Kesimpulan Praktik Strategi Kelangsungan Hidup Masyarakat Difabel Miskin (Studi Kasus Pada Kampung Tunagrahita di Dusun Tanggungrejo Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo Jawa Timur.

321 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemiskinan bukanlah suatu permasalahan yang mudah adanya di Kampung Tunagrahita Dusun Tanggungrejo untuk diselesaikan karena akhir berada pada proses perubahan itu sendiri. Kehidupan dinamika sosial masyarakat yang berubah-ubah dipengaruhi oleh kondisi alam selalu menuntut adanya aktor untuk bertahan hidup. Perubahan sosial masyarakat dan kemajuan teknologi menciptakan kapitalisme baru menghimpit eksistensi kaum lemah di Kampung Tunagrahita. Kondisi masyarakat yang banyak terdapat warga cacat fisik dan mental membentuk dinamika pergulatan seiring berjalannya perubahan sosial di masyarakat. Keberadaan tersebut menuntut adanya masyarakat untuk menjaga dan mengembangkan eksistensi Kampung Tunagrahita di berbgaia sektor baik pertanian, peternakan maupun buruh tani yang merupakan sektor pokok bagi masyarakat Dusun Tanggungrejo. Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 322 1. Karakteristik penyandang cacat di Kampung Tunagrahita Dusun Tanggungrejo terdapat dua jenis yaitu cacat mental dan cacat fisik dan mental sekaligus serta dengan kategori ringan yaitu tindakan negatif mudah dikendalikan, kategori sedang perlu pengendalian yang lebih daripada kategori ringan, sedangkan kategori berat perlu peran lingkungan sekitar dalam pengendaliannya. Dalam kaitannya dengan teori Michael Foucault terkait tubuh dan kegilaan bahwa kaum difabel di Kampung Tunagrahita tidak diasingkan, tidak termarjinalkan. Keberadaan kaum difabel dalam keluarga beraktivitas pada pertanian dan peternakan baik dilibatkan maupun mengikuti dengan sendirinya yang sifatnya membantu namun tidak pada aktivitas buruh tani demi menjaga eksistensi dan keberadaan petani atas tindakan-tindakan yang merugikan. Keberadaan kaum difabel di Kampung Tunagrahita tidak sepenuhnya ditentukan, dibentuk dan dikuasai oleh kekuasaan dunia objektif namun dialektika adanya. Struktur difabel dibentuk oleh struktur masyarakat termasuk peran pemberdaya sehingga mereka lebih terstruktur dalam melakukan aktivitas sesuai dengan nilai dan norma yang dilegitimasi oleh masyarakat, namun peran pemberdaya dan struktur masyarakat juga terbentuk atas dasar keberadaan serta keahlian secara terstruktur yang dimiliki oleh kaum difabel. Eksistensi dan aktivitas kaum difabel membentuk kesadaran dan kepedulian masyarakat sehingga menciptakan struktur pembangunan dan pemberdayaan. Pada intinya, difabel mental kategori ringan lebih produktif dibandingkan dengan difabel kategori lainnya sedang dan berat serta tidak terlalu membutuhkan pendampingan maupun pengawasan baik dari keluarga maupun lingkungan lebih mandiri mumpuni . Mereka juga mudah dibentuk dan membentuk mudah dibelajari, dbimbingdibina dan ketika bisa mereka juga bisa membinamelatih yang lain. Sedangkan kelompok difabel kategori sedang mereka produktif namun tidak lebih daripada kelompok difabel kategori ringan bertani, beternak, dll. Hal ini karena mereka lebih mempunyai keterbatasan-keterbatasan tertentu pendiam, keterbatasan berkomunikasi, kerja tidak maksimal, mudah merefleksikan titik jenuh, capek, dll. Kelompok ini juga lebih membutuhkan pengawasan baik dari lingkungan keluarga maupun lengkungan sekitar di Dusun Tanggungrejo. 323 Sedangkan kelompok difabel fisik dan mental kategori berat cenderung lebih tidak produktif dan membutuhkan pengawasan, penjagaan dan pendampingan baik dari keluarga maupun lingkungan yang lebih kestrim. Bahkan dijauhkan dari benda- benda tajam dan kaum lemah. Hal ini untuk menjaga eksistensi antara difabel dan non difabel. Sehingga difabel di Dusun Tanggungrejo dapat dipermudah pemahamannya bahwa difabel yang berkategorikan semakin ke arah ringan semakin produktif dan sedikit pengawasan, sedangkan difabel yang berkategorikan ke arah berat cenderung lebih kurang bahkan tidak produktif serta memerlukan banyak pengawasan dan pendampingan. 2. Kondisi kemiskinan keluarga penyandang difabel mental maupun difabel fisik dan mental sekaligus di Kampung Tunagrahita di Dusun Tanggungrejo Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo bedasarkan hasil temuan dilapangan aspek kemiskinan yang diukur melalui indikator dari BKKBN bahwa sebagian besar keluarga para pelaku strategi kelangsungan hidup dalam kategori tingkat sejahtera satu yaitu sebanyak 61 dan 39 masih dalam kategori pra sejahtera. Dalam kaitannya dengan teori Robert Chambers, tipologi kemiskinan masyarakat perdesaan sebagai perangkap kemiskinan di Kampung Tunagrahita Dusun Tanggungrejo yaitu kemiskinan jasmani dan rokhani akibat kekurangan gizi sehingga melemahkan fisik bahkan menjadikan cacat, kelemahan fisik atau jasmaniah dalam suatu rumah tangga akibat cacat tersebut dalam suatu keluarga berakibat terhambatnya aktivitas di berbagai arena, jauhnya aksesibilitas serta akses jaringan elektronik merupakan aspek isolasi bagi masyarakat Kampung Tunagrahita, datangnya musim kemarau, kekeringan sungai dan irigasi di musim hujan, bencana alam merupakan kerawanan atau kerentanan sehingga membentuk ketidakberdayaan bagi masyarakat di Kampung Tunagrahita Dusun Tanggungrejo. Tipologi lain berdasarkan temuan lapangan yaitu keterbatasan jumlah tenaga kerja dalam keluarga; kemiskinan informasi akibat datangnya warga baru termasuk peneliti yang merubah budaya; serta pesimisme atau sikap pasif, materialisme dan ketergantungan akibat terbiasa menunggu bantuan. haal tersebut merupakan aspek natural, struktural dan kultural yang menjadikan keluarga difabel di Kampung Tunagrahita tidak berdaya. 324 3. Praktik Strategi Kelangsungan Hidup Keluarga Penyandang Difabel Mental maupun Dfabel Fisik dan Mental di Kampung Tunagrahita di Dusun Tanggungrejo Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo a. Pelaku Praktik Strategi Kelangsungan Hidup sebagai aktor dalam kelompok difabel baik kategori ringan, maupun sedang telah membangun kesamaan dan perbedaan habitus. Habitus yang sama misalnya habitus tandur, ngopeni, ngentun yotro, sambatan, narimo ing pandum, ngajeni dengan yang lebih tua, macak, obah, gemati ngalas, menjaga orang tua . Namun dalam kelompok tersebut juga memiliki perbedaan kecenderungan seperti kelompok difabel kategori ringan misalnya memiliki kecenderungan ketergantungan sosial yang rendah, emosional negatif yang ringan. Kelompok difabel mental kategori sedang memiliki kecenderungan ketergantungan sosial yang sedang, emosional negatif sedang, ora ngoyo, perbendaharaan keta yang kurang berfungsi semestinya. Kelompok aktor difabel fisik dan mental sekaligus kategori sedang memiliki kecenderungan ketergantungan sosial yang tinggi, pendiam, kesulitan menyesuaikan diri, keterbatasan sosial, kebiasaan kerja kurang baik. Sedangkan kelompok aktor difabel berat memiliki kecenderungan sangat ketergantungan sosial, keterbatasan sosial, tidak dapat menunjukkan dorongan pemeliharaan diri, pengabaian rasa. Berbagai habitus ini terbangun dalam seluruh aktivitas aktor di lingkungan dalam dan luar Kampung Tunagrahita Dusun Tanggungrejo dengan berperan rutin baik dibimbing maupun kemauan sendiri dan praktik langsung. b. Berbagai modal yang dimiliki oleh aktor modal budaya, modal sosial, modal ekonomi, dan modal simbolik mengiringi pergerakan aktivitas pertanian, peternakan serta buruh tani para kelompok aktor. Modal-modal yang dimiliki oleh kelompok aktor dapat sebagai modal pendukung bahkan modal penghambat dalam eksistensi dan pengelolaan Praktik Strategi Kelangsungan Hidup di Kampung Tunagrahita Dusun Tanggungrejo. Modal budaya berupa pengetahuan tentang bertani, berternak dan buruh tani. Modal sosial berupa jaringan dan solidaritas yang dibangun aktor dengan berbagai pihak baik di dalam maupun di luar Kampung Tunagrahita. Modal ekonomi berupa sumber pendanaan yang ada dalam setiap aktivitas serta dari pemerintah dan swasta. Kecuali pelaku arena 325 buruh tani bagi aktor tidak diperlukan adanya modal ekonomi karena seluruh pendanaan, peralatan dan perlengkapan disediakan oleh penyedia lapangan kerja dalam melakukan aktivitas tersebut. Sedangkan modal simbolik berupa historis, kualitas dan labelling “Kampung Idiot” yang melekat pada para aktor serta pengalamannya di berbagai arena. Modal lain yang dipandang penting yaitu modal tenaga, kesehatan dan kenormalan terutama dalam buruh tani, iklim dan cuaca. Sedang kelompok aktor difabel kategori berat memiliki keterbatasan modal-modal tersebut. c. Aktor di Kampung Tunagrahita Dusun Tanggungrejo dalam ranah pertanian, peternakan serta buruh tani menjadikan sebuah arena perjuangan para aktor dalam Praktik Strategi Kelangsungan Hidup Masyarakat Kampung Tunagrahita Dusun Tanggungrejo untuk mencapai tingkat kesejahteraan keluarga difabel. Melalui habitus dan modal yang dimiliki, para aktor memposisikan diri, memperebutkan sumber daya modal dan demi memperoleh aksesnya. Namun ranah pertanian, peternakan dan buruh tani di Kampung Tunagrahita bukan merupakan arena pertarungan atau memperebutkan posisi, pada kenyataannya diantara ranah-ranah tersebut saling membentuk, saling membangun dan saling melengkapi adanya untuk mencapai kesejahteraan pelaku dalam Praktik Strategi Kelangsungan Hidup Kampung Tunagrahita Dusun Tanggungrejo serta didukung adanya oleh kondisi lingkungan baik di dalam maupun di luar Dusun Tanggungrejo. d. Aktor sebagai pelaku Praktik Strategi Kelangsungan Hidup di Kampung Tunagrahita dengan Habitus X Modal + Arena-nya masing-masing tentu memiliki praktik yang relatif berbeda. Kelompok aktor difabel mental ringan misalnya dalam pertanian aktor bercocok tanam jagung, kacang tanah, padiketela; nggaduh , kerja bakti, sambatan , berkerajinan. Dalam arena peternakan aktor pelihara sapi, kambing, lele, unggasayam; nggaduh, kerja bakti, arisan. Dalam arena buruh tani aktor buruh mencangkul, danger, ngerabuk, buruh tanam, pikul gendong, ripu, matun; kerja bakti, arisan, bebrayan, kenduren. Selanjutnya kelompok aktor difabel kategori sedang dalam arena pertanian aktor membantu keluarga dalam proses bercocok tanam jagung, kacang tanah, padiketela; nggaduh , kerja bakti, sambatan , berkerajinan. Dalam arena 326 peternakan aktor pelihara sapi, kambing, lele, unggasayam dengan bantuan pengawasan dan pendampingan; nggaduh, kerja bakti, arisan. Sedangkan kelompok aktor difabel kategori berat sebagai penjaga rumah, penghangat teman keluarga, penjaga gang kampung. Strategi yang digunakan yaitu dualitas praktik dan mutual arena sehingga saling melengkapi dan menghidupi. Strategi lain yaitu praktik yang digunakan untuk improvisasi masa silam, untuk kebutuhan yang sedang dilakukan dan yang akan datang antisipasi. e. Peran pemerintah dan swasta dalam praktik strategi kelangsungan hidup keluarga penyandang difabel mental maupun difabel fisik dan mental sekaligus di Kampung Tunagrahita Dusun Tanggung Rejo Desa Karangpatihan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo berupa pendanaan, pendampingan, binaan maupun pemberdayaan. Bentuk realnya yaitu 24 kolam besar dengan ukuran 4x6 meter dari swadaya masyarakat dengan daya tampung 15.000 bibit lele serta rumah BLK beserta segala peralatannya. Sedangkan 40 kolam dari CSR BI Kediri dan 17 kolam dari CSR BI Jakarta dengan daya tampung 1000 bibit lele per kolam dengan luas 1x1,5 cm. Pendanaan awal dari CSR BI Kediri Rp. 3. 000.000,- dan tahap ke dua Rp. 25. 000.000,- hingga pendanaan dari semua CSR tersebut tercapai kisaran Rp. 300.000.000,- dengan melibatkan 36 warga desa untuk pemandu. Kolam induk 5,5x24 meter dengan daya tampung 25.000 ekor lele sebagai penampungan pemanenan warga untuk dijual ke pengepul. Tanah kas desa 4.350 meter persegi sebagian dipergunakan untuk lahan peternakan. Peran pemerintah pada pembangunan akses infrastruktur dan aksesibilitas termasuk jalan dan jembatan, program PNPM, RasKin, program bantuan rumah, air dan kelistrikan. Bantuan-bantuan lain berupa pembuatan sumur resapan dan reboisasi hutan. Pembangunan infrastruktur untuk memperlancar aktivitas masyarakat dan mempercepat perputaran ekonomi. Peran pemerintah dan swasta tersebut merupakan penunjang bagi para aktor terutama dalam modal-modal. Pemupukan pengetahuan dan pembelajaran dari pihak pemberdaya meningkatkan keahlian para aktor; pembentukan program dan jaringan menunjang modal sosial bagi para aktor; peralatan, perlengkapan serta pendanaan merupakan penunjang modal ekonomi serta keberadaan pihak berpengaruh dan kualitas hasil panen, labelling 327 serta pengembangan Obyek Wisata merupakan prestise dan daya tarik bagi para pelaku untuk mendukung Praktik Strategi Kelangsungan Hidup Keluarga di Kampung Tunagrahita Dusun Tanggungrejo.

B. Implikasi

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25