perlekatannya dan dapat menimbulkan anemia. Pada anak-anak infeksi terjadi menahun dan berat hiperinfeksi, gejala-gejala yang terjadi adalah
diare yang disertai sindrom, anemia, prolapsus rektal dan berat badan menurun Onggowaluyo, 2001.
Anemia ini terjadi karena penderita mengalami malnutrisi dan kehilangan darah akibat cacing menghisap darah dan kolon yang rapuh.
e. Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja atau
menemukan cacing dewasa pada penderita prolapsusrekti pada anak. f. Pencegahan
Infeksi yang disebabkan oleh Trichuris trichiura dapat dicegah dengan pengobatan, pembuatan jamban yang sehat dan penyuluhan tentang
hygiene dan sanitasi kepada masyarakat Onggowaluyo, 2001.
2.4.3 Cacing Tambang Hookworm
Terdapat dua spesies yaitu: Necator americanus new world Hookworm dan Ancylostoma duodenale old world Hookworm.
a. Hospes dan Nama Penyakit Hospes definitive kedua cacing ini adalah manusia. Tempat hidupnya
dalam usus halus, terutama jejunum dan duodenum. Penyakit yang disebabkan disebut Nekatoriasis dan Ankilostomiasis.
Universitas Sumatera Utara
b. Distribusi Geografis Kedua parasit ini tersebar di seluruh dunia kosmopolit, penyebaran yang
paling banyak di daerah tropis dan sub tropis. Lingkungan yang paling cocok adalah habitat dengan suhu kelembaban yang tinggi, terutama daerah
perkebunan dan pertambangan Onggowaluyo, 2001. c. Morfologi dan Daur Hidup
Ukuran cacing betina 9 – 13 mm dan cacing jantan 5 – 19 mm. Bentuk Necator americanus seperti huruf S, mulut dilengkapi gigi kittin, dengan
waktu 1 – 15 hari telur telah menetas dan mengeluarkan larva rabditiform yang panjangnya kurang lebih 250 mikron. Selanjutnya dalam waktu kira-
kira 3 hari, satu larva rabditiform berkembang menjadi larva filariform bentuk infektif yang panjangnya kira-kira 500 mikron. Infeksi pada
manusia terjadi apabila larva filariform menembus kulit atau tertelan Jawetz, 2005.
Daur hidup kedua cacing tambang ini dimulai dari larva filariform menembus kulit manusia kemudian masuk ke kapiler darah dan berturut-
turut menuju jantung kanan, paru-paru, bronkus, trakea, laring dan terakhir dalam usus halus sampai menjadi dewasa Prianto dkk, 2004.
d. Aspek Klinis Gejala permulaan yang timbul setelah larva menembus kulit adalah
timbulnya rasa gatal-gatal biasa. Apabila larva menembus kulit dalam jumlah yang banyak, rasa gatal-gatal semakin hebat dan kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
terjadi infeksi sekunder. Apabila larva mengadakan migrasi ke paru maka dapat menyebabkan pneumonitis yang tingkat gejalanya tergantung pada
jumlah larva Prianto dkk, 2004. e. Pencegahan
Gandahusada 2000 mengemukakan hal-hal yang perlu dibiasakan agar terhindar dari penyakit cacingan adalah sebagai berikut: membiasakan
buang air besar di WC atau kakus dan menjaga WC atau kakus tetap bersih, membiasakan mencuci tangan dengan air memakai sabun setelah buang air
besar, setelah bekerja dan sebelum makan. Data hasil penelitian Setyawan, 2003 mengemukakan bahwa 80 infeksi kecacingan terjadi karena kontak
dengan tanah melalui kuku yang kotor, makan menggunakan tangan tanpa menggunakan sendok dan sering lupa mencuci tangan sebelum makan yang
semuanya merupakan potensi tertelannya telur cacing yang akan menetas di dalam tubuh manusia, pencegahan dapat dilakukan dengan cara
mencuci makanan, buah dan sayuran yang akan dimakan dengan memakai air bersih, memakan daging yang dimasak dengan matang, memakai sepatu
atau sandal, minum air yang bersih, memberi pengobatan dengan obat antelmintik yang efektif, terutama golongan rawan, memberi penyuluhan
kepada masyarakat mengenai sanitasi lingkungan yang baik dan cara menghindari infeksi cacing-cacing ini Gandahusada, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Upaya Mencegah Penyakit Akibat Kerja