Pengendalian persediaan tradisional umumnya hanya mengatur dan mengendalikan persediaan barang dalam satu gudang atau satu tempat
penyimpanan saja atau dalam satu entitas independen atau disebut juga tititk pemesanan tunggal singel stocking point. Sistem pengendalian persediaan
seperti ini kurang atau tidak memadai untuk sistem pergudangan ganda atau jaringan pergudangan multiechelon distribution network, sebab sistem tersebut
tidak mengindahkan kemungkinan saling mengisi antara gudang atau keperluan kebutuhan gudang lain dan seterusnya. Untuk itu diperlukan suatu sistem lain,
yaitu antara lain Perencanaan Kebutuhan Distribusi atau Distribution Requirement Planning DRP.
3.1.1. Distribution Requierement Planning DRP
Distribution Requirement Planning DRP adalah suatu rencana penjadwalan kebutuhan untuk mengisi persediaan produk pada setiap Distribution
Center DC. DRP juga merupakan proses manajemen yang mengintegrasikan sejumlah aktivitas kritis yang perlu untuk mengatur dan mengendalikan operasi-
operasi distribusi dan mengintegrasikan kebutuhan operasi tersebut dengan kemampuan dari sumber-sumber persediaan. Logika yang digunakan dalam DRP
hampir sama dengan MRP. DRP mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan dengan perencanaan ke depan pada tiap level distribusi. Dengan DRP ini unit usaha
memulai penjadawalan distribusi dengan lebih akurat dan pada saat yang sama mencapai stabilitas produksi.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai akibatnya kegiatan distribusi produk dapat memperoleh keuntungan besar dalam hal perbaikan pelayanan pelanggan, pengurangan biaya
persediaan, dan sedikitnya mengurangi biaya-biaya barang usang. DRP adalah salah satu bentuk aplikasi lebih lanjut dari Material
Requirement Planning MRP. PDU Pusat Distribusi Utama adalah tingkat atau level tertinggi dari sistem distribusi yang langsung berhubungan dengan pemasok
pabrik produk, sedangkan PDL Pusat Distribusi Lokal adalah tingkat atau level terendah dari sistem distribusi yang langsung berhubungan dengan pelanggan atau
pemakai barang. Kebanyakan, produk yang dimaksud disini adalah produk jadi atau barang jadi
yang disalurkan dari pabrik ke para pelanggan. Namun, dalam prakteknya cukup banyak juga dimana pusat distribusi juga melakukan pekerjaan penyelesaian
seperti pembentukan, perakitan, pembungkusan, dan pekerjaan sejenis itu. Dalam sistem distribusi bertingkat ganda, kebutuhan nyata pelanggan
tidak langsung diketahui oleh pabrik pembuat produk, tetapi disalurkan melalui berbagai tingkat sistem distribusi tersebut. Ini mencakup waktu dan pengolahan
data sekunder. Kalau ini menyangkut waktu yang pendek, maka perencanaan dan perhitungan kebutuhan, pemesanan kembali, dan sebagainya menjadi sangat
krusial. Oleh karena itu diperlukan metode perhitungan yang memadai untuk pengendalian distribusi bertingkat ganda ini. Tujuan dari pengaturan system
distribusi bertingkat ganda adalah untuk mengurangi biaya angkutan dan memenuhi kebutuhan pelanggan yang banyak dan berada di berbagi tempat. Tidak
mungkin misalnya satu pusat distribusi saja yang melayani jutaan pelanggan yang
Universitas Sumatera Utara
berada di seluruh dunia. Biasanya dalam sistem distribusi semacam ini biaya angkutan merupakan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, dalam
merencanakan dan menentukan sistem distribusi, beberapa pertanyaan krusial perlu dipertimbangkan dan diperhitungkan dengan matang, antara lain:
1. Dimana pusat distribusi akan didirikan. 2. Produk apa yang perlu disimpan di setiap pusat distribusi tersebut.
3. Bagaimana prosedur penggantian persediaan di setiap pusat distribusi. Dalam penjelasan di atas disebutkan bahwa sistem ini terutama layak
dipergunakan untuk pengelolaan distribusi barang jadi, namun tidak selalu demikian. Sistem ini juga berlaku dan dapat digunakan untuk barang MRO
Material, Maintenance, Repair and Operation, apabila ada jaringan pergudangan dan distribusi bertingkat.
3.1.2. Logika Dasar Distribution Requirement Planning