Pengujian Asumsi Klasik Analisis Data

55 penelitian ini yaitu pengujian asumsi klasik, analisis statistik deskriptif, analisis regresi berganda dan uji hipotesis.

3.8.1. Pengujian Asumsi Klasik

Penggunaan uji asumsi klasik dimaksudkan agar memperoleh hasil regresi yang bisa dipertanggungjawabkan dan mempunyai hasil yang tidak bias atau Best Linier Unbiased Estimator BLUE. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dari pengujian tersebut adalah uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji heterokedastisitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Data yang terdistribusi normal akan memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dengan menggunakan one sample kolmogorovsmirnov test dan analisis grafik histogram dan P-plot. Dalam uji one sample kolmogorov-smirnov test , variabel-variabel yang mempunyai asymp. Sig 2-tailed di bawah tingkat signifikan sebesar 0,05 maka diartikan bahwa variabel- variabel tersebut memiliki distribusi tidak normal dan sebaliknya Ghozali, 2007. 2. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan 56 sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Pengujian ini menggunakan model Durbin Watson DW-Test. Hipotesis yang akan diuji adalah : Ho = tidak ada autokorelasi r=0, Ha = ada autokorelasi r ≠0 Bila nilai DW lebih besar dari batas atas atau upper bound du dan kurang dari 4-du berarti tidak ada autokorelasi Ghozali, 2007 : 95. 3. Uji Multikolinearitas Pengujian ini bertujuan apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance inflation VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat dari nilai VIF menggunakan persamaan VIF = 1 tolerance. Jika nilai VIF dari 10 maka tidak terdapat multikolinearitas, sebaliknya jika nilai VIF 10maka terjadi multikolinearitas. Ghozali, 2007: 91. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, maka dikatakan ada homokedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama, dikatakan terjadi heteroskedastisitas Situmorang dan Lufti, 2011. 108. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan scatterplot. Apabila terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk pola yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak 57 terjadi heteroskedastitas pada model regresi sehingga model regresi layak di pakai. Uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan uji statistik glejser. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Kriteria pengambilan keputusan dengan uji glejser ini yaitu: a. Jika nilai signifikansi 0.05 maka tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. b. Jika nilai signifikansi 0.05 maka mengalami gangguan heteroskedastisitas.

3.8.2. Analisis Statistik Deskriptif