65
dilakukan Sigmund Freud yang menghancurkan rezim bisu yang diterapkan para pembaru. Menurut Foucault, satu-satunya jalan bagi kegilaan untuk hidup di dalam
dirinya, diluar wewenang nalar adalah melalui seni dan filsafat Demartoto, 2005:14. Menurut Foucault, secara umum dalam masyarakat primitif dan modern di
abad pertengahan, sesuatu yang disebut dengan “status universal”-lah yang diberikan
pada orang gila. Salah satu perbedaannya ialah, dari abad 17 hingga abad 19, hak untuk meminta pengurungan orang gila dilakukan keluarganya. Keluarga-lah yang
pertama kali mengucilkan orang gila. Sekarang mulai abad 19, hak istimewa ini secara perlahan hilang dari keluarga dan kemudian diberikan kepada dokter. Guna
mambatasi orang gila, surat kesehatan menjadi penting, semua tanggungjawab dan haknya sebagai keluarga dicabut, bahkan dia kehilangan status kewarganegaraannya
dan menjadi objek larangan hukum. Hukum memberlakukan semua pengobatan dalam membantu orang gila dengan status marginal.
Kedua
, seksualitas dan sistem keluarga pada abad 19 di Eropa, praktik seksual seperti mastrubasi, homoseksual,
nimfomania. Semua penyimpangan ini diidentifikasikan dengan kegilaan dan dipertimbangkan sebagai gangguan yang muncul seorang individu yang tidak mampu
beradaptasi dengan keluarga borjuis Eropa. Ketiga, bahwa status orang gila dengan perhatian terhadap bahasa dianggap aneh oleh orang Eropa Foucault, 2009:109
D. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran merupakan arahan penalaran untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan yaitu masyarakat
sebagai sebuah kesatuan subjek yang memiliki berbagai fenomena karakteristik dan problematika dalam kehidupannya. Salah satu yang terjadi pada Kampung
Tunagrahita di Dusun Tanggungrejo, Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo adalah bahwa masyarakat tesebut merupakan masyarakat
difabel yang memiliki karakteristik kecacatan antara lain cacat mental, cacat fisik dan mental sekaligus. Setelah melihat karakteristik tersebut kemudian melihat bagaimana
kondisi maupun bentuk kemiskinan. Karena pada dasarnya selain masyarakat mengalami difabel juga dilanda kemiskinan. Sedangkan kemiskina menurut
Chambers, bahwa masyarakat perdesaan yang miskin mempunyai tipologi sebagai perangkap kemiskinan, yakni: a kemiskinan jasmani dan rokhani; b kelemahan fisik
66
atau jasmanish; c isolasi; d kerawanan atau kerentanan; e ketidakberdayaan Chambers, 1988:146-147. Berbagai faktor tersebut yang melanda masyarakat
Kampung Tunagrahita dan dari kesemuanya itu bersifat tumpang tindih sehingga masyarakat sulit untuk keluar dari kemiskinannya.
Berkaitan dengan tubuh dan kegilaan, menurut Foucault bahwa tubuh merupakan tempat yang paling esensial untuk mengamati penyebaran dan
beroperasinya relasi-relasi kekuasaan. Tubuh adalah tempat dimana praktek-praktek sosial yang paling lokal dan mikro
most minute
mempertautkan dirinya dengan sirkulasi kekuatan impersonal dalam skala besar. Lebih jauh tercapai suatu kejelasan
bagaimana suatu tubuh sampai digolong-golongkan, dikonstitusi, ditematisasikan, dan dimanipulasi oleh kekuasaan Foucault, 2009:107. Dari berbagai klasifikasi maupun
karakteristik difabel di atas sehingga bagaimana aktor menstrukturisasi, menguasai, menggolongkan, dikonstitusi, ditematisasi, dan dimanipulasi oleh kekuasaan baik
untuk diri sendiri maupun aktor yang lain khususnya terhadap kaum difabel pada kecacatan mental, fisik dan mental sekaligus sehingga meskipun difabel pada
kecacatan fisik dan mental namun ada penguasaan atas tubuh tersebut agar tetap menjadi aktor yang produktif.
Selanjutnya dari keadaan kemiskinan dan strategi maupun cara pandang dan atau pembenahan terhadap tubuh untuk distrukturisasikan maka selanjutnya
menggambarkan praktik sosial yang dilakukan oleh keluarga penyandang cacat baik cacat fisik, cacat mental, maupun cacat fisik dan mental sekaligus. Pada dasarnya
masyarakat tersebut tidak hanya berjalan sindiri dari para subjek sebagai aktor dalam melakukan praktik sosial untuk memperbaiki posisi, merunah keadaan, maupun
kesejahteraan kehidupannya namun juga terdapat peran pemerintah dan swasta meskipun dalam lingkup mikro yang memang berpengaruh pada dinamika kehidupan
masyarakat tersebut. Dengan teori praktik sosial, digunakan untuk mengkaji bagaimana masyarakat
dan pemerintah desa memanfaatkan modal modal ekonomi, modal sosial, modal budaya dan modal simbolik yang dimiliki oleh masyarakat untuk mencapai
kesejahteraan kehidupannya. Strategi-strategi yang digunakan oleh aktor, agen atau pelaku pengembangan strategi kelangsungan hidup akan sangat bergantung kepada
67
kondisi lingkungan yang ditempati dan modal yang dimiliki di dalam arena. Strategi ini dilakukan untuk membangun hubungan sosial dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Rumusan Habitus x Modal + Arena = Praktik digunakan untuk memahami realitas sosial dalam masyarakat termasuk realitas pengembangan strategi
kelangsungan hidup. Pengertian habitus sendiri adalah struktur mental atau sistem kognitif
seseorang, yang dengannya seseorang tersebut berhubungan dengan dunia sosialnya. Sederhananya, habitus adalah struktur kognitif yang memperantai individu dengan
realitas sosialnya Suyanto, 2013:241. Sedangkan kaitannya dengan modal, bahwa modal merupakan asset yang dimiliki individu dalam lingkungan sosialnya. Modal ini
digunakan untuk menentukan posisi dalam suatu ranah. Modal harus selalu diproduksi dan direproduksi kembali Field, 2011:22. Bourdieu mebedakan modal
tersebut menjadi empat, yaitu modal ekonomi, modal sosial, modal budaya, dan modal simbolis.
Selanjutnya yaitu ranah, ranah merupakan arena kekuatan yang di dalamnya terdapat upaa perjuangan untuk memperebutkan sumber daya modal dan juga demi
memperoleh akses tertentu yang dekat dengan herarki kekuasaan. Ranah juga merupakan arena pertarungan dimana mereka yang menempatinya dapat
mempertahankan atau mengubah konfigurasi kekuasaan yang ada. Struktur ranahlah yang membimbing dan memberikan stretegi bagi penghuni posisi, baik individu
maupun kelompok, untuk melindungi atau meningkatkan posisi mereka dalam kaitannya dengan jenjang pencapaian sosial Fashri, 2014:106.
Berkaitan dengan praksis, menurut Bourdieu
pertama,
bahwa seluruh kehidupan sosial pada dasarnya adalah bersifat praksis. Praksis berada dalam ruang
dan waktu. Ini adalah sesuatu yang dapat diamati dalam tiga dimensi modal, habitus dan dominasi simbolik dan dari waktu ke waktu. Temporalitas, urutan waktu yang
niscaya, merupakan satu kerakteristik aksiomatis dari praksis, waktu merupakan kendala dan sumber bagi interaksi sosial. Lebih dari itu, praksis secara intrinsik
didefinisikan oleh temponya.
Kedua,
praksis menurut Bourdieu, tidak secara sadar atau tidak sepenuhnya secara sadar diatur dan digerakkan Jenkins, 2011:98. Dalam
hal ini praktik tidak ditentukan secara objektif, tetapi bukan pula hasil dari kemauan
68
bebas. Praktik memiliki rumusan sendiri yaitu Habitus x Modal + Arena = Praktik. Dengan kata lain, bahwa habitus yang membawa modal untuk bersaing dalam sebuah
ranah adalah praktik. Dalam hal ini adalah praktik sosial berkaitan dengan strategi kelangsungan hidup untuk bertahan dalam lingkungan yang ditempatinya dan untuk
memenuhi kebutuhan hidup baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga masyarakat tetap terjaga kelangsungan hidupnya.
Bagan 2. Kerangka Berpikir
Karakteristik Penyandang Cacat Berdasarkan Strukturisasi Tubuh dan Kegilaan
Mental Fisik dan
Mental
Habitus Praktik
PRAKTIK STRATEGI KELANGSUNGAN HIDUP
Modal Arena
Kelangsungan Hidup
Kemiskinan
Peran Pemerintah
dan Swasta
69
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian