Asas dilarang Main Hakim Sendiri Asas Konsensualitas HIPOTESIS DEFENISI KONSEP

pemberi pekerjaan hanya dapat dilakukan terhadap pekrjaan-pekerjaan yang bukan merupakan kegiatan utama perusahaan, melainkan hanya berupa kegiatan penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. I.5.1.4 Prinsip–prinsip pelaksanaan Outsourcing Dalam dunia outsourcing, baik dalam bentuk pemborongan pekerjaan maupun penyediaan jasa tenaga kerja, perusahaan harus menjamin perlindungan jaminan terhadap hak-hak pekerjaburuh. Rangkaian tindakan perlindungan etrsebut dimulai dengan adanya kewajiban, bahwa perusahaan harus berbadan hukum. Selanjutnya ketika kerjasama pemborongan pekerjaan dilakukan, kerjasama tersebut harus dibuat secara tertulis dan di daftarkan di instansi yang berwenang. Prinsip-prinsip atau asas yang berlaku dalam hukum perjanjian Damanik, 2007 : 54-57, yaitu :

a. Asas dilarang Main Hakim Sendiri

Berdasarkan asas ini, setiap persoalan yang timbul, penyelesaian harus dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Penyelesaian melalui jalur hukum mempunyai pengertian yang luas, yakni setiap penyelesaian yang tidak melanggar hukum, tidak terbatas pada penyelesaian melalui pengadilan, melainkan termasuk juga penyelesaian secara kekeluargaan.

b. Asas Konsensualitas

Artinya, bahwa pembuatan perjanjian harus dilakukan berdasarkan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Segala syarat hak dan kewajiban, sanksi atas pelanggaran, tata cara penyelesaian perselisihan dan sebagainya, harus dibuat bersama-sama, secara jujur dan sukarela.

c. Asas Kebebasan Berkontrak

Dengan asas ini, pihak-pihak yang mengadakan perjanjian diberi kebebasan Universitas Sumatera Utara untuk membuat isi perjanjian sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Artinya Undang-undang yang mengatur hukum perjanjian tidak mencampuri pokok-pokok atau syarat-syarat yang akan menjadi kesepakatan para pihak. Dengan adanya kejelasan dan ketegasan kerjasama perusahaan, maka apabila perusahaan yang memperkerjakan pekerjaburuh ternyata tidak memberikan perlindungan, perusahaan pemberi pekerjaan bisa diminta pertanggung-jawabannya untuk memenuhi hak-hak pekerja. Hal ini sesuai dengan KepMenakertrans No.: Kep 101MENIV2004 tentang Tata Cara Perizinan Perusahaan Penyedia Jasa PekerjaBuruh. Kedua belah pihak harus membuat perjanjian tertulis yang memuat sekurang-kurangnya : 1. Jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh pekerja buruh dari perusahaan penyedia jasa jasa. 2. Pengesahan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam perjanjian, hubungan kerja yang terjadi adalah antara perusahaan penyedia jasa dengan pekerjaburuh yang dipekerjakan perusahaan penyedia jasa, sehingga upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh. 3. Pengesahan bahwa perusahaan penyedia jasa pekejaburuh bersedia menerima pekerjaburuh dari perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh sebelumnya, untuk jenis-jenis pekerjaan yang terus menerus di perusahaan pemberi kerja dalam hal terjadi pergantian perusahaan penyedia jasa pekerjaburuh.

1.5.1.5 Sejarah Penggunaan Outsourcing pada PT.PLN Persero

Sebagai tindak lanjut dari pasal 5 Kep. Direksi PT.PLN Persero No.147 KDIR2006 tanggal 9 Oktober 2006 tentang Pekerjaan Utama dan Pekerjaan Universitas Sumatera Utara Penunjang di lingkungan PT.PLN Persero untuk keseragaman dalam melaksanakan Outsourcing pada lingkungan BUMN. Dalam Kep.Direksi PT.PLN Persero No.118. K001DIR2004 tentang Penataan Outsourcing di lingkungan PT.PLN Persero pelaksanaan outsourcing di lingkungan PT.PLN Persero sudah lama berlangsung sebelum adanya ketentuan Ketenaga-kerjaan yang mengatur secara tegas tentang pelaksanaan Outsourcing, yaitu UU No.13 tahun 2003. Sebelumnya semua pekerjaan yang sekarang sudah diserahkan kepada perusahaan lain dikerjakan oleh Koperasi Karyawan PT.PLN. Adapun pengertian Outsourcing menurut Surat Edaran Direksi No.001.EDIR2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyerahan Sebagian Pekerjaan ke Perusahaan Lain di lingkungan PT.PLN Persero yaitu, “penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain”. Dengan tujuan utama, sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi dalam mengelola perseroan, terutama yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan penunjang yang bersifat non-esensial, dengan cara menyerahkan pekerjaan penunjang yang bersifat non-esensial tersebut kepada perusahaan lain melalui Perjanjian Pemborongan Pekerjaan atau Perjanjian Penyediaan Jasa Tenaga Kerja. a. perlu dikerjakan terus-menerus, tetapi pekerjaan tersebut tidak memerlukan keahlian khusus dan dapat dikerjakan oleh setiap orang tanpa kualifikasi tertentu. Adapun jenis pekerjaan yang boleh di-Outsourcingkan : b. pekerjaan yang kompetensinya tidak dipeliharadipertahankan. c. hanya diperlukan pada waktu tertentu. Universitas Sumatera Utara 1. kegiatan perseroan yang termasuk dalam pekerjaan utama, tidak dapat dilakukan outsourcing Ketentuan Penyerahan Kegiatan PT.PLN kepada Perusahaan Lain : 2. kegiatan perseroan yang dapat dikerjakan oleh outsourcing adalah kegiatan yang termasuk dalam pekerjaan penunjang dan bukan kegiatan yang berkaitan dengan rahasia Perseroan pekerjaan esensial dan atau bukan kegiatan dengan kompetensi yang dibutuhkan perseroan untuk menunjang kesinambungan bisnis jangka panjang. a. Pekerjaan tersebut bukan kegiatan yang berkaitan dengan 5rahasia perseroan atau bukan merupakan pekerjaan esensial Pertimbangan Penggunaan Outsourcing : b. Telah mempertimbangkan kompetensi yang dibutuhkan perseroan untuk menunjang kesinambungan bisnis jangka panjang, sehingga tidak membuat perseroan kehilangan kompetensi. c. Telah melakukan upaya-upaya perbaikan proses kerja untuk meningkatkan efisiensi proses pelaksanaan pekerjaan d. Telah mengoptimalisasi pemberdayaan Pegawai berdasarkan formasi jabatan dan formasi tenaga kerja e. Telah mempertimbangkan bahwa suatu pekerjaan tertentu lebih menguntungkan jika di-outsourcingkan f. biaya yang diperlukan untuk melakukan outsorcing sudah dimasukkan dalam perhitungan rencana kerja anggaran tahunan. Universitas Sumatera Utara

I.5.2 Pembagian Tenaga Kerja

Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM di sektor publik berusaha mengungkap manusia sebagai sumber daya seutuhnya dalam konsepsi pembangunan bangsa yang utuh dan menyeluruh. Masalah yang dihadapi organisasi negara semakin kompleks karena manajemen harus menghadapi kemajuan teknologi, pembatasan berbagi peraturan pemerintah, pertumbuhan persaingan nasional dan internasional globalisasi, tuntutan peningkatan perhatian pegawai dan sebagainya. Tantangan utama adalah bagaimana mengelola sumber daya manusia yang ada dalam organisasi yang efektif dan menghapus praktek yang tidak efektif. Dalam kondisi lingkungan tersebut, manajemen dituntut mengembangkan cara baru untuk dapat mempertahankan pegawai pada produktivitas tinggi serta mengembangkan potensinya agar memberikan kontribusi maksimal pada organisasi untuk mencapai sasaran organisasi melalui mekanisme pengarahan serta berupaya untuk memadukan antara manusia dan teknologi ke dalam fungsionalisasi sebuah sistem melalui proses pengorganisasian dan desain pegawai. Tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja 15 tahun keatas atau penduduk yang secara potensial dapat bekerja. Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia, didalamnya meliputi buruh, karyawan dan pegawai. Adapun pengertian Sumber Daya Manusia meliputi : 1. Manusia yang bekerja pada lingkungan suatu organisasi disebut juga personil, tenaga kerja, pegawai atau karyawan. 2. Potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya Universitas Sumatera Utara 3. Potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal non materialnon finansial di dalam organisasi, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi Hadari Nawawi dalam Sedarmayanti, 2007 : 350 Secara deskriptif perbedaan antara buruh, karyawan atau pegawai menurut Sedarmayanti 2007 : 10 adalah:

1. Buruh

Buruh adalah mereka yang bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik lisan maupun tertulis, yang biasanya imbalan kerja tersebut diberikan secara harian.

2. Karyawan

Karyawan adalah mereka yang bekerja pada suatu badan usaha atau perusahaan, baik swasta maupun pemerintah, dan diberi imbalan kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang bersifat harian, mingguan, maupun bulanan yang biasanya imbalan tersebut diberikan secara mingguan.

3. Pegawai

Pegawai adalah mereka yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas jabatan negeri atau tugas negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.5.3 Motivasi

Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja karyawan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang “mampu, cakap dan terampil”, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk Universitas Sumatera Utara mencapai hasil kerja yang optimal. Motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Motivasi menurut Wayne.F.Cascio adalah “suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya misalnya: rasa lapar, haus, dan bermasyarakat”, sedangkan menurut Drs.Malayu.S.P.Hasibuan “Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja sesorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan”. Hasibuan 1996 : 95 Tujuan pemberian Motivasi : 1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan 2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan 3. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan 4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan 5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan 6. Mengefektifkan pengadaan karyawan 7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik 8. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan 9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan 10. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya 11. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku. Universitas Sumatera Utara

1.5.3.1 Teori-Teori Motivasi 1.

Dikemukakan oleh Frederick Winslow Taylor, yang mengatakan motivasi para pekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis saja. Kebutuhan biologis adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang. Kebutuhan dan kepuasan biologis ini akan terpenuhi, jika gaji atau upah uang atau barang yang diberikan cukup besar. Jadi jika gaji atau upah karyawan dinaikkan maka semangat bekerja mereka akan meningkat. Teori Motivasi Klasik 2. Dikemukakan oleh A.H.Maslow tahun 1943, merupakan kelanjutan dari “Human Science Theory” Elton Mayo 1880-1949 yang menyatakan bahwa kebutuhan dari kepuasan sesorang itu jamak yaitu kebutuhan biologis dan psikologis berupa materiil dan non-materiil. Dasar Maslows’s Need Hierarchy Theory : Maslow’s Needs Hierarchy Theory Teori Kebutuhan Maslow a. Manusia adalah mahkluk sosial yang berkeinginan, ia selalu menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus-menerus, baru berhenti jika akhir hayatnya tiba. b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivasi bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang menjadi alat motivasi. c. Kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat hierarchy sebagai berikut : 1. Physiological Needs, yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsunmgan hidup seseorang, seperti makan, minum, udara, perumahan, dan lain sebagainya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan fisik ini merangsang seseorang berperilaku dan bekerja giat. 2. Safety and Security Needs, adalah kebutuhan akan keamanan dari ancaman Universitas Sumatera Utara yakni merasa aman dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melakukan pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk, yaitu : a. Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa ditempat pekerjaan pada saat mengerjakan di waktu jam-jam kerja. b. Kebutuhan akan keamanan harta di tempat pekerjaan pada waktu jam- jam kerja, misalnya motor yang disimpan jangan sampai hilang. 3. Affiliation or Acceptance Needs, adalah kebutuhan sosial, teman, dicintai dan mencintai serta diterima dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya. Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak seorang pun manusia ingin hidup menyendiri di tempat terpencil. 4. Esteem or Status Needs, adalah kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan masyarakat lingkungannya. Idealnya prestise timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian. Akan tetapi perlu diperhatikan oleh pimpinan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang dalam suatu perusahaan maka semakin tinggi pula prestasinya. 5. Self Actualization, adalah kebutuhan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain. Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi seseorang secara penuh. 3. Menurut teori ini motivasi yang ideal yang dapat merangsang usaha adalah “peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan”. Herzberg menyatakan bahwa orang Herzberg’s Two Factors Motivation Theory Teori Dua Faktor Universitas Sumatera Utara dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu : • Maintenance Factors, yaitu faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah, dan merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, seperti : gaji, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang menyenangkan, mobil dinas, rumah dinas dan macam-macam tunjangan lainnya. • Motivation Factors, yaitu faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan, faktor ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan, misalnya : kursi yang empuk, ruangan yang nyaman, penempatan yang tepat, dan lain sebagainya. Konsep higiene juga disebut teori dua faktor, yaitu : 1. Isi Content = Satisfiers Pekerjaan a. Prestasi Achievement b. Pengakuan Recognition c. Pekerjaan itu sendiri d. Tanggung jawab e. Pengembangan potensi individu. 2. Faktor higienis Demotivasi = Dissatisfiers a. Gaji atau upah b. Kondisi kerja c. Kebijaksanaan dan adminstrasi perusahaan d. Hubungan antar pribadi e. Kualitas supervisi 4. Dikemukakan oleh Clayton Alderfer seorang ahli dari Yale University. Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori kebutuhan A.H.Maslow. Alderfer mengemukakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan yang utama, yaitu : Alderfer’s Existence, Relatedness and Growth ERG Theory Universitas Sumatera Utara a. Kebutuhan akan keberadaan Existence Needs, berhubungan dengan kebutuhan dasar termasuk didalamnya Physiological Needs and Safety Needs dari maslow. b. Relatedness, menekankan akan pentingnya hubungan antar individu interpersonal relationships dan juga bermasyarakat social relationships. Kebutuhan ini berkaitan juga dengan Love Needs dan Esteem Needs dari Maslow. c. Growth Needs, adalah keinginan intrinsik dalam diri seseorang untuk maju atau meningkatkan kemampuan pribadinya. 5. Teori ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan tempat ia bekerja, yaitu: Teori Motivasi Claude S. George 1. upah yang layak 2. kesempatan untuk maju 3. pengakuan sebagai individu 4. keamanan kerja 5. tempat kerja yang baik 6. penerimaan oleh kelompok 7. perlakuan yang wajar 8. pengakuan atas prestasi. 6. Teori harapan ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal-balik antara apa yang ia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Berapa besar ia yakin perusahaan akan memberikan pemuasan bagi keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang dilakukannya itu. Bila keyakinan yang diharapkan cukup besar untuk memperoleh kepuasannya, maka ia akan bekerja keras pula, dan sebaliknya. Teori Harapan Universitas Sumatera Utara Teori Harapan ini didasarkan atas : a. Harapan Expectancy, adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku. Harapan ini dinyatakan dalam “kemungkinan probabilitas” b. Nilai Valence, adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilaimartabat tertentu daya atau nilai motivasi bagi setiap individu bersangkutan. Suatu intensitas kebutuhan untuk mencapai hasil, berkenaan dengan preferensi hasil yang dapat dilihat oleh setiap individu. c. Pertautan Instrumentality, adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua. Besarnya kemungkinan bila bekerja secara efektif, apakah akan terpenuhi keinginan dan kebutuhan tertentu yang diharapkan. 7. Menurut Hasibuan 2005:120 menyatakan bahwa keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang, jadi atasan harus bertindak adil terhadap semua bawahannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku bawahan harus dilakukan secara objektif baiksalah. Pemberian kompensasi atau hukuman harus berdasarkan atas penilaian yang objektif dan adil. Teori Keadilan 8. Teori ini beranggapan manusia sebagai berikut : Teori X Teori Tradisional o Rata-rata karyawan itu malas dan tidak suka bekerja. o Umumnya karyawan tidak selalu berambisi mencapai prestasi yang optimal dan selalu menghindarkan tanggung-jawabnya dengan cara mengkambing hitamkan orang lain o Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah dan diawasi dalam Universitas Sumatera Utara melaksanakan pekerjaannya. o Karyawan lebih mementingkan dirinya sendiri dan tidak memperdulikan tujuan organisasi. Menurut teori ini untuk memotivasi harus dilakukan dengan cara yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mau bekerja secara sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan adalah cenderung pada motivasi yang negatif yakni dengan menerapkan hukuman yang tegas

1.5.3.2 Asas-Asas Motivasi

1. Asas Mengikutsertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipaso dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. 2. Asas Komunikasi, artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala-kendala yang dihadapi. 3. Asas Pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya. 4. Asas Wewenang yang Didelegasikan, artinya memberikan kewenangan, dan kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik. 5. Asas Adil dan Layak, artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas “keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan. 6. Asas Perhatian Timbal-Balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi. Tegasnya kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Universitas Sumatera Utara I.5.4 Kinerja I.5.4.1 Pengertian Kinerja Kinerja adalah suatu hal yang penting untuk mengatur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Setiap organisasi penting untuk selalu melakukan penilaian terhadap kinerja karyawannya karena hal tersebut dapat dijadikan input bagi perbaikan dan peningkatan kinerja perusahaan dikemudian hari. Kinerja merupakan penampilan hasil kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja perorangan maupun kelompok Ilyas, 1993. Kinerja terjemahan dari “performance”, berarti : 1. Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. 2. Pencapaianprestasi seseorang berkenan dengan tugas yang diberikan kepadanya. 3. Hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur. Sedarmayanti, 2007 : 260 Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara 2000 : 67 “Kinerja prestasi kerja adalah “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. http:id.wikipedia.orgwikiKinerja Malayu S.P. Hasibuan 2001: 34 juga mengemukakan “kinerja prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas- Universitas Sumatera Utara tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”. http:id.wikipedia.orgwikiKinerja. Sementara itu, menurut wibowo “kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut dan tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya.” Wibowo, 2007:7 Hersey and Blanchard dalam Rivai 2005 : 15 mengemukakan kinerja: “merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan”. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Menurut Prawirosentono 1999 kinerja seorang pegawai akan baik, jika pegawai mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja, adanya imbalanupah yang layak, dan mempunyai harapan masa depan. Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai keahlian dan keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya serta diimbangi dengan imbalan yang layak dan jaminan masa depan. http:www.google.comartikel membangun kinerja staff Dari berbagai penjelasan diatas dapat didefinisikan bahwa pada hakikatnya, kinerja merupakan “kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan”. Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata benda dimana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan thing done, pengertian performance atau kinerja Rivai, 2005 : 16 adalah : “hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung-jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.” Universitas Sumatera Utara

I.5.5 Kinerja Individu Karyawan

Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya. Kinerja dalam menjalankan fungsinya selalu berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh ketrampilan, kemampuan dan sifat- sifat individu dan merupakan tanggung jawab setiap individu terhadap pekerjaan, membantu mendefenisikan harapan kinerja, mengusahakan kerangka kerja bagi supervisor dan pekerja saling berkomunikasi. Tujuan kinerja adalah menyesuaikan harapan kinerja individual dengan tujuan organisasi. Kesesuaian antara upaya pencapaian tujuan individu dengan tujuan organisasi akan mampu mewujudkan kinerja yang baik. Oleh karena itu, menurut model Partner-Lawyer oleh Donnelly, Gibson dan Ivancevich dalam Rivai, 2005:16, kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor : a. Harapan mengenai imbalan b. Dorongan c. Kemampuan, kebutuhan dan sifat d. Persepsi terhadap tugas e. Imbalan eksternal dan internal f. Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja Pada umumnya unsur-unsur yang perlu dilakukan penilaian atau pengukuran terhadap kinerja individu Satrohadiwiryo, 2002 : 235-236 adalah : 1. Kesetiaan adalah tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan, dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan Universitas Sumatera Utara tanggungjawab. 2. Prestasi Kerja, adalah kinerja yang dicapai oleh seseorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya. 3. Tanggung Jawab, kesanggupan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani memikul resiko atas keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya. 4. Ketaatan, kesanggupan seorang tenaga kerja manaati segala ketetapan, peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang telah ditetapkan perusahaan maupun pemerintah, baik secara tertulis maupun tak tertulis. 5. Kejujuran, ketulusan hati seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak menyalah-gunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya. 6. Kerja Sama, kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja bersama- sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. 7. Prakarsa, kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dan bimbingan dari manajemen lininya. 8. Kepemimpinan, kemampuan seorang tenaga kerja untuk meyakinkan Universitas Sumatera Utara orang lain tenaga kerja lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimum untuk melaksanakan tugas pokok. Berdasarkan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja output individu maupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi. Kinerja karyawan merupakan “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Anwar Prabu Mangkunegara, 2000:67

1.5.4.3 Semangat dan Gairah Kerja Karyawan

Kinerja sebagai suatu sistem pengukuran, dan evaluasi memengaruhi atribut-atribut yang berhubungan dengan pekerjaan karyawan, seperti perilaku dan keluaran. Untuk dapat meningkatkan kinerja karyawan lebih tinggi lagi, perusahaan perlu menimbulkan semangat dan kegairahan kerja dari para karyawan. Semangat kerja adalah “melakukan pekerjaan secara lebih giat, sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik”, sedangkan kegairahan kerja adalah “kesenangan yang mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan”. Nitisemito, 1982 : 160 Apabila suatu perusahaan mampu meningkatkan semangat dan kegairahan kerja, maka mereka itu akan memperoleh banyak keuntungan. Dengan meningkatnya semangat dan kegairahan kerja, maka pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan, kerusakan akan dapat dikurangi, absensi akan dapat diperkecil, kemungkinan perpindahan karyawan dapat diperkecil seminimal mungkin, dan Universitas Sumatera Utara sebagainya. Adapun indikasi turunnya kinerja karyawan akibat turunnya semangat dan gairah kerja, antara lain : a. Turunrendahnya produktivitas kerja b. Tingkat absensi yang tinggi c. Tingkat perpindahan karyawan yang tinggi d. Tingkat kerusakan yang tinggi yang naiktinggi e. Kegelisahan dimana-mana f. Tuntutan yang sering terjadi g. Pemogokan Pada prinsipnya turunnya semangat dan kegairahan kerja karyawan adalah disebabkan karena ketidakpuasan dari para karyawan. Dengan ketidakpuasan yang dirasakan tersebut maka hal ini akan menimbulkan kekurangbahagiaan yang mana dapat menimbulkan semangat dan kegairahan kerja menurun dan pada akhirnya menurunkan kinerja karyawan. Ada yang berpendapat bahwa sumber ketidakpuasan adalah hal-hal yan bersifat material, misalnya rendahnya upah yang diterima, fasilitas materi yang sangat minim dan sebagainya. Sebenarnya sumber ketidakpuasan itu tidak hanya yang bersifat material tetapi juga yang bersifat non-material, misalnya penghargaan sebagai manusiawi, kebutuhan untuk berpartisipasi dan sebagainya. Dengan kata lain, sumber ketidakpuasan adalah kurangnya motivasi yang diberikan kepada para karyawan. Universitas Sumatera Utara Adapun beberapa cara untuk meningkatkan semangat dan kegairahan kerja agar tercipta kinerja yang tinggi, baik yang bersifat material maupun non-material Nitisemito, 1986:170, yaitu : a. Gaji yang cukup, banyaknya gaji yang diberikan mempunyai pengaruh terhadap semangat dan gairah kerja. Makin besar gaji yang diberikan berarti semakin tercukupi kebutuhan mereka, dengan demikian mereka akan mendapatkan ketenangan dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga semangat dan kegairahan kerjanya dapat kita harapkan. Perlu ditekankan disini bahwa yang dimaksud dengan gaji bukanlah imbalan jasa dalam bentuk uang semata, tapi dapat dalam bentuk-bentuk yang lain seperti : jatah beras, perawatan kesehatan, fasilitas perumahan, dan sebagainya. b. Memperhatikan kebutuhan rohani, penyediaaan tempat untuk melaksanakan ibadah, rekreasi, partisipasi dan sebagainya. c. Sekali-kali perlu menciptakan suasana santai d. Harga diri perlu mendapatkan perhatian, jika karyawan berprestasi sebaiknya diberikan pujianpenghargaan secara wajar. Jika pujian itu diberikan secara berlebihan malahan karyawan itu merasa terhina karena merasa dirinya dianggap sebagai anak kecil. Harga dirinya merasa direndahkan. Perasaan seperti itu dapat menurunkan semangat dan kegairahan kerjanya. e. Tempatkan para karyawan pada posisi yang tepat f. Berikan kesempatan kepada mereka untuk maju, semangat dan kegairahan kerja karyawan akan timbul jika mereka mempunyai Universitas Sumatera Utara harapan untuk dapat maju. Sebaliknya, jika mereka tidak mempunyai harapan untuk maju dalam perusahaan, maka semangat dan kegairahan kerjanya lama-kelamaan akan menurun. Akibatnya banyak karyawan yang pindah ke perusahaan lain. g. Perasaan aman untuk menghadapi masa depan perlu diperhatikan, semangat dan kegairahan kerja karyawan akan terpupuk jika mereka mempunyai perasaan aman terhadap masa depan profesi mereka. h. Usahakan para karyawan mempunyai loyalitas, kesetiaanloyalitas para karyawan terhadap perusahaan akan dapat menimbulkan rasa tanggung jawab. Tanggung jawab dapat menciptakan gairah dan semangat kerja. Untuk dapat menimbulkan loyalitas para karyawan terhadap perusahaan maka pihak pimpinan harus mengusahakan agar para karyawan merasa senasib dengan perusahaan. Dengan perasaan senasib itu, kemajuan dan kemunduran perusahaan akan dirasakan juga oleh mereka. Perusahaan biasanya mengusahakan agar kemajuan perusahaan dapat dirasakan juga oleh para karyawan dengan membagikan laba perusahaan kepada karyawan. i. Sekali-kali para karyawan perlu pula diajak berunding, dengan mengikutsertakan karyawan berunding maka peasaan bertanggung jawab akan timbul sehingga mereka dalam melaksanakan kebijaksanaan baru tersebut akan lebih baik dan kegairahan bekerja mereka akan tinggi. j. Pemberian insentif yang terarah k. Fasilitas yang menyenangkan. Universitas Sumatera Utara Menurut Bardin dan Russell, kinerja merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Ada 6 enam kriteria kinerja yang dapat dinilai : a. Produktivitas Kerja, perbandingan antara output hasil dengan input masukan yang terbagi atas : 1. Kuantitas, jumlah yang dihasilkan baik dalam nilai uang, jumlah unit atau jumlah lingkaran aktivitas. 2. Kecepatan waktu dalam melaksanakan sejumlah pekerjaan. b. Kualitas, menyangkut kesesuaian hasil akhir dengan yang diinginkan c. Efektivitas biaya, menyangkut penggunaan risorsis orang secara maksimal d. Kebutuhan supervisi, menyangkut perlunya bantuan atau intervensi supervisi dalam pelaksanaan e. Dampak interpersonal, menyangkut peningkatan harga diri, hubungan baik dan kerjasama diantara teman kerja maupun bawahan. Penilaian kinerja performance appraisal pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan. Universitas Sumatera Utara

I.6. HIPOTESIS

Berdasarkan uraian pada landasan teori dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat diajukan hipotesis-hipotesis sebagai berikut: Hipotesis 1 : H : Tidak terdapat perbedaan Kinerja antara pegawai tetap dengan karyawan outsourcing PT. PLN Persero Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau. H 1 : Terdapat perbedaan Kinerja antara pegawai tetap dengan karyawan outsourcing PT. PLN Persero Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau. Hipotesis 2 : H : Tidak ada pengaruh Kondisi Kerja X terhadap Kinerja Karyawan Y di PT. PLN Persero Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau. H 1 : Ada pengaruh Kondisi Kerja X terhadap Kinerja Karyawan Y di PT. PLN Persero Proyek Induk Pembangkit dan Jaringan Sumatera Utara, Aceh dan Riau. Universitas Sumatera Utara

I.7. DEFENISI KONSEP

Menurut Singarimbun 1995:33, konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu yang menjadi pusat perhatian. Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan defenisi dari konsep yang dipergunakan, yaitu: 1. Pegawai tetap adalah mereka yang telah memenuhi syarat ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Perseroan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Karyawan Outsourcing adalah mereka yang bekerja pada suatu badan usaha, baik swasta maupun pemerintah berdasarkan kontrak kerja yang berlaku antara perusahaan penyedia jasa tenaga kerja dengan perusahaan penyedia pekerjaan, dengan status karyawan kontrak. 3. Kinerja adalah “hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu ” Universitas Sumatera Utara

I.8. DEFENISI OPERASIONAL Berdasarkan pendapat Singarimbun 1995:46 defenisi operasional adalah