Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Distribution Manajement Pada Unit Usaha Syariah Di Indonesia

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFIT DISTRIBUTION MANAGEMENT PADA UNIT USAHA SYARIAH

DI INDONESIA

OLEH

Nelly Gustina Pasaribu 110521168

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFIT DISTRIBUTION MANAJEMENT PADA UNIT USAHA SYARIAH

DI INDONESIA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Profit Distribution Management (PDM) atas simpanan deposan pada perbankan syariah di Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Profit Distribution Management (PDM). Variabel dependen yang digunakan adalah Kecukupan Modal (KM), Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK), Risiko Pembiayaan (RP), Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB), Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI), Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan Umur Bank (UB).

Penelitian ini menggunakan sampel Unit Usaha Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dengan periode 2009 hingga 2013. Data dikumpulkan dengan metode purposive sampling, yaitu (1) bank syariah yang Unit Usaha Syariah, (2) bank syariah tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan pada periode 2009-2013 dan telah dipublikasikan di Bank Indonesia atau pada website bank syariah masing-masing dan (3) Unit Usaha Syariah memiliki data yang dibutuhkan terkait pengukuran variabel-variabel yang digunakan. Adapun sampel yang digunakan adalah 18 bank.

Hasil pengujian regresi linear berganda menunjukkan bahwa Kecukupan Modal (KM), Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK), Risiko Pembiayaan (RP), Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB), Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI), Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan Umur Bank (UB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profit Distribution Management (PDM) di Indonesia secara simultan. Kecukupan Modal (KM) dan Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK) berpengaruh positif signifikan terhadap Profit Distribution Management (PDM)secara parsial, sedangkan Risiko Pembiayaan (RP), Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB), Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI), Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), Umur Bank (UB) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Profit Distribution Management (PDM) di Indonesia.

Kata Kunci: Profit Distribution Management (PDM), Kecukupan Modal (KM), Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK), Risiko Pembiayaan (RP), Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB), Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI), Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan Umur Bank (UB)


(3)

ABSTRACT

FACTORS INFLUENCE PROFIT DISTRIBUTION MANAGEMENT OF SHARIAH BUSINESS

UNIT IN INDONESIA

This study aims to analyze the factors that influence the Profit Distribution Management over depositor’s fund in shari’ah banks in Indonesia. The dependent variable used in this study is Profit Distribution Management (PDM). Independent variables used in this study are capital adequacy, effectivity of depositors’ funding, financing risk, growth of gross domestic product, proportion of non investing financing, proportion of depositors’ funding, elimination of productive asset deletion and bank age.

Samples of this research are Sharia Business Unit lists in Bank Indonesia period 2009 to 2013. Data collected by purposive sampling method with criteria such as (1) Sharia Banks which is categorized as Sharia Business Unit, (2) Sharia Business Unit annual financial statements period 2009-2011 and has been published in Bank Indonesia or on the website of Islamic banks respectively and (3) Shariah Business Unit has data which is needed for variabel measurement. Number of samples in this research are 18 banks.

The test results indicate that capital adequacy, effectivity of depositors’ funding, financing risk, growth of gross domestic product, proportion of non investing financing, proportion of depositors’ funding, elimination of productive asset deletion and bank age have significant effect on the Profit Distribution Management in Indonesia simultaneously. Capital adequacy and effectivity of depositors’ funding have positive and significant effect on the Profit Distribution Management partially. While the financing risk, growth of gross domestic product, proportion of non investing financing, proportion of depositors’ funding, elimination of productive asset deletion and bank age haven’t significant and negative effect on the Profit Distribution Management (PDM) in Indonesia.

Keyword : Profit Distribution Management (PDM), capital adequacy, effectivity of depositors’ funding, financing risk, growth of gross domestic product, proportion of non investing financing, proportion of depositors’


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan Karunia-Nya yang selalu menyertai penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu Peneliti mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Dengan segala kerendahan hati, Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Peneliti telah banyak mendapatkan bimbingan, nasihat, dan dorongan dari Orangtua tercinta serta seluruh keluarga yang selama ini mendukung perkuliahan hingga penelitian skripsi ini selesai. Dalam kesempatan ini, Peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak., CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Isfenty Sadalia, S.E, M.E. dan Dra. Marhayanie, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Endang Sulistya Rini, S.E., M.Si. dan Dra. Friska Sipayung, M.Si. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Isfenty Sadalia, S.E., M.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dukungan, arahan kepada Peneliti, dan Dr. Khaira Amalia F, S.E, MBA, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara untuk segala jasa-jasanya selama perkuliahan.

6. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya kepada teman-teman Jurusan S1- Manajemen Ekstensi 2012 yang telah memberikan semangat, harapan dan motivasi yang besar terhadap peneliti sampai selesainya skripsi ini.

Peneliti mengucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan anugerah dan Kasih-Nya atas cinta kasih, jerih payah, dan jasa-jasa mereka.

Medan, Juni 2015

Peneliti


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 13

2.1.1 Perbankan Syariah ... 13

2.1.2 Fungsi Perbankan Syariah ... 15

2.1.3 Mekanisme Penghimpunan Dana Perbankan Syariah ... 18

2.1.4 Mekanisme Penyaluran Dana (Pembiayaan) ... 20

2.1.5 Profit Distribution Management (PDM) ... 22

2.1.6 Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil ... 23

2.1.7 Suku Bunga Bank Konvensional ... 27

2.1.8 Kecukupan Modal (KM) ... 27

2.19 Efektifitas Dana Pihak Ketiga (EDPK) ... 28

2.10 Risiko Pembiayaan (RP) ... 29

2.1.11 Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) ... 30

2.1.12 Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI) ... 32

2.1.13 Proporsi Dana Pihak Ketiga(PDPK)... 32

2.1.14 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) ... 33

2.1.15 Umur Bank (UB) ... 34

2.2 Penelitian Terdahulu... 34

2.3 Kerangka Konseptual ... 41

2.4 Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 47

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

3.3 Batasan Operasional ... 47

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 48

3.4.1 Variabel Dependen ... 48

3.4.2 Variabel Independen ... 49


(6)

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 55

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 55

3.8 Analisis Data ... 55

3.8.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 56

3.8.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 58

3.8.3 Analisis Regresi Berganda... 58

3.8.4 Uji Hipotesis ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan ... 61

4.2 Hasil Penelitian... 62

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 62

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 65

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 65

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ... 68

4.2.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 69

4.2.2.4 Uji Autokorelasi ... 71

4.2.3 Analisis Regresi Berganda... 72

4.2.4 Pengujian Hipotesis ... 75

4.2.4.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 75

4.2.4.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) ... 76

4.2.4.3 Koefisien Determinasi ... 78

4.3 Pembahasan ... 79

4.3.1 Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 79

4.3.2 Variabel Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK) ... 80

4.3.3 Variabel Resiko Pembiayaan (RP) ... 81

4.3.4 Variabel Pertumbuan Produk Domestik Bruto (PPDB) . 82 4.3.5 Variabel Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI) ... 83

4.3.6 Variabel Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK) ... 84

4.3.7 Variabel Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) ... 85

4.3.8 Variabel Umur Bank (UB) ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 87

5.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(7)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan BUS dan UUS di Indonesia ... 6

1.2 Indikator Kesehatan Perbankan Syariah di Indonesia ... 9

2.1 Perbandingan Bagi Hasil dengan Sistem Bunga ... 15

2.2 Prinsip Bagi Hasil ... 25

2.3 Mekanisme Perhitungan Profit Sharing ... 26

2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 37

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian... 52

3.2 Sampel Penelitian Periode 2010-2013 ... 54

4.1 Profil Perusahaan ... 61

4.2 Statistik Deskriptif ... 63

4.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov ... 65

4.4 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov setelah di LN ... 68

4.5 Hasil Uji Multikolonearitas ... 69

4.6 Hasil Uji Glejser ... 71

4.7 Hasil Uji Aoutokorelasi Model Summary... 72

4.8 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 73

4.9 Hasil Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ... 75

4.10 Hasil Uji Secara Parsial (Ujit) ... 76


(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Pendapatan, Biaya dan Efisiensi BUS & UUS ... 8

1.2 Profitabilitas Perbankan Syariah ... 8

2.1 Perbedaan Prinsip bagi Hasil Revenue Sharing dan Profit Sharing ... 26

2.2 Kerangka Konseptual ... 41

4.1 Grafik Histogram ... 66

4.2 Normal P-P Plot ... 67


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran I Data rasio keuangan Unit Usaha Syariah di Indonesia

periode 2009-2013 ... 92

Lampiran II Statistik Deskriptif ... 95

Lampiran III Uji Asumsi Klasik ... 96

1. Uji Normalitas ... 96

2. Uji Multikolonearitas ... 97

3. Uji Heteroskedastisitas ... 98

4. Uji Autokorelasi ... 98

Lampiran IV Pengujian Hipotesis a. Uji F (Simultan) ... 100

b. Uji t (Parsial) ... 100


(10)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROFIT DISTRIBUTION MANAJEMENT PADA UNIT USAHA SYARIAH

DI INDONESIA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Profit Distribution Management (PDM) atas simpanan deposan pada perbankan syariah di Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Profit Distribution Management (PDM). Variabel dependen yang digunakan adalah Kecukupan Modal (KM), Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK), Risiko Pembiayaan (RP), Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB), Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI), Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan Umur Bank (UB).

Penelitian ini menggunakan sampel Unit Usaha Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dengan periode 2009 hingga 2013. Data dikumpulkan dengan metode purposive sampling, yaitu (1) bank syariah yang Unit Usaha Syariah, (2) bank syariah tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan pada periode 2009-2013 dan telah dipublikasikan di Bank Indonesia atau pada website bank syariah masing-masing dan (3) Unit Usaha Syariah memiliki data yang dibutuhkan terkait pengukuran variabel-variabel yang digunakan. Adapun sampel yang digunakan adalah 18 bank.

Hasil pengujian regresi linear berganda menunjukkan bahwa Kecukupan Modal (KM), Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK), Risiko Pembiayaan (RP), Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB), Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI), Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan Umur Bank (UB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profit Distribution Management (PDM) di Indonesia secara simultan. Kecukupan Modal (KM) dan Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK) berpengaruh positif signifikan terhadap Profit Distribution Management (PDM)secara parsial, sedangkan Risiko Pembiayaan (RP), Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB), Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI), Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), Umur Bank (UB) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Profit Distribution Management (PDM) di Indonesia.

Kata Kunci: Profit Distribution Management (PDM), Kecukupan Modal (KM), Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK), Risiko Pembiayaan (RP), Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB), Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI), Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan Umur Bank (UB)


(11)

ABSTRACT

FACTORS INFLUENCE PROFIT DISTRIBUTION MANAGEMENT OF SHARIAH BUSINESS

UNIT IN INDONESIA

This study aims to analyze the factors that influence the Profit Distribution Management over depositor’s fund in shari’ah banks in Indonesia. The dependent variable used in this study is Profit Distribution Management (PDM). Independent variables used in this study are capital adequacy, effectivity of depositors’ funding, financing risk, growth of gross domestic product, proportion of non investing financing, proportion of depositors’ funding, elimination of productive asset deletion and bank age.

Samples of this research are Sharia Business Unit lists in Bank Indonesia period 2009 to 2013. Data collected by purposive sampling method with criteria such as (1) Sharia Banks which is categorized as Sharia Business Unit, (2) Sharia Business Unit annual financial statements period 2009-2011 and has been published in Bank Indonesia or on the website of Islamic banks respectively and (3) Shariah Business Unit has data which is needed for variabel measurement. Number of samples in this research are 18 banks.

The test results indicate that capital adequacy, effectivity of depositors’ funding, financing risk, growth of gross domestic product, proportion of non investing financing, proportion of depositors’ funding, elimination of productive asset deletion and bank age have significant effect on the Profit Distribution Management in Indonesia simultaneously. Capital adequacy and effectivity of depositors’ funding have positive and significant effect on the Profit Distribution Management partially. While the financing risk, growth of gross domestic product, proportion of non investing financing, proportion of depositors’ funding, elimination of productive asset deletion and bank age haven’t significant and negative effect on the Profit Distribution Management (PDM) in Indonesia.

Keyword : Profit Distribution Management (PDM), capital adequacy, effectivity of depositors’ funding, financing risk, growth of gross domestic product, proportion of non investing financing, proportion of depositors’


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bank merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Bank syariah pertama berdiri di Indonesia sekitar tahun 1992 di mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan hukum bank dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1992 tentang Bank Umum berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai landasan hukum Bank Syariah dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 tentang Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

Selama sepuluh tahun terakhir sektor finansial syariah mengalami kemajuan pesat di seluruh dunia. Perkembangan ini terjadi tidak hanya di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim tetapi juga di negara-negara-negara-negara Barat dan non-Islam. Direktur Pelaksana International Shariah Research Academy for Islamic Finance (ISRA), Malaysia, Muhammad Akram Laldin mengungkapkan fenomena ini bisa dilihat dari makin banyaknya perbankan yang berbasisikan syariah muncul di negara-negara itu. Bank-bank seperti Citibank, UOB, Barclay, hingga HSBC kini menyediakan layanan keuangan Islam. Negara-negara barat pun membuka keran finansial syariah sebagai sumber investasi dan pembiayaan alternatif agar perekonomian mereka tumbuh. (Sumber

Sebagaimana diketahui, prospek perkembangan ekonomi dan keuangan syariah cukup besar baik secara global maupun di dalam negeri, serta telah banyak berbagai inisiatif pengembangan yang dilakukan. Secara global pada


(13)

2007, asset industri keuangan syariah baru sebesar US$600 milliar. Sementara tahun 2013 sudah mencapai US$1,8 triliun. Dengan demikian, dalam enam tahun saja total asset industri keuangan syariah global sudah meningkat sekitar 200%. Namun, pangsa pasar industry keuangan syariah di global fiinancial market baru 1%.

Kondisi minimnya pangsa pasar juga terjadi di Indonesia. Pada saat krisis keuangan global tahun 2008 dan 2009 (Merdeka.com), industri keuangan syariah di Tanah Air masih bisa tumbuh lebih 30%. Namun, pangsa pasarnya baru 5% di berbagai lini bisnis syariah (perbankan, reksa dana, obligasi, serta industri keuangan non bank). Dengan demikian, potensi perkembangan ekonomi dan keuangan syariah masih sangat besar dan tidak bisa tidak, BI menjadi salah satu lembaga yang bertanggung jawab dalam pengembangannya.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Agustus 2014 jumlah Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia sebanyak 12 bank, jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) 22 bank, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebanyak 163 bank, jaringan kantor 2.582 unit. Total asset perbankan syariah mencapai Rp 251,26 triliun, penyaluran pembiayaan Rp 193.31 triliun, dan penghimpunan DPK (khusus BUS dan UUS) sebesar Rp 194,64 triliun. (Sumber

Menurut Achmad K. Permana, Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank-bank Syariah Indonesia (Asbisindo), ada tiga masalah besar di perbankan syariah yang menghambat perkembangan bisnis syariah sampai saat ini, yaitu:


(14)

Pertama, ketersediaan produk dan standarisasi produk perbankan syariah. Hal ini dikarenakan selama ini masih banyak bank syariah yang belum menjalankan bisnisnya sesuai prinsip syariah. Standarisasi ini diperlukan dengan alasan industry perbankan syariah memiliki perbedaan dengan bank konvensional. Apalagi, produk bank syariah tidah hanya diperuntukkan bagi nasabah muslim melainkan juga nasabah non-muslim.

Kedua, tingkat pemahaman produk bank syariah. Hingga saat ini, sangat sedikit masyarakat yang tahu tentang produk-proudk perbankan syariah dan istilah-istilah di perbankan syariah.

Ketiga, industri perbankan syariah adalah sumber daya manusia(SDM). Masalah yang terjadi adalah pihak perbankan kesulitan untuk mencari SDM perbankan syariah yang berkompeten dan mumpuni. Menurut Achmad, kecenderungan mengambil SDM dari luar perguruan tinggi syariah karena SDM di perbankan syariah biasanya justru mudah diberikan pengetahuan tentang perbankan syariah. (sumber

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpunan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai denga syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan


(15)

pemindaan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 maka Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun 1992 dicabut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1998 dan sebagai tindak lanjut dari Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tersebut, Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan mengeluarkan beberapa ketentuan berkaitan dengan perbankan syariah, yaitu Bank Umum Syariah, BPR Syariah, dan Bank Konvensional. Secara hukum, eksistensi bank syariah baru diperkenalkan melalui Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan dengan sebutan Bank Bagi Hasil, yang kemudian ditindaklanjuti dengan penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil. Pada pasal 1 PP 72/1992 menegaskan bahwa bank berdasarkan prinsi bagi hasil adalah Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat yang melakukan kegiatan usaha semata-mata berdasarkan prinsip bagi hasil. Pada perkembangannya, bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan juga dapat secara syariah, dengan terlebih dahulu membentuk Unit Usaha Syariah (UUS). Dengan demikian, bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional, secara syariah atau keduanya.

Di Indonesia, regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan


(16)

menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Pembayaran imbalan bank syariah kepada deposan (pemilik dana) dalam bentuk bagi hasil besarnya sangat tergantung dana pendapatan yang diperoleh oleh bank sebagai mudharib atas pengelolaan dana mudharabah tersebut, apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang besar maka distribusi hasil usaha didasarkan pada jumlah yang besar, sebaliknya apabila bank syariah memperoleh hasil usaha yang sangat kecil. Kewajiban bank syariah dalam membagi keuntungan yang didapatkan dengan memanfaatkan dana deposan melalui pembiayaan disebut Profit Distribution Management (PDM). Menurut Bank Indonesia, PDM adalah pembagian keuntungan bank syariah kepada deposan berdasarkan nisbah yang disepakati setiap bulannya. Profit Distribution

Management (PDM) merupakan aktivitas yang dilakukan manajer dalam

mengelola pendistribusian laba untuk memenuhi kewajiban bagi hasil bank syariah kepada deposannya. Sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan yang diterima nasabah deposan (penabung/shahibul maal) mengikuti besar kecilnya keuntungan bank syariah. Penyaluran dana deposan yang terkumpul akan ditempatkan oleh hank syariah ke sektor-sektor usaha produktif (pembiayaan) yang menghasilkan profit (Bank Indonesia). Return yang didapatkan oleh bank syariah dapat mempengaruhi jumlah bagi hasil yang akan didistribusikan kepada nasabah. Jika return yang didapatkan bank syariah bertambah maka akan bertambah pula jumlah bagi hasil yang akan diberikan kepada nasabah dan sebaliknya.


(17)

Penelitian tentang Profit Distribution telah dilakukan oleh para peneliti baik dari luar maupun dalam negeri. Penelitian yang dilakukan Sundararajan (2005) (dalam Farook et al. 2009) menemukan bahwa bank syariah melakukan Profit Distribution Management dengan cara mengubah management fee (biaya manajemen). Sundararajan (2005) (dalam Farook et al. 2009) menyatakan bahwa bank syariah melakukan PDM berdasarkan hubungan yang kuat antara suku bunga pasar dan distribusi bagi hasil deposannya dalam sampel penelitiannya. Deposan akan selalu memperhatikan dan memperhitungkan tingkat bagi hasil yang diperoleh dalam investasi pada bank syariah. Logikanya jika tingkat bagi hasil terlalu rendah dari pada bank lain terutama dengan suku bunga bank konvensional, maka tingkat kepuasan deposan akan menurun dan kemungkian besar deposan akan memindahkan dananya pada bank lain (displacement fund). Maka secara tidak langsung bank syariah dituntut untuk melakukan profit distribution management yang mengacu pada suku bunga.

Tabel 1.1

Perkembangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2009-2014

Indikator KANTOR PUSAT/UNIT USAHA SYARIAH

2009 2010 2011 2012 2013 2014

BUS 6 11 11 11 11 12

UUS 25 23 24 24 23 22

Sumber : BI Statistik Perbankan Syariah 2014 Keterangan:

BUS : Bank Umum Syariah UUS : Unit Usaha Syariah

Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan statistik perbankan syariah Desember 2014 secara kuantitas. Pencapaian perbankan syariah mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Pada tahun 2009


(18)

hanya ada 6 Bank Umum Syariah (BUS) dan 25 Unit Usaha Syariah (UUS). Dan pada Desember 2014, jumlah Bank Umum Syariah meningkat menjadi 12 BUS sedangkan Unit Usaha Syariah berkurang menjadi 22 bank.

Pendapatan operasional perbankan syariah dalam periode laporan menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Pada BUS dan UUS, pendapatan operasional per Desember 2012 tercatat sebesar Rp 29,0 triliun atau meningkat sebesar 44,9%. Kenaikan pendapatan operasional tersebut ditopang oleh pendapatan dari aset produktif (penyaluran dana) yang tumbuh sebesar 37,3%, di samping pendapatan operasional lainnya yang meskipun memiliki share kurang dari 20%, namun tercatat tumbuh 86,8%. Pendapatan dari pembiayaan yang mencapai Rp 21,2 triliun masih mendominasi sumber pendapatan operasional (73,0%), hal mana mencerminkan konsistensi preferensi dan keseriusan perbankan syariah melakukan intermediasi langsung ke sektor riil. Selain itu, pertumbuhan pendapatan dari pembiayaan yang mencapai 40.6% melebihi pertumbuhan aset produktif sebesar 23,8% juga mencerminkan peningkatan produktivitas aset. Adapun pertumbuhan pendapatan operasional lainnya didukung oleh kenaikan pendapatan dari transaksi valas dan dari adanya koreksi pencadangan kerugian aset produktif.

Sementara itu, nilai bagi hasil yang didistribusikan dari pendapatan operasional tersebut mencapai Rp8,5 triliun atau tumbuh sebesar 39,2%. Pertumbuhan bagi hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya (22,7%) dan diperkirakan dipengaruhi oleh tren kenaikan suku bunga di industri


(19)

perbankan. Namun demikian, rasio pendapatan yang dibagi-hasilkan terhadap pendapatan operasional tetap dipertahankan pada level yang kurang lebih sama dengan sebelumnya, bahkan sedikit menurun dari 30,6% pada tahun lalu menjadi 29,4% pada periode laporan.

Sepanjang 2013, biaya operasional BUS dan UUS mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu sebesar 53,5%, atau melebihi laju pertumbuhan pendapatan operasional. Kenaikan biaya operasional tersebut dipengaruhi oleh kenaikan biaya pencadangan kerugian aset produktif yang meningkat 118,7% sebagai antisipasi bank atas meningkatnya risiko kredit. Sedangkan biaya overhead seperti biaya tenaga kerja, sewa dan promosi, tumbuh sebesar 30,5%, atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pendapatan operasional. Sehingga rasio biaya overhead terhadap pendapatan operasional BUS dan UUS juga menurun dari 36,2% pada tahun 2012, menjadi 31,3% pada tahun 2013 (Grafik 1.1).


(20)

Sumber: OJK Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2013

Perkembangan biaya overhead tersebut mencerminkan adanya peningkatan efisiensi kegiatan operasional perbankan syariah. Meski demikian, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang disesuaikan dengan memasukkan distribusi bagi hasil pada pembilang, tetap meningkat dari 82,6% pada tahun 2012 menjadi 84,5% pada tahun laporan sebagai dampak kenaikan biaya pencadangan kerugian. Lebih jauh lagi, net operational margin BUS dan UUS juga mengalami penurunan dari 2,2% menjadi 2,1% dalam periode yang sama.

Dari sisi profitabilitas (grafik 1.2), laba bersih BUS dan UUS pada tahun 2013 tercatat sebesar Rp3,3 Triliun meningkat 29,0% dari tahun sebelumnya. Namun demikian pertumbuhan tersebut melambat dari tahun sebelumnya yang mencapai 72,3%. Dari sisi tingkat pengembalian aset (Return on Asset/ROA), pertumbuhan laba yang melambat juga tercermin dari penurunan ROA yaitu dari 2,1% pada tahun 2012 menjadi 2,0% pada tahun laporan. Dibandingkan dengan perbankan secara nasional yang memiliki ROA 3,1%, tingkat profitabilitas perbankan syariah cenderung lebih rendah mengingat kemampuan menghasilkan pendapatan selain dari kegiatan penyaluran dana masih relatif terbatas.

Tabel 1.2

Indikator Kesehatan Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2009-2013 (dalam Milyar Rupiah) Indikator


(21)

Asset 20.880 28.722 36.537 49.555 66.990

DPK 15.584 20.672 28.011 36.552 52.271

Pembiayaan 15.270 20.445 27.994 35.198 46.886

FDR 2.82% 4.75% 4.07% 103.65% 40.01%

NPF 97.76% 98.90% 99.76% 3.95% 89.70%

Sumber: BI Statistik Perbankan Syariah 2013

Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan terakhir indikator dari perbankan syariah. Perbankan syariah meningkat dari akhir tahun 2012 sampai dengan akhir tahun 2013 lebih dari 33.37 dan 22.74%. Bila dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan, maka terlihat pembiayaan jelas lebih besar Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dinyatakan dengan nilai Financing to Deposit Ratio (FDR). Oleh karena itu, besar pembiayaan yang disalurkan dari pihak ketiga tersebut, maka perbankan syariah memiliki rata-rata Financing to Deposit Ratio (FDR) yaitu sebesar 97.65%. Ini berbeda dengan tahun sebelumnya dan tahun sesudahnya di mana pada tahun 2012 dinyatakan FDR lebih dari 100%. Tapi meskipun pembiayaan yang disalurkan lebih besar dari Dana Pihak Ketiga (DPK), tingkat kegagalan bayar (Non Performing Financing) ternyata lebih sedikit dari periode pada tahun 2010-2011 yaitu sebesar 3.95%, artinya masih di bawah batas ketentuan minimal sebesar 5%. Oleh karena itu, perbankan syariah haruslah sepenuhnya menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan yang tidak mengabaikan prinsip kehati-hatian, agar dapat memberikan cerminan kesehatan perbankan syariah yang transparan dan akuntabel.

Berdasarkan fenomena di atas, maka menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profit Distribution Management (PDM) Pada Unit Usaha Syariah di Indonesia”.


(22)

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat profit distribution management yang mengacu pada suku bunga atas simpanan deposan unit usaha syariah di Indonesia. Yang menjadi pertanyaan penelitian yang muncul adalah:

1. Bagaimana pengaruh kecukupan modal, efektivitas dana pihak ketiga, risiko pembiayaan, pertumbuhan produk domestik bruto, proporsi pembiayaan non investasi, proporsi dana pihak ketiga, penyisihan penghapusan aktiva produktif, umur bank terhadap Profit Distribution Management (PDM) di Indonesia secara simultan?

2. Bagaimana pengaruh kecukupan modal, efektivitas dana pihak ketiga, risiko pembiayaan, pertumbuhan produk domestik bruto, proporsi pembiayaan non investasi, proporsi dana pihak ketiga, penyisihan penghapusan aktiva produktif, umur bank terhadap Profit Distribution Management (PDM) di Indonesia secara parsial?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi profit distribution management ini adalah untuk pembuktian empiris mengenai:


(23)

1. Pengaruh kecukupan modal, efektivitas dana pihak ketiga, risiko pembiayaan, pertumbuhan produk domestik bruto, proporsi pembiayaan non investasi, proporsi dana pihak ketiga, penyisihan penghapusan aktiva produktif, umur bank terhadap Profit Distribution Management (PDM) di Indonesia secara simultan.

2. Pengaruh kecukupan modal, efektivitas dana pihak ketiga, risiko pembiayaan, pertumbuhan produk domestik bruto, proporsi pembiayaan non investasi, proporsi dana pihak ketiga, penyisihan penghapusan aktiva produktif, umur bank terhadap Profit Distribution Management (PDM) di Indonesia secara parsial.

1.4 Manfaat Penelitian

Selain dari pada tujuan di atas, adapun manfaat yang diperoleh penulis ini dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Profit Distribution Management pada perbankan syariah Indonesia.

2. Dapat menjadi pertimbangan bagi perbankan syariah untuk meningkatkan kinerjanya dengan lebih baik berdasarkan prinsip syariah.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Perbankan Syariah

Di Indonesia, pengembangan ekonomi Islam diadopsi ke dalam kerangka besar kebijakan ekonomi. Paling tidak, Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan di tanah air telah menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking system dan mendorong pangsa pasar bank-bank syariah yang lebih luas sesuai cetak biru perbankan syariah (Bank Indonesia, 2002).

Secara filosofi, bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Di Indonesia, regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari


(25)

kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. UUS berada satu tingkat di bawah direksi bank umum konvensional bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank non devisa.

Unit Usaha Syariah (UUS) wajib dibentuk oleh bank yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah di kantor pusat bank yang berfungsi sebagai kantor induk dari cabang syariah dan atau unit syariah. Kantor cabang syariah dapat dibuka dengan seizin Gubernur BI oleh bank yang telah membuka unit usaha syariah. Bank yang memiliki kantor cabang syariah dan unit syariah wajib memiliki pencatatan dan pembukuan tersendiri untuk kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan menyusun laporan keuangan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Sumber dana yang didapatkan bank syariah harus sesuai dengan syar‟i dan alokasi investasi yang dilakukan bertujuan untuk menumbuhkan ekonomi dan sosial masyarakat serta melakukan jasa-jasa perbankan yang sesuai dengan nilai-nilai syariah (Vustany, 2006). Sistem bunga yang digunakan bank konvensional dikatakan mengandung unsur riba. Dilarangnya bunga yang dikatakan riba dalam bank syariah, menjadikan perbankan syariah menggunakan sistem bagi hasil sebagai gantinya.

Berikut ini secara singkat perbedaan-perbedaan antara bunga dengan bagi hasil yang dapat terlihat pada Tabel 2.1


(26)

Tabel 2.1

Perbandingan Bagi Hasil dengan Sistem Bunga

Bagi Hasil Bunga

Penentuan bagi hasil dibuat sewaktu perjanjian dengan berdasarkan kepada untung/rugi

Penentuan bunga dibuat sewaktu perjanjian tanpa berdasarkan kepada untung/rugi

Jumlah nisbah bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang telah tercapai

Jumlah persen bunga berdasarkan jumlah uang (modal) yang ada

Bagi hasil tergantung pada hasil proyek, jika proyek tidak mendapatkan keuntungan atau mengalami kerugian, risikonya ditanggung kedua belah pihak

Pembayaran bunga tetap seperti perjanjuan tanpa diambil pertimbangan apakah proyek yang dilaksanakan pihak kedua untung atau rugi

Jumlah pemberian hasil keuntungan meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan yang didapat

Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat walaupun jumlah keuntungan berlipat ganda

Penerimaan/pembagian keuntungan adalah halal

Pengembalian/pembayaran bunga adalah haram

Sumber : Machmud dan Rukmana (2010)

2.1.2. Fungsi Perbankan Syariah

Terkait dengan asas operasional perbankan syariah, berdasarkan Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2008, disebutkan bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berazaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Selanjutnya, terkait dengan tujuan perbankan syariah, pada pasal 3 dinyatakan bahwa perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Dalam pasal 4 UU No. 21 Tahun 2008, disebutkan beberapa fungsi perbankan syariah, yaitu:


(27)

1. Bank syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.

2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibahatau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakaif).

4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam beberapa literatur perbankan syariah, bank syariah dengan beragam skema transaksi yang dimiliki dalam skema non-riba memiliki setidaknya empat fungsi (Yaya et al. 2009), yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi Manajer Investasi

Fungsi ini terlihat pada segi penghimpunan dana oleh bank syariah, khususnya dana mudharabah. Dengan fungsi ini, bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana (shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada penyaluran yang produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat menghasilkan keuntungan yang akan dibagihasilkan antara bank syariah dan pemilik dana.


(28)

Dalam penyaluran dana, bank syariah berfungsi sebagai investor (pemilik dana). Sebagai investor, penanaman dana yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada sektor-sektor yang produktif dengan risiko yang minim dan tidak melanggar ketentuan syariah. Selain itu, dalam menginvestasikan dana bank syariah harus menggunakan alat investasi yang sesuai dengan syariah. Investasi yang sesuai dengan syariah meliputi akad jual beli (murabahah, salam, dan istishna’), akad investasi (mudharabah dan musyarakah), akad sewa-menyewa (ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik), dan akad lainnya yang dibolehkan oleh syariah.

3. Fungsi Sosial

Fungsi sosial bank syariah merupakan sesuatu yang melekat pada bank syariah. Setidaknya ada dua instrumen yang digunakan oleh bank syraiah dalam menjalankan fungsi sosialnya, yaitu instrumen Zakat, Infak, Sadaqah, dan Wakaf (ZISWAF) dan instrumen qardhul hasan. Instrumen ZISWAF berfungsi utnuk menghimpun ZISWAF dari masyarakat, pegawai bank, serta bank sendiri sebagai lembaga milik para investor. Dana yang dihimpun melaui instrumen ZISWAF selanjutnya disalurkan kepada yang berhak dalam bentuk bantuan atau hibah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Instrumen qardhul hasan berfungsi menghimpun dana dari penerimaan yang tidak memenuhi kriteria halal serta dana infak dan sedekah yang tidak ditentukan peruntukannya secara spesifik oleh yang memberi.


(29)

Fungsi jasa keuangan yang dijalankan oleh bank syariah tidaklah berbeda dengan bank konvensional, seperti memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, letter of guarantee, letter of credit, dan sebagainya. Namun, dalam hal mekanisme mendapatkan keuntungan dari transaksi tersebut, bank syariah tetap harus menggunakan skema yang sesuai dengan prinsip syariah.

2.1.3. Mekanisme Penghimpunan Dana Perbankan Syariah

Sistem operasional bank syariah dapat disimpulkan terdiri atas sistem penghimpunan, sistem penyaluran dana yang dihimpun, dan sistem peyediaan jasa keuangan. Jika dibandingkan antar sistem operasional bank syariah dengan bank konvensional, perbedaannya terletak pada mekanisme perolehan keuntungan pada pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana bank. Mekanisme pemerolehan keuntungan nasabah penabung pada penghimpunan dana bank syariah terkait erat dengan hasil pemerolehan pendapatan pada kegiatan penyaluran dana oleh bank syariah. Hal ini disebabkan karena bank syariah menggunakan prinsip penghimpunan yang berbeda dengan bank konvensional.

Dalam bank syariah, sumber dana berasal dari modal inti (core capital) dan dana pihak ketiga, yang terdiri dari dana titipan (wadi’ah) dan kuasi ekuitas (mudarabah account). Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan, dan laba ditahan. Modal yang disetor hanya akan ada apabila pemilik menyertakan dananya pada bank melalui pembelian saham dan untuk


(30)

penambahan dana berikutnya, dapat dilakukan oleh bank dengan mengeluarkan dan menjual tambahan saham baru.

Cadangan adalah sebagian laba bank yang tidak dibagi, disisihkan untuk menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian hari. Sementara Laba ditahan adalah sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank sebagai cara untuk menambah dana modal.

Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank konvensional maupun syariah dilakukan dengan menggunakan instrumen tabungan, deposito, dan giro yang secara total biasa disebut dengan dana pihak ketiga. Akan tetapi, pada bank syariah, klasifikasi penghimpunan dana bank syariah tidak didasarkan pada nama instrumen tersebut melainkan berdasarkan pada prinsip yang digunakan. Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), prinsip penghimpunan dana yang digunakan dalam bank syariah ada dua, yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah.

a. Penghimpunan Dana dengan Prinsip Wadiah

Wadiah berarti titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh yang penerima titipan, kapan pun si penitip menghendaki. Wadiah dibagi atas dua, yaitu wadiah yad-dhamanah dan wadiah yad-amanah. Wadiah yad-dhamanah adalah titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan,


(31)

maka seluruhnya menjadi hal penerima titipan. Prinsip titipan wadiah yad-amanah adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai si penitip mengambil kembali titipannya.

b. Penghimpunan Dana dengan Prinsip Mudharabah

Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha di mana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Pihak yang menyediakan dana biasa disebut dengan istilah shahibul maal, sedang pihak yang mengelola usaha biasa disebut dengan istilah mudharib. Keuntungan hasil usaha dibagi sesuai dengan nisbah bagi hasil yang disepakati bersama sejak awal. Tetapi jika terjadi kerugian, shahibul maal akan kehilangan sebagaian imbalan dari hasil kerjanya selama proyek berlangsung.

2.1.4. Mekanisme Penyaluran Dana (Pembiayaan) Perbankan Syariah

Penyaluran dana perbankan syariah dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis skema, yaitu skema jual beli, skema investasi dan sewa.

1. Skema Jual Beli (Al-Tijarah)

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan pada saat akad (di depan) dan menjadi bagian harga jual barang kepada nasabah. Dalam skema ini terdiri atas tiga, yaitu murabahah, salam dan istishna :

a. Jual Beli dengan Skema Murabahah

Jual beli dengan skema murabahah adalah jual beli dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli.


(32)

b. Jual Beli dengan Skema Salam

Jual beli dengan skema salam adalah jual beli yang pelunasannya dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima.

c. Jual Beli dengan Skema Istishna’

Jual beli dengan skema istishna’ adalah jual beli yang didasarkan atas penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen untuk menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang disyaraktan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati.

2. Skema Investasi

Skema investasi dalam pembiayaan oleh bank syariah terdiri atas investasi dengan skema mudharabah dan investasi dengan skema musyarakah a. Investasi dengan Skema Mudharabah

Pada dasarnya, penyaluran dana dengan skema mudharabah sama dengan penghimpunan dana. Dalam transaksi penghimpunan, bank adalah mudharib (pengelola dana), sedang nasabah penabung/deposan adalah shahibul maal (pemilik dana). Akan tetapi, pada transaksi penyaluran dana dengan skema mudharabah, bank bertindak sebagai shahibul maal, sedang nasabah yang menerima pembiayaan bertindak sebagai pengelola dana.

b. Investasi dengan Skema Musyarakah

Investasi dengan skema musyarakah adalah kerja sama investasi para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati


(33)

sebelumnya, sedangkan apabila terjadi kerugian ditanggung semua pemilik modal berdasarkan porsi modal masing-masing.

3. Skema Sewa (Al-Ijarah)

Skema sewa terdiri atas dua skema, yaitu skema ijarah dan skema ijarah muntahiya bittamlik.

a. Sewa dengan Skema Ijarah

Sewa dengan skema ijarah adalah transaksi sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.

b. Sewa dengan Ijarah Muntahiya bittamlik

Sewa dengan skema ijarah muntahiya bittamlik adalah sewa–menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disediakannya dengan opsi perpindahan hak milik pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa.

2.1.5. Profit Distribution Management (PDM)

Berbagai definisi mengenai Profit Distribution (PD) banyak bermunculan. Ada yang menerjemahkan PD sebagai distribusi hasil usaha, distribusi pendapatan (Mawardi, 2005) dan distribusi bagi hasil (Antonio, 2001 dan Bank Indonesia, n.d.). Menurut bowo (n.d.), distribusi hasil usaha adalah perhitungan pembagian usaha antara shahibul maal dengan mudharib sesuai dengan nisbah yang disepakati awal akad. Menurut Antonio (2001), metode distribusi bagi hasil merupakan faktor tidak langsung dalam menentukan besarnya


(34)

bagi hasil yang akan dibagikan. Menurut Agustianto (2008), bagi hasil adalah keuntungan/hasil yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang diberikan kepada nasabah. Sundararajan (dalam Farook et al. 2009) menemukan bahwa beberapa bank dalam sampel penelitiannya melakukan PDM yang mengacu pada suku bunga. Farook et al. (2009), dalam sampel penelitiannya juga menemukan bahwa Indonesia cenderung melakukan PDM yang lebih tinggi dari beberapa bank lainnya.

Untuk menghitung PDM yang mengacu pada suku bunga ini, dapat digunakan Asset Spread. Asset Spread dapat dirumuskan sebagai berikut (Farook et al. 2009):

Asset spread = |(ROA - average ROIAH)|

2.1.6. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil

Dewan Syariah Nasional (DSN) sebagai otoritas fatwa dalam bidang keuangan syariah telah menetapkan dua metode distribusi bagi hasil, yaitu metode prinsip bagi hasil (revenue sharing) dan bagi untung (profit sharing). Yaya et al. (2009) menjelaskan bahwa terdapat dua prinsip perhitungan bagi hasil, yaitu revenue sharing dan profit sharing.

1. Revenue sharing

Revenue sharing adalah suatu prinsip bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan yang diperoleh atas pengelolaan dana berdasarkan nisbah yang disepakati. Dengan menggunakan sistem ini, bisa diartikan bahwa bank secara tidak langsung telah menjamin nilai nominal investasi nasabah. Dengan kata lain,


(35)

nasabah akan memperoleh nominal dana pada saat jatuh tempo, karena pendapatan yang diperoleh bank minimal adalah nol dan tidak mungkin terjadi pendapatan negatif (Mawardi, 2005). Jadi deposan tidak perlu khawatir karena saat ini bank syariah menggunakan revenue sharing dalam perhitungan bagi hasilnya.

Dengan pola revenue sharing, bagi hasil kepada deposan diperhitungkan dari pendapatan bank, sedangkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan bank akan diambil dari bagi hasil yang menjadi hak bank (Bank Indonesia, n.d.).

Pada penerapan prinsip revenue sharing dikatakan bahwa mudharib tidak boleh menggunakan harta mudharib sebagai biaya baik dalam keadaan menetap maupun berpergian. Karena mudharib telah mendapatkan bagian keuntungan, maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu dari harta itu, mendapatkan bagian yang lebih besar dari shahibul maal.

Dalam praktek perbankan syariah di Indonesia saat ini yang diterapkan adalah revenue sharing karena menurut DSN dalam fatwa DSB MUI No.15 tahun 2000 tentang prinsip distribusi hasil usaha dalam lembaga keuangan syariah, prinsip revenue sharing dilihat dari segi kemaslahatannya lebih baik dari pada profit sharing. Penggunaan revenue sharing dipandang dari sudut upaya menarik dana masyarakat, lebih mampu bersaing dalam perolehan return, karena dalam prinsip ini tidak dimungkinkan adanya bagi rugi (Mawardi, 2005).

Dalam revenue sharing pembagian keuntungan dilakukan sebelum dipotong biaya operasional dengan kata lain bagi hasilnya dihitung dari


(36)

keuntungan kotor/pendapatan (Agustianto, 2008). Contoh perhitungan revenue sharing adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Prinsip Bagi Hasil

Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil

Penjualan 100

Harga Pokok Penjualan 65

Laba Kotor 35 Gross profit sharing

Beban 25

Laba Rugi Bersih 10 Profit sharing

Sumber: diolah dari Yaya et al. (2009)

2. Profit sharing

Pada profit sharing, pembagian keuntungan dilakukan setelah dipotong biaya operasional dengan kata lain, bagi hasilnya dihitung dari keuntungan bersih (Agustianto, 2008). Jadi profit sharing yaitu suatu prinsip bagi hasil yang dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya pengelolaan dana berdasarkan nisbah yang disepakati (Mawardi, 2005).

Prinsip profit sharing diterapkan berdasarkan pendapat Abu Hanifah, Malik, Zaidiyah yang mengatakan bahwa mudharib dapat membelanjakan harta mudharabah hanya apabila perdagangannya itu diperjalanan saja baik itu berupa biaya makan, minum, pakaian dan sebagainya. Contoh perhitungan profit sharing adalah sebagai berikut:


(37)

Dasar Perhitungan Bagi Hasil Dasar Perhitungan

Bagi Hasil

Tabel 2.3

Mekanisme Perhitungan Profit Sharing

Uraian Jumlah

Penjualan 100

Harga Pokok Penjualan 65

Laba kotor 35

Beban 25

Nisbah (%) 50

Bagi hasil 5

Sumber: diolah dari Yaya et al. (2009)

Secara jelasnya, berikut disertakan perbedaan dari prinsip revenue sharing dan profit sharing:

Sumber : Yaya et al. (2009)

Gambar 2.1

Perbedaan Prinsip Bagi Hasil Revenue Sharing dan Profit Sharing

PRINSIP REVENUE SHARING PRINSIP PROFIT SHARING

PENDAPATAN: - Bagi Hasil - Margin - Sewa

PENDAPATAN: - Bagi Hasil - Margin - Sewa - lainya

DIKURANGI:

Hak bagi hasil pihak ketiga

DIKURANGI:

Beban operasional Pembiayaan mudharobah

DITAMBAH:

Pendapatan

DIKURANGI:

Beban Operasional

LABA/RUGI BERSIH LABA/RUGI BERSIH


(38)

2.1.7. Suku Bunga Bank Konvensional

Menurut Mishkin (dalam Raharja, 2011), suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang harus dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut. Oleh karena itu bunga juga dapat diartikan sebagai uang yang diperoleh atas pinjaman yang diberikan. Marshall (dalam Khaidar, 2007) berpendapat bahwa bunga adalah instrumen yang baik untuk menarik dana dari masyarakat, karena peningkatan suku bunga berarti peningkatan imbalan bagi deposan sehingga kecenderungan menabung akan tinggi.

a. Suku Bunga Nominal

Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan.

b. Suku bunga riil

Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.

2.1.8. Kecukupan Modal (KM)

Kecukupan Modal menggambarkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi untuk menutup risiko kerugian yang kemungkinan timbul dari penanaman dana dalam aset produktif yang mengandung risiko, serta untuk pembiayaan dalam aset tetap dan investasi. Rasio CAR dapat digunakan untuk mengukur kecukupan modal pada bank syariah (Muhammad, 2009). Menurut Yuliani (2007), CAR juga biasa disebut dengan rasio kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk


(39)

menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman aset yang mengandung risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank. CAR menunjukkan sejauh mana penurunan aset bank masih dapat ditutup oleh modal bank yang tersedia, semakin tinggi CAR, semakin baik kondisi sebuah bank (Achmad dan Kusumo, 2003). Semakin besar rasio ini, maka kesehatan bank dikatakan membaik. Berdasarkan ketentuan Bank for International Settlements, bank yang dinyatakan sebagai bank sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8% (Muhammad, 2005: 249).

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

Modal bank merupakan modal inti ditambah dengan pelengkap, di mana modal inti terdiri atas modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba/rugi tahun lalu, laba/rugi tahun berjalan dan bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan. Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi aset tetap, cadangan penghapusan aset yang diklasifikasikan, modal kuasi dan pinjaman subordinasi. Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) adalah nilai total masing-masing aset bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko asset tersebut (Susilo, 1999). ATMR mencakup baik aset yang tercantum dalam neraca maupun aset yang bersifat administratif.

2.1.9. Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK)

EDPK merupakan cerminan dari fungsi intermediasi bank, yaitu dalam menyalurkan dana pihak ketiga ke pembiayaan. EDPK dapat diukur dengan rasio


(40)

FDR. Konsep FDR beranjak dari Loan to Deposit Ratio (LDR). Istilah LDR lebih banyak digunakan dalam bank konvensional, sedangkan FDR pada bank syariah tidak dikenal istilah kredit (loan) namun pembiayaan (financing) (Antonio, 2001: 170).

Semakin tinggi rasio ini (menurut Bank Indonesia 85%-100%), semakin baik tingkat kesehatan bank, karena pembiayaan yang disalurkan bank lancar, sehingga pendapatan bank semakin meningkat. Namun, jika FDR > 100% maka semakin rendah kemampuan likuiditas bank. FDR yang menunjukkan angka yang rendah maka bank dalam kondisi iddle money atau kelebihan likuiditas yang akan menyebabkan opportunity lost dalam memperoleh laba lebih besar. Rasio FDR dirumuskan sebagai berikut :

Pembiayaan (financing) dalam perbankan syariah merupakan penyaluran dana kepada pihak ketiga, bukan bank dan bukan Bank Indonesia yang dikeluarkan dalam bentuk produk bank. Penyalurannya dana pada pihak ketiga harus berhubungan dengan sektor riil dan tidak boleh adanya sifat spekulatif (Amalia dan Edwin, 2007). Dana pihak ketiga dalam bank syariah adalah giro, titipan (wadiah), tabungan dan deposito.

2.1.10. Risiko Pembiayaan (RP)

Risiko Pembiayaan digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah. RP dapat diukur dengan rasio NPF.

Non Performing Financing (NPF) merupakan versi NPL bagi bank syariah.


(41)

(financing) (Antonio, 2001: 170). Menurut Komang (2004), NPL merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam menjaga risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah yang semakin buruk.

Risiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukan oleh pihak bank (Muhammad, 2005: 359). Dalam memberikan pembiayaan, Bank harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur dalam membayar kembali kewajibannya. Setelah pembiayaan diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan pembiayaan serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya. Suatu pembiayaan harus dikelola dengan baik untuk meminimalisasi risiko yang ada.

Rasio NPF dapat dirumuskan sebagai berikut :

2.1.11. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB)

Blancard (dalam Wibowo, 2006) memiliki definisi PDB sebagai berikut: (1) PDB adalah nilai barang dan jasa final yang dihasilkan dalam suatu ekonomi dalam periode tertentu, (2) PDB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu ekonomi dalam periode tertentu dan (3) PDB adalah jumlah pendapatan dalam suatu ekonomi pada periode tertentu. PDB digunakan sebagai alat ukur utama tingkat kesejahteraan ekonomi suatu negara. PDB mampu mengukur


(42)

kemampuan dari suatu negara untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan penduduknya (Nasution, 2009). PDB nominal menggunakan harga-harga yang tengah berlaku sebagai dasar perhitungan nilai produksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. PDB riil menggunakan harga konstan pada tahun dasar untuk menghitung nilai total produksi barang dan jasa dari suatu perekonomian. PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.

Rumus untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah:

PDB=konsumsi+investasi+pengeluaran pemerintah+(ekspor-impor)

Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pendapatan adalah: ��� = ���� + ����� + ����

Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Penelitian ini menggunakan PDB per kapita. Rumus umum untuk PDB per kapita adalah:

Rumus untuk menghitung pertumbuhan PDB adalah: PPDB = PDBt − PDBt – 1


(43)

2.1.12. Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI)

Pembiayaan Non Investasi (PPNI) bank syariah mengacu pada pembiayaan dengan tingkat tetap (sisi piutang). Berdasarkan larangan bunga dalam hukum islam, bank syariah memiliki keterbatasan dalam memilih dan menggunakan instrumen untuk memanfaatkan dana deposan. Pembiayaan Non Investasi adalah seperti Murabahah, Salam, Istishna‟ dan Ijarah. Biasanya instrument tersebut berada dalam jangka waktu 3 bulan hingga 8 tahun. PPNI diukur dengan rasio Loan Asset to Total Asset (LATA) (Farook et al. 2009).

2.1.13. Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK)

Kemampuan bank dalam menghimpun dana masyarakat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bank, baik itu penghimpunan dalam skala kecil ataupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Dana deposan merupakan dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana (Rinaldy, 2008). Dana merupakan masalah utama bagi bank sebagai lembaga keuangan, karena dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Jika dana tidak cukup, bank tidak mampu melakukan fungsinya dengan maksimal atau bahkan menjadi tidak berfungsi sama sekali.

PDPK merupakan variabel yang menggambarkan seberapa besar kebergantungan bank terhadap dana deposan. Dana deposan mampu


(44)

bertambahnya dana deposan. PDPK diukur melalui presentase dana deposan terhadap total aset.

PDPK dirumuskan sebagai berikut (Farook et al. 2009):

2.1.14. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Bank memiliki suatu kebijakan cadangan, kebijakan tersebut mengacu pada penyisihan kerugian. Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 5/9/2003 tentang Penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP) Bagi Bank Syariah, menyatakan bahwa bank syariah wajib membentuk PPAP untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana. Aset Produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administratif serta titipan sertifikat wadiah Bank Indonesia. PPAP adalah cadangan yang harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari baki debet berdasarkan penggolongan kualitas aset produktif sebagaimana ditetapkan dalam PBI (Bank Indonesia, 2003). Bank syariah wajib membentuk PPAP berupa cadangan umum dan cadangan khusus. Besarnya cadangan umum ditetapkan paling kurang sebesar 1% dari seluruh aset produktif yang digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan Surat Utang Pemerintah. Untuk cadangan khusus PPAP ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar (1) 5% dari aset produktif yang digolongkan dalam perhatian


(45)

khusus, (2) 15% dari aset produktif yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan, (3) 50% dari asset produktif yang digolongkan diragukan setelah dikurangi nilai agunan dan (4) 100% dari aset produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi nilai agunan.

2.1.15. Umur Bank (UB)

Pengalaman dalam menjalankan usaha bagi bank akan mempengaruhi keberadaan bank dalam menghadapi persaingan. Perusahaan yang telah lama berdiri dalam kondisi yang normal, pasti akan lebih banyak mengeluarkan publikasi jika dibandingkan perusahaan yang baru berdiri. Hal tersebut yang membuat investor lebih mudah dalam mendapatkan informasi dari perusahaan dan membangun kepercayaannya terhadap perusahaan.

Menurut Farook et al. (2009), dalam konteks bank, bank yang baru berdiri sama dengan perusahaan yang baru berdiri. Bank yang baru berdiri tersebut memiliki kekurangan informasi mengenai kondisi bank itu sendiri. Bank yang baru berdiri harus mampu melakukan tindakan yang membangun kepercayaan bagi para nasabahnya. Umur Bank dirumuskan sebagai berikut :

Umur Bank=Tahun dalam Periode Penelitian - Tahun Berdirinya Bank

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan profit distribution atau bagi hasil telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Misalnya, Rahman (2004) melakukan penelitian yang berjudul Analisa Faktor Internal Terhadap Distribusi Bagi Hasil


(46)

Bank Syariah (studi kasus pada PT. Bank Syariah Mandiri). Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah yang tersalurkan, pembiayaan musyarakah yang tersalurkan, pembiayaan lainnya yang tersalurkan, investasi surat berharga, aset untuk ijarah, piutang murabahah yang tersalurkan, piutang istishna yang tersalurkan, penempatan pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, CAR dan FDR terhadap distribusi bagi hasil PT. Bank Syariah Mandiri. Hasil penelitian adalah pembiayaan murabahah, penempatan pada bank sentral, penempatan bank lain dan pembiayaan lain kecuali ijarah berpengaruh secara signifikan positif terhadap distribusi bagi hasil. Pembiayaan istishna berpengaruh signifikan positif terhadap distribusi bagi hasil sedangkan pembiayaan musyarakah, mudharabah dan penempatan pada surat berharga tidak signifikan mempengaruhi distribusi bagi hasil.

Mawardi (2005) melakukan penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Muthlaqah, yang bertujuan untuk meneliti pengaruh tingkat bunga deposito bank konvensional, tingkat FDR, NPF, dan effective rate pendapatan bank terhadap return bagi hasil deposito mudharabah muthlaqah. Hasil penelitian adalah semua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Secara parsial, hanya variabel tingkat bunga deposito yang menunjukkan hubungan yang signifikan, sementara variabel independen lainnya tidak signifikan.

Vustany (2006) dengan penelitian yang berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Bagi Hasil Nasabah. Penelitian tersebut bertujuan


(47)

untuk meneliti pengaruh pendapatan bank, jumlah dana pihak ketiga, deposite rate 12 bulan, BI rate dan FDR terhadap pemberian bagi hasil nasabah. Hasil penelitian adalah pemberian bagi hasil nasabah secara signifikan hanya dipegaruhi oleh variabel pendapatan, BI rate dan FDR, sedangkan variabel yang tidak mempengaruhi signifikan secara statistik adalah jumlah dana pihak ketiga dan deposito rate 12 bulan.

Azmy (2009) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah. Tujuannya untuk meneliti pengaruh FDR, NPF, CAR, tingkat inflasi, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah. Hasil penelitian adalah variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan. Sedangkan variabel independen secara parsial hanya CAR, inflasi dan suku bunga yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah.

Farook et al. (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Profit

Distribution Management By Islamic Banks: An Empirical Investigation.

Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti apakah bank dalam sampelnya melakukan profit distribution management dan pengaruh Religiousty, Familiarity with Islamic banking, financial development, concentration market GDP, LA/TA, Deposit, Reserve, dan Bank-Age terhadap extent of Profit Distribution Management. Hasil penelitian adalah variabel religiousity, financial development, LA/TA, dan reserve berpengaruh secara positif terhadap extent of Profit


(48)

concentration market, deposit dan bank-age berpengaruh secara negatif terhadap extent of Profit Distribution Management.

Gagat (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Profit Distribution Management Atas Simpanan Deposan Pada Bank Syariah. Penelitian tersebut bertujuan untuk meneliti pengaruh Kecukupan Modal, PPNI (Proposi Pembiayaan Non Investasi), PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif), EDPK (Efektivitas Dana Pihak Ketiga), PDPK (Proporsi Dana Pihak Ketiga), RP (Rasio Pembiayaan), PPDB (Pertumbuhan Produk Domestik Bruto), UB (Umur Bank) terhadap Profit Distribution Management. Hasil penelitiannya adalah KM, PPNI, dan variabel PPAP secara parsial berpengaruh positif terhadap Profit Distribution Management. Sedangkan variabel EDPK dan PDPK secara parsial berpengaruh negatif terhadap Profit Distribution Management. Dan variabel RP, PPDB, UB secara parsial tidak berpengaruh terhadapa Profit Distribution Management.

Tabel 2.4

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Model

Analisis Hasil Dahlan A Rahman (2004) Analisa Faktor Internal Terhadap Distributi Bagi Hasil Bank Syariah (Studi Kasus Pada PT. Bank Syariah Mandiri) -pembiayaan Mudharabah yang tersalurkan -pembiayaan musyarakah yang tersalurkan -pembiayaan lainnya yang tersalurkan -investasi pada Regresi berganda -pembiayaan, murabahah, penempatan pada bank sentral, penempatan bank lain dan pembiayaan lain kecuali ijarah berpengaruh secara signifikan positif terhadap distribusi bagi hasil


(49)

surat berharga -aset yang diperoleh untuk ijarah -piutang murabahah yang tersalurkan -piutang istishna yang tersalurkan -penempatan pada Bank Indonesia -penempatan pada bank lain -distribusi bagi hasil -pembiayaan istishna berpengaruh signifikan negatif terhadap distribusi bagi hasil sedangkan pembiayaan musyarakah, mudharabah dan penempatan pada surat berharga tidak signifikan

mempengaruhi distribute bagi hasil

Nasrah Mawardi (2005) Factor-faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Muthlaqah -tingkat bunga deposito -FDR -NPF -effective rate pendapatan bank -return bagi hasil deposito mudharabah Regresi berganda -Secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. -Secara parsial, variabel tingkat bunga deposito yang menunjukkan hubungan yang signifikan dan variabel NPF menunjukkan pengaruh yang negative, sementara variabel lainnya tidak signifikan Rovi Octaviano Vustany (2006) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Bagi Hasil Nasabah -pendapatan bank -dana pihak ketiga

-deposite rate 12

Regresi berganda

-Secara signifikan, pemberian bagi hasil nasabah hanya dipengaruhi oleh pendapatan bank, BI rate dan FDR


(50)

bulan -BI rate -FDR -pemberian bagi hasil nasabah -Variabel Deposit dan deposito rate 12

bulan tidak mempengaruhi

pemberian bagi hasil nasabah secara signifikan M. Showwan Azmy (2009) Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Pada bank Umum Syariah di Indonesia -FDR -NPF -CAR -tingkat inflasi -suku bunga pertumbuhan ekonomi

-tingkat bagi hasil simpanan mudharabah Regresi berganda -secara simultan variabel independen berpengaruh signifikan terhadap tingkat bagi hasil simpanan

mudharabah

-secara parsial, hanya CAR, inflasi dan suku bunga yang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat bagi hasil simpanan mudharabah Sayd. Farook, M. Kabir Hassan, dan Gregory Clinch (2009) Profit Distribution Management By Islamic Banks: An Empirical Investigation -religiousity -familiarity with Islamic banking -financial development -concentration market -GDP LA/TA -deposit -reserve -bank-age -profit distribution Regresi berganda -variabel religiousity, financial development, LA/TA, dan reserve berpengaruh secara positif terhadap extent of profit distribution

managemen

-familiary with Islamic banking, concentration

market, deposit dan bank-age


(51)

management Gagat Panggah Mulyo dan Hj. Siti Mutmainah (2011) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Profit Distribution Management Atas Simpanan Deposan Pada Bank Syariah Di Indonesia -kecukupan modal -proporsi pembiayaan non investasi -penyisihan penghapusan aktiva produktif -efektivitas dana pihak ketiga -proporsi dana pihak ketiga -profit distribution managent -risiko pembiayaan -pertumbuhan produk domestic bruto -umur bank Regresi berganda =kecukupan modal, proporsi pembiayaan non investasi, dan penyisihan penghapusan aktiva produktif secara parsial berpengaruh positif terhadap Profit Distribution Managaement -efektivitas dana pihak ketiga, proporsi dana pihak

ketiga secara parsial berpengaruh negative terhadap profit sitribution management -risiko pembiayaan, pertumbuhan produk domestik bruto dan umur bank secara parsial tidak berpengaruh terhadap profit distribution

management Sumber: Data sekunder yang diolah (2012)

Keterangan :

FDR : Financing to Deposit Ratio NPF : Non Performing Financing CAR : Capital Adequancy Ratio LATA : Loan Asset to Total Asset


(52)

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukan sebelumnya, maka model kerangka konseptual sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini mencoba mencari hubungan antara Profit Distribution Management (PDM) terhadap kedelapan variabel, yaitu: 1. Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profit Distribution Management

Kecukupan Modal (KM) menggambarkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi untuk menutupi risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aset-aset produktif yang

Efektivitas Dana Pihak Ketiga: Financing to Deposit Ratio (EDPK) (X2)

Risiko Pembiayaan: Non Perfprming Financing (RP) (X3)

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto: Growth of Gross Domestik Product (PPDB) (X4)

Proporsi Dana Pihak Ketiga: Non Investment Financing (PDPK) (X5)

Proporsi Pembiayaan Non Investasi: Non Investment Financing

(PPNI) (X6)

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif: Allowance for possible losses (PPAP) (X7)

Umur Bank: Age of bank (UB) (X8)

Kecukupan modal: Capital Adequancy Ratio

(KM) (X1)

Profit Distribution Management (PDM)


(53)

mengandung risiko, serta untuk pembiayaan dalam aset tetap dan investasi. Kecukupan Modal diukur dengan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio). CAR yang tinggi membuat bank mampu meredam risiko-risiko yang muncul. Sehingga manajer bank lebih berani melakukan PDM yang mengacu pada suku bunga dikarenakan bank sedang dalam kondisi yang aman.

2. Pengaruh Efektivitas Dana Pihak Ketiga Terhadap Profit Distribution Management

Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK) menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank dalam mengelola pembiayaan yang bersumber dari dana deposan. EDPK dapat diukur dengan rasio FDR (Financing to Deposit Ratio). Tingkat bagi hasil (profit distribution) yang akan diterima deposan akan sangat bergantung pada jumlah dana yang disalurkan (tercermin dalam FDR), karena makin produktif dana yang dititipkan disalurkan dalam pembiayaan maka ada kemungkinan bagi hasil yang diterima lebih besar. Apabila EDPK yang diukur dengan rasio FDR semakin tinggi, maka bagi hasil akan semakin tinggi juga. 3. Pengaruh Resiko Pembiayaan Terhadap Profit Distribution Management

Tingkat bagi hasil (profit distribution) yang akan diterima nasabah akan sangat bergantung pada jumlah dana yang disalurkan dan seberapa baik kualitas pembiayaan yang diberikan bank, karena hal ini akan mempengaruhi perolehan laba dari penggunaan dana nasabah yang bisa diindikasikan melalui tingkat Resiko Pembiayaan (RP) yang diukur dengan rasio NPF. Semakin baik kualitas pembiayaan yang disalurkan bank, makin kecil tingkat NPF. Apabila Resiko


(54)

Pembiayaan yang diukur dengan rasio NPF semakin kecil, maka bagi hasil semakin tinggi.

4. Pengaruh Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB) Terhadap Profit Distribution Management

Kondisi perekonomian dapat tercermin melalui PPDB. Kondisi perekonomian yang baik menandakan kegiatan produksi dalam negeri sehat dan dicerminkan oleh pertumbuhan PDB di setiap waktu. Pada kondisi tersebut masyarakat sebagai pemilik faktor produksi secara agregat akan memperoleh pendapatan yang lebih besar. Pendapatan yang lebih besar ini akan berdampak bagi baik terhadap kondisi keuangan bank. Ketika terjadi hal yang sebaliknya, maka akan terjadi peningkatan tingkat pengangguran dan penurunan dalam pertumbuhan bisnis. Ketika resesi pertumbuhan PDB tidak akan terjadi, namun penurunan PDB yang akan terjadi. Dalam resesi terdapat kemungkinan bahwa individu maupun pebisnis akan kesulitan atau bahkan tidak mampu memenuhi kewajiban membayar hutang kepada bank (Farook et al. 2009). Akibatnya, aset yang didanai oleh deposan (Investment Account Holder/IAH) akan memiliki kinerja yang memburuk.

5. Pengaruh Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI) Terhadap Profit Distribution Management

Pembiayaan Non Investasi (PPNI) bank syariah mengacu pada pembiayaan dengan tingkat tetap (piutang). Pembiayaan Non Investasi adalah seperti Murabahah, Salam, Istishna‟ dan Ijarah. Pembiayaan jenis ini menggunakan tingkat harga dan keuntungan yang disepakati di awal kontrak.


(55)

Selama kontrak ini berjalan dan pembayaran diangsur, waktu semakin berjalan. Saat berjalannya waktu, terdapat kemungkinan terjadi perubahan tingkat suku bunga. Sehingga bank syariah berhadapan dengan fund gap antara asset returns yang sudah ditetapkan di awal kontrak dengan dana deposan yang digunakan untuk proses pembiayaan non investasi tersebut. Deposan sebagai pemilik dana yang tergolong dalam floating segment akan sangat sensitif terhadap perubahan tingkat suku bunga, mereka berharap mendapat return yang tidak kalah menariknya dari bank lain. Kenyataannya dana mereka digunakan oleh bank untuk pembiayaan non investasi yang tergolong menggunakan tingkat harga dan keutungan yang tetap yang telah disepakati di awal kontrak. Hal ini dinamakan profit rate risk.

Oleh karena itu besarnya PPNI ini akan menentukan tingkat di mana bank syariah melakukan PDM untuk return mismatch dalam keadaan pasar di mana terdapat perubahan suku bunga (Farook et al. 2009). Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat rasio, di mana angka proporsi pembiayaan non investasi semakin tinggi, sehingga semakin tinggi tingkat PDM.

6. Pengaruh Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK) Terhadap Profit Distribution Management

Dana pihak ketiga merupakan dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana (Rinaldy, 2008). Dana merupakan masalah utama bagi bank sebagai lembaga keuangan, karena dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Jika dana tidak cukup, bank tidak mampu melakukan


(56)

fungsinya dengan maksimal atau bahkan menjadi tidak berfungsi sama sekali. PDPK merupakan proksi yang menggambarkan seberapa besar ketergantungan bank terhadap dana pihak ketiga. Farook et al. (2009) juga berpendapat bahwa bank syariah dengan proporsi dana pihak ketiga yang lebih kecil dari pada dana pemegang saham cenderung tidak mengelola PDM yang mengacu pada suku bunga. Bank syariah tersebut kemungkinan lebih menyediakan PDM yang bersifat konsisten sesuai dengan asset returns yang diperoleh. Jika PDPK semakin tinggi artinya jumlah deposan pun meningkat.

7. Pengaruh PPAP Terhadap Profit Distribution Management

Bank Indonesia melalui PBI No 5/9/2003 tentang PPAP bagi bank syariah menetapkan bahwa bank syariah wajib membentuk PPAP untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana. Walaupun besarnya penyisihan dalam batasan persentase tertentu ditentukan oleh Bank Indonesia, namun pihak manajemen bank masih diberikan keleluasaan untuk menentukan kualitas aset berdasarkan ketentuan yang diatur dalam PBI tersebut serta membentuk cadangan PPAP melebihi cadangan yang wajib dibentuk. Konsekuensinya, PPAP ini mendorong bank untuk lebih berani dalam mengambil risiko dalam melakukan pembiayaan karena tahu bahwa PD ke nasabah terlindungi. Terdapat kemungkinan bahwa bank syariah lebih nyaman melakukan PDM jika terdapat cadangan tersebut (Farook et al. 2009).


(57)

8. Pengaruh Umur Bank Terhadap Profit Distribution Management

Pengalaman dalam menjalankan usaha bagi bank akan mempengaruhi keberadaan bank dalam menghadapi persaingan. Menurut Farook et al. (2009), dalam konteks bank, bank yang baru berdiri sama dengan perusahaan yang baru berdiri. Bank yang baru berdiri memiliki kekurangan informasi mengenai kondisi bank itu sendiri. Bank yang baru harus mampu melakukan tindakan yang membangun kepercayaan bagi para stakeholdernya. Bagi bank syariah ini merupakan hal yang buruk terutama karena penggunaan sistem bagi hasil. Susahnya mendapatkan laba akan membuat bagi hasil semakin kecil, hal ini akan mengakibatkan deposan menarik dananya dan memindahkannya pada bank yang memberikan return lebih baik (displacement fund).

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah Kecukupan Modal (KM), Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK), Risiko Pembiayaan (RP), Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB), Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI), Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK), Penghapusan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP), Umur Bank (UB) yang berpengaruh signifikan secara simultan dan parsial terhadap Profit Distribution Management pada Unit Usaha Syariah di Indonesia.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Profit Distribution

Management pada Unit Usaha Syariah di Indonesia ini merupakan jenis

penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2010), penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia melalui internet dengan menggunakan website dalam penelitian yaitu Unit Usaha Syariah di Indonesia, serta jurnal-jurnal penelitian terdahulu.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan November 2013 sampai dengan April 2014.

3.3. Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(59)

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu: a. Variabel Dependen, yaitu Profit Distribution Management (PDM).

b. Variabel Independen, yaitu Kecukupan Modal (KM), Efektivitas Dana Pihak Ketiga (EDPK), Risiko Pembiayaan (RP), Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PPDB), Proporsi Pembiayaan Non Investasi (PPNI), Proporsi Dana Pihak Ketiga (PDPK), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), Umur Bank UB).

2. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan Unit Usaha Syariah periode 2009-2013.

3.4. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Profit Distribution Management (PDM). Profit Distribution

Management (PDM) menggambarkan tingkat di mana bank melakukan

kewajibannya dalam membagi keuntungan dari hasil usaha kepada deposan simpanan sebagai pemilik modal. Menurut model penelitian Farook et al. (2009), penelitian ini menggunakan asset spread sebagai metode untuk menghitung PDM yang mengacu pada suku bunga. Asset Spread adalah absolute spread antara


(1)

Lampiran 3 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

a. Histogram


(2)

c. Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 85

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .47493989

Most Extreme Differences

Absolute .129

Positive .129

Negative -.118

Kolmogorov-Smirnov Z 1.189

Asymp. Sig. (2-tailed) .118

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

2. Uji Multikolonearitas Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

Ln_CAR .952 1.050

Ln_FDR .628 1.593

Ln_NPF .827 1.209

Ln_GDP .819 1.222

Ln_PPNI .444 2.252

Ln_PDK .354 2.828

Ln_PPAP .719 1.391

Ln_UB .745 1.343


(3)

3. Uji Heteroskedastisitas a. Scatter Plot

b. Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .380 1.261 .301 .764

Ln_CAR .137 .111 .138 1.239 .219

Ln_FDR -.192 .143 -.184 -1.339 .185

Ln_NPF -.063 .036 -.210 -1.750 .084

Ln_GDP .262 .345 .091 .759 .450

Ln_PPNI .136 .127 .174 1.065 .290

Ln_PDK -.087 .173 -.093 -.506 .614

Ln_PPAP .037 .102 .046 .359 .721

Ln_UB -.093 .104 -.113 -.898 .372


(4)

4. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .448a .200 .116 .49931 1.887

a. Predictors: (Constant), Ln_UB, Ln_FDR, Ln_PPAP, Ln_CAR, Ln_NPF, Ln_GDP, Ln_PPNI, Ln_PDK


(5)

Lampiran 4 Pengujian Hipotesis a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAb Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.749 8 .594 2.381 .024a

Residual 18.948 76 .249

Total 23.697 84

a. Predictors: (Constant), Ln_UB, Ln_FDR, Ln_PPAP, Ln_CAR, Ln_NPF, Ln_GDP, Ln_PPNI, Ln_PDK

b. Dependent Variable: Ln_PDM

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -3.984 1.799 -2.215 .030

Ln_CAR .397 .158 .263 2.506 .014 .952 1.050

Ln_FDR .533 .204 .338 2.607 .011 .628 1.593

Ln_NPF -.077 .051 -.169 -1.501 .138 .827 1.209

Ln_GDP -.444 .493 -.102 -.900 .371 .819 1.222

Ln_PPNI .043 .182 .036 .236 .814 .444 2.252

Ln_PDK .127 .247 .089 .515 .608 .354 2.828

Ln_PPAP .080 .146 .066 .548 .585 .719 1.391

Ln_UB .237 .148 .190 1.601 .114 .745 1.343


(6)

c. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .448a .200 .116 .49931 1.887

a. Predictors: (Constant), Ln_UB, Ln_FDR, Ln_PPAP, Ln_CAR, Ln_NPF, Ln_GDP, Ln_PPNI, Ln_PDK