Penyebab Terjadinya Fraud Klasifikasi Fraud

dalam kategori fraud, yaitu undang-undang tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, berbagai undang-undang perpajakan yang mengatur tindak pidana perpajakan, undang-undang pencucian uang, undang-undang perlindungan konsumen, dan lain-lain Tuanakotta, 2010 : 1995.

2.3.2 Penyebab Terjadinya Fraud

Ada tiga hal yang mendorong seseorang melakukan fraud, yaitu pressure dorongan, opportunity peluang, dan rationalization rasionalisasi.Faktor- faktor ini lebih dikenal sebagai fraud triangle atau segitigafraud. Berikut ini adalah Segitiga Fraud sebagaimana yang digambarkan dalam Tuanakotta 2010 : 207. Opportunity Pressure Rationalization Gambar 2.3 Segitiga Fraud sumber : Tuanakotta, 2010:207 Pressure adalah tekanan atau dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud.Tekanan tersebut dapat berupa tekanan finansial maupun tekanan yang tidak berhubungan dengan finansial. Tekanan finansial misalnya untuk memenuhi kebutuhan yang segera seperti tagihan atau hutang FRAUD TRIANGEL Universitas Sumatera Utara yang menumpuk, gaya hidup mewah, ketergantungan obat terlarang, dan lain- lain. Tekanan yang tidak berhubungan dengan finansial misalnya tantangan untuk menaklukkan sistem, ketidakpuasan kerja, dan ketidakstabilan emosional. Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi.Biasanya peluang tersebut disebabkan karena internal kontrol suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan penyalahgunaan wewenang. Diantara tiga faktor dalam fraud triangle, opportunitymerupakan faktor yang paling memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan kontrol dan upaya deteksi dini terhadap fraud. Rasionalization merupakan elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas tindakannya, seperti : 1. bahwasanya tindakan tersebut dilakukan untuk membahagiakan orang- orang yang dicintainya, 2. masa kerja yang cukup lama menjadikan pelaku fraud merasa berhak mendapatkan lebih dari apa yang telah didapatkannya sekarang posisi, gaji, promosi, dan lan-lain, 3. perusahaan telah mendapat keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut. Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Klasifikasi Fraud

Association of Certified Fraud Examination ACFE mengelompokkan fraud kedalam tiga kelompokHidayat, 2008. 1. Kecurangan Laporan Keuangan Financial Statement Fraud Kecurangan laporan keuangan dapat didefenisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemendalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan terhadap laporan keuangan dapat dideteksi melalui analisis laporan sebagai berikut: a. analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisi hubungan antara item-item dalam laporan laba- rugi, neraca, laporan aruskas dengan menggambarkannya dalam persentase; b. analisis rasio, yaitu alat dalam mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam laporan keuangan. Contohnya current ratio , adanya tindak pidana penggelapan uang atau pencucian kas dapat menyebabkan turunnya perhitungan rasio tersebut; c. analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentase- persentase perubahan item-item laporan keuangan selama beberapa periode laporan. Universitas Sumatera Utara 2. Penyalahgunaan aset Asset Misappropriation Penyalahgunaan aset digolongkan kedalam ‘kecurangan kas’ dan ‘kecurangan atas persediaan dan aset lainnya’.Banyak teknik yang dapat dilakukan untuk mendeteksi setiap kasus penyalahgunaan aset.Masing- masing jenis kecurangan dapat dideteksi melalui beberapa teknik yang berbeda. Misalnya, untuk mendeteksi kecurangan dalam pembelian ada beberapa metode deteksi akan menunjukkan gejala penyimpangan yang dapat diinvestigasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu metode tersebut juga menunjukkan kelemahan- kelemahan dalam pengendalian intern dan mengingatkan auditor akan adanya potensi terjadinyakecurangan dimasa mendatang. Berikut ini penjelasan dari beberapa teknik tersebut. a. Analytical review, merupakan suatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan ketidakbiasaan atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan. Sebagai contoh adalah perbandingan antara pembelian barang persediaan dengan penjualan bersih yang dapatmengindikasikan adanya pembelian yang terlalu tinggi atau terlalu rendah bila dibandingkan dengan tingkat penjualannya. b. Statical Sampling, seperti persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji secara sampling untuk menentukan ketidakbiasaan. Metode deteksi ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap satu atributnya, misalnya pemasok fiktif. Universitas Sumatera Utara c. Vendor atau outsider complaints, merupakan keluhan dan komplain dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan alat deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. d. Site-visit Observation, yaitu observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya pengendalian intern di lokasi-lokasi tersebut. Observasi terhadap bagaimana transaksi akuntansi akuntansi dilaksanakan terkadang akan memberikan peringatan kepada CFE akan adanya daerah-daerah yang mempunyai potensi bermasalah. 3. KorupsiCorruption Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan komplain ke perusahaan.Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau transaksinya.Pendeteksian atas kecurangan ini dapat dilihat dari karakteristik Red Flag si penerima maupun si pemberi.Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan Tipikor di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan conflict of interest, suap bribery, pemberian illegal illegal gratuity, dan pemerasan economic extortion. Universitas Sumatera Utara Menurut Tunggal dalam Hidayat 2008 fraud terbagi dalam beberapa jenis. a. Kecurangan Korporasi Corporate Fraud Kecurangan korporasi atau kejahatan ekonomi economic crime biasanya dilakukan oleh pejabat, eksekutif, atau manajemen pusat laba dan perusahaan publik untuk memuaskan kebutuhan ekonomis jangka pendek mereka. b. Kecurangan Pelaporan Keuangan Fraudulent Financial Reporting Contoh kecurangan ini adalah 1memanipulasi, memalsukan, atau mengubah catatan atau dokumen; 2menyembunyikan atau menghilangkan pengaruh transaksi yang lengkap dari dokumen; 3mencatat transaksi tanpa substansi; 4salahmenerapkan kebijakan akuntansi; 5gagal mengungkapkaninformasi yang signifikan. c. Manajemen Management FraudWhite Collar-Crime Tujuan white collar-crime adalah untuk mencuri jumlah uangyang besar daripada jumlah uang yang kecil, dan modusoperasinya adalah dengan menggunakan teknologi dankomunikasi massa daripada tindakan brutal dan alat-alatkasar. d. Kegagalan Audit Audit Failure Kegagalan audit mengakibatkan kantor akuntan publikberhadapan dengan litigasi yang mahal dan kehilanganreputasi. Kegagalan audit disebabkan : 1 kesalahaninterpretasi auditor terhadap prinsip akuntansi yang berlakuumum GAAP, 2 kesalahan interpretasi Universitas Sumatera Utara terhadap standarauditing yang berlaku umum GAAS atau implementasiGAAS, 3 kesalahan karena adanya kecurangan. e. Kecurangan Karyawan Employee Fraud Kecurangan karyawan biasanya melibatkan perpindahanaktiva dari pemberian kerja.Kadang-kadang merupakansuatu tindakan langsung dari pencurian atau manipulasi.

2.3.4 Tanda-Tanda Terjadinya Fraud