150
2. Perilaku Difabel Terhadap Lingkungan Alam di Dusun Tanggungrejo
Lingkungan merupakan bagian terpenting bagi kehidupan setiap manusia dalam mewujudkan harapan manusia, menjaga keberlangsungan manusia, mencukupi
kebutuhannya, menyediakan diri untuk diolah dan dieksplorasi. Dalam hal ini keberadaan alam tentu mempengaruhi kondisi sosial ekonomi bahkan sosial budaya
bagi umat manusia dalam setiap interaksi baik aktif maupun pasif. Namun kehidupan lingkungan alam pun bergantung pada perilaku manusia terhadapnya. Alam pun
membutuhkan perhatian untuk dijaga dan dilestarikan melalui perilaku manusia untuk menjaga keberklangsungannya. Kondisi alam yang rusak memungkinkan
terganggunya kondisi sosial masyarakat. Dampak negatif kondisi alam baik akibat dari perbuatan manusia mupun oleh alam itu sendiri menentukan kehidupan
masyarakat dimanapun dan kapanun. Di Indonesia, di alam yang tropis ini tentu sangat mendukung bagi umat manusia namun perkembangan penduduk dan teknologi
yang semakin pesat maka semakin terbatas pula ruang yang ada bagi makhluk hidup termasuk manusia itu sendiri.
Hal ini berarti kehidupan manusia bergantung pada cara pengolahan lingkungan alam sama halnya yang terjadi di Dusun Tanggungreji Desa
Karangpatihan. Lingkungan alam yang mendukung namun karena faktor hubungan dan interaksi sosial yang sempit, kondisi sosial ekonomi yang menghimpit, budaya
merugikan lingkungan yang sulit dirubah maka lingkungan alam pun rentan adanya oleh kehendak masyarakat. Namun selang bertambahnya waktu dan kejenuhan
masyarakat akan dampak negatif yang terus menimpa membentuk kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan meski masih pada tataran
minoritasterutama di Dusun Tanggungrejo. Berdasarkan hasil penelitian, hal ini berdasarkan informasi dari Ktm dengan penuturannya sebagai berikut:
“Lek mbien hutane werno-werno nanging pernah gundul ditebangi sedanten digantos malah katah longsor kalih toyo do sat niku lek pas perhutani
sing ngolah nanging warga nggih wonten sing repek mundut canggale diobong dewe ugo disade kadang nggih wonten sing damel arang ngge tumbas
wos” Sumber: Wawancara berdasarkan panduan wawancara no: 1, 9 Januari 2016.
151
Informasi tersebut dimaksudkan bahwa sebelumnya kondisi lingkungan alam di Dusun Tanggungrejo merupakan hutan heterogen namun pernah ada transformasi
hutan dari heterogen ke homogen namun tidak berhasil dengan maskimal dari pihak perhutani, akibatnya terjadi longsor, kekeringan dan kehilangan beberapa sumber
mata air. Namun masyarakat juga beberapa memanfaatkan pohon kering untuk pribadi dan dijual dan pengarangan demi mendapatkan uang.
Gambar 4.11 Hutan gundul dan kekeringan lahan pertanian di hutan perhutani
Sumber: dokumentasi oleh Munggono, 2016 Selanjutnya Snn juga menambahkan informasi dengan penuturannya
sebagai berikut: “Nyatane ndisek yo adem mas, sakniki malah rumsang terang sedelo
langsung garing sedoyo, wong-wonge ndisek do repek yo damel arang yo disade, lahan perhutani disewakne nggo baon malah wit-witane babati gen
tenggar tandurane, sakniki terang sedelo mpun mboten saget nanem nggih nembe nyadar mulakno lek enek gawean penanaman pohon do seneng
rewang” Sumber: Wawancara berdasarkan panduan wawancara no: 1, 11 Januari 2016.
Kenyataannya dahulu lingkungan di Dusun Tnggungrejo sejuk, namun saat ini
mudah sekali mengalami kekeringan, dahulu banyak masyarakat
repek
untuk pembuatan arang dan dijual, lahan perhutani disewakan untuk diolah masyarakat
namun banyak pohon ditebangi agar tanamannya bisa tumbuh dengan maksimal, mereka banru menyadari setelah berulangkali merasakan dampak negatifnya karena
kesulitan dalam bertani dan berternak. Namun meski minoritas, masyarakat saat ini
152
telah menyadari dapak tersebut, maka tidak jarang kalau ada penanamanreboisasi hutan banyak masyarakat termasuk difabel terlibat membantunya. Tgh juga
membenarkan dan menambahkan informasi dengan penuturannya sebagai berikut: “Difabel itu sebenarnya tergantung pihak keluarga dan lingkungan,
mereka mau merusak, mereka juga tidak mau merusak nyatanya mereka juga mau disuruh merawat dan menjaganya. Jadi tergantung kita dan lingkungan.
Mereka juga tahu kok kalau memang jangan direpeki ya tidak direpeki. Tapi sekarang sudah lumayan, mungkin mereka sudah menyadari kalau hutan itu
penting jadi sekarang kan banyak program penanamanpenghijauan mereka tanggap mas untuk membantunya, mereka juga terlibat dalam pembuatan
sumur penyerapan
” Sumber: Wawancara berdasarkan panduan wawancara no: 2, 20 Januari 2016.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimulkan bahwa sebelumnya kondisi lingkungan alam di Dusun Tanggungrejo merupakan hutan heterogen namun
setelah adanya transformasi hutan dari heterogen ke homogen yang tidak berjalan maksimal dari pihak perhutani dan kurang pedulinya masyarakat sekitar akibatnya
terjadi longsor, kekeringan dan kehilangan beberapa sumber mata air. Selain itu masyarakat juga memanfaatkan lingkungan alam khususnya hutan termasuk bagian
dari cara masyarakat untuk menggantungkan diri untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan cara menyewa untuk dijadikan lahan pertanian, di
repeki
untuk keperluan dapur pribadi dan bahkan dijual untuk pembelian kebutuhan pangan.
Penjagaan yang kurang maksimal dan pengontrolan yang terbatas, akibatnya banyak pohon yang berkurang. Hal ini diantara pihak pengolahpenyewa agar
tanaman mendapatkan penyinaran yang maksimal
tenggar
, alam itu sendiri bahkan sekelompok masyarakatindividu diluar ketentuan ikatan pihak perhutani yang
memanfaatkan namun tidak pada batasan-batasan tertentu. Dampak kekeringan yang berlebihan, banjir, tanah longsor, hilangnya sumber mata air dirasakan terus menerus
oleh masyarakat hingga masyarakat menyadari akan pentingnya keutuhan dan keterlestarian hutan bagi manusia. Sehingga meski minoritas, masyarakat saat ini
telah menyadari sekaligus bertindak peduli terhadap lingkungan melalui partisipasi dalam program penghijauan, penanaman seribu pohon, reboisasi massal, pembuatan
sumur resapan dll baik non difabel maupun difabel demi menjaga eksistensi lingkungan alam dan masyaraka Dusun Tanggungrejo.
153
3. Kondisi serta Penyebab Kemiskinan Keluarga Penyandang Difabel Mental,