroseksual di kota Medan tidak mau dikatakan sebagai pria metroseksual, karena di kota Medan belum terdapat satu komunitas khusus yang menyatakan diri mereka adalah para pria metroseksual, hal ini berbeda bila dibandingkan dengan kota Jakarta, yang terdapat satu komunitas khusus pria metroseksual dan mereka mau dikatakan sebagai pria metroseksual. Fenomena pria metroseksual memang merupakan suatu prilaku yang unik di daerah perkotaan. Sesungguhnya diperlukan penelitian yang terarah untuk dapat melakukan analisa fenomena tersebut, maka atas dasar alasan tersebut dan penjelasan diatas maka saya tertarik untuk melakukan penelitian tentang pria metroseksual di kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan saya angkat dalam penelitian ini adalah : 1. Apa motivasi seseorang menjadi pria metroseksual ? 2. Bagaimana gaya hidup, sosial dan ekonomi pria metroseksual ? 3. Bagaimana pria metroseksual mengatasi sanksi secara sosial dalam perspektif gender ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Secara Teoritis, penelitian ini bertujuan melakukan pemetaan dan perumusan masalah di atas yaitu : Apa motivasi mereka menjadi pria metroseksual, bagaimana gaya hidup, sosial dan ekonomi pria metroseksual tersebut, dan bagaimana para pria metroseksual tersebut mengatasi sanksi secara sosial dalam perspektif gender yang muncul karena gaya hidup mereka. Universitas Sumatera Utara 2. Mengungkapkan mengenai hal tersebut dengan didasarkan pada pendekatan sosiologis, yaitu pendekatan sosiologi gender

1.4. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan menjadi sebuah kajian ilmiah yang akurat bagi sosiologi gender, sehingga dapat memberi sumbangan pemikiran bagi kalangan akademisi dalam bidang pendidikan khususnya dan masyarakat pada umumnya. 2. Secara praktis, penelitan ini diharapkan akan menjadi sumbangan bagi khazanah kepustakaan yang bermutu serta sebagai bahan masukkan bagi institusi pendidikan dan ini juga diharapkan dapat memberikan pengertian yang jelas tentang pria metroseksual kepada semua masyarakat agar tidak ada lagi pemahaman yang keliru. 3. Bagi penulis, penelitian ini akan berguna untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta wawasan penulis mengenai kasus atau fenomena pria metroseksual dan sebagai wadah latihan serta pembentukkan pola pikir ilmiah dan rasional dalam menghadapi segala macam persoalan sosial yang ada ditengah- tengah masyarakat.

1.5. Definisi Konsep

Dalam sebuah penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Konsep adalah generalisasi dari kelompok fenomena tertentu yang akan di teliti Singarimbun, 1998 : 33 Universitas Sumatera Utara Konsep-konsep yang penting dalam penelitian ini adalah : 1. Fenomena adalah suatu peristiwa yang terjadi di realitas sosial dan memiliki gejala-gejala yang spesifik. Pada penelitian ini fenomena yang dimaksud adalah timbulnya suatu keadaan sekelompok maupun individu yang di citrakan sebagai pria metroseksual. 2. Pria Metroseksual adalah sebutan bagi seseorang yang memiliki gaya hidup yang tinggi sehingga mereka sangat mengutamakan performance penampilan dalam kehidupan sehari-hari. Penampilan sebagai pria metroseksual terkadang melebihi penampilan seorang wanita. Pria eksekutif muda yang berada di kota Medan yang berusia 20-40 tahun dan lebih memperhatikan penampilannya, pria yang mapan dari segi ekonomi yaitu pria yang memiliki penghasilan lebih dari Rp. 4.000.000 setiap bulannya. 3. Gaya hidup adalah gaya hidup menurut weber berarti persamaan status kehormatan yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol-simbol gaya hidup yang sama. Gaya hidup merupakan suatu bentuk ekspresi dan simbol untuk menampakkan identitas diri atau identitas kelompok. Gaya hidup para pria metroseksual dapat kita jumpai di mal-mal yaitu SUN plaza, tempat fitnes, salon, retro, dan tempat lainnya. 4. Konsumerisme adalah pola hidup dengan keinginan untuk membeli barang- barang yang kurang atau tidak diperlukan. Dengan sifat konsumtif ini maka pembelian sebuah produk lebih didasarkan pada perasaan suka keinginan dari konsumen dari pada memperhatikan manfaat, kecocokan serta kesesuai produk tersebut bagi dirinya. Sifat fanatik mendasari perilaku mereka yang konsumtif, Universitas Sumatera Utara dimana mereka membeli barang-barang tanpa pertimbangan yang objektif melainkan secara emosional, terlebih-lebih jika produk itu sudah terkenal. Para pria metroseksual mengkonsumsi pakaian dan aksesoris merk-merk yang mahal dan terkenal seperti Body shop, Lee-Cooper, M2000, Piere-Cardin, dan yang lainnya. 5. Bias gender adalah suatu konstruksi sosial dan kultural yang menyebabkan perbedaan perilaku antara pria dan wanita sehingga memunculkan perbedaan sikap yang terkadang memberi ketidakadilan terhadap pria ataupun wanita di dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya pria di kenal memiliki sifat kuat, jantan, rasional, dan perkasa, sedangkan wanita memiliki sifat lemah lembut, cantik, keibuan, dan emosional, perbedaan antara wanita dan pria secara konstruksi budaya ini sebenarnya dapat dipertukarkan antara pria maupun wanita, karena tidak bersifat secara biologis. Akan tetapi, di dalam masyarakat patriarkhi, setiap pria atau wanita harus melakukan perannya berdasarkan nilai gendernya yang telah di tentukan sebelumnya, apabila ada seorang pria yang melakukan kegiatan yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang pria maka pria tersebut dianggap telah melakukan penyimpangan dan akan mendapatkan sanksi dari masyarakat bahkan akan dilecehkan, hal ini juga berlaku pada para wanita. Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN PUSTAKA