25. Mengidentifikasi saksi yang meihat atau mengetahui terjadinya
kecurangan dan memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung tuduhan atau dakwaan terhadap si pelaku.
26. Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola risiko
terjadinya kecurangan ini dengan tepat.
2.2.4 Prinsip-Prinsip Audit Investigatif
Menurut Tuanakotta 2010:351 yang dikutip dalam Fitriyani 2012 mengemukakan bahwa prinsip-prinsip audit investigatif adalah:
1. investigasi adalah tindakan mencari kebenaran,
2. kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang
dapat mendukung fakta yang dipermasalahkan, 3.
semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan dengan waktu untuk ”merespon” maka kemungkinan bahwa suatu tindak
kejahatan dapat terungkap akan semakin benar, 4.
auditor mengumpulkan fakta-fakta sehingga bukti-bukti yang diperolehnya tersebut dapat memberikan kesimpulan sendiribercerita,
5. bukti fisik merupakan bukti nyata yang sampai kapanpun akan selalu
mengungkap hal yang sama, 6.
informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akan sangat dipengaruhi oleh kelemahan manusia,
Universitas Sumatera Utara
7. jika auditor mengajukan pertanyaan yang cukup kepada sejumlah orang
yang cukup, maka akhirnya akan mendapatkan jawaban yang benar, 8.
informasi merupakan nafas dan darahnya investigasi.
2.2.5 Teknik Audit Investigatif
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian laporan keuangan. Ada tujuh teknik audit yang dikenal dalam audit
atas laporan keuangan. 1.
Memeriksa Fisik Memeriksa fisik dapat diartikan sebagai perhitungan uang tunai baik
dalam mata uang rupiah atau mata uang asing, kertas berharga, persediaan barang, aset tetap, dan barang berwujud lainnya.
2. Meminta Konfirmasi
Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain selain auditee untuk menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Meminta
konfirmasi dapat diterapkan untuk berbagai informasi, baik keuangan maupun nonkeuangan. Dalam audit investigatif harus diperhatikan apakah
pihak ketiga yang dimintai konfirmasi punya kepentingan dalam audit investigatif. Jika ada, konfirmasi harus diperkuat dengan konfirmasi
kepada pihak ketiga lainnya
Universitas Sumatera Utara
3. Memeriksa Dokumen
Dalam audit investigatif selalu dilakukan pemeriksaan dokumen. Dengan adanya kemajuan teknologi defenisi dokumen menjadi lebih luas yang
meliputi informasi yang diolah, disimpan, dan dipindahkan secara digital. 4.
Review Analitikal Review
analitikal menekankan pada penalaran, proses berpikirnya. Penalaran yang dimaksud adalah penalaran yang membawa seorang
auditor atau investigator pada gambaran mengenai wajar, layak, atau pantasnya suatu data individual disimpulkan dari gambaran global atau
menyeluruh.Review analitikal didasarkan atas perbandingan antara apa yang dihadapi dengan apa yang layaknya harus terjadi.
5. Meminta Informasi Lisan atau Tertulis dari Auditee
Permintaan informasi merupakan prosedur yang normal dan sangat penting dalam suatu audit investigatif. Permintaan informasi dalam audit
investigatif harus disertai dengan informasi dari sumber lain atau diperkuat dengan cara lain.
6. Menghitung Kembali
Menghitung kembali atau reperform adalah pengecekan kebenaran perhitungan. Dalam audit investigatif, perhitungan yang dihadapi sangat
kompleks, didasarkan atas kontrak atau perjanjian yang rumit, dan mungkin sudah terjadi perubahan ataupun renegosiasi berkali-kali dengan
pejabat yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
7. Mengamati
Mengamati tidak jauh berbeda dengan memeriksa fisik.Investigator juga menggunakan inderanya untuk mengetahui atau memahami sesuatu.
Untuk mendapatkan hasil investigasi yang maksimal, seorang fraud auditor juga harus menguasai beberapa teknik investigasi seperti yang dikutip
dalam Martin 2012, antara lain:
1.
teknik penyamaran atau teknik penyadapan;
2.
teknik wawancara, apabila akan menghadapi sang auditee, orang-orang yang diduga memiliki info yang dibutuhkan atau bahkan sang bosnya si
auditee;
3.
teknik merayu untuk mendapatkan informasi, apakah dengan memakai kesanggupan sendiri atau dengan bantuan orang lain;
4.
mengerti bahasa tubuh, dalam membaca posisi si auditee, bohong atau jujur;
5.
dapat dilakukan dengan bantuan software, seperti CAAT computer assisted audit tools.
2.2.6 Aksioma Audit Investigasi