- Shift II
Jam kerja pukul 16.00 sd 00.00
- Shift III
Jam kerja pukul 00.00 sd 08.00
2.7. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan
Sistem pengupahan yang berlaku di PT. Tirta Sibayakindo adalah pembayaran gaji pokok yang besarnya sesuai dengan tingkat jabatan masing-
masing karyawan. Pemberian upah dilaksanakan pada setiap akhir bulannya. Selain memberikan gaji pokok, perusahaan jugamembayarkan upah
lembur bagi karyawan yang bekerja melebihi jam kerja yang telah ditetapkan. Upah lembur tersebut dibayarkan pada karyawan di akhir bulan bersamaan
dengan pembayaran gaji pokok. Selain gaji pokok dan upah lembur tersebut, perusahaan juga memberikan tunjangan-tunjangan dan fasilitas lainnnya kepada
karyawan berupa: 1. Tunjangan Perkawinan.
2. Tunjangan Kematian. 3. Tunjangan Melahirkan.
4. Tunjangan Hari Raya. 5. Bonus Tahunan.
6. Jaminan Kesehatan. 7.
Jaminan Sosial dan Tenaga Kerja Jamsostek
Universitas Sumatera Utara
2.8. Proses Produksi
2.8.1. Uraian Proses Produksi
Uraian prose produksi air minum dalam kkemasan AMDK di PT. Tirta Sibakindo adalah sebagai berikut:
Proses Penyaringan I
Penampungan di Storage
Tank Proses
Penyaringan II
Proses Ozonisasi
Proses Water Treatment
Poses Produksi Air Minum Extruding
Molding Dedust
Blowing Finish Tank
Packing Filling
Gambar 2.2. Aliran Proses Produkksi
2.8.2. Bahan yang Digunakan
Bahan-bahan yang digunakan oleh PT. Tirta Sibayakindo dalam melakukan kegitan proses produksi terdiri dari bahan baku, bahan tambahan, dan
bahan penolong.
2.8.2.1.Bahan Baku
Bahan baku meruapakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut dalam proses produksi dan dapat dilihat kasat mata. Bahan ini
memiliki persentase yang relatif besar dalam produk dibandingkan dengan bahan- bahan lainnya. Adapun bahan baku yang digunakan oleh PT. Tirta Sibayakindo
dalam memproduksi air minum dalam kemasan AMDK adalah air pegunungan
Universitas Sumatera Utara
yang mengalir sendiri Mountain Spring Water yang berada di area pabrik di desa Doulu Berastagi.
2.8.2.2.Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang akan ditambahkan atau digunakan pada saat proses produksi yang secara tidak langsung mempengaruhi kualitas dan
fungsi produk. Adapun bahan penolong yang digunakan untuk memproduksi air minum dalam kemasan AMDK adalah Ozon O
3
yang berfungsi untuk membunuh
bakteri yang
berukuran kurang
dari 1
. PT.
Tirta Sibayakindomembangun sebuah generator Ozon untuk menjadi sumber pasokan
Ozon yang akan digunakan. Generator Ozon dengan mengiduksikan arus listrik tegangan tinggi 10 KV kedalam tabung yang berisi udara O
2
.
2.8.2.3.Bahan Tambahan
Bahan Tambahan adalah bahan yang ditambahkan atau digunakan untuk meningkatkan mutu produk menjadi bernilai guna namun bahan tersebut tidak
ikut dalam proses produksi. Selain itu, bahan tambahan juga berfungsi untuk melindungi produk yang akan dihasilkan. Adapun bahan tambahan yang
digunakan PT. Tirta Sibayakindo adalah sebagai berikut: 1. Cup Seal
Cup seal ini terbuat dari plastik yang telah tercetak merek perusahaan dan dipasok dari perusahaan lain. Cup seal ini berfungsi untuk menutupi
kemasan.
Universitas Sumatera Utara
2. Label Label ini terbuat dari plastik dan dilingkarkan pada botol kemasan ukuran 600
ml. Label berfungsi untuk menunjukkan merek produksi. 3. Kotak Pengepakan
Kotak pengepakan ini terbuat dari karton dan pada karton tersebut sudah tertera logo perusahaan, kode produksi, jenis kemasan, dan jumlah produk.
Kotak pengepakan yang digunakan pada kemasan ukuran 600 ml berfungsi untuk mempermudah pengiriman produk tersebut kepada konsumen.
2.8.3. Standar Mutu Bahan Baku
Dalam menghasilkan produknya, PT. Tirta Sibayakindo mempunyai standar mutu bahan baku yang tinggi. Adapun standar mutu bahan baku air
minum dalam kemasan AMDK di PT. Tirta Sibayakindo adalah sebagai berikut: 1. Tingkat keasaman pH
: 6,0 – 7,5
2. Turbidity : Max 0,2 NTU
3. Conductipity : 100
– 300 S cm 4. Nitrit
: Negatif 5. Konsentrasi Ozon kemasan 240 ml
: 0,0 – 0,6 ppm
6. Konsentrasi Ozon kemasan 600 ml, 1.500 ml, dan galon : 0,2 – 0,6 ppm
2.8.4. Utilitas
Adapun utilitas yang digunakan oleh PT. Tirta Sibayakindo adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Tenaga Listrik dari PLN Tenaga ini adalah sumber pasokan listrik utama untuk bagian produksi,
bagian kantor, dan lain-lain dengan kapasitas sebesar 450 KVA 2. Genset
Genset merupakan sumber tenaga listrik cadangan yang digunakan apabila terjadi kekurangan voltase maupun pemadaman listrik. Adapun spesifikasi
dari genset yang digunakan adalah sebagai berikut Merek
: CATER FILLAR Model
: SR A 50 Hz Jumlah
: 2 Unit Power
: 400 Volt 20.000 Watt
2.8.5. Safty and Fire Protection
Dalam melaksanakan proses produksi, PT. Tirta Sibayakindo sangat memperhatikan masalah keamanan dan kesehatan dari para pekerjanya. Pihak
perusahaan selalu menyediakan alat pelindung diri APD untuk para pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Selain itu, pihak perusahaan selalu memasang
papan tanda di setiap stasiun kerja yang dianggap cukup berbahaya sehingga setiap personil yang ada di wilayah tersebut dappat bersikap waspada. Adapun
alat – alat pelindung diri APD yang disediakan oleh PT. Tirta Sibayakindo untuk
para pekerjanya adalah sebagai berikut: 1. Pakaian Steril
Universitas Sumatera Utara
Operator diwajibkan memakai pakaian steril saat memsuki ruangan Filler untuk menjaga kesterilan tubuh operator.
2. Sepatu Operator diwajibkan memakai sepatu untuk melindungi kaki operator dan
menjaga ruangan Filler tetap steril saat operator memasukinya. 3. Masker
Operator diwajibkan memakai masker untuk melindungi paru-paru dan saluran pernapasan operator dari pengaruh ozon dan menjaga ruangan Filler
tetap steril. 4. Sarung Tangan
Operator diwajibkan memakai sarung tangan untuk melindungi tangan operator dan menjaga ruangan Filler tetap steril.
Selain itu, PT. Tirta Sibayakindo juga menyediakan pompa hydrant di area-area kerja yang rentan terjadi kebakaran untuk mengantisipasi apabila terjadi
kebakaran. Seluruh karyawan diberi pelatihan agar dapat menggunakan pompa hydrant tersebut sehingga apabila terjadi kebakaran, para karyawan dapat segera
menggunakan pompa-pompa hydrant yang tersedia untuk dapat memadamkan api.
Universitas Sumatera Utara
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Kinerja Sistem Distribusi
1
Pengertian distribusi adalah bagian yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian aliran material dari produsen ke
konsumen dengan suatu keuntungan. Jenis-jenis distribusi persediaan terdiri dari distribusi fisik, sistem distribusi push and pull dan Distribution Requirement
Planning. Kebanyakan lokasi pelanggan atau pengguna barang berada jauh bahkan
sering kali jauh dari pabrik pembuatan barang. Oleh karena itu, sering kali diperlukan sistem penyimpanan yang bertingkat ganda Supply Chain dengan
persediaan yang bertingkat pula multi level inventory. Dipandang dari segi distribusi atau penjualan, hal ini disebut distribusi bertingkat ganda multi level
atau multiechelon distribution system. Persoalan –persoalan yang paling banyak
ditemui dalam sistem distribusi barang adalah : 1. Kebanyakan persediaan barang
2. Barang berada di tempat yang salah 3. Layanan pelanggan yang jelek
4. Kehilangan penjualan karena kehabisan persediaan.
1
Indrajit, Richardus, Eko. Manajemen Persediaan. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,2003.hal.243-246.
Universitas Sumatera Utara
Pengendalian persediaan tradisional umumnya hanya mengatur dan mengendalikan persediaan barang dalam satu gudang atau satu tempat
penyimpanan saja atau dalam satu entitas independen atau disebut juga tititk pemesanan tunggal singel stocking point. Sistem pengendalian persediaan
seperti ini kurang atau tidak memadai untuk sistem pergudangan ganda atau jaringan pergudangan multiechelon distribution network, sebab sistem tersebut
tidak mengindahkan kemungkinan saling mengisi antara gudang atau keperluan kebutuhan gudang lain dan seterusnya. Untuk itu diperlukan suatu sistem lain,
yaitu antara lain Perencanaan Kebutuhan Distribusi atau Distribution Requirement Planning DRP.
3.1.1. Distribution Requierement Planning DRP
Distribution Requirement Planning DRP adalah suatu rencana penjadwalan kebutuhan untuk mengisi persediaan produk pada setiap Distribution
Center DC. DRP juga merupakan proses manajemen yang mengintegrasikan sejumlah aktivitas kritis yang perlu untuk mengatur dan mengendalikan operasi-
operasi distribusi dan mengintegrasikan kebutuhan operasi tersebut dengan kemampuan dari sumber-sumber persediaan. Logika yang digunakan dalam DRP
hampir sama dengan MRP. DRP mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan dengan perencanaan ke depan pada tiap level distribusi. Dengan DRP ini unit usaha
memulai penjadawalan distribusi dengan lebih akurat dan pada saat yang sama mencapai stabilitas produksi.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai akibatnya kegiatan distribusi produk dapat memperoleh keuntungan besar dalam hal perbaikan pelayanan pelanggan, pengurangan biaya
persediaan, dan sedikitnya mengurangi biaya-biaya barang usang. DRP adalah salah satu bentuk aplikasi lebih lanjut dari Material
Requirement Planning MRP. PDU Pusat Distribusi Utama adalah tingkat atau level tertinggi dari sistem distribusi yang langsung berhubungan dengan pemasok
pabrik produk, sedangkan PDL Pusat Distribusi Lokal adalah tingkat atau level terendah dari sistem distribusi yang langsung berhubungan dengan pelanggan atau
pemakai barang. Kebanyakan, produk yang dimaksud disini adalah produk jadi atau barang jadi
yang disalurkan dari pabrik ke para pelanggan. Namun, dalam prakteknya cukup banyak juga dimana pusat distribusi juga melakukan pekerjaan penyelesaian
seperti pembentukan, perakitan, pembungkusan, dan pekerjaan sejenis itu. Dalam sistem distribusi bertingkat ganda, kebutuhan nyata pelanggan
tidak langsung diketahui oleh pabrik pembuat produk, tetapi disalurkan melalui berbagai tingkat sistem distribusi tersebut. Ini mencakup waktu dan pengolahan
data sekunder. Kalau ini menyangkut waktu yang pendek, maka perencanaan dan perhitungan kebutuhan, pemesanan kembali, dan sebagainya menjadi sangat
krusial. Oleh karena itu diperlukan metode perhitungan yang memadai untuk pengendalian distribusi bertingkat ganda ini. Tujuan dari pengaturan system
distribusi bertingkat ganda adalah untuk mengurangi biaya angkutan dan memenuhi kebutuhan pelanggan yang banyak dan berada di berbagi tempat. Tidak
mungkin misalnya satu pusat distribusi saja yang melayani jutaan pelanggan yang
Universitas Sumatera Utara
berada di seluruh dunia. Biasanya dalam sistem distribusi semacam ini biaya angkutan merupakan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, dalam
merencanakan dan menentukan sistem distribusi, beberapa pertanyaan krusial perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan matang, antara lain:
1. Dimana pusat distribusi akan didirikan. 2. Produk apa yang perlu disimpan di setiap pusat distribusi tersebut.
3. Bagaimana prosedur penggantian persediaan di setiap pusat distribusi. Dalam penjelasan di atas disebutkan bahwa sistem ini terutama layak
dipergunakan untuk pengelolaan distribusi barang jadi, namun tidak selalu demikian. Sistem ini juga berlaku dan dapat digunakan untuk barang MRO
Material, Maintenance, Repair and Operation, apabila ada jaringan pergudangan dan distribusi bertingkat.
3.1.2. Logika Dasar Distribution Requirement Planning
2
Konsep dasar DRP, yang pada hakikatnya sama dengan logika dasar MRP Material Requirement Planning, cukup sederhana, yakni sebagai berikut.
Sebagai dasar, perhitungan dimulai dari pusat distribusi tingkat lokal, karena pada tingkat inilah ada kontak langsung dengan pelanggan sesungguhnya, sehingga
perkiraan kebutuhan pada tingkat ini dapat dianggap perhitungan yang paling tepat.
1. Pertama-tama dihitung perkiraan kebutuhan produk di tingkat PDL untuk setiap kurun waktu tertentu yang akan datang, yaitu kebutuhan bruto.
2
Ibid. hal. 250
Universitas Sumatera Utara
2. Dari perkiraan di tingkat PDL, dihitung kebutuhan netto berdasarkan rentang atau jadwal waktu yang akan datang.
3. Kebutuhan netto adalah kebutuhan bruto dikurangi dengan persediaan yang ada dan pesanan yang sudah dilakukan, ditambah dengan persediaan
pengaman apabila ada. 4. Hanya nilai kebutuhan netto positif yang dicatat dan dihitung.
5. Dari sini dapat dihitung dari seberapa yang kurang pada setiap rentang atau jadwal waktu tertentu, dan kekurangan ini haruslah merupakan kedatangan
pesanan yang direncanakan. Perlu diingat dan dicatat juga pada jumlah minimum pemesanan atau ukuran lot yang ditentukan oleh pemasok barang.
6. Dari sini, dengan mengingat waktu pemesanan, dapat dihitung mundur kapan dan berapa pesanan yang perlu dilakukan.
7. Jumlah dan waktru pesanan yang dilakukan PDL merupakan jumlah dan waktu kebutuhan bruto dari pusat distribusi satu tingkat diatasnya.
3.1.3. Fungsi Distribution Requirement Planning
3
Distribution Requirement Planning sangat berperan baik untuk sistem distribusi manufaktur yang integrasi maupun sistem distribusi murni. Dengan
kebutuhan persediaan time phasing pada tiap level dalam jaringan distribusi, DRP memiliki kemampuan untuk memprediksi suatu problem benar-benar terjadi.
Sistem Distribution Requirement Planning bekerja berdasarkan penjadwalan yang telah dibuat untuk permintaan di masa yang akan datang sehingga mampu
3
Vincent, Gaspersz, 1998, Production Planning and Inventory Control, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Universitas Sumatera Utara
mengantisipasi perencanaan masa depan dengan perencanaan yang lebih dini pada setiap level distribusi. Untuk organisasi manufaktur, yang memproduksi untuk
memenuhi persediaan serta untuk dijual melalui jaringan distribusinya sendiri. Perencanaan horizon Distribution Requirement Planning seharusnya
sekurangkurangnya sama dengan lead time kumulatif. Penjadwalan ulang dan jaringan dilakukan secara periodik, biasanya sekurang-kurangnya sekali
seminggu. Menurut Green 1987, keuntungan yang didapat dari penerapan metode DRP adalah :
1. Dapat dikenali saling ketergantungan persediaan distribusi dan manufaktur. 2. Sebuah jaringan distribusi yang lengkap dapat disusun, yang memberikan
gambaran yang jelas dari atas maupun dari bawah jaringan. 3. DRP menyusun kerangka kerja untuk pengendalian logistik total dari
distribusi ke manufaktur untuk pembelian. 4. DRP menyediakan masukan untuk perencanaan penjadwalan distrbusi dari
sumbcr penawaran ke titik distribusi.
3.1.4. Input Distribution Requirement Planning
Input-input DRP secara umum meliputi data sebagai berikut: 1.
Bill of Distribution Bill of Distribution adalah informasi tentang hubungan antara supplier dan
yang disuplainya yang dibentuk dari level per level. Informasi ini menunjukkan arah informasi material produk dari level yang lebih tinggi
ke level yang lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
2. Lead Time Distribusi
Lead time distribusi adalah waktu yang dibutuhkan dari pelepasan order sampai order diterima di DC. Lead time distribusi disusun dari dari
beberapa komponen
yaitu pelepasan
order, pemuatan
barang, pengangkutan barang, pembongkaran muatan di DC
3. Order Entry
Order entry merupakan proses penerimaan dan penerjemahan apa yang diinginkan konsumen kepada bagian distribusi. Hal ini dapat merupakan
sebuah proses yang sederhana seperti pembuatan dokumen penerimaan untuk finished good, sampai kepada aktivitas usaha rumit yang meliputi
usaha engineering untuk produk make to order. 4.
Forcasting Forecasting adalah hasil peramalan permintaan produk masing DC yang
langsung berhubungan dengan konsumen. 5.
Inventory Record Inventory record adalah catatan keadaan persediaan pada masing-masing
DC.
3.1.5 Output Distribution Requirement Planning
Sistem DRP dengan nyata menghasilkan dua output yaitu jadwal distribusi untuk setiap DC, dan master schedule yang merupakan DRP display untuk CSF.
Disamping itu terdapat pegging informasi yang dapat melacak kembali sumber dari permintaan kepada CSF dan Tranportation Planning Report.
Universitas Sumatera Utara
DRP display DRP Worksheet memiliki 2 bagian penting yaitu: 1. Time Phased Information
Time phased information adalah informasi-informasi yang dikeluarkan berdasarkan pada suatu time phased yang menunjukkan perkiraan keadaan
pada time phased tersebut. Informasi time phased meliputi: a. Gross Requirement
Gross requirement merupakan permintaan akan suatu item atau produk yang diramalkan.
b. Schedule Receipt Schedule receipt adalah jumlah item atau produk yang dijadwalkan untuk
dimasukkan dalam stok. Schedule receipt produk tidak harus dalam perjalanan, tetapi dapat juga berupa order yang masih dalam pengemasan dan
pemuatan. c. Planned Order
Planned order adalah order yang belum dilepas dan masih dalam perencanaan. Pada DC, planned order adalah jadwal untuk pengiriman
produk pada masa yang akan datang dari CSF. d. P
–hand roject on Project on-hand balance adalah proyeksi jumlah persediaan yang ada pada
suatu time phased tertentu. Project on- hand balace merupakan suatu perencanaan jumlah persediaan pada DC dan CSF yang dijadikan gambaran
persediaan yang ada pada masa yang akan datang. Sehingga dengan project
Universitas Sumatera Utara
on- hand balance ini, setiap komponen sistem distribusi dapat mengetahui masing-masing dapat mengetahui inventory level sistem tersebut.
2. Description Information Description information adalah atribut-atribut masukan pada awal
perencanaan. Description information ini berupa pengolahan data awal untuk masukan sistem DRP. Description information meliputi:
a. On-hand balance On-hand balance adalah jumlah persediaan produk yang terdapat dalam DC
pada awal perencanaan. On-hand balance tidak termasuk pada produk yang berada dalam transit dan produk rusak. Jadi produk yang ada pada DC adalah
jumlah produk yang tersedia untuk dikirimkan b. Safety stock
Safety stock adalah persediaan pengaman yang digunakan untuk memproteksi keadaan apabila penjualan melebihi apa yang diramalkan.
c. Lead time distribusi Lead time distribusi adalah waktu yang dibutuhkan untuk melepaskan order
sampai order diterima. Lead time distribusi dimulai saat menentukan saat menentukan kebutuhan untuk sebuah penambahanreplenishment sampai
saat inventory yang dibutuhkan. d. Order Quantity
Order quantity adalah jumlah produk yang ditentukan untuk dikirim.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pegging information adalah suatu cara untuk melacak kembali sumber dari permintaan CSF untuk satu waktu tertentu. Pegging information
sangat berguna bilamana seluruh demand dari sebuah item tidak dapat terpenuhi. Penggunaan pegging ini penting dilakukan untuk menghemat waktu dalam
memperoleh sumber masalah untuk perencanaan distribusi bilamana demand melebihi supply. Dengan bantuan pegging information, perencana dapat
menghabiskan lebih banyak waktu untuk pemecahan masalah daripada mencari dimana terjadi kelebihan demand.
Transportation planning report adalah laporan yang berisikan perencanaan jumlah alat transportasi untuk pengiriman item ke DC tertentu.
Jaringan distribusi tidak hanya membuat penjadwalan persediaan, namun juga harus menjadwalkan bagaimana produk tersebut akan dikirim ke DC.
Pada beberapa perusahaan, biaya terbesar dalam distribusi berasal dari biaya transportasi sekitar 47, hampir setengah dari keseluruhan biaya distribusi.
Dengan menggunakan DRP, dapat dihitung biaya transportasi dengan akurat karena DRP adalah simulasi operasi distribusi yang detail. Dengan DRP, dapat
ditentukan berapa banyak produk yang akan dikirim dan kapan pengiriman akan dilakukan. Informasi ini dapat digunakan untuk menjadwalkan trasportasi dengan
efektif.
Universitas Sumatera Utara
3.2. Distribusi Persediaan
4
Persediaan merupakan semua barang dan bahan yang dipakai dalam proses produksi dan distribusi perusahaan. Jadi distribusi persediaan adalah suatu
aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai ke konsumen untuk
memperoleh suatu keuntungan. Distribusi sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan
pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya
pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem
distribusi yang baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi adalah saluran distribusi, jenis pasar yang akan dilayani, karakteristik produk, jenis
transportasi yang digunakan. Distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga sampai ke konsumen untuk memperoleh suatu keuntungan.
Distribusi persediaan sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan
meluasnya pasar, tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan
4
Freddy Rangkuti. Manajaemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.2004. hal.13-15.
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem distribusi yang baik.
3.2.1. Penyebab dan Fungsi Persediaan
Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai berikut:
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. 2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian.
3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.
Persediaan mempunyai beberapa fungsi dalam memenuhi kebutuhan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
Universitas Sumatera Utara
6. Memberikan pelayanan service kepada langganan dengan sebaik-baiknya, dimana keinginan langanan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau
memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan
atau penjualannya.
3.2.2. Ukuran Lot Dan Persediaan Pengaman
Ukuran lot adalah jumlah minimum pesanan, yang didasarkan atas ketentuan
pemasok. Hal ini hanya sebagian yang benar karena sebetulnya ukuran lot ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Ketentuan pemasok 2. Perhitungan ekonomis EOQ
3. Frekuensi pengiriman 4. Ukuran kontainer pengiriman
5. Total ukuran berat tonase atau volume m3 Dalam hal persediaan pengaman, perlu diperhatikan bahwa pengadaan
persediaan pengaman ini berbeda antara sistem distribusi satu tingkat atau tunggal dengan sistem distribusi multitingkat. Dalam distribusi multitingkat, harus
dihindari adanya duplikasi penimbunan persediaan pengaman. Teknik- teknik penentuan ukuran lot diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Economic Order Quantity EOQ . 2. Lot for Lot LFL .
Universitas Sumatera Utara
3. Fixed Order Interval FOI 4. Period Order Quantity POQ .
5. Least Uni Cost. 6. Least Total Cost.
7. Part Period Balancing. 8. Wagner Within Algoritma.
9. Fixed Period Requirement. Ukuran lot tidak didasarkan pada minimasi biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan, bila biaya penyimpanan tidak didefinisikan baik secara marginal maupun incremental.
Bahwa untuk menetapkan biaya kehabisan persediaan adalah sangat sulit, kalau tidak dapat dikatakan hampir tidak mungkin. Misalnya dalam suatu
perusahaan manufaktur didapatkan situasi seperti berikut ini. Karena sering kali harga komponen suku cadang tidak dijual secara individual, maka nilai nyata
dalam proses produksi sulit ditentukan. Apabila karena terjadi kehabisan persediaan, lalu hal ini menyebabkan timbulnya kendala atau berhentinya suatu
proses produksi, maka nilai kerugiannya juga sangat sulit dihitung. Di samping itu tidak realistis bila, biaya karena kehabisan persediaan sebanyak dua buah suku
cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena kehabisan persediaan sebanyak dua buah suku cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena
kehabisan persediaan sebuah suku cadang bukan merupakan suatu konstanta. Oleh karena itu ada pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu dengan menggunakan
konsep tinghkat layanan service level.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila suatu perusahaan menetapkan layanan sebesar 95, berarti perusahaan tersebut bersedia
menanggung kemungkinan kehabisan persediaan sebesar 5, dan seterusnya. Untuk itu, berapa jumlah persediaan pengaman yang diperlukan? Untuk
menghitungnya diperlukan data mengenai : 1. Berapa tingkat layanan yang dikehendaki ?
2. Berapa pemakaian rata-rata selama waktu pemesanan? 3. Berapa deviasi standar pemakain selama waktu pemesanan tersebut?
4. Berapa faktor pengaman untuk tiap-tiap tingkat layanan tersebut? Perhitungan untuk mencari persediaan pengaman dapat dengan
menggunakan deviasi standar, atau dapat langsung dengan menggunakan MAD. Perlu dicatat bahwa perhitungan persediaan pengaman dengan menggunakan
rumus standar deviasi ada kekurangan, yaitu perhitungan standar deviasi menyangkut perhitungan perkalian, pangkat, akar, dan cukup rumit. Untuk lebih
mempermudah dalam perhitungan dapat digunakan rumus MAD mean absolute debviation. Formulasi MAD adalah :
Persediaan Pengaman = Standar Deviasi X Faktor Pengaman
Keterangan :
- Standar Deviasu = standar deviasi pemakain barang selama waktu pemesan.
- Faktor Pengaman = faktor keaman yang dihitung untuk standar deviasi, yang besarnya tergantung dari tingkat layanan.
Universitas Sumatera Utara
3.2.3. Economic Order Quantity EOQ
5
Kegunaan EOQ adalah untuk menentukan order quantity yang akan meminimumkan jumlah biaya persediaan per waktu. Dalam penggunaannya
metode EOQ ini dapat dikombinasikan untuk menentukan planned shipments. DRP adalah satu metode yang dipakai bersama dengan EOQ untuk pengendalian
persediaan dan penjadwalan distribusi pada distribution center. Asumsi
– asumsi dasar EOQ adalah : 1. Lead time adalah konstan dan diketahui.
2. Preparation cost dan total carrying cost konstan dan diketahui. 3. Replenishment sesegera mungkin.
EOQ dapat dihitung dengan rumus :
Dimana : D = Jumlah kebutuhan barang selama satu periode tahun
k = Orderingcost setiap kali pesan h = Holdingcost setiap kotak selama satu periode tahun
3.2.4. Kapasitas
6
Kapasitas adalah hasil produksi throughput, atau jumlah unit yang dapat ditahan, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas dalam suatu
periode waktu tertentu. Kapasitas mempengaruhi sebagian besar biaya tetap.
5
Arman Hakim Nasution, 2008, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Yogyakarta: Graha Ilmu, Hal. 134.
6
Heizer,Jay. Manajemen Operasi. Edisi kesembilan. Jakarta: Salemba Empat,2005. Hal 442- 444.
Universitas Sumatera Utara
Kapasitas juga menentukan apakah permintaan dapat dipenuhi, atau apakah fasilitas yang ada akan berlebih. Jika fasilitas terlalu besar, sebagian fasilitas akan
menganggur dan akan terdapat biaya tambahan yang dibebankan pada produksi yang ada atau pelanggan. Jika fasilitas terlalu kecil, pelanggan dan bahkan pasar
keseluruhan akan hilang. Oleh karena itu, penetapan ukuran fasilitas, dengan tujuan pencapaian tingkat utilitas dan tingkat pengambilan investasi tinggi, sangat
menentukan. Kapasitas desain adalah output maksimum sistem secara teoritis dalam
suatu periode waktu tertentu. Kapasitas desain biasanya dinyatakan dalam suatu tingkatan tertentu. Seperti jumlah tonase baja yang dapat diproduksi setiap
minggu, setiap bulan, atau setiap tahun. Bagi banyak perusahaan, pengukuran kapasitas dapat dilakukan secara langsung. Kapasitas efektif adalah kapasitas
yang diharapkan dapat dicapai oleh sebuah perusahaan dengan keterbatasan operasi yang ada sekarang. Kapasitas efektif sering kali lebih rendah dari pada
kapasitas desain karena fasilitas yang ada mungkin telah didesain untuk versi produk sebelumnya atau bauran produk yang berbeda dari pada yang sekarang
sedang diproduksi. Kapasitas efektif sering kali lebih rendah dari pada kapasitas desain karena
fasilitas yang ada mungkin telah didesain untuk versi produk sebelumnya atau bauran produk yang berbeda dari pada yang sekarang sedang diproduksi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Tirta Sibayakindo yang berlokasi di Jl. Medan Berastagi, km 55, Desa Doulu, Berastagi-Sumatera Utara. Penelitian dilakukan
mulai pada tanggal 3 November 2014 sampai dengan 23 Januari 2015.
4.2. Jenis Penelitian
Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif descriptive research yaitu penelitian yang melakukan pemecahan
terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data yang ada.
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah jadwal distribusi produksi akhir central supply facility CSF terhadap 4 distribution center DC yakni DC Tirta
Sumber Menara Lestari TSML, DC Tirta Investama TIV, DC Helindo Mitra Tirta HMT, dan DC Anugrah Wahyudi Sejahtera AWS.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Kerangka Berfikir
Kerangka pikir dalam penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini. Pada Gambar 4.1., digambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
penjadwalan distribusi pada perusahaan.
Jumlah Permintaan
Lead Time
Tingkat Pelayanan
Biaya Pendistribusian
Perencanaan Kebutuhan Distribusi
yang Efektif dan Efisien
Gambar 4.1. Kerangka Berfikir
4.5. Variabel Penelitian